BAB VI HASIL RANCANGAN. perancangan yaitu dengan menggunakan konsep perancangan yang mengacu pada

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KONSEP PERANCANGAN. Hijau ini adalah mencakup tiga aspek yang terdiri dari prinsip-prinsip yang ada

BAB VI HASIL RANCANGAN. dalam perancangan yaitu dengan menggunakan konsep perancangan yang mengacu

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN. Analisis fungsi digunakan untuk mengetahui fungsi-fungsi apa saja yang

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V I KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dari permasalahan Keberadaan buaya di Indonesia semakin hari semakin

BAB VI HASIL RANCANGAN. Hasil perancangan diambil dari dasar penggambaran konsep yang terdapat

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Dalegan di Gresik ini adalah difraksi (kelenturan). Konsep tersebut berawal dari

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Hasil perancangan dari kawasan wisata Pantai Dalegan di Kabupaten Gresik

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Konsep tersebut berawal dari tema utama yaitu Analogy pergerakan air laut, dimana tema

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Batu adala Trade Eco Tourism (TET). Trade Eco Tourism (TET) market merupakan

BAB VI HASIL RANCANGAN. tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental,

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Kembali Citra Muslim Fashion Center di Kota Malang ini

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN. konsep dasar yang digunakan dalam Pengembangan Kawasan Wisata Pantai Boom Di

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan

BAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik,

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep pada Hasil Rancangan. sebelumnya didasarkan pada sebuah tema historicism sejarah Singosari masa

BAB III METODE PERANCANGAN. dapat digunakan ialah metode deskriptif analisis. Metode deskriptif merupakan

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep perancangan yang digunakan dalam perancangan kembali pasar

BAB VI PENERAPAN KONSEP PADA RANCANGAN. memproduksi, memamerkan dan mengadakan kegiatan atau pelayanan yang

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB III. Ide Rancangan. pengganti material kayu yang semakin susah diperoleh dan semakin mahal harga

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. Hasil Rancangan menggunakan konsep Serenity in Fluidity yang dijelaskan

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. Terakota di Trawas Mojokerto ini adalah lokalitas dan sinergi. Konsep tersebut

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. perancangan tapak dan bangunan. Dalam penerapannya, terjadi ketidaksesuaian

Gambar 5.1. Zoning Ruang (sumber:konsep perancangan.2012)

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Perancangan Fasilitas Pendukung Kawasan Kampung Inggris Pare

SEKOLAH MENENGAH TUNANETRA BANDUNG

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

Sampit. Desain Shopping Arcade ini juga merespon akan natural setting, Dalam aktivitas urban, desain Shopping Arcade dapat menjadi

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep dasar yang digunakan dalam Perancangan Kembali Terminal Bus. Tamanan Kota Kediri mencangkup tiga aspek yaitu:

BAB VI HASIL RANCANGAN. produksi gula untuk mempermudah proses produksi. Ditambah dengan

BAB 6 HASIL RANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

Konsep dasar perancangan pada Sekolah Pembelajaran Terpadu ini terbentuk. dari sebuah pendekatan dari arsitektur prilaku yaitu dengan cara menganalisa

BAB V KONSEP. marmer adalah Prinsip Sustainable Architecture menurut SABD yang terangkum

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. 5.1 Konsep Tapak Bangunan Pusat Pengembangan dan Pelatihan Mesin Industri Zoning

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Perencanaan dasar pengunaan lahan pada tapak memiliki aturanaturan dan kriteria sebagai berikut :

BAB VI HASIL RANCANGAN

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

TEMA DAN KONSEP. PUSAT MODE DAN DESAIN Tema : Dinamis KONSEP RUANG KONSEP TAPAK LOKASI OBJEK RANCANG

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN. pengumpulan data, analisis, dan proses sintesis atau konsep perancangan.

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Perancangan Gumul Techno Park di Kediri ini menggunakan konsep

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

Pengembangan RS Harum

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP. perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Konsep Fungsional Rusun terdiri dari : unit hunian dan unit penunjang.

