BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berdasarkan atas hukum (rechtsstaat), tidak berdasarkan atas

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam

Bab III. Penutup. dalam penulisan hukum/skripsi ini sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang mengintegrasikan bagian-bagian masyarakat dan hukum

BAB I PENDAHULUAN. bisa dilakukan secara merata ke daerah-daerah, khususnya di bidang ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan masyarakat di Indonesia perjudian masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan mengatur tata tertib dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 amandemen ke-iii. Dalam Negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara republik Indonesia adalah negara hukum, berdasarkan pancasila

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan tanpa kecuali. Hukum merupakan kaidah yang berupa perintah

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan suatu aturan hukum tertulis yang disebut pidana. Adapun dapat ditarik kesimpulan tujuan pidana adalah: 2

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945, telah ditegaskan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, sering terjadi tindak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, dan

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan norma hukum tentunya tidaklah menjadi masalah. Namun. terhadap perilaku yang tidak sesuai dengan norma biasanya dapat

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat dilihat dari adanya indikasi angka kecelakaan yang terus

BAB I PENDAHULUAN. sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, sehingga harus diberantas 1. hidup masyarakat Indonesia sejak dulu hingga saat ini.

Kejahatan merupakan bayang-bayang peradaban manusia, bahkan lebih maju dari peradaban

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meningkatnya kasus kejahatan pencurian kendaraan bermotor memang

BAB I PENDAHULUAN. makmur yang merata materiil dan spirituil berdasarkan Pancasila dan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Cita-cita Negara Indonesia yang telah dirumuskan para pendiri negara yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan bermasyarakat, setiap anggota masyarakat selalu

BAB I PENDAHULUAN. mampu memimpin serta memelihara kesatuan dan persatuan bangsa dalam. dan tantangan dalam masyarakat dan kadang-kadang dijumpai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Alat transportasi merupakan salah satu kebutuhan utama manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan tindak pidana dalam kehidupan masyarakat di

BAB I PENDAHULUAN. besar peranannya di dalam mewujudkan cita-cita pembangunan. Dengan. mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara hukum yang mengandung arti bahwa hukum. merupakan tiang utama dalam menggerakkan sendi-sendi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berdasarkan atas hukum ( rechtstaat) tidak berdasarkan atas kekuasaan

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini berpengaruh terhadap pergeseran kebutuhan manusia 1.

BAB I PENDAHULUAN. terkait korupsi merupakan bukti pemerintah serius untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat tersebut, aturan-aturan tersebut disebut juga normanorma

SKRIPSI PERANAN PENYIDIK POLRI DALAM MENCARI BARANG BUKTI HASIL TINDAK PIDANA PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA DI WILAYAH HUKUM POLRESTA PADANG

BAB I PENDAHULUAN. paling dominan adalah semakin terpuruknya nilai-nilai perekonomian yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara hukum, hal ini telah dinyatakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. perbuatan menyimpang yang ada dalam kehidupan masyarakat. maraknya peredaran narkotika di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Negara Indonesia adalah negara bardasarkan hukum bukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada umumnya kejahatan dilakukan oleh orang yang telah dewasa,

BAB I PENDAHULUAN. Penyelidikan merupakan bagian yang tidak dapat di pisahkan dari. penyidikan, KUHAP dengan tegas membedakan istilah Penyidik dan

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) adalah Kepolisian

BAB I PENDAHULUAN. penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 yang mengatur bahwa Negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Nasional bertujuan mewujudkan manusia Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. positif dari pembangunan tersebut antara lain semakin majunya tingkat

III. METODE PENELITIAN. penelitian guna mendapatkan, mengolah, dan menyimpulkan data yang dapat

I. PENDAHULUAN. peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh setiap masyarakat agar keseimbangan

BAB I PENDAHULUAN. pangan, dan papan tercukupi. Akan tetapi pada kenyataannya, masih ada

BAB I PENDAHULUAN. dengan pemeriksaan oleh Ankum yang menangani pelanggaran disiplin.

I. PENDAHULUAN. merupakan peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh setiap masyarakat agar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hak dan kewajiban merupakan sesuatu yang melekat dan menyatu pada

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus termasuk derajat kesehatannya. dengan mengusahakan ketersediaan narkotika dan obat-obatan jenis tertentu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini rasanya cukup relevan untuk membicarakan masalah polisi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peraturan-peraturan hukum yang telah ada di masyarakat wajib

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses peradilan yang sesuai dengan prosedur menjadi penentu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini banyak ditemukan tindak pidana atau kejahatan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan di masyarakat sering sekali terjadi pelanggaran terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia salah satunya Kota Malang terdapat tradisi yang biasanya

