BUPATI SAMPANG PROVINSI JAWA TIMUR

dokumen-dokumen yang mirip
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG. Nomor : 08 Tahun 2015

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN DAERAH

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 10 Tahun 2017 Seri E Nomor 6 PERATURAN WALI KOTA BOGOR NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG PERIZINAN PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANGKA TENGAH

BUPATI MADIUN BUPATI MADIUN,

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

NCA N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 12 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN NELAYAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 14 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 14 TAHUN 2011

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG PENATAAN TOKO SWALAYAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN SUKOHARJO

BUPATI MOJOKERTO PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 53 TAHUN 2014 TAHUN 2014 TENTANG

TENTANG TATA CARA PENERBITAN IZIN USAHA TOKO SWALAYAN KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 65 TAHUN 2012 TENTANG PEMBATASAN USAHA WARALABA MINIMARKET DI KOTA TEGAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 17-A TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR

Menimbang: a. bahwa Koperasi dan Usaha Kecil memiliki peran dan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN BUPATI TEMANGGUNG NOMOR 42 TAHUN 2012 TENTANG PENATAAN TOKO MODERN DI KABUPATEN TEMANGGUNG

BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN JEPARA

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN WONOGIRI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BUPATI BUTON PROVINSI SULAWESI TENGGARA

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERDAYAAN, PENGEMBANGAN DAN PERLINDUNGAN KOPERASI DAN USAHA KECIL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN KENDAL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LAMPIRAN. (Contoh Surat Peringatan yang diberikan oleh Pemda Sleman Kepada Toko. Modern yang Melakukan Pelanggaran)

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG

Salinan NO : 4/LD/2014 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 4 TAHUN 2014

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI GARUT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG DESA WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR... TAHUN...

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP,

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PELATIHAN KERJA DAN PRODUKTIVITAS

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 7 Tahun : 2013

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2013 NOMOR 22 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 37 TAHUN 2013 TENTANG PENATAAN MINIMARKET DI KOTA BOGOR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN NOMOR: 3 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 8 TAHUN 2012

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR...

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 6 Tahun 2016 Seri E Nomor 4 PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 103 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 3 TAHUN 2015 T E N T A N G

BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH

WALIKOTA BANJARMASIN

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG

BUPATI BONE BOLANGO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN KABUPATEN BONE BOLANGO NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 6 SERI E

BUPATI MUARA ENIM PROVINSI SUMATERA SELATAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 1 TAHUN 2014 PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL

3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49,

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 112 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PASAR TRADISIONAL PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 46 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANAMAN MODAL

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL

BUPATI HULU SUNGAI UTARA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA MIKRO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN KETENAGALISTRIKAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERINDUSTRIAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SRAGEN,

Transkripsi:

BUPATI SAMPANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PRODUK UNGGULAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SAMPANG, Menimbang : a. bahwa potensi produk unggulan daerah perlu dikelola dan dikembangkan berbasis kondisi dan kekhasan daerah agar memiliki daya saing sehingga dapat berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat; b. bahwa beberapa produk industri dan pertanian di Kabupaten Sampang memiliki kekhasan dan keunggulan, yang berpotensi untuk dikembangkan bagi terwujudnya kesejahteraan masyarakat; c. bahwa penyelenggaraan Otonomi Daerah menuntut adanya produk hukum daerah dalam memberikan perlindungan terhadap produk unggulan daerah sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 2014 tentang Pedoman Pengembangan Produk Unggulan Daerah; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, maka perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Produk Unggulan Daerah; Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa

- 2 - Timur (Lembaran Negara Tahun 1950 Nomor 19 Tambahan Lembaran Negara Nomor 9) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1965; 3. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4866); 4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 5. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5492); 6. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 45, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5512); 7. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5587), sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5679); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165 Tambahan Lembaran Republik Indonesia Negara Nomor 4593); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2013 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 40, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5404);

- 3-10. Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 199); 11. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 7 Tahun 2013 Tentang Pengembangan Kemitraan Dalam Waralaba Untuk Jenis Usaha Makanan Dan Minuman, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 58 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 7 Tahun 2013 Tentang Pengembangan Kemitraan Dalam Waralaba Untuk Jenis Usaha Makanan Dan Minuman; 12. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 70/M- DAG/PER/12/2013 tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern,sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 56/M-DAG/PER/9/2014 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 70/M- DAG/PER/12/2013 tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern; 13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 2014 tentang Pedoman Pengembangan Produk Unggulan Daerah; 14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah; 15. Peraturan Daerah Kabupaten Sampang Nomor 12 Tahun 2013 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Sampang tahun 2013-2018; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SAMPANG dan BUPATI SAMPANG MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PRODUK UNGGULAN DAERAH.

