BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ergonomi Menurut Tarwaka (2010) istilah ergonomi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata yaitu ergon yang berarti kerja dan nomos yang berarti aturan atau hukum. Jadi secara ringkas ergonomi adalah suatu aturan atau norma dalam sistem kerja. Dari pengalaman menunjukkan bahwa setiap aktivitas atau pekerjaan yang dilakukan, apabila tidak dilakukan secara ergonomis akan mengakibatkan ketidaknyamanan, biaya tinggi, kecelakaan dan penyakit akibat kerja meningkat, performansi kerja menurun yang berakibatkan kepada penurunan efisiensi dan daya kerja. Dengan demikian, penerapan ergonomi di segala bidang kegiatan adalah suatu keharusan. Secara umum penerapan ergonomi dapat dilakukan di mana saja, baik di lingkungan rumah, di perjalanan, di lingkungan sosial maupun lingkungan di lingkungan tempat kerja. Namun demikian, ergonomi akan dominan diterapkan di dunia industri. Menurut Suma mur (1996), salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan tenaga kerja adalah yang berhubungan dengan ergonomi yaitu sikap dan cara kerja, beban kerja yang tidak adekuat, monotonnya pekerjaan, jam kerja yang tidak sesuai dan kerja yang berulang-ulang.
Fungsi ergonomi adalah untuk mendesain tempat kerja, stasiun-kerja, peralatan, dan prosedur dari para pekerja supaya tidak sampai pada batas menimbulkan rasa lelah, gelisah, dan luka-luka atau kerugian secara efisien menuju keberhasilan tujuan perusahaan. Menurut Suma mur (1996), tujuan utama ergonomi ada 2 (dua), yaitu: 1. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pekerjaan dan aktivitas-aktivitas lain, termasuk meningkatkan kenyamanan penggunaan untuk mengurangi kelelahan (penyebab kesalahan) dan meningkatkan produktivitas 2. Meningkatkan nilai-nilai kualitatif yang dapat diamati dan dirasakan namun sulit diukur, seperti keamanan, mudah diterima oleh pemakai, kepuasan kerja, dan kualitas hidup. 2.2 Kelelahan Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat (Tarwaka, 2010). Kelelahan menunjukkan kondisi yang berbeda-beda dari setiap orang, tetapi semuanya bermaksud untuk mengungkapkan terjadinya penurunan kapasitas kerja dan daya tahan tubuh pada setiap individu. Semua jenis pekerjaan dapat menyebabkan kelelahan kerja. Secara lebih jelas proses terjadinya kelelahan fisik adalah sebagai berikut: 1. Oksidasi glukosa dalam otot menimbulkan CO 2, saerolatic, phospati, dan sebagainya, dimana zat-zat tersebut terikat dalam darah yang kemudian dikeluarkan waktu bernafas. Kelelahan terjadi apabila pembentukan zat-zat
tersebut tidak seimbang dengan proses pengeluarannya sehingga timbul penimbunan dalam jaringan otot yang mengganggu kegiatan otot selanjutnya. 2. Karbohidrat yang didapat dari makanan diubah menjadi glukosa dan disimpan di hati dalam bentuk glikogen. Setiap 1 cm 3 darah normal akan membawa 1 mm glukosa, berarti setiap sirkulasi darah hanya membawa 0,1% dari sejumlah glikogen yang ada dalam hati. Karena bekerja, persediaan glikogen dalam hati akan menipis dan kelelahan akan timbul apabila konsentrasi glikogen dalam hati tinggal 0,7%. 3. Dalam keadaan normal jumlah udara yang masuk melalui pernafasan kira-kira 4 liter/menit, sedangkan dalam keadaan kerja keras dibutuhkan udara sekitar 15 liter/menit. Ini berarti pada suatu tingkat kerja tertentu akan dijumpai suatu keadaan di mana jumlah oksigen yang masuk melalui pernafasan lebih kecil dari tingkat kebutuhan. Jika ini terjadi maka kelelahan akan timbul, karena reaksi oksidasi dalam tubuh yaitu untuk mengurangi asam laktat menjadi H 2 O (air) dan CO 2 (karbondioksida) agar di keluarkan dari tubuh, menjadi tidak seimbang dengan pembentukan asam laktat itu sendiri (asam laktat terakumulasi dalam otot atau dalam peredaran darah) (Nasution, 1998). Kelelahan dapat ditandai dengan kondisi yang cenderung untuk mengantuk, dengan gejala sebagai berikut : 1. Rasa letih, lelah, lesu dan lemah (4L) 2. Motivasi kerja yang menurun 3. Rasa pesimis 4. Rasa bosan