PERAN IKOSA (IKATAN KLUB OTOMOTIF SURAKARTA) DALAM MENDUKUNG SATLANTAS POLTABES SURAKARTA GUNA MEWUJUDKAN KETERTIBAN LALU LINTAS

melaksanakan kehidupan sehari-hari dan dalam berinterkasi dengan lingkungannya. Wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang dan peraturan serta ketentuan-ketentuan lain yang berlaku di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Agar hukum dapat berjalan dengan baik pelaksanaan hukum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem transportasi adalah suatu hal yang penting bagi suatu kota,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Praperadilan merupakan lembaga baru dalam dunia peradilan di

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses pembiusan sebelum pasien dioperasi. Seiring dengan perkembangan

III. METODE PENELITIAN. digunakan pendekatan secara yuridis normatif dan yuridis empiris.

I. METODE PENELITIAN. Pendekatan yuridis normatif adalah pendekatan yang menelaah hukum sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembicaraan tentang anak dan perlindungan tidak akan pernah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki wilayah yang sangat luas dan beraneka ragam budaya. Selain itu Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. ini, yakni: pertama, memberikan layanan civil (Civil Service); kedua,

III. METODE PENELITIAN. empiris sebagai penunjang. Pendekatan secara yuridis normatif dilakukan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berkenaan dengan pembangunan teknologi,dewasa ini seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. (BT), Kabupaten Wonosobo berjarak 120 Km dari Ibu Kota Jawa Tengah

BAB I PENDAHULUAN. positif Indonesia lazim diartikan sebagai orang yang belum dewasa/

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang Undang Dasar Repubik Indonesia (UUD 1945) Pasal 1 ayat (3).

I. PENDAHULUAN. hukum sebagai sarana dalam mencari kebenaran, keadilan dan kepastian hukum. Kesalahan,

III. METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam pembahasan penulisan penelitian ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia adalah negara berdasarkan UUD 1945 sebagai konstitusi

BAB I PENDAHULUAN. kenyamanan dalam rangka menuju masyarakat sejahtera, adil, dan makmur.

BAB I PENDAHULUAN. adalah negara yang berdasar atas hukum (rechtsstaat). yaitu Negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. hukum, tidak ada suatu tindak pidana tanpa sifat melanggar hukum. 1

III. METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam pembahasan penulisan penelitian ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam pergaulan di tengah kehidupan masyarakat dan demi kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi.

PERANAN SIDIK JARI DALAM PROSES PENYIDIKAN SEBAGAI SALAH SATU ALAT BUKTI UNTUK MENGUNGKAP SUATU TINDAK PIDANA. (Studi Kasus di Polres Sukoharjo)

I. PENDAHULUAN. Fenomena penyalahgunaan dan peredaran narkotika merupakan persoalan

BAB I PENDAHULUAN. semua warga negara bersama kedudukannya di dalam hukum dan. peradilan pidana di Indonesia. Sebelum Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehidupan bangsa Indonesia tidak bisa luput dari masalah hukum yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-undang Dasar 1945 menjelaskan dengan tegas, bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia adalah negara yang berdasarkan hukum sebagaimana diatur

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yakni

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia segala sesuatu atau seluruh aspek kehidupan diselenggarakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam Penjelasan Undang Undang Dasar 1945, telah dijelaskan

BAB I PENDAHULUAN. ditegaskan dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-undang Dasar Tahun Setiap

PENGGUNAAN METODE SKETSA WAJAH DALAM MENEMUKAN PELAKU TINDAK PIDANA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum, maka

BAB I PENDAHULUAN. pengadilan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum. pemeriksaan di sidang pengadilan ada pada hakim. Kewenangan-kewenangan

yang tersendiri yang terpisah dari Peradilan umum. 1

III. METODE PENELITIAN. dilakukan dengan pendekatan secara yuridis normatif dan yuridis empiris.

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Penerapan hukum dengan cara menjunjung tinggi nilai-nilai yang

BAB I PENDAHULUAN. faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berkembangnya arus modernisasi serta cepatnya perkembangan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-undang Dasar 1945 menjelaskan dengan tegas, bahwa Negara Indonesia berdasarkan atas hukum (rechtsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan kekuasaan belaka (machtsstaat). Hal itu berarti bahwa Republik Indonesia ialah Negara hukum yang demokratis berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, menjunjung tinggi hak asasi manusia dan menjamin segala warganegara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan, serta wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. Demi mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, makmur, dan merata secara materiil dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945, penegakan hukum harus dilaksanakan secara tegas dan konsisten. Hukum itu adalah himpunan peraturan-peraturan (perintah-perintah dan larangan) yang mengurus tata tertib suatu masyarakat dan karena itu harus ditaati oleh masyarakat itu. 1 Dari rumusan tersebut tampak bahwa hukum memerlukan kekuatan eksternal untuk menegakkannya, yaitu penegak hukum. 1 C.S.T Kansil, 1989, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka,, hlm 38 1