BAB VI HASIL RANCANGAN. Hasil rancangan adalah output dari semua proses dalam bab sebelumnya

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TEMPAT ISTIRAHAT KM 166 DI JALAN TOL CIKOPO-PALIMANAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Sentra Agrobisnis tersebut. Bangunan yang tercipta dari prinsip-prinsip Working

BAB VI HASIL PERANCANGAN Hasil Perancangan Tata Masa dalam tapak. mengambil objek Candi Jawa Timur (cagar budaya)sebagai rujukannya, untuk

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT JIWA

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. di Trawas Mojokerto ini adalah lokalitas dan sinergi. Konsep diambil dari tema Re-

BAB III METODE PERANCANGAN. daksa yang dapat menerima segala umur dan kelas sosial, memudahkan

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi jawa

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin

BAB VI HASIL RANCANGAN. ini merupakan hasil pengambilan keputusan dari hasil analisa dan konsep pada bab

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. a. Aksesibilitas d. View g. Vegetasi

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. rancangan terdapat penambahan terkait dengan penerapan tema Arsitektur

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep dasar yang digunakan dalam Perancangan Sekolah Seni

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Jenis musik biasanya didasarkan pada karakter dominan pada sebuah karya

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

Structure As Aesthetics of sport

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB VI HASIL PERANCANGAN. digunakan adalah menggabungkan dari aspek-aspek mendasar seperti tema,

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Perancangan Kembali Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong di

BAB V KONSEP PERENCANAAN

BAB V KONSEP 5.1 Konsep Tata Ruang Luar Gambar 5.1 Skema Site Plan

BAB VI KONSEP PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN. terdapat pada konsep perancangan Bab V yaitu, sesuai dengan tema Behaviour

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Pusat Rekreasi Peragaan IPTEK ini terletak di Batu,karena

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan sesama mahasiswa. tinggal sementara yang aman dan nyaman. keberlanjutan sumber daya alam.

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V. Konsep. bangunan. memaksimalkan potensi angin yang dapat mengembangkan energi

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep dasar perancangan beranjak dari hasil analisis bab sebelumnya yang

BAB VI HASIL PERANCANGAN. apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN REST AREA TOL SEMARANG BATANG. Tabel 5.1. Besaran Program Ruang

Hotel Resor dan Wisata Budidaya Trumbu Karang di Pantai Pasir Putih Situbondo

BAB III METODE PERANCANGAN. dalam mengembangkan ide sebuah rancangan. Langkah-langkah ini meliputi

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PROGRAM DASAR PERANCANGAN

BAB IV KONSEP. Langkah-langkah untuk menerapkan Konsep Green Hospital, yaitu :

BAB VI HASIL RANCANGAN. mengacu pada tema dasar yaitu Sustainable architecture, dengan tiga unsur

CATATAN DOSEN PEMBIMBING...

BAB VI HASIL RANCANGAN. mengacu pada tema dasar yaitu high-tech architecture, dengan tujuh prinsip tema

Kondisi eksisting bangunan lama Pasar Tanjung, sudah banyak mengalami. kerusakan. Tatanan ruang pada pasar juga kurang tertata rapi dan tidak teratur

BAB 3 METODE PERANCANGAN. tempat atau fasilitas yang memadai. Banyaknya masyarakat Kota Pasuruan yang

Transkripsi:

BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Dasar Rancangan Di dalam perancangan Pusat Konservasi Penyu Hijau terdapat beberapa input yang dijadikan dalam acuan perancangan. Aplikasi yang diterapkan dalam perancangan yaitu dengan menggunakan konsep perancangan yang mengacu pada peniruan sistem, proses dan fungsi yang dimiliki penyu hijau yang telah dijelaskan pada bab konsep perancangan. 6.1.1 Prinsip Biomimetic Pada Rancangan Prinsip-prinsip Biomimetic Architecture yang dipakai di dalam perancangan pusat konservasi penyu hijau yaitu: Meniru sistem yang ada pada penyu hijau Meniru fungsi yang ada pada penyu hijau Meniru proses yang ada pada penyu hijau Penyu Hijau memiliki banyak sistem yang dapat digunakan, namun dalam perancangan pusat konservasi penyu ini hanya menggunakan lima sistem penyu hijau yang terdiri dari: a. Sistem Pencernaan Selektifitas dalam jenis lamun yang di makan Efisiensi sistem pencernaan 198 P a g e