- 4 - BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kabupaten Sampang. 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Sampang. 3. Bupati adalah Bupati Sampang. 4. Perangkat Daerah Kabupaten adalah unsur pembantu bupati dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten dalam penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah kabupaten. 5. Instansi Vertikal adalah instansi Pemerintah Pusat atau Pemerintah Propinsi yang berkantor di wilayah Kabupaten Sampang. 6. Badan Usaha Milik Daerah yang selanjutnya disingkat BUMD adalah Perusahaan yang didirikan dan dimiliki oleh Pemerintah Daerah yang mempunyai wilayah kerja di Kabupaten Sampang. 7. Pengembangan adalah upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah, Dunia Usaha, dan masyarakat untuk memberdayakan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah melalui pemberian fasilitas, bimbingan, pendampingan, dan bantuan perkuatan untuk menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan dan daya saing Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. 8. Pendampingan usaha adalah suatu proses, cara, perbuatan mendampingi kegiatan usaha yang dilakukan bersama-sama oleh masyarakat pemerintah dan swasta dalam mencermati persoalan nyata yang dihadapi di lapangan selanjutnya didiskusikan bersama untuk mencari alternatif pemecahan ke arah peningkatan kapasitas dan produktivitas masyarakat dalam menjalankan usahanya. 9. Produk Unggulan Daerah adalah produk baik berupa barang maupun jasa yang potensial untuk dikembangkan dengan memanfaatkan semua sumber daya yang dimiliki oleh daerah baik sumber daya alam, sumber daya manusia dan budaya lokal, serta mendatangkan pendapatan bagi masyarakat maupun pemerintah yang diharapkan menjadi kekuatan ekonomi bagi daerah dan masyarakat setempat sebagai produk yang potensial memiliki daya saing daya jual dan daya dorong memasuki pasar global. 10. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp.50.000.000,00 (Lima Puluh Juta Rupiah) tidak termasuk tanah dan

- 5 - bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp.300.000.000,00 (Tiga Ratus Juta Rupiah). 11. Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum Koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan. 12. Kemitraan adalah kerjasama usaha, antara Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dengan Usaha Besar disertai dengan pembinaan dan pengembangan, dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan. 13. Pembiayaan adalah penyediaan dana oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Dunia Usaha, dan masyarakat melalui bank, koperasi, dan lembaga keuangan bukan bank, untuk mengembangkan dan memperkuat permodalan Usaha Mikro masyarakat. 14. Daerah Potensial adalah daerah-daerah yang mempunyai sumber daya dan prospek baik untuk penumbuhan dan pengembangan produksi produk lokal. 15. Waralaba adalah hak khusus yang dimiliki oleh perseorangan atau badan usaha terhadap sistem bisnis dengan ciri khas usaha dalam rangka memasarkan barang/jasa yang telah terbukti berhasil dan dapat dimanfaatkan dan/atau digunakan oleh pihak lain berdasarkan perjanjian waralaba. 16. Toko modern adalah toko dengan sistem pelayanan mandiri, menjual berbagai bentuk barang secara eceran, yang dapat berbentuk Minimarket, Supermarket, Department Store, Hypermarket ataupun grosir yang berbentuk perkulakan. 17. Outlet/Gerai adalah tempat melaksanakan kegiatan usaha toko modern. 18. Produk lokal adalah produk baik berupa barang maupun jasa yang dihasilkan oleh koperasi, usaha mikro, kecil dan menengah atau perorangan yang berada di wilayah Daerah. BAB II ASAS, MAKSUD DAN TUJUAN Bagian Kesatu Asas Pasal 2 Pengelolaan Produk Unggulan Daerah berdasarkan asas: a. kemanfaatan;

