BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Penyakit ini mempengaruhi

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit malaria merupakan penyakit tropis yang disebabkan oleh parasit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai salah satu negara yang ikut menandatangani deklarasi Millenium

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh parasit Protozoa genus Plasmodium dan ditularkan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan kematian (Peraturan Menteri Kesehatan RI, 2013). Lima ratus juta

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses terjadinya penyakit terdapat tiga elemen yang saling berperan

I. PENDAHULUAN. dunia. Di seluruh pulau Indonesia penyakit malaria ini ditemukan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. endemik malaria, 31 negara merupakan malaria-high burden countries,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. dari genus Plasmodium dan mudah dikenali dari gejala meriang (panas dingin

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Ada empat spesies

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh Plasmodium sp yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles

KAJIAN DESKRIPTIF KEJADIAN MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ROWOKELE KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2011 APRIL Catur Pangesti Nawangsasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dari 17% penyakit infeksi ditularkan melalui gigitannya dan lebih dari 1 juta orang

BAB I PENDAHULUAN. terkena malaria. World Health Organization (WHO) mencatat setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. utama, karena mempengaruhi angka kesakitan bayi, balita, dan ibu. melahirkan, serta menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB).

1. PENDAHULUAN. Plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles sp. betina (Depkes R.I.,

BAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh plasmodium yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. serta semakin luas penyebarannya. Penyakit ini ditemukan hampir di seluruh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Malaria merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh parasit protozoa UKDW

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan bagi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi masalah

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Upaya perbaikan kesehatan masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia di seluruh dunia setiap tahunnya. Penyebaran malaria berbeda-beda dari satu

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhage Fever (DHF) banyak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia, salah satunya penyakit Demam

Project Status Report. Presenter Name Presentation Date

BAB 1 PENDAHULUAN. kaki gajah, dan di beberapa daerah menyebutnya untut adalah penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. Data statistik WHO menyebutkan bahwa diperkirakan sekitar 3,2 milyar

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat karena menyebar dengan cepat dan dapat menyebabkan kematian (Profil

3 BAHAN DAN METODE. Sarmi. Kota. Waropen. Jayapura. Senta. Ars. Jayapura. Keerom. Puncak Jaya. Tolikara. Pegunungan. Yahukimo.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyakit yang harus terus menerus dilakukan pengamatan, monitoring

BAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengetahuan mengenai faktor yang mempengaruhi persebaran

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium.

Pengaruh curah hujan, kelembaban, dan temperatur terhadap prevalensi Malaria di Kabupaten Tanah Bumbu Kalimantan Selatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit malaria masih merupakan masalah kesehatan bagi negara tropis/

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh cacing filaria yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Secara epidemiologi, Mycobacterium tuberculosis telah menginfeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. (Harijanto, 2014). Menurut World Malaria Report 2015, terdapat 212 juta kasus

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria merupakan salah satu penyakit tropik yang disebabkan oleh infeksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Malaria merupakan salah satu penyakit menular tropik yang distribusinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) pada tahun 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh

BEBERAPA FAKTOR RISIKO LINGKUNGAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MALARIA DI KECAMATAN NANGA ELLA HILIR KABUPATEN MELAWI PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. segala umur. 1.5 juta anak meninggal dunia setiap tahunnya karena diare. Faktor

Summery ABSTRAK. Kata kunci : Malaria, Lingkungan Fisik Kepustakaan 16 ( )

SKRIPSI ANALISIS SPASIAL KASUS MALARIA DI KELURAHAN PAYA SEUNARA KECAMATAN SUKAKARYA KOTA SABANG PROPINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. miliar atau 42% penduduk bumi memiliki risiko terkena malaria. WHO mencatat setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. sering disebut sebagai vektor borne diseases. Vektor adalah Arthropoda atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan faktor..., Amah Majidah Vidyah Dini, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. lebih dari 2 miliar atau 42% penduduk bumi memiliki resiko terkena malaria. WHO

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai adalah Plasmodium Falciparum dan Plasmodium. Vivax. Di Indonesia Timur yang terbanyak adalah Plasmodium

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Penyakit diare merupakan salah satu penyebab. mortalitas dan morbiditas anak di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Nyamuk merupakan salah satu golongan serangga yang. dapat menimbulkan masalah pada manusia karena berperan

BAB I PENDAHULUAN. menetap dan berjangka lama terbesar kedua di dunia setelah kecacatan mental (WHO,