Memaksimalkan protein (zat baik) dan meminimalkan selulosa dan lignin (zat jahat) dari makanan Sensor kimiawi untuk mengetahui jenis makanan Pengaruh bolak-balik yang positif terhadap tanaman lamun (Grazing) b. Sistem Ekskresi Proses pengeluaran air yang mengandung garam pada mata untuk mengurangi kadar garam pada tubuh Saluran kemih yang menyalurkan kemih ke kloaka tidak langsung menuju kandung kemih c. Sistem Respirasi Pernapasan dengan paru-paru menggunakan sistem anaerobik Proses pernapasan yang menggunakan satu saluran yang kemudian bercabang-cabang di dalam paru-paru d. Sistem Skeleton Tulang rusuk dan sebagian besar vertebrae bersatu dengan karapaks Memiliki dua lapisan pelindung yang terdiri dari lapisan atas (karapaks) dan lapisan bawah (plastron) e. Sistem Reproduksi Simbiosis penyu hijau dengan sumber pangan di dalam kehidupan Proses kopulasi di perairan dengan cara timbul tenggelam 199 P a g e

6.2 Hasil Rancangan Tapak dan Kawasan Di dalam perancangan tapak dan kawasan Pusat Konservasi Penyu Hijau menerapkan prinsip biomimetic penyu hijau yang bertujuan untuk menjaga lingkungan di Pulau Derawan. 6.2.1 Zoning Dalam Pusat Konservasi Penyu Hijau ini dibutuhkan penzoningan yang tepat antara area konservasi, area pengelola dan area edukasi agar aktivitas yang terjadi didalam kawasan dapat berjalan dengan baik dan tidak mengganggu kehidupan penyu hijau yang terdapat di pantai peneluran dan kolam penangkaran. 200 P a g e

Gambar 6.1 Hasil Rancangan Zoning Kawasan 6.2.2 Tata Massa Pola tatanan massa Pusat Konservasi Penyu Hijau di Pulau Derawan mengambil dari susunan organ pencernaan penyu hijau. Tatanan massa dibuat sesuai dengan RDTRK Pulau Derawan pada area konservasi yaitu 60% lahan hijau dan 40% bangunan yang bertujuan untuk melestarikan vegetasi yang ada di Pulau Derawan yang berfungsi untuk mengikat struktur tanah dan merangsang penyu hijau untuk naik ke pantai peneluran. 201 P a g e

Gambar 6.2 Hasil Rancangan Tata Massa 202 P a g e

Gambar 6.3 Hasil Rancangan Tata Massa 6.2.3 Aksesibilitas Pusat Konservasi Penyu Hijau dapat dicapai melalui 2 jalur yaitu jalur laut bagi pengunjung yang berada di luar Pulau Derawan dan jalur darat bagi pengunjung yang berada di Pulau Derawan. 203 P a g e

Gambar 6.4 Hasil Rancangan Aksesibilitas 6.2.4 Sirkulasi Sirkulasi pejalan kaki setiap menuju bangunan pada Pusat Konservasi Penyu Hijau terdiri dari beberapa jalur yang bertujuan untuk memecah jalur sirkulasi pejalan kaki agar tidak terjadi penumpukan pada satu area tertentu. 204 P a g e

Gambar 6.5 Hasil Rancangan Sirkulasi 6.2.5 Vegetasi Jenis vegetasi yang digunakan pada Pusat Konservasi Penyu Hijau merupakan vegetasi yang banyak tumbuh di Pulau Derawan. Vegetasi tersebut terdiri dari: Canavalia maritima, Pongamia pinnata, Scaevola taccada, Terminalia cattapa dan 205 P a g e

Seaweed. Vegetasi yang digunakan memiliki fungsi antara lain untuk mengikat struktur tanah, merangsang naiknya penyu hijau ke pantai peneluran dan sumber makanan penyu hijau. Gambar 6.6 Hasil Rancangan Vegetasi 206 P a g e

Gambar 6.7 Hasil Rancangan Vegetasi 207 P a g e

6.2.6 Kebisingan Penyu hijau yang akan bertelur atau yang seang berada di pantai peneluran sangat sensitive terhadap suara sehingga sumber kebisingan pada Pusat Konservasi Penyu Hijau dibuat agar tidak menggangu proses peneluran penyu hijau. Gambar 6.8 Hasil Rancangan Kebisingan 208 P a g e

Gambar 6.9 Hasil Rancangan Kebisingan 6.2.7 View Pembatasan view pada Pusat Konservasi Penyu Hijau bertujuan agar tidak mengganggu proses peneluran penyu hijau dan membantu pemantauan pengunjung dan pengelola untuk melihat pantai peneluran. 209 P a g e

