BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan pertama, utama, dan terbaik bagi bayi, yang bersifat alamiah. ASI mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan bayi. Terkait itu, ada suatu hal yang perlu disayangkan, yakni rendahnya pemahaman ibu, keluarga, dan masyarakat mengenai pentingnya ASI bagi bayi. Akibatnya, program pemberian ASI eksklusif tidak berlangsung secara optimal. (Prasetyono, 2009, p.21-22) Kebijakan Nasional untuk memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan telah ditetapkan dalam SK Menteri Kesehatan No. 450/Menkes/SK/IV/2004. ASI eksklusif adalah Air Susu Ibu yang diberikan kepada bayi sampai bayi berusia 6 bulan tanpa diberikan makanan dan minuman, kecuali obat dan vitamin. Bayi yang mendapat ASI eksklusif adalah bayi yang hanya mendapat ASI saja sejak lahir sampai usia 6 bulan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Di Indonesia 80% bayi tidak lagi menyusu sejak 24 jam pertama sejak mereka lahir, dimana seharusnya ibu memberikan ASI yang merupakan makanan utama yang sangat diperlukan bayi. Berdasarkan hasil 2 penelitian Unicef di Indonesia setelah krisis ekonomi dilaporkan bahwa hanya 14% bayi 1
2 yang disusui dalam 12 jam setelah kelahiran. Kolostrum dibuang oleh kebanyakan ibu karena dianggap kotor dan tidak baik bagi bayi. Unicef juga mencatat penurunan yang tajam dalam menyusui berdasarkan tingkat umur dari pengamatannya diketahui bahwa 63% disusui hanya pada bulan pertama, 45% bulan kedua, 30% bulan ketiga, 19% bulan keempat, 12% bulan kelima dan hanya 6% pada bulan keenam bahkan lebih dari 200.000 bayi atau 5% dari populasi bayi di Indonesia saat itu tidak disusui sama sekali (Novaria, 2005, p.2). Berdasarkan data yang diperoleh dari profil kesehatan kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah tahun 2008 menunjukkan cakupan pemberian ASI eksklusif hanya sekitar 28,96%, terjadi sedikit peningkatan bila dibandingkan dengan tahun 2007 yang mencapai 27,35%. Angka ini dirasakan masih sangat rendah bila dibandingkan dengan target pencapaian ASI eksklusif tahun 2010 sebesar 80%. Cakupan tertinggi adalah di Kabupaten Tegal yaitu sebesar 77,21%. Sedangkan yang terendah adalah di Kabupaten Pekalongan sebesar 2,61%. Hanya 3 kabupaten/kota saja yang telah mencapai pemberian ASI eksklusif di atas 60%. Sedangkan 32 kabupaten/kota lainnya masih di bawah 60% (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2008) Berdasarkan hasil laporan puskesmas tahun 2009, pemberian ASI Ekslusif sebesar 3.138 (24,63%) dari 12.740 bayi usia 0 6 bulan yang ada. Terdapat beberapa hal akibat dari tidak diberikan ASI secara ekslusif diantaranya adalah : meningkatkan risiko terjadinya penyakit infeksi, seperti
3 infeksi saluran pencernaan (diare), infeksi saluran pernapasan, dan infeksi telinga. Tidak diberikannya ASI pada bayi juga dapat memungkinkan terjadinya penyakit non infeksi, seperti alergi, obesitas, kurang gizi dan asma. (Prasetyono, 2009, p.27). Maka tingkat pencapaian dalam program ASI Ekslusif ini harus mendapatkan perhatian khusus dan memerlukan pemikiran dalam mencari upaya -upaya terobosan serta tindakan nyata yang harus dilakukan oleh provider di bidang kesehatan dan semua komponen masyarakat dalam rangka penyampaian informasi maupun sosialisasi guna meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat (DKK Semarang, 2009). Dalam menentukan derajat kesehatan di indonesia, terdapat beberapa indikator yang dapat digunakan antara lain angka kematian bayi, angka kesakitan bayi, status gizi dan angka harapan hidup waktu lahir. Angka kesakitan bayi menjadi indikator kedua dalam menentukan derajat kesehatan anak, karena nilai kesakitan merupakan cerminan dari lemahnya daya tubuh bayi dan anak balita. Angka kesakitan tersebut juga dapat dipengaruhi oleh status gizi, jaminan pelayanan kesehatan anak, perlindungan kesehatan anak, faktor sosial ekonomi dan pendidikan ibu. (Hidayat, 2008, p.2) Salah satu penyebab utama kematian di Indonesia menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1995 yang dikutip (Susanti,2004, p.1) adalah kejadian diare. Demikian juga pada tahun 2001, kejadian diare masih merupakan penyebab utama kematian bayi seperti pada periode sebelumnya. Sedangkan kejadian diare pada bayi dapat disebabkan karena kesalahan dalam pemberian makan, dimana bayi sudah diberi makan selain ASI sebelum