- 6 - b. keterpaduan; c. keberlanjutan; d. efisiensi; e. berkeadilan; f. daya saing; g. kemitraan; h. kemandirian i. kelestarian lingkungan; dan j. kearifan lokal. Bagian Kedua Maksud Pasal 3 Pembentukan Produk Unggulan Daerah ini dimaksudkan : a. memberikan pedoman pelaksanaan, penggunaan dan pengembangan produk unggulan daerah bagi Pemerintah Daerah, swasta dan masyarakat; b. memberikan fasilitasi kemudahan bagi pelaku Usaha Mikro dalam memasarkan produknya untuk mempromosikan produk unggulan daerah; c. menumbuhkan rasa cinta untuk menggunakan produk lokal dan produk unggulan daerah; dan d. memberikan landasan hukum terhadap produk lokal dan produk unggulan daerah. Bagian Ketiga Tujuan Pasal 4 Pembentukan Produk Unggulan Daerah ini bertujuan untuk: a. mendorong pertumbuhan usaha-usaha ekonomi kerakyatan berbasis potensi sumber daya lokal; b. mendorong terciptanya lapangan kerja dan tumbuhnya wirausaha baru; c. memotivasi pelaku Usaha Mikro untuk meningkatkan kapasitas produksi dan melakukan diversifikasi produk yang berkualitas dan berdaya saing; dan d. meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pendapatan.

- 7 - BAB III KEWENANGAN Pasal 5 (1) Bupati berwenang menyusun dan menetapkan produk unggulan daerah; (2) Dalam hal menyusun dan menetapkan produk unggulan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bupati dapat mendelegasikan kewenangannya kepada perangkat daerah yang membidangi perdagangan dan perindustrian; (3) Pengaturan lebih lanjut tentang pengembangan pengelolaan produk unggulan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dalam Peraturan Bupati. BAB IV TATA KELOLA Bagian Kesatu Perencanaan Pasal 6 (1) Produk unggulan daerah disusun dan ditetapkan sesuai dengan kriteria produk unggulan daerah; (2) Bupati melalui Perangkat Daerah (PD) yang terkait langsung dengan pengembangan produk unggulan daerah menyusun rencana pengembangan produk unggulan daerah; (3) Rencana pengembangan produk unggulan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas: a. pengembangan produk unggulan daerah jangka panjang daerah; dan b. pengembangan produk unggulan daerah jangka menengah daerah. Pasal 7 (1) Kriteria produk unggulan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 adalah: a. penyerapan tenaga kerja; b. sumbangan terhadap perekonomian; c. sektor basis ekonomi daerah; d. dapat diperbaharui; e. sosial budaya;

- 8 - f. ketersediaan pasar; g. bahan baku; h. modal; i. sarana dan prasarana produksi; j. teknologi; k. manajemen usaha; dan l. harga. (2) Kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a sampai dengan huruf f wajib dipenuhi dalam penetapan produk unggulan daerah. Pasal 8 (1) Perencanaan pengembangan produk unggulan daerah jangka panjang daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3) huruf a berpedoman pada RPJPD dan Rencana Tata Ruang Wilayah; (2) Perencanaan pengembangan produk unggulan daerah jangka menengah daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3) huruf b berpedoman pada RPJMD dan Renstra Perangkat Daerah. Bagian Kedua Model Pengembangan Pasal 9 (1) Perencanaan pengembangan produk unggulan daerah jangka menengah daerah dapat dilakukan antara lain dengan model: a. inkubator; b. klaster; c. one village one product/ovop; d. kompetensi inti. (2) Model pengembangan produk unggulan daerah jangka menengah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan antara lain melalui: a. peningkatan kualitas daya tarik produk unggulan daerah; b. peningkatan kualitas infrastruktur; c. peningkatan promosi dan investasi produk unggulan daerah; d. peningkatan kerjasama; e. peningkatan peran serta masyarakat; f. peningkatan perlindungan terhadap produk unggulan daerah; dan g. peningkatan standarisasi produk unggulan daerah.