Gambar 6.10 Hasil Rancangan View 210 P a g e

6.3 Hasil Rancangan Ruang dan Bentuk Bangunan Rancangan bangunan ini merupakan perancangan yang diterapkan kepada bangunan, baik itu mulai dari susunan ruang, visual bangunan, dan fungsi dari setiap bangunan. Ada beberapa jenis bangunan yang terdapat dalam Pusat Konservasi Penyu Hijau di Pulau Derawan, berikut jenis bangunan yang telah dirancang dan penjelasan dari perancangan setiap bangunan tersebut. 6.3.1 Massa Bangunan Gedung Konservasi Bangunan ini merupakan bangunan tempat penangkaran dan pengembangbiakan penyu hijau mulai dari telur hingga menjadi penyu dewasa. Bangunan konservasi ini terdiri dari ruang-ruang untuk penanganan penyu hijau seperti kolam penangkaran penyu dewasa, kolam penangkaran penyu remaja, kolam penangkaran tukik, tempat penetasan telur penyu hijau semi alamai (hatchery), laboratorium dan klinik penyu. 211 P a g e

Gambar 6.11 Denah Gedung Konservasi 212 P a g e

Berikut ini gambaran mengenai suasana ruang dari gedung konservasi yang dapat dilihat dalam gambar potongan bangunan. Gambar 6.12 Potongan Gedung Konservasi Bentuk bangunan dari gedung konservasi mengambil dari proses pernapasan penyu hijau dimana udara masuk melalui satu saluran dan kemudian disebarkan ke seluruh paru-paru dengan membuat bentuk atap yang terbuka pada bagian tengahnya 213 P a g e

yang bertujuan untuk memasukkan sinar matahari ke dalam bangunan yang kemudian dipencarkan ke seluruh ruangan dalam bangunan. Bangunan juga di buat dengan dua lapisan atap yang mengambil dari sistem skeleton penyu hijau yang terdiri dari dua lapisan pelindung yaitu karapaks dan plastron. Gambar 6.13 Tampak Gedung Konservasi 214 P a g e

Interior gedung konservasi dibuat senyaman mungkin untuk pengunjung dengan kesan terbuka pada area kolam penangkaran untuk mempermudah pengunjung dalam mengamati dan berinteraksi dengan penyu hijau yang berada di kolam penangkaran. Gambar 6.14 Interior Kolam Penangkaran Penyu Hijau 215 P a g e

6.3.2 Massa Bangunan Kolam Penanaman Rumput Laut Bangunan kolam penanaman rumput laut merupakan bangunan yang bersifat publik dimana pengunjung dapat belajar cara penanaman rumput laut. Fungsi dari bangunan ini sebagai tempat penanaman rumput laut yang digunakan sebagai sumber makanan penyu hijau yang berada di kolam penangkaran. Gambar 6.15 Denah Kolam Penanaman Rumput Laut 216 P a g e

Berikut ini gambaran mengenai suasana ruang dari kolam penanaman rumput laut yang dapat dilihat dalam gambar potongan bangunan. Gambar 6.16 Potongan Kolam Penanaman Rumput Laut Bentuk bangunan kolam rumput laut mengambil dari proses pernapasan penyu hijau yang membagi udara kedalam lbus-lobus yang berada didalam kantong paru-paru dengan membuat gazebo yang terpisah-pisah untuk membagi pengunjung yang berkunjung. 217 P a g e

Gambar 6.17 Tampak Kolam Penanaman Rumput Laut 6.3.3 Massa Bangunan Gedung Edukasi Fungsi dari bangunan gedung edukasi yaitu sebagai tempat belajar mengenai kehidupan penyu hijau bagi pengunjung di Pusat Konservasi Penyu Hijau di Pulau Derawan. Bangunan ini terdiri daru ruangan seperti perpustakaan, galeri, dan ruang seminar. 218 P a g e

Gambar 6.18 Denah Gedung Edukasi Berikut ini gambaran mengenai suasana ruang dari gedung edukasi yang dapat dilihat dalam gambar potongan bangunan. 219 P a g e