Kelelahan dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu : 1. Kelelahan Otot Kelelahan otot merupakan perasaan nyeri pada bagian otot-otot tertentu pada bagian tubuh manusia. Yang menyebabkan kinerja otot berkurang dengan meningkatnya ketegangan otot sehingga stimulasi tidak lagi menghasilkan respon tertentu. 2. Kelelahan Umum Secara umum kelelahan hanya dapat diungkapkan sesuai dengan perasaan orangorang yang mengalaminya. Dimulai dari rasa lelah yang sangat ringan sampai ke perasaan yang sangat melelahkan. Menurut pendapat Grandjean (1993) yang dikutip oleh Tarwaka, dkk (2004), biasanya kelelahan umum ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk bekerja, yang sebabnya adalah pekerjaan yang monoton, intensitas dan lamanya kerja fisik, keadaan lingkungan, Sebab-sebab mental, status kesehatan dan keadaan gizi. Secara umum gejala kelelahan dapat dimulai dari yang sangat ringan sampai perasaan yang sangat melelahkan. Kelelahan pada tubuh manusia biasanya terjadi pada akhir jam kerja. Kelelahan dengan turunnya efisiensi dan ketahanan dalam bekerja meliputi segenap kelelahan tanpa pandang apa pun sebabnya, seperti: a. Kelelahan yang sumber utamanya adalah mata (kelelahan visual). b. Kelelahan fisik umum. c. Kelelahan mental. d. Kelelahan saraf. e. Kelelahan oleh lingkungan yang monoton.
f. Kelelahan oleh lingkungan kronis terus-menerus sebagai pengaruh aneka faktor secara menetap. Berdasarkan waktu terjadi kelelahan, meliputi: 1. Kelelahan akut, yaitu disebabkan oleh kerja suatu organ atau seluruh organ tubuh yang terjadi secara berlebihan dan datangnya secara tiba-tiba. 2. Kelelahan kronis, yaitu kelelahan yang terjadi sepanjang hari dalam jangka waktu yang lama dan kadang-kadang terjadi sebelum melakukan pekerjaan, seperti perasaan kebencian yang bersumber dari terganggunya emosi. Selain itu timbulnya keluhan psikosomatis seperti meningkatnya ketidakstabilan jiwa, kelesuan, meningkatnya sejumlah penyakit fisik seperti sakit kepala, perasaan pusing, sulit tidur, masalah pencernaan, detak jantung yang tidak normal, dan lain-lain. Berdasarkan penyebab terjadinya kelelahan, meliputi: 1. Kelelahan fisiologis merupakan kelelahan yang disebabkan karena adanya faktor dari lingkungaan fisik yang mengganggu pekerja. 2. Kelelahan psikologis terjadi apabila adanya pengaruh hal-hal diluar diri yang berwujud pada tingkah laku atau perbuatan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, seperti suasana kerja, interaksi dengan sesama pekerja maupun dengan atasan. Kelelahan harus dapat dibedakan dengan kejemuan, meskipun kejemuan dapat menjadi salah satu faktor terjadinya kelelahan. Namun jemu adalah suatu keadaan dimana lingkungan kurang memberikan rangsangan kepada tenaga kerja. Keadaan yang monoton dan kejemuan sering terdapat pada pekerjaan-pekerjaan yang irama