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang bertujuan untuk meningkatkan

PENDAHULUAN. Latar Belakang

ARTIKEL SISTEM KEWASPADAAN DIM KLB MALARIA BERDASARKAN CURAH HUJAN, KEPADATAN VEKTOR DAN KESAKITAN MALARIA DIKABUPATEN SUKABUMI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya terdapat sekitar 15 juta penderita malaria klinis yang mengakibatkan

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

BAB I PENDAHULUAN. hortikultura,dan 12,77 juta rumah tangga dalam perkebunan. Indonesia

1. Tempat Waktu Penelitian C. Subjek Penelitian D. Identifikasi Variabel Penelitian E. Definisi Operasional Variabel...

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan kesehatan. Tugas utama sektor kesehatan adalah

BAB I PENDAHULUAN. di seluruh dunia disetiap tahunnya. Penyebaran malaria berbeda-beda dari satu Negara

Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh TIWIK SUSILOWATI J

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit kusta adalah penyakit infeksi kronis menular dan menahun yang

3 BAHAN DAN METODE. Kecamatan Batulayar

BAB I PENDAHULUAN. Turki dan beberapa Negara Eropa) beresiko terkena penyakit malaria. 1 Malaria

BABI PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Filariasis limfatik merupakan penyakit tular vektor dengan manifestasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. 1

Proses Penularan Penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang menyebar

BAB 1 PENDAHULUAN. Deklarasi Milenium yang merupakan kesepakatan para kepala negara dan

DEFINISI KASUS MALARIA

C030 PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP KEJADIAN MALARIA DI KABUPATEN MIMIKA

Epidemiologi dan aspek parasitologis malaria. Ingrid A. Tirtadjaja Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

BAB I PENDAHULl1AN Latar Belakang

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria merupakan penyakit parasit tropis yang penting di dunia, dan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Diperkirakan 41% penduduk dunia bermukim di daerah dengan risiko tinggi terinfeksi penyakit malaria. Penyakit malaria disebabkan oleh parasit malaria yang merupakan protozoa darah termasuk dalam genus plasmodium yang dibawa oleh nyamuk anopheles. Ada 4 spesies plasmodium yang dapat menyebabkan malaria pada manusia yaitu Plasmodium falciparum, Plasmodium ovale, Plasmodium vivax dan Plasmodium malariae (Sucipto, 2015). Malaria disebut penyakit pembunuh terbesar yang menyerang negara - negara padat penduduk. Secara global, diperkirakan 3.2 miliar orang di 95 Negara bertempat tinggal di wilayah yang berisiko timbulnya penyakit malaria dan pada tahun 2015 terdapat 214 juta kasus baru malaria dengan jumlah kematian malaria sebanyak 438.000 kasus, dimana 88% terjadi di Afrika, 2% terjadi Timur Mediterania dan sisanya 10% terjadi di Asia termasuk didalamnya Indonesia. Di Indonesia, berdasarkan API (Annual Parasite Incidence) per provinsi tahun 2014, secara nasional kasus malaria selama tahun 2009-2014 cenderung menurun yaitu pada tahun 2009 angka API sebesar 1.85 per 1000 penduduk menjadi 0.99 per 1000 penduduk pada tahun 2014 dengan jumlah 252.027 kasus malaria pada tahun 2014 (Kemenkes RI, 2015; WHO, 2015). Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang turut serta menyumbang angka kasus malaria. Angka API pada tahun 2012 di DIY adalah 0.1 per 1000 penduduk (0.1 ) dan angka API malaria pada tahun 2013 adalah 0.24 per 1000 penduduk (0.24 ), yang mana dari keseluruhan kasus banyak ditemukan di Kabupaten Kulon Progo (Dinkes DIY, 2015). Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari empat kabupaten yang ada di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, yang beribukota Wates terletak 1