Gambar 6.19 Potongan Gedung Edukasi Bentuk bangunan dari gedung edukasi mengambil dari proses pernapasan penyu hijau dimana udara masuk melalui satu saluran dan kemudian disebarkan ke seluruh paru-paru dengan membuat bentuk atap yang terbuka pada bagian tengahnya yang bertujuan untuk memasukkan sinar matahari ke dalam bangunan yang kemudian dipencarkan ke seluruh ruangan dalam bangunan. Bangunan juga di buat dengan dua lapisan atap yang mengambil dari sistem skeleton penyu hijau yang terdiri dari dua lapisan pelindung yaitu karapaks dan plastron. 220 P a g e

Gambar 6.20 Tampak Gedung Edukasi Interior galeri dan perpustakaan di dalam gedung edukasi dibuat terbuka dan dengan penerangan yang baik agar memudahkan pengunjung dalam mengamati alat peraga yang berada didalam ruang galeri dan belajar di perpustakaan. 221 P a g e

Gambar 6.21 Interior Galeri 222 P a g e

Gambar 6.22 Interior Perpustakaan 223 P a g e

6.3.4 Massa Bangunan Cottage/Penginapan Fungsi dari bangunan cottage/penginapan yaitu sebagai tempat menginap bagi pengunjung yang bermalam di Pusat Konservasi Penyu Hijau di Pulau Derawan. Bangunan ini terdiri daru ruangan seperti kamar, lobby, ruang makan dan ruang karyawan. Gambar 6.23 Denah Gedung Cottage/Penginapan Berikut ini gambaran mengenai suasana ruang dari cottage/penginapan yang dapat dilihat dalam gambar potongan bangunan. 224 P a g e

Gambar 6.24 Potongan Cottage/Penginapan Bentuk bangunan dari cottage/penginapan mengambil dari proses pernapasan penyu hijau dimana udara masuk melalui satu saluran dan kemudian disebarkan ke seluruh paru-paru dengan membuat bentuk atap yang terbuka pada bagian tengahnya yang bertujuan untuk memasukkan sinar matahari ke dalam bangunan yang kemudian dipencarkan ke seluruh ruangan dalam bangunan. Bangunan juga di buat dengan dua lapisan atap yang mengambil dari sistem skeleton penyu hijau yang terdiri dari dua lapisan pelindung yaitu karapaks dan plastron. 225 P a g e

Gambar 6.25 Tampak Cottage/Penginapan Interior lobby dari cottage/penginapan dibuat nyaman bagi pengunjung yang akan menginap dengan memberikan kesan terbuka. 226 P a g e

Gambar 6.26 Interior Lobby 6.3.5 Massa Bangunan Gedung Rapat & Workshop Bangunan gedung rapat dan workshop merupakan bangunan yang bersifat privat dimana pengunjung khusus LSM penyu hijau yang mengadakan pertemuan 227 P a g e

untuk membahas perkembangan penyu hijau di Pulau Derawan. Bangunan ini terdiri dari 2 ruangan utama yaitu ruang rapat dan ruang workshop. Gambar 6.27 Denah Gedung Rapat dan Workshop Berikut ini gambaran mengenai suasana ruang dari gedung rapat dan workshop yang dapat dilihat dalam gambar potongan bangunan. 228 P a g e

Gambar 6.28 Potongan Gedung Rapat dan Workshop Berikut ini gambaran mengenai bentuk dari gedung rapat dan workshop yang dapat dilihat dalam gambar tampak bangunan. 229 P a g e

Gambar 6.29 Tampak Gedung Rapat dan Workshop 6.3.6 Massa Bangunan Kantor Pengelola Bangunan kantor pengelola bersifat semi publik yang berfungsi sebagai tempat bekerja bagi pengelola Pusat Konservasi Penyu Hijau di Pulau Derawan. Bangunan kantor pengelola terdiri dari beberapa ruang seperti ruang karyawan, lobby, dan ruang rapat. 230 P a g e

Gambar 6.30 Denah Gedung Kantor Pengelola Berikut ini gambaran mengenai suasana ruang dari gedung kantor pengelola yang dapat dilihat dalam gambar potongan bangunan. 231 P a g e

Gambar 6.31 Potongan Gedung Kantor Pengelola Berikut ini gambaran mengenai bentuk dari gedung kantor pengelola yang dapat dilihat dalam gambar tampak bangunan. 232 P a g e

