BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab utama morbiditas dan kontributor utama kematian di negara maju maupun negara berkembang. Salah satu faktor risiko terjadinya penyakit kardiovaskular adalah dislipidemia, yang merupakan faktor risiko yang dapat diubah. 1 Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang paling utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol-ldl / Low Density Lipoprotein, kenaikan kadar trigliserida serta penurunan kadar HDL / High Density Lipoprotein. 2 Peningkatan kolesterol-ldl serum dianggap menjadi indikator terjadinya aterosklerosis. 3 Obstruksi arteri oleh plak dari atheroma (atau aterosklerosis) adalah dasar terjadinya penyakit kardiovaskular, yang tercatat sekitar 37% dari semua kematian di dunia Barat dan Eropa. 4 Menurut riset kesehatan dasar nasional (Riskesdas) tahun 2013, di Indonesia terdapat 35.9 % dari penduduk yang berusia 15 tahun dengan kadar kolesterol abnormal (berdasarkan NCEP ATP III, dengan kadar kolesterol 200 mg/dl) dan perempuan lebih banyak dari laki-laki serta perkotaan lebih banyak dari di pedesaan. Data Riskesdas juga menunjukkan 15.9 % populasi yang berusia 15 tahun mempunyai proporsi LDL yang sangat tinggi ( 190 mg/dl), 22.9 % mempunyai kadar HDL yang kurang dari 40 mg/dl, dan 11.9% dengan kadar trigliserid yang sangat tinggi ( 500 mg/dl). 5 Faktor predisposisi terjadinya aterosklerosis yaitu obesitas, diabetes melitus, hipertensi, dislipidemia, dan merokok. 6 Pengobatan dislipidemia pada umumnya menggunakan obat golongan statin yang bekerja dengan cara menurunkan kadar kolesterol. Obat golongan statin menjadi obat yang paling banyak diresepkan sebagai obat penurun kadar kolesterol. Obat golongan ini memblok secara parsial reaksi konversi 3 hidroksi 3-1
metilglutaril koenzim A menjadi asam mevalonat. Penghambatan proses ini mengakibatkan kadar kolesterol turun dengan cepat. 7 Namun, obat golongan statin dapat menimbulkan efek samping seperti miopati, tendinopati, dan asidosis laktat jika dikonsumsi dalam jangka waktu yang lama. Bahkan, obat golongan statin dapat menimbulkan efek samping yang berat seperti rhabdomyolysis. 8 Karena pengobatan tersebut menimbulkan efek samping yang merugikan, maka masyarakat mengonsumsi pangan fungsional yang dapat menurunkan kadar kolesterol sebagai pengobatan komplementer. 9 Pangan fungsional adalah pangan yang karena kandungan komponen aktifnya dapat memberikan manfaat bagi kesehatan, diluar manfaat yang diberikan oleh zatzat gizi yang terkandung di dalamnya. Menurut American Dietetic Association (ADA), yang termasuk pangan fungsional tidak hanya pangan alamiah tetapi juga pangan yang telah difortifikasi atau diperkaya dan memberikan efek potensial yang bermanfaat untuk kesehatan jika dikonsumsi sebagai bagian dari menu pangan yang bervariasi secara teratur pada dosis yang efektif. 10 Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) merupakan salah satu bahan pangan fungsional penting bagi masyarakat Indonesia. Masyarakat khususnya ekonomi menengah ke bawah mengandalkan kedelai untuk memenuhi kebutuhan zat gizi protein. 11 Kacang kedelai telah digunakan secara luas sebagai pangan fungsional di negaranegara Asia. Kacang kedelai memiliki banyak manfaat kesehatan, seperti berfungsi sebagai agen terapi hiperkolesterolemia dan penyakit kardiovaskular karena mengandung isoflavon dan protein yang bekerja sebagai penurun kolesterol serum. 12 Protein kacang kedelai juga dapat menurunkan kolesterol total dan kolesterol-ldl serum dengan mengurangi absorbsi kolesterol di intestinal. 13 Selain isoflavon dan protein kacang kedelai, lesitin kacang kedelai juga dapat memberikan efek terapi atau pencegahan hiperlipidemia dan aterosklerosis dengan meningkatkan sekresi asam empedu sehingga terjadi penurunan kolesterol serum. 14 Seperti pada penelitian yang telah dilakukan oleh Kurniadi dkk., ekstrak etanol kedelai varietas Detam-1 dapat menurunkan kolesterol-ldl akibat dari zat aktif seperti isoflavon dan lesitin yang terdapat pada kedelai tersebut. 15 Tetapi dalam penelitian ini, biji kedelai yang akan dipergunakan adalah kedelai kuning, sebab 2