2 30 km sebelah barat kota Yogyakarta dengan luas 586,28 km 2, kondisi wilayahnya adalah daerah datar dikelilingi pegunungan yang sebagian besar terletak pada wilayah utara, kondisi umum iklim dan curah hujan di Kabupaten Kulon Progo antara lain dengan suhu rata-rata berkisar 25-29 0 C, sedangkan curah hujan rata-rata pada tahun 2015 sebesar 1.834 mm/tahun, adapun curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Desember yaitu mencapai 394 mm, sedangkan curah hujan terkecil terjadi pada bulan Juni sampai dengan Oktober. Nilai ini mengikuti pola distribusi musim di Indonesia, yaitu bulan basah pada musim penghujan yaitu November hingga April dan bulan kering pada musim kemarau yaitu Mei hingga Oktober (Kemenkes RI, 2015; Pokja Sanitasi Kulon Progo, 2012; BPS Kulon Progo, 2015). Berdasarkan data yang didapatkan dari seksi bagian P2 Dinas Kesehatan Kulon Progo tahun 2016, angka kasus malaria mengalami flukuatif dari tahun 2005 hingga 2015. Hal ini dapat dilihat pada gambar 1. Gambar 1. Jumlah penderita malaria per tahun 2005-2015 di Kabupaten Kulon Progo (Dinkes Kulon Progo, 2016). Kasus malaria tertinggi diawali pada tahun 2005 sebanyak 248 kasus ditahun selanjutnya mengalami trend penurunan yaitu pada tahun 2006 sebanyak 161 kasus, tahun 2007 sebanyak 94 kasus, tahun 2008 sebanyak 73 kasus, meningkat kembali pada tahun 2009 sebanyak 93 kasus, lalu mengalami penurunan yang signifikan pada tahun 2010 sebanyak 32 kasus, dan terjadi peningkatan kasus kembali pada tahun 2011 terdapat 157 kasus malaria; tahun 2012 terdapat 237 kasus malaria, selanjutnya mengalami penurunan pada tahun 2013 sebanyak 134 kasus, menurun kembali pada tahun 2014 sebanyak 87

3 kasus, dan meningkat pada tahun 2015 sebanyak 122 kasus (Dinkes Kulon Progo, 2016). Malaria sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan di DIY, berdasarkan profil Dinas Kesehatan DIY menyebutkan pusat Kejadian Luar Biasa (KLB) malaria terjadi di Kabupaten Kulon Progo, berbagai upaya terus dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo seperti yang tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI No.293/Menkes/SK/IV/2009, tentang eliminasi malaria dalam pelaksanaan pengendalian malaria menuju eliminasi dilakukan secara bertahap dari satu pulau atau beberapa pulau sampai seluruh pulau tercakup guna terwujudnya masyarakat yang hidup sehat yang terbebas dari penularan malaria sampai tahun 2030 (Dinkes DIY, 2015; Kemenkes RI, 2014). Terjadinya penularan penyakit malaria dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya kepadatan penduduk, kecenderungan migrasi penduduk dari dearah non endemis ke deaerah endemis malaria untuk mencari pekerjaan, pembukaan lahan hutan, eksploitasi lingkungan yang tidak terkontrol, kurangnya sarana air bersih sehingga masyarakat pergi jauh ke dalam hutan untuk memenuhi kebutuhan air, dan terlebih saat ini yang dirasakan adalah adanya perubahan iklim, faktor lingkungan dan kecenderungan terjadinya perubahan iklim yang akhir-akhir ini dirasakan berpeluang meningkatkan kasus malaria (Harijanto, 2009; WHO, 2003). Penularan malaria sangat sensitif terhadap kondisi iklim di daerah tersebut, misalnya seperti suhu udara, curah hujan, kelembaban, kecepatan angin, yang mana faktor iklim ini dapat mengurangi atau meningkatkan kepadatan vektor. Perubahan iklim menyebabkan temperatur meningkat dan mempercepat pertumbuhan larva menjadi dewasa dan mempercepat siklus gonotropik pada nyamuk menjadi stadium infektif, yang meningkatkan proses penularan parasit dari vektor ke manusia, nyamuk akan berkembangbiak lebih cepat dan populasi nyamuk meningkat dalam kurun waktu yang sangat cepat. Dampak perubahan iklim lainnya adalah merubah lingkungan fisik secara keseluruhan, yang memungkinkan menciptakan habitat baru bagi spesies yang belum pernah