Gambar 6.32 Tampak Gedung Kantor Pengelola 6.3.7 Massa Bangunan Masjid Bangunan masjid bersifat publik yang berfungsi sebagai tempat ibadah bagi pengelola dan pengunjung Pusat Konservasi Penyu Hijau di Pulau Derawan. Bangunan masjid terdiri dari ruang sholat, tempat wudhu dan kamar mandi. 233 P a g e

Gambar 6.33 Denah Masjid Berikut ini gambaran mengenai suasana ruang dari gedung kantor pengelola yang dapat dilihat dalam gambar potongan bangunan. 234 P a g e

Gambar 6.34 Potongan Masjid Berikut ini gambaran mengenai bentuk dari masjid yang dapat dilihat dalam gambar tampak bangunan. 235 P a g e

Gambar 6.35 Tampak Masjid 6.3.8 Massa Bangunan Restoran Bangunan restoran bersifat publik yang berfungsi sebagai tempat makan bagi pengelola dan pengunjung Pusat Konservasi Penyu Hijau di Pulau Derawan. Bangunan restoran terdiri dari ruang makan, kasir, dan dapur. 236 P a g e

Gambar 6.36 Denah Restoran Berikut ini gambaran mengenai suasana ruang dari restoran yang dapat dilihat dalam gambar potongan bangunan. 237 P a g e

Gambar 6.37 Potongan Restoran Berikut ini gambaran mengenai bentuk dari restoran yang dapat dilihat dalam gambar tampak bangunan. 238 P a g e

Gambar 6.38 Potongan Restoran 6.3.9 Massa Bangunan Toko Souvenir Bangunan toko souvenir bersifat publik yang berfungsi sebagai tempat yang menyediakan barang-barang souvenir khas tentang penyu hijau dan Pulau Derawan bagi pengunjung Pusat Konservasi Penyu Hijau di Pulau Derawan. 239 P a g e

Gambar 6.39 Denah Toko Souvenir Berikut ini gambaran mengenai suasana ruang dari toko souvenir yang dapat dilihat dalam gambar potongan bangunan. 240 P a g e

Gambar 6.40 Potongan Toko Souvenir Berikut ini gambaran mengenai bentuk dari toko souvenir yang dapat dilihat dalam gambar tampak bangunan. 241 P a g e

Gambar 6.41 Tampak Toko Souvenir 6.3.10 Massa Bangunan Loket dan Pos Jaga Bangunan loket dan pos jaga berfungsi sebagai tempat menyeleksi pengunjung yang masuk dan keluar pada Pusat Konservasi Penyu Hijau di Pulau Derawan. 242 P a g e

Gambar 6.42 Denah Loket Berikut ini gambaran mengenai suasana ruang dari loket yang dapat dilihat dalam gambar potongan bangunan. 243 P a g e

Gambar 6.43 Potongan Loket Berikut ini gambaran mengenai bentuk dari loket yang dapat dilihat dalam gambar tampak bangunan. 244 P a g e

Gambar 6.44 Tampak Loket Pos jaga sebagai tempat pemeriksaan barang bawaan pengunjung ketika masuk dan keluar dari Pusat Konservasi Penyu Hijau untuk menghindari pencurian dan perusakan pada habitat penyu hijau. 245 P a g e

Gambar 6.45 Denah Pos Jaga Berikut ini gambaran mengenai suasana ruang dari pos jaga yang dapat dilihat dalam gambar potongan bangunan. 246 P a g e

Gambar 6.46 Potongan Pos Jaga Berikut ini gambaran mengenai bentuk dari pos jaga yang dapat dilihat dalam gambar tampak bangunan. 247 P a g e

Gambar 6.47 Tampak Pos Jaga 6.3.11 Massa Bangunan Dermaga Bangunan dermaga bersifat pubik yang memiliki fungsi sebagai tempat bersandarnya kapal atau perahu pengunjung yang akan masuk maupun yang akan keluar dari Pusat Konservasi Penyu Hijau di Pulau Derawan. 248 P a g e

Gambar 6.48 Denah Dermaga Berikut ini gambaran mengenai suasana ruang dari dermaga yang dapat dilihat dalam gambar potongan bangunan. 249 P a g e

Gambar 6.49 Potongan Dermaga Berikut ini gambaran mengenai bentuk dari dermaga yang dapat dilihat dalam gambar tampak bangunan. 250 P a g e