4 berusia 4 bulan. Perilaku tersebut sangat beresiko bagi bayi untuk terkena diare karena alasan sebagai berikut; (1) pencernaan bayi belum mampu mencerna makanan selain ASI, (2) bayi kehilangan kesempatan untuk mendapatkan zat kekebalan yang hanya dapat diperoleh dari ASI serta yang ke (3) adanya kemungkinan makanan yang diberikan bayi sudah terkontaminasi oleh bakteri karena alat yang digunakan untuk memberikan makanan atau minuman kepada bayi tidak steril. Berbeda dengan makanan padat ataupun susu formula, ASI bagi bayi merupakan makanan yang paling sempurna. Pemberian ASI secara dini dan eksklusif sekurang- kurangnya 4-6 bulan akan membantu mencegah penyakit pada bayi. Hal ini disebabkan karena adanya antibodi penting yang ada dalam kolostrum dan ASI (dalam jumlah yang sedikit). Selain itu ASI juga selalu aman dan bersih sehingga sangat kecil kemungkinan bagi kuman penyakit untuk dapat masuk ke dalam tubuh bayi (General Java Online,2004, p.1) Data mengenai kejadian diare dari Dinas Kesehatan KabupatenPenderita diare untuk semua umur di Kota Semarang yang berobat jalan ke Puskesmas pada tahun 2009 sebanyak 30.443 penderita dengan angka kesakitan sebesar 20,44 per 1.000 penduduk, dimana terdapat penurunan dari tahun sebelumnya, hal ini mungkin disebabkan karena kesadaran masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat sudah meningkat. Wilayah kerja Puskesmas Kedungmundu Semarang presentase penderita diare balitanya sebesar 1,039 penderita Jumlah tersebut paling besar dibandingkan 36 puskesmas lainnya (DKK, 2009). Berdasarkan latar belakang diatas, penulis
5 tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui apakah ada hubungan lama pemberian ASI Eksklusif dengan kejadian diare pada bayi usia 6-9 bulan di Wilayah kerja Puskesmas Kedungmundu Semarang tahun 2011. B. Rumusan Masalah Permasalahan dalam penelitian ini yaitu Apakah ada Hubungan Lama Pemberian ASI Eksklusif dengan Kejadian Diare Pada Bayi Usia 6-9 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu Semarang tahun 2011? C. Tujuan Karya Tulis Ilmiah 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan lama pemberian ASI Eksklusif dengan kejadian diare pada bayi usia 6-9 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu Semarang tahun 2011. 2. Tujuan Khusus a. Mendiskripsikan lama pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 6-9 bulan di Wilayah kerja Puskesmas Kedungmundu Semarang Tahun 2011. b. Mendiskripsikan kejadian diare pada bayi usia 6-9 bulan di Wilayah kerja Puskesmas Kedungmundu Semarang tahun 2011. c. Menganalisa hubungan lama pemberian ASI Ekslusif dengan kejadian diare pada bayi usia 6-9 bulan di Wilayah kerja Puskesmas Kedungmundu Semarang Tahun 2011.
6 D. Manfaat Karya Tulis Ilmiah Manfaat dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah : 1. Bagi Masyarakat Bagi masyarakat agar lebih memahami pentingnya pemberian ASI karena ASI adalah sebagai modal dasar bagi kelangsungan hidup dan tumbuh kembang seorang anak. 2. Bagi Peneliti Sebagai bahan dalam melanjutkan penelitian terkait dengan hubungan lama pemberian ASI dengan kejadian diare. 3. Bagi Institusi Pendidikan Sebagai bacaan di perpustakaan atau referensi,dan untuk perkembangan ilmu pengetahuan. 4. Bagi Tenaga Kesehatan Sebagai masukan dalam upaya meningkatkan kesadaran bahwa pentingnya pemberian ASI Eksklusif.
7 E. Keaslian Penelitian Tabel 1.1 Keaslian Penelitian No Judul, Nama, Tahun Sasaran yang diteliti Metode Hasil 1 Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi Usia 0-6 Bulan di Desa Karangawen Wilayah Kerja Puskesmas Karangawen I Kabupaten Demak Bulan Mei-Juni Tahun 2009, Purwaningsih, 2009 45 ibu menyusui yang memiliki bayi usia 0-6 bulan di desa karangawen wilayah kerja puskesmas karangawen I kabupaten demak bulan mei juni tahun 2009 bebas : umur, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan terikat : pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan. Studi Deskriptif Korelasi Tidak ada hubungan antara umur dengan pemberian ASI eksklusif, tidak ada hubungan antara pendidikan dengan pemberian ASI ekslusif, tidaka ad a hubungan antara pekerjaan dengan pemberian ASI eksklusif, ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan pemberian ASI eksklusif. 2 Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Diare Dengan Perilaku Ibu Dalam Pencegahan Diare Pada Anak Balita Usia 1 5 tahun Di Wilayah RW V Desa Kaliprau Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang, Megasari, Jayanti, 2009 Ibu yang memiliki balita usia 1-5 tahun di Wilayah RW V Desa Kaliprau Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang bebas : Pengetahuan ibu tentang diare terikat : Perilaku ibu dalam pencegahan diare Korelatif Ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang diare dengan perilaku ibu dalam pencegahan diare