- 9 - (3) Ketentuan pelaksanaan pengembangan produk unggulan daerah jangka menengah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dan ayat (2) diatur lebih lanjut dalam Peraturan Bupati. Bagian Ketiga Sertifikasi dan Jaminan Mutu Pasal 10 (1) Produk unggulan harus memiliki sertifikasi; (2) Penerapan fungsi sertifikasi produk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk menjamin mutu dan keamanan produk; (3) Sertifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib dilaksanakan oleh lembaga sertifikasi yang terakreditasi; (4) Dalam rangka pelaksanaan sertifikasi perlu dijalin kerjasama antara perangkat daerah terkait dengan lembaga sertifikasi yang terakreditasi; (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan kerjasama antara perangkat daerah terkait dengan lembaga sertifikasi yang terakreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur dalam Peraturan Bupati. Pasal 11 Bukti jaminan mutu teraplikasi dalam bentuk label dan/atau bentuk lainnya yang pelaksanaannya dilakukan melalui penilaian mulai dari proses dan/atau sampai dengan produk akhir. Bagian Keempat Pemberdayaan dan Pembinaan Pasal 12 (1) Pemberdayaan pengusaha produk unggulan daerah dilakukan dengan memberikan pembinaan bagi peningkatan produksi, promosi, pemasaran dan daya saing; (2) Fasilitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. akses sumber pembiayaan, permodalan, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta informasi; dan b. fasilitasi kemitraan dalam peningkatan sinergi antar komunitas pengusaha. (3) Pemerintah Daerah mencegah penyelenggaraan kemitraan usaha yang menyebabkan terjadinya eksploitasi yang merugikan petani pengusaha.

- 10 - BAB V JENIS PRODUK UNGGULAN Pasal 13 Jenis produk unggulan sektor industri dan pertanian, yaitu: a. Sektor industri, meliputi: 1. Kerajinan Batik Tulis; 2. Industri Alas Kaki; 3. Industri Genteng Tanah Liat; 4. Kerajinan Anyaman Pandan; 5. Kerajinan Anyaman Bambu; 6. Olahan Pangan Berbahan Baku Ikan; dan 7. Olahan Pangan Berbahan Baku Umbi-umbian dan Buah-buahan. b. Sektor pertanian, meliputi: 1. Pengolahan garam rakyat; 2. Jambu Air; 3. Jambu Mete; 4. Cabe Jamu; 5. Jagung Lokal; 6. Kedelai; 7. Sapi Madura; 8. Budi Daya Bandeng dan Udang. BAB VI PEMASARAN PRODUK UNGGULAN DAERAH Pasal 14 (1) Pemasaran produk unggulan daerah berorientasi pada permintaan, kepuasan dan nilai pasar berdasar segmen dan target pasar; (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemasaran produk unggulan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Bupati. Pasal 15 (1) Rumah makan, hotel, café wajib memfasilitasi pajangan pemasaran produk unggulan daerah di tempat yang strategis;

- 11 - (2) Minimarket atau Toko modern wajib memfasilitasi pemasaran produk lokal dan produk unggulan daerah pada outlet atau gerainya berdasarkan standar produk yang telah disepakati dan menempatkannya di tempat yang strategis. BAB VII PENGGUNAAN PRODUK LOKAL Pasal 16 Penggunaan produk unggulan daerah dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut: a. Setiap Aparatur Sipil Negara di lingkungan Pemerintah Daerah, dan Karyawan BUMD menggunakan produk lokal dan produk unggulan daerah pada kegiatan atau aktivitas kerjanya; b. Setiap PD, dan BUMD dalam pelaksanaan rapat-rapat, sosialisasi, seminar, pelatihan, workshop, dan pertemuan lainnya memanfaatkan produk lokal dan produk unggulan daerah; c. Pemberian cinderamata dan/atau souvenir kepada tamu negara atau daerah yang berkunjung ke Daerah hendaknya memaksimalkan pemanfaatan produk unggulan daerah sebagai cinderamata dengan ciri khas daerah. BAB VIII KEWAJIBAN Pasal 17 Produsen penyedia produk unggulan daerah wajib: a. menjamin dan bertanggung jawab penuh terhadap kualitas produk yang dihasilkan; b. menggunakan atau melengkapi label berbahasa Indonesia pada barang yang diperdagangkan; c. wajib memiliki perizinan sesuai jenis produk unggulan yang dilakukannya; d. memenuhi kewajiban di bidang usaha sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. BAB IX KEMITRAAN