4 ada di dalam lingkungan baru atau dapat juga menghilangkan habitat spesies yang sebelumnya mendiami lingkungan tersebut sehingga terjadilah pergeseran penyebaran baru (Santjaka, 2013; Sucipto, 2015). Hasil penelitian sebelumnya, menunjukkan bahwa variabel cuaca seperti curah hujan, kelembaban, suhu udara dan kecepatan angin yang saat ini belum mendapat perhatian lebih ternyata merupakan salah satu faktor pendukung peningkatan kasus malaria. Penelitian yang dilakukan oleh Gunawan (2000) di Kabupaten Banjarnegara tahun 2000 mendapatkan hasil adanya hubungan antara suhu dengan peningkatan kasus malaria. Namun, hal ini berbeda hasil dengan penelitian yang dilakukan oleh Mendrofa (2007) di Kabupaten Nias, yang menyatakan tidak ada hubungan bermakna antara suhu udara dengan insidensi malaria dan penelitian yang dilakukan oleh Zacarias dan Andersson (2010) di Mozambique yang menyatakan tidak ada hubungan antara suhu dengan peningkatan kasus malaria. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Raharjo (2003) menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara curah hujan dengan kasus malaria sejalan dengan penelitian Zacarias dan Andersson (2010) di Mozambique yang menyatakan ada hubungan antara curah hujan dengan peningkatan kasus malaria. Penelitian lain yang dilakukan oleh Mendrofa (2007) mendapatkan hasil ada hubungan bermakna antara kelembaban dengan kasus malaria (Gunawan, 2000; Mendrofa, 2007; Zacarias & Andersson, 2010; Raharjo, 2003). Perkembangan teknologi informasi saat ini seperti Sistem Informasi Geografis (SIG) perlu dimanfaatkan untuk membantu menggambarkan dan memantau kasus malaria di suatu wilayah, analisis spasial ini dapat memberikan output berupa peta yang berkaitan dengan persebaran kasus malaria di suatu Kecamatan maupun Kabupaten, sehingga dapat dilihat pola pergerakan kasus malaria, yang nantinya akan membantu dalam menentukan distribusi spasial, dan program pengendalian yang berkaitan untuk menurunkan angka morbiditas dan mortalitas akibat malaria (Arsin, 2008; Riyanto, 2009). Berdasarkan permasalahan tersebut, perlu dilakukan penelitian mengenai sebaran kasus malaria berdasarkan variabel cuaca (curah hujan, kelembaban,

5 suhu udara dan kecepatan angin) dengan pendekatan spasial-temporal di Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta tahun 2005-2015. B. Perumusan Masalah Bertitik tolak dari uraian pada latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian ini yaitu Bagaimanakah hubungan variabel cuaca (curah hujan, kelembaban, suhu udara dan kecepatan angin) dengan sebaran kasus malaria melalui pendekatan spasial-temporal di Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta tahun 2005-2015? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan variabel cuaca (curah hujan, kelembaban, suhu udara dan kecepatan angin) dengan sebaran kasus malaria melalui pendekatan spasial-temporal di Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta tahun 2005-2015. 2. Tujuan Khusus a. Menganalisis hubungan curah hujan dengan sebaran kasus malaria secara statistik, grafik/time-trend dan spasial di Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta tahun 2005-2015. b. Menganalisis hubungan kelembaban dengan sebaran kasus malaria secara statistik, grafik/time-trend dan spasial di Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta tahun 2005-2015. c. Menganalisis hubungan suhu udara dengan sebaran kasus malaria secara statistik, grafik/time-trend dan spasial di Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta tahun 2005-2015. d. Menganalisis hubungan kecepatan angin dengan sebaran kasus malaria secara statistik, grafik/time-trend dan spasial di Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta tahun 2005-2015. e. Mengetahui variabel yang paling dominan mempengaruhi kejadian malaria di Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta tahun 2005-2015. f. Mengetahui sebaran jenis plasmodium di Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta tahun 2005-2015 berdasarkan lokasi.

6 D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Hasil penelitian dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan di bidang kesehatan dan lingkungan tentang hubungan variabel cuaca (curah hujan, kelembaban, suhu udara dan kecepatan angin) dengan sebaran kasus malaria melalui pendekatan spasial-temporal. 2. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan dalam mengevaluasi program yang sedang berjalan dan bahan pertimbangan dalam penyusunan kebijakan penanggulangan malaria di masa yang akan datang. 3. Bagi Masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat di Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta tentang kasus malaria sehingga masyarakat akan lebih waspada terhadap penyakit malaria. 4. Bagi Lingkup Universitas Gadjah Mada Hasil penelitian ini dapat memberikan tambahan referensi dan bahan acuan yang berguna bagi pengembangan proses pendidikan mengenai hubungan variabel cuaca (curah hujan, kelembaban, suhu udara dan kecepatan angin) dengan sebaran kasus malaria. 5. Bagi Peneliti Menambah wawasan dan keahlian peneliti dalam menggunakan software Sistem Informasi Geografis (SIG). E. Keaslian Penelitian Penelitian tentang sebaran kasus malaria berdasarkan variabel cuaca dengan pendekatan spasial-temporal di Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta tahun 2005-2015, belum pernah dilakukan. Beberapa penelitian terdahulu yang pernah dilakukan dan berkaitan dengan analisis spasial kasus malaria, disajikan dalam Tabel 1.