tipe kedelai ini yang paling sering diolah untuk bahan pangan sebagian besar masyarakat Indonesia. Kemudian, besar komponen senyawa yang terkandung dalam kedelai kuning berbeda dengan kedelai varietas Detam-1 yang berwarna hitam. 11 Peneliti bermaksud untuk meneliti apakah ekstrak etanol biji kedelai menurunkan kadar kolesterol-ldl serum dan memiliki efek yang lemah dibandingkan atorvastatin. 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka dapat dirumuskan identifikasi masalah sebagai berikut : Apakah ekstrak etanol biji kedelai (Glycine max (L.) Merr.) menurunkan kadar kolesterol-ldl serum. Apakah ekstrak etanol biji kedelai (Glycine max (L.) Merr.) memiliki efek yang lemah dibandingkan atorvastatin dalam menurunkan kadar kolesterol-ldl serum. 1.3 Maksud dan Tujuan Maksud dari penelitian ini adalah untuk menjadikan kedelai sebagai terapi komplemen dalam menurunkan kadar kolesterol-ldl. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek ekstrak etanol biji kedelai dalam menurunkan kadar kolesterol-ldl serum dan perbandingan efeknya dengan atorvastatin. 1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah Manfaat akademis dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan ilmu pengetahuan mengenai manfaat biji kedelai terhadap penurunan kadar kolesterol- LDL serum. 3
Manfaat praktis dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi kepada masyarakat mengenai efek kedelai dalam menurunkan kadar kolesterol-ldl serum. 1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian 1.5.1 Kerangka Pemikiran Hiperlipidemia berkaitan dengan meningkatnya kadar lipid dan kolesterol dalam darah, yang diidentifikasi sebagai dislipidemia. Dislipidemia dapat juga dideskripsikan sebagai peningkatan kolesterol total, LDL, trigliserida, atau penurunan kadar HDL. 3 Dalam proses terjadinya aterosklerosis, dislipidemia mempunyai peran yang sangat penting. 2 Tipe kolesterol berdasarkan pembentukannya dibagi menjadi dua, yaitu kolesterol eksogen dan kolesterol endogen. Kolesterol eksogen didapat melalui absorbsi makanan mengandung kolesterol dari traktus gastrointestinal, sedangkan kolesterol endogen dibentuk oleh sel-sel dalam tubuh. 6 Sintesis kolesterol dimulai dari transpor asetil KoA dari dalam mitokondria ke sitosol, kemudian bersama asetoasetil KoA diubah menjadi 3-hidroksi-metilglutaril KoA (HMG-KoA) oleh enzim HMG-KoA sintase. HMG-KoA, yang merupakan prekursor dari sintesis kolesterol, diubah menjadi mevalonat oleh enzim HMG-KoA reduktase. Kolesterol menjadi prekursor utama dalam pembentukan asam empedu dan termasuk senyawa kimia yang membentuk steroid. 8 Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) mengandung zat aktif seperti lesitin, isoflavon, saponin dan protein. 16,14 Lesitin berfungsi menghambat enzim HMG-KoA reduktase sehingga berefek menurunkan kadar kolesterol-ldl dan meningkatkan sekresi asam empedu dan menurunkan absorpsi kolesterol di usus. 14 Isoflavon dapat menurunkan sekresi lipoprotein dan kolesterol di hepar sehingga mengurangi kadar kolesterol-ldl. 17 Saponin bekerja dengan menghambat absorpsi kolesterol, menurunkan kadar kolesterol plasma dan hepar dengan cara menurunkan absorpsi kolesterol eksogen. 18 Saponin juga dapat meningkatkan ekskresi empedu. 19 Protein kedelai menyebabkan gangguan pada absorpsi kolesterol dan gangguan pada 4
reabsorpsi asam empedu. Protein kedelai juga dapat menyebabkan peningkatan sintesis asam empedu (ekskresi asam empedu feses), peningkatan aktivitas reseptor apolipoprotein B atau E serta penurunan sekresi lipoprotein dan kolesterol hepar, yang berhubungan dengan peningkatan klirens kolesterol dalam darah. 16 Berdasarkan hal-hal tersebut, maka kedelai berefek menurunkan kadar kolesterol- LDL. 1.5.2 Hipotesis Penelitian Ekstrak etanol biji kedelai (Glycine max (L.) Merr.) menurunkan kadar kolesterol-ldl serum. Ekstrak etanol biji kedelai (Glycine max (L.) Merr.) memiliki efek yang lemah dibandingkan atorvastatin dalam menurunkan kadar kolesterol-ldl serum. 5