- 12 - Pasal 18 (1) Pemerintah Daerah, masyarakat dan dunia usaha memfasilitasi, mendukung dan menstimulasi kegiatan kemitraan yang saling membutuhkan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan; (2) Kemitraan antara Usaha Mikro dengan usaha Kecil, Usaha Menengah dan Usaha Besar mencakup proses alih keterampilan melalui pola pendampingan di bidang produksi dan pengolahan, pemasaran, permodalan, sumber daya manusia, dan teknologi. BAB X PENGEMBANGAN Pasal 19 (1) Pengembangan produk unggulan daerah dilakukan melalui: a. penataan kawasan produksi produk lokal; b. penyediaan sarana dan prasarana guna mendukung produksi produk lokal; c. menjamin ketersediaan bahan baku lokal; dan d. pemeliharaan kelestarian dan mutu lingkungan hidup. (2) Pengembangan kawasan produksi produk lokal sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan oleh masyarakat, koperasi, kelompok usaha, minimarket, dan Pemerintah Daerah dalam bentuk kemitraan; (3) Kawasan-kawasan tertentu sebagai sentra produksi produk lokal ditetapkan dalam Peraturan Bupati. BAB XI PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 20 (1) Program pembinaan dilaksanakan secara terpadu dan tepat sasaran melalui penyuluhan, kursus, diskusi dan pelatihan kerja oleh PD terkait; (2) Program pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan secara periodik dan berkelanjutan dengan disertai evaluasi untuk tindak lanjutnya. Pasal 21 (1) Pembinaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) dilaksanakan oleh Penyuluh, Lembaga Pendidikan lainnya atau sebutan lain, dan PD terkait;

- 13 - (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Bupati. Pasal 22 (1) Bupati berkewajiban melakukan pembinaan dan pengawasan mengenai pengelolaan produk unggulan daerah; (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pengawasan dan pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Bupati. BAB XII SANKSI ADMINISTRATIF Pasal 23 (1) Setiap Perangkat Daerah yang dengan sengaja tidak menyusun rencana pengembangan produk unggulan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2), dikenai sanksi administratif berupa hukuman disiplin kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; (2) Setiap rumah makan, hotel, café, dan minimarket, serta toko modern yang tidak memfasilitasi pemasaran produk unggulan daerah di tempat yang strategis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15, dikenai sanksi administratif berupa: a. teguran lisan; b. teguran tertulis; c. penghentian sementara kegiatan; d. penghentian tetap kegiatan; e. pencabutan sementara izin; f. pencabutan tetap izin; g. sanksi administratif lain sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. (3) Setiap Aparatur Sipil Negara di lingkungan Pemerintah Daerah, dan Karyawan BUMD yang tidak menggunakan produk lokal dan produk unggulan daerah pada kegiatan atau aktivitas kerjanya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (2) dikenai sanksi administrasi berupa: a. teguran lisan; b. teguran tertulis. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai mekanisme dan tata cara pengenaan sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Bupati.

- 14 - BAB XIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 24 Peraturan Pelaksanaan Peraturan Daerah ini ditetapkan paling lama 1 (satu) tahun terhitung sejak Peraturan Daerah ini diundangkan. Pasal 25 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Sampang. Ditetapkan di : Sampang pada tanggal : 27 April 2017 WAKIL BUPATI SAMPANG, ttd H. FADHILAH BUDIONO Diundangkan di : Sampang Pada tanggal : 27 April 2017 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN SAMPANG ttd PUTHUT BUDI SANTOSO, SH,M.Si Pembina Utama Muda NIP. 19610114 198603 1 008 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG TAHUN 2017 NOMOR : 2 NOMOR REGISTER PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG NOMOR 72-2/2017