7 Tabel 1. Persamaan dan Perbedaan Keaslian Penelitian No. Nama Peneliti Judul penelitian Persamaan Perbedaan Hasil 1. Mursid Studi Klimograf 1. Pemanfaatan SIG. 1. Lokasi penelitian yaitu di Raharjo Perubahan Cuaca 2. Durasi pengambilan Kabupaten Banjarnegara. (2003). dan Bangkitan data selama 10 2. Analisis data yaitu Malaria di tahun. koefisien korelasi Kabupaten 3. Variabel yang pearson product Banjarnegara. diteliti yaitu suhu moment. udara, kelembaban udara dan curah hujan. 2. Nuruddin Analisa spatial 1. Rancangan 1. Lokasi penelitian di Arief penelitian Kabupaten Banjarnegera. Gunawan menggunakan studi 2. Analisis data (2000). menggunakan uji penyakit malaria di Kabupaten Banjarnegara Provinsi Jawa Tengah tahun 1996 2000. ekologi. 2. Pemanfaatan SIG. 3. Beberapa variabel yang diteliti yaitu suhu udara. independent t test dan multiple regression. 3. Beberapa variabel lain yang diteliti yaitu ketinggian dan kepadatan penduduk. Hasil perhitungan koefisien korelasi antara suhu udara rata-rata, curah hujan, kelembaban udara menunjukkan hubungan yang kuat dengan kasus malaria di Banjarnegara. Adanya hubungan yang bermakna suhu udara dengan kasus malaria, ada perbedaan jumlah kasus malaria diantara tingkat ketinggian, dan tidak ada perbedaan jumlah kasus malaria diantara tingkat kepadatan penduduk. 3. Mendrofa, Everoni (2007). Analisis spasial kasus malaria di Kecamatan Lahawa Kabupaten Nias Provinsi 1. Pemanfaatan SIG. 2. Beberapa variabel penelitian yaitu kelembaban, suhu udara. 1. Lokasi peneltian yaitu di Kabupaten Nias Provinsi Sumatera Utara. yaitu menggunakan cross Penelitian menunjukkan tidak ada hubungan bermakna antara jarak fasilitas kesehatan, penggunaan lahan persawahan, penggunaan lahan rawarawa, penggunaan lahan kolam,

8 No. Nama Peneliti Judul penelitian Persamaan Perbedaan Hasil Sumatera Utara tahun 2006 dan 2007. 4. A. Arsunan Arsin (2008). 5. Orlando P. Zacarias (2010). Pola spasial kasus malaria dengan aplikasi Sistem Infirmasi Geografis (SIG) di Kabupaten Halmahera Tengah 2008. Mapping malaria Incidence distribution that accounts for environmental factors in Maputo 1. Pemanfaatan SIG. 2. Beberapa variabel yang diteliti yaitu suhu, kelembaban. 1. Pemanfaatan SIG. 2. Beberapa variabel yang diteliti curah hujan, suhu. sectional. 3. Analisis data menggunakan uji chi square. 4. Beberapa variabel penelitian, yaitu : jarak fasilitas kesehatan, penggunaan lahan persawahan, penggunaan lahan kebun campur, penggunaan lahan rawarawa, penggunaan lahan kolam, penggunaan lahan pemukiman. 1. Lokasi penelitian yaitu di Kabupaten Halmahera tengah. yaitu menggunakan cross sectional. 1. Lokasi Penelitian di Maputo Mozambique. 2. Data yang diambil hanya 2 tahun. penggunaan lahan pemukiman, suhu udara dengan insidensi malaria; Ada hubungan bermakna antara penggunaan lahan kebun campur, kelembaban dengan insidensi malaria. Tidak ada hubungan antara suhu, kelembaban dan curah hujan dengan kejadian malaria di Kabupaten Halmahera tengah dengan tren kejadian malaria yang menurun. Tidak ada hubungan antara suhu dengan kasus malaria; Ada hubungan antara curah hujan dengan kasus malaria.