kerjanya tidak bebas. Misalnya pekerjaan yang hanya bertumpu pada beberapa gerakan, pekerjaan yang hanya fokus pada suatu objek, atau pekerjaan yang dilakukan secara tetap didepan sebuah mesin, semua ini dapat menjadikan seseorang mengalami kejemuan yang kemudian dapat berujung kepada kelelahan. 2.3 Kelelahan Mata Kelelahan mata adalah gangguan yang dialami mata karena otot-ototnya yang dipaksa bekerja keras terutama saat harus melihat objek dekat dalam jangka waktu yang lama (Padmanaba, 2006). Kelelahan pada mata ditandai dengan adanya iritasi pada mata atau konjungtivis (konjungtiva berwarna merah dan dapat mengeluarkan air mata), menyebabkan berkurangnya ketajaman penglihatan, menyebabkan sakit kepala dan sakit disekitar mata, dan dapat menimbulkan penglihatan ganda bagi penderita kelelahan mata tersebut. Selanjutnya dari kelelahan mata tersebut dapat berujung pada penurunan kualitas dalam bekerja dan kehilangan produktivitas. Semakin lama mata melihat suatu objek maka akan semakin besar kemungkinan terjadinya kelelahan mata sehingga objek tidak dapat terlihat dengan jelas. Kelelahan mata yang dialami oleh seseorang dapat diperiksa dengan cara melakukan uji hilangnya kelipan mata (Flicker Fusion Test). Dalam kondisi yang lelah, kemampuan tenaga kerja untuk melakukan kelipan akan berkurang. Semakin lelah akan semakin panjang waktu yang diperlukan untuk jarak antara 2 kelipan. Uji kelipan dapat dipergunakan untuk mengukur kelelahan. (Tarwaka, 2004).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelelahan mata Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kelelahan mata antara lain : 1. Faktor Manusia a. Umur Menurut Guyton (1991) daya akomodasi pada mata manusia akan menurun pada usia 45-50 tahun. b. Riwayat penyakit mata Gangguan pada mata yang menyebabkan mata mengalami kelainan atau penyakit mata sehingga mata mengalami disfungsi. Macam-macam penyakit/kelainan pada mata diantaranya : 1. Hipermetropi (rabun dekat) Bentuk kelainan refraksi dimana sinar-sinar sejajar, pada mata yang istirahat, akan dibiaskan pada suatu titik didepan retina. 2. Miopi (rabun jauh) Suatu bentuk kelainan refraksi di mana sinar-sinar sejajar akan dibiaskan pada satu titik di belakang retina pada mata dalam keadaan istirahat. 3. Katarak Katarak adalah setiap kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat kedua-duanya yang disebabkan oleh berbagai keadaan.
1. Faktor Pekerjaan a. Lama kerja Lamanya jam kerja yang baik umumnya berkisar antara 6 8 jam dan sisanya adalah dipergunakan dalam keluarga dan masyarakat, digunakan untuk beristirahat, tidur, makan dan lain-lain. Jika seseorang mengalami perpanjangan jam kerja, maka dapat terjadi penurunan produktivitas serta dapat menjadi penyebab timbulnya kelelahan atau bahkan menyebabkan kecelakaan kerja (Guyton, 1991). b. Masa kerja Masa kerja menunjukkan lamanya seseorang terkena paparan di tempat kerja, semakin lama masa kerja maka akan semakin lama terkena paparan di tempat kerja sehingga semakin tinggi resiko terjadinya penyakit akibat kerja. 2.4 Mata Mata dalam bahasa latinnya adalah oculus sedangkan dalam bahasa inggrisnya adalah eye. Mata adalah indera penglihatan dan merupakan organ yang dapat menangkap perubahan dan perbedaan cahaya. Mata termasuk alat optik dengan prinsip kerja yang sama dengan kamera. Bola mata berdiameter ±2,5 cm dimana 5/6 bagiannya terbenam dalam rongga mata, dan hanya 1/6 bagiannya saja yang tampak pada bagian luar. Gambar 1 menunjukkan bagian-bagian yang termasuk ke dalam bola mata, bagian-bagian tersebut memiliki fungsi berbeda, secara rinci diuraikan sebagai berikut :
Gambar 1. Bagian-bagian mata Keterangan gambar : 1. Sklera : Berfungsi untuk melindungi bola mata dari kerusakan mekanis dan menjadi tempat melekatnya bola mata. 2. Otot-otot yang melekat pada mata terdiri dari 2 macam, yaitu : b. Muskulus rektus superior : Berfungsi untuk menggerakkan bola mata ke atas. c. Muskulus rektus inferior : Berfungsi untuk menggerakkan bola mata ke bawah. 3. Kornea : Merupakan bagian yang keras pada mata, berfungsi untuk melindungi bagian dalam mata yang sangat lunak dan sensitif, juga untuk memungkinkan cahaya dan untuk merefraksikan cahaya.
4. Badan siliaris : Berfungsi untuk menyokong lensa dan mengandung otot yang memungkinkan lensa untuk berakomodasi, kemudian berfungsi juga untuk mengsekreskan aqueus humor. 5. Iris : Berfungsi untuk mengendalikan cahaya yang masuk ke mata melalui pupil, dan mengandung pigmen. 6. Lensa : Berfungsi agar mata dapat memfokuskan pandangan dengan mengubah bentuk lensa. 7. Bintik kuning (Fovea) : Adalah bagian dari retina yang mengandung sel kerucut. 8. Bintik buta : Merupakan daerah saraf optik meninggalkan bagian dalam bola mata. 9. Vitreous humor : Berfungsi untuk menyokong lensa dan menjaga bentuk bola mata. 10. Aquous humor : Berfungsi untuk menjaga bentuk kantong bola mata. Akomodasi adalah kemampuan mata untuk menambah daya bias lensa dengan kontraksi otot siliar, yang menyebabkan penambahan tebal dan kecembungan lensa sehingga bayangan benda pada jarak yang berbeda-beda akan tetap dapat terfokus pada retina. Rangsangan untuk terjadinya akomodasi ditimbulkan oleh aberasi kromatik dan kesadaran terhadap benda-benda yang tampak kabur. Proses penuaan menyebabkan lensa kurang flexible sehingga pemfokusan pada objek yang dekat menjadi lebih sulit. Penyesuaian mata untuk rangsangan memerlukan waktu. Untuk melihat benda dekat yang tidak yang tidak bergerak diperlukan waktu 0,34 detik sedangkan untuk benda yang bergerak dari jauh ke dekat diperlukan waktu sebesar 0,64 detik. Pada kondisi akomodasi yang normal, jika mata melihat pada objek yang jauh, maka lensa akan datar, dan jika mata melihat pada objek yang
dekat, maka lensa akan menjadi menonjol, agar dapat memfokuskan objek yang dilihat pada retina (Tarwaka, 2010). Prinsip dan cara kerja mata melihat objek adalah bermula dari cahaya yang masuk melalui pupil, dipantulkan dengan lensa, dan dibawa ke suatu fokus pada retina. Kemudian retina menerima rangsangan cahaya dan menghantarkan impuls ke otak melalui syaraf optik. Ketajaman penglihatan (visual acuity) merupakan kemampuan mata untuk dapat membedakan suatu objek secara detail, seperti membaca tulisan yang cukup kecil pada kontras yang baik. 2.5 Upaya Pencegahan Kelelahan Mata 1. Beristirahatlah selama 15 menit setiap satu atau dua jam. 2. Berupayalah memfokuskan kembali mata anda setiap 10-15 menit. Buang pandangan jauh-jauh dari objek pandangan dan pandanglah keluar ruangan atau keluar jendela. 3. Sering-seringlah mengedipkan mata jika mata mulai terasa kering. 4. Letakkan objek pandangan dekat dengan pekerja, hindari pergerakan kepala dan mata dan perubahan fokus yang terlalu sering. 5. Kurangi cahaya yang menyilaukan dari jendela. 6. Periksakan mata anda sekali setahun.
2.6 Kerangka Konsep Pekerja : 1. Umur 2. Masa kerja 3. Riwayat penyakit mata Kelelahan Mata Cara Kerja Gambar 2. Kerangka konsep PTPN II Kebun Klambir V merupakan salah satu pabrik yang menghasilkan daun tembakau kering. Salah satu bagian dari proses produksi adalah penyortiran. Penyortiran dilakukan oleh pekerja selama 8 jam kerja, dengan cara melihat daun tembakau dan kemudian dilakukan pemilahan berdasarkan warna dan kualitas daun. Pekerjaan ini sangat memerlukan ketajaman mata agar tidak terjadi kesalahan dalam proses penyortiran, sehingga pekerja tersebut sangat mungkin untuk mengalami kelelahan mata. Kelelahan mata pada pekerja akan ditelaah berdasarkan umur, masa kerja dan riwayat penyakit mata.