2 Salah satu penegak hukum adalah polisi, yang berdasarkan Undang- Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonseia, mempunyai tugas pokok sebagai berikut : 1. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat; 2. Menegakkan hukum serta sebagai pengayom masyarakat, dan 3. Memberikan perlindungan juga pelayanan kepada masyarakat. Dalam Pasal 17 Undang-Undang No 2 Tahun 2002 ditentukan bahwa pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia menjalankan tugas dan wewenangnya di seluruh wilayah Negara Republik Indonesia, khususnya di daerah hukum pejabat yang bersangkutan ditugaskan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dalam Undang-Undang ini secara tegas dinyatakan bahwa kewenangan Kepolisian Negara Republik Indonesia, yaitu melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan lainnya. Namun, tindakan pencegahan tetap diutamakan melalui pengembangan upaya preventif dan kewajiban umum kepolisian yaitu memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat. Dalam hal ini setiap pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia memiliki kewenangan Diskersi, yaitu kewenangan untuk bertindak demi kepentingan umum berdasarkan penilaian sendiri. 2 Undang-undang No 2 Tahun 2002 Pasal 2 menyatakan bahwa fungsi kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintah negara di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban 2 Citra Umbara, Undang-undang Negara R.I. No 2 Tahun 2002 dan Peraturan Pemerintah R.I. No 17 tahun 2012 Tentang Kepolisian, cetakan pertama. Bandung, 2012, hlm 26.

3 masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat. Seiring bertambahnya jumlah penduduk dan berkembangnya masyarakat serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, kejahatan pun meningkat. Kejahatan merupakan suatu permasalahan yang sering terjadi di lingkungan masyarakat, yang disebabkan oleh faktor ekonomi yang rumit maupun faktor-faktor lainnya. Kejahatan dapat membahayakan pihak-pihak yang merasa dirugikan, dan menimbulkan ketidaktenangan dalam suatu masyarakat tertentu. Istilah kejahatan seringkali dibedakan antara konsep yuridis, yaitu sebagai perbuatan yang dilarang oleh undang-undang pidana, dan sebagai konsep sosiologis dan/ atau psikologis yang sering disebut dengan istilah perilaku menyimpang. Dalam konsep yuridis setiap orang yang melakukan kejahatan akan diberi sanksi hukum yang sesuai dengan perbuatan yang dilakukannya. Salah satu tindak pidana yang marak terjadi di Yogyakarta sebagai kota pelajar adalah tindak pidana pencurian kendaraan bermotor. Banyak hal yang bisa menjadi pemicu tindak pidana tersebut, seperti kelalaian para pemilik kendaraan bermotor yang kurang waspada dalam menjaga kendaraan motor miliknya ketika di parkir di tempat tempat tertentu. Seiring dengan banyaknya jumlah penduduk khususnya di daerah Yogyakarta, baik dari Jawa maupun luar Jawa menyebabkan meningkatnya kepemilikan dan pengguna kendaraan

4 sepeda motor. Seiring dengan itu maka semakin meningkat pula tindak pidana pencurian sepeda motor di daerah Yogyakarta Pencurian kendaraan bermotor lebih mudah dilaksanakan daripada kejahatan lain seperti perampokan, penodongan dan sebagainya. Hal ini dikarenakan : 1. Hasilnya sangat menguntungkan 2. Kemungkinan tertangkap kecil, karena sangat sulit melakukan pengenalan kembali kendaraan motor yang dicuri. 3. Penjualan ataupun pemasaran kendaraan bermotor hasil kejahatan mudah dilaksanakan 4. Alat untuk melakukan kejahatan mudah dicari, antara lain obeng, kunci palsu, kawat, dan lain-lain 5. Tempat parkir tidak bertanggungjawab atas kehilangan kendaraan bermotor. 3 Pencurian kendaraan bermotor adalah kejahatan yang menurut angka resmi menonjol di Indonesia. Dugaan penyebabnya ialah karena kendaraan bermotor merupakan sarana vital dengan mobilitas tinggi yang sangat diperlukan untuk kehidupan di era modern ini. Selain itu dapat dikatakan bahwa hasil pembangunan secara keseluruhan belum dinikmati masyarakat secara merata, sehingga ada orang yang ingin memiliki kendaraan, sedangkan kemampuan membelinya belum memadai sehingga mereka mengambil jalan sendiri. 4 3 Soerjono Soekanto; Hartono widodo; Chalimah Syanto, Penanggulangan Pencurian Kendaraan Bermotor, PT Bina Aksara, Jakarta, 1988,hlm.24. 4 DRS Mulyana W. Kusumah, Aneka Permasalahan Dalam Ruang Lingkup Kriminologi, Bandung, 1981, hlm53-54.

5 Bertolak dari uraian tersebut di atas, penulis ingin mengkaji lebih lanjut peran Kepolisian sebagai penegak hukum dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat dengan melakukan penulisan hukum yang berjudul Peran Polisi Dalam Menanggulangi Kasus Tindak Pidana Pencurian Kendaraan