- 15 1 - - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PRODUK UNGGULAN DAERAH I. UMUM Pelaksanaan Otonomi Daerah memaksa Pemerintah Daerah Kabupaten Sampang melakukan Penataan produk unggulan daerah agar memiliki daya saing dan pada akhirnya meningkatkan PAD dan mewujudkan kesejahteraan rakyat Sampang. Dengan demikian peningkatan mutu dan daya saing produk merupakan suatu keniscayaan disertai dengan pengembangan pasar, distribusi dan promosi bertaraf nasional maupun internasional. Selain itu, penerapan teknologi produksi, bimbingan yang intensif kepada pelaku usaha, penguatan kelembagaan, peningkatan peran serta kelompok swadaya masyarakat, koperasi dan penguatan modal juga harus dilakukan secara berkelanjutan. Dilihat dari potensial, potensi produk unggulan daerah di Kabupaten Sampang, sangat prospektif. Kabupaten Sampang memikliki produk unggulan berupa Produk batik tulis, Produksi sepatu lokal, Genteng, Anyaman Pandan, Olahgan Ikan, Produksi garam rakyat, jambu air, dan Cabe Jamu. Peraturan Daerah tentang Produk Unggulan Daerah Kabupaten Sampang merupakan pedoman dan memberikan landasan hukum terhadap pengembangan dan tata kelola produk unggulan daerah Kabupaten Sampang, guna mendukung pelaksanaan pembangunan daerah dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Yang dimaksud dengan: a. Asas Kemanfaatan adalah bahwa pengaturan terkait produk unggulan daerah ini memang benar-benar dibutuhkan dan bermanfaat

-- 162 - dalam mengatur kehidupan bermasyarakat khususnya pelaku pengelolaan produk unggulan daerah. b. Asas Keterpaduan adalah bahwa produk unggulan daerah dilakukan dengan memadukan berbagai unsur atau mensinergikan berbagai komponen terkait. c. Asas Keberlanjutan adanya kesinambungan antara kebijakan yang akan diambil dengan kebijakan sebelumnya baik itu dalam aspek perencanaan, penyelenggaraan ataupun pemanfaatan terhadap produk unggulan daerah. d. Asas Efisiensi Berkeadilan adalah segala upaya dalam menyelenggarakan produk unggulan daerah kepada konsumen dan pelaku usaha memperoleh haknya dan melaksanakan kewajibannya secara adil. e. Asas Daya Saing adalah pengundangan peraturan daerah agar dapat digunakan sebagai alat untuk memperkecil ketergantungan kepada daerah lain. f. Asas Kemitraan adalah bahwa penyelenggaraan tata kelola produk unggulan dilakukan dengan cara terpadu berbagai pelaku usaha sehingga terjalin usaha bersama saling menguntungkan. Pasal 3 Pasal 4 Pasal 5 Ayat (1) Ayat (2) Pasal 6 Pasal 7 Pasal 8 Pasal 9 Ayat (1) Huruf a

- 17 3 - Yang dimaksud dengan inkubator atau biasa disebut dengan inkubator wirausaha adalah suatu lembaga intermediasi yang melakukan proses inkubasi terhadap peserta inkubasi (tenant, klien inkubator, atau inkubati) dan memiliki bangunan fisik untuk ruang usaha sehari-hari bagi peserta inkubasi. Sedangkan inkubasi adalah suatu proses pembinaan, pendampingan, dan pengembangan yang diberikan oleh inkubator wirausaha kepada peserta inkubasi Huruf b Yang dimaksud dengan klaster adalah metode pengembangan usaha melalui pendekatan kelompok usaha kecil dan menengah (UKM), pemberian dukungan baik teknis maupun keuangan disalurkan melalui UKM dan bukan perseorangan. Huruf c Yang dimaksud dengan one village one product adalah merupakan suatu pendekatan pengembangan potensi daerah di satu wilayah untuk menghasilkan produk yang mampu bersaing di pasar global, dengan tetap memiliki ciri khas keunikan karakteristik dari daerah tersebut. Produk yang dihasilkan adalah produk yang memanfaatkan sumber daya lokal, baik sumber daya alam, maupun sumber daya manusia. Huruf d Yang dimaksud dengan kompetensi inti adalah metode pengembangan usaha dengan menciptakan keunggulan melalui pengetahuan dan keunikan. Ayat (2) Ayat (3) Ayat (4) Pasal 10 Pasal 11 Pasal 12

- 18 4 - Pasal 13 Pasal 14 Pasal15 Pasal 16 Pasal 17 Pasal 18 Pasal 19 Pasal 20 Cukup jelas Pasal 21 Cukup Jelas Pasal 22 Cukup jelas Pasal 23 Pasal 24 Pasal 25 TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG TAHUN 2017 NOMOR : 2 NOMOR REGISTER PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG NOMOR 72-2/2017