9 No. Nama Peneliti Judul penelitian Persamaan Perbedaan Hasil Province Mozambique. 6. Irma Muslimin (2011). 7. Sunaryo, (2012). Pola spasial dan analisis kejadian malaria di Pulau Kapoposang Kab. Pangkep tahun 2011. Distribusi spasial kasus malaria di Kecamatan Pagedongan, Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah. 1. Pemanfaatan SIG. 1. Lokasi penelitian yaitu di Pulau Kapoposang, Kabupaten Pangkep. yaitu menggunakan cross sectional. 3. Analisis data menggunakan chi square dan regresi logistic. 4. Beberapa variabel yang diteliti yaitu kondisi fisik rumah, kebiasaan keluar rumah malam hari, 1. Pemanfaatan SIG. 2. Beberapa variabel yang diteliti yaitu kasus malaria berdasarkan waktu (curah hujan). penggunaaan kelambu, tempat perindukan nyamuk dan penggunaan obat anti nyamuk. 1. Lokasi penelitian yaitu di Kabupaten Banjarnegara. yaitu menggunakan cross sectional. 3. Beberapa variabel yang diteliti yaitu : kasus malaria berdasarkan Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor kondisi fisik rumah,kebiasaan keluar rumah malam hari dan penggunaan kelambu berhubungan dengan kejadian malaria. Sedangkan, tempat perindukan nyamuk dan penggunaan obat anti nyamuk tidak berhubungan dengan kejadian malaria. Distribusi kasus malaria didominasi pada kelompok petani dan laki-laki dewasa, curah hujan tidak berpengaruh terhadap kasus malaria, habitat perkembangbiakan nyamuk Anopheles lebih banyak ditemukan berada dekat sungai, karena rembesan dan keberadaan hujan sepanjang tahun,

10 No. Nama Peneliti Judul penelitian Persamaan Perbedaan Hasil penderita (umur, jenis kelamin, jenis parasit); kasus malaria berdasarkan tempat. 8. Elaine Cristina Geographic 1. Pemanfaatan 1. Lokasi Penelitian yaitu de Oliveira et information SIG. Brazilian Amazon. al systems and 2. Beberapa variabel yang (2013). logistic regression diteliti : plasmodium 9. Widiarti (2014). for high-resolution malaria risk mapping in a rural settlement of the southern Brazilian Amazon. Analisis spasial pada Kejadian Luar Biasa (KLB) malaria di desa panusupan kecamatan Rembang dan Desa Sidareja Kecamatan Kaligondang kabupaten purbalingga. penyebab malaria, sebaran kasus malaria berdasarkan wilayah, kondisi geografis (jarak dengan pertambangan, penggunaan lahan campur, dan sebagainya). 1. Pemanfaatan SIG. 1. Lokasi penelitian yaitu di Kecamatan Kaligondang, Kabupaten Banjarnegara. yaitu menggunakan cross sectional. 3. Variabel yang diteliti yaitu : habitat perkembangbiakan vektor malaria, jenis vektor nyamuk malaria. jenis parasit yang mendominasi adalah Plasmodium falciparum. Kasus malaria banyak disebabkan oleh Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax. Faktor risiko terjadinya malaria antara lain : daerah yang berdekatan dengan pertambangan emas, penggunaan lahan campur. Hasil penelitian diperoleh informasi bahwa vektor yang berperan adalah Anopheles maculatus hasil penangkapan hinggap pada manusia diluar rumah pada jam 18.00. Habitat perkembangbiakan Anopheles maculatus paling banyak ditemukan di tepi aliran sungai.

11 No. Nama Peneliti Judul penelitian Persamaan Perbedaan Hasil 10. Masrizal Faktor risiko Dt.Mangguang (2015). insidensi malaria dengan pendekatan spasial. 1. Pemanfaatan SIG. 1. Lokasi penelitian yaitu di Kota Padang. yaitu menggunakan case control study. 3. Variabel yang diteliti yaitu kebiasaan pemakaian kelambu, penggunaan obat anti nyamuk, kebiasaan keluar rumah malam hari, keberadaan rawarawa dan keberadaan kebun campur. Analisis bivariat menunjukkan adanya hubungan antara pemakaian kelambu, penggunaan obat anti nyamuk, kebiasaan keluar rumah malam hari dan keberadaan kebun campur merupakan faktor risiko malaria.