Gambar 6.50 Tampak Dermaga 6.4 Struktur Pemilihan struktur yang digunakan pada Pusat Konservasi Penyu Hijau di Pulau Derawan berdasarkan pertimbangan keadaan lingkungan sekitar. Dengan lokasi tapak yang berada di pantai maka pondasi yang digunakan berupa pondasi tiang pancang agar bangunan tidak mudah berubah posisi. 251 P a g e

Gambar 6.51 Hasil Rancangan Struktur 252 P a g e

6.5 Utilitas 6.5.1 Utilitas Air Bersih Sumber air bersih pada Pusat Konservasi Penyu Hijau berasal dari air PDAM dan air laut. Air PDAM digunakan untuk pengguna bangunan dan air laut digunakan untuk penyu hijau dan tanaman rumput laut. Gambar 6.52 Utilitas Air Bersih 253 P a g e

Gambar 6.53 Utilitas Air Bersih 6.5.2 Utilitas Air Hujan Intensitas hujan yang tinggi di Pulau Derawan dimanfaatkan sebagai air untuk menyiram tanaman dan memadamkan api ketika terjadi kebakaran dengan cara ditampung di kolam penampungan air hujan. 254 P a g e

Gambar 6.54 Utilitas Air Hujan Gambar 6.55 Utilitas Air Hujan 255 P a g e

6.5.3 Utilitas Air Kotor Untuk sisa penggunaan air tawar pada setiap bangunan dibuatkan saluran untuk pembuangan air kotor, yang kemudian di saluran-saluran air kotor dari setiap bangunan tersebut dipertemukan dengan saluran air kotor utama pada kawasan. Saluran utama air kotor kawasan ini tidak dibuang ke laut, melainkan di arahkan ke kolam buatan. Sebelum air kotor memasuki ke kolam, air kotor tersebut melewati sebuah saluran filterisasi. Air yang sudah di filter secara otomatis akan mengalir ke kolam, yang nantinya air tersebut bisa di manfaatkan untuk penyiraman tanaman dan menanggulangi bahaya kebakaran. Sedangkan sisa penggunaan air laut pada kolam penangkaran penyu hijau dan kolam penanaman rumput laut menerapkan sistem grazing penyu hijau dimana air sisa kolam penangkaran di manfaatkan untuk kolam penanaman rumput laut. Kemudian sisa air dari kolam rumput laut dapat di manfaatkan untuk sumber air tawar dengan menggunakan filter reverse osmosis yang digunakan sebagai cadangan air untuk kebutuhan pengguna bangunan. 256 P a g e

Gambar 6.56 Utilitas Air Kotor 6.5.4 Utilitas Listrik Sumber energi listrik pada Pusat Konservasi Penyu Hijau di Pulau Derawan memanfaatkan energi listrik dari PLN dengan pembangkit listrik tenaga surya yang ada di Pulau Derawan. 257 P a g e

Gambar 6.57 Utilitas Listrik 6.5.5 Utilitas Pengolahan Sampah Pengolahan sampah pada perancangan menerapkan proses respirasi pada penyu hijau yang mengikat oksigen dengan lobus kemudian mengeluarkannya melalui 1 jalur laring dengan cara membuat tempat sampah di setiap titik tertentu yang kemudian dikeluarkan melalui jalur dermaga untuk kemudian dibuang ke tempat pembuangan sampah akhir di pulau yang lebih besar. 258 P a g e

Gambar 6.58 Pengolahan Sampah 6.5.6 Utilitas Penanggulangan Kebakaran Sistem untuk menanggulangi bahaya kebakaran yaitu setiap bangunan diberikan mesin pompa air. Kemudian apabila terjadi kebakaran disalah satu bangunan, mesin pompa air tersebut secara otomatis akan menyerap air yang berada pada kolam, lalu air langsung dikeluarkan untuk meredamkan api. Sistem ini 259 P a g e

termasuk langkah awal untuk menanggulangi kebakaran dan agar api tidak merambat kebangunan yang lain. Gambar 6.59 Penanggulangan Kebakaran 6.5.7 Utilitas Jalur Evakuasi Jalur evakuasi dibuat untuk penanganan bencana seperti kebakaran untuk membantu dan mempercepat proses evakuasi pengunjung menuju tempat yang aman. 260 P a g e

Gambar 6.60 Jalur Evakuasi 261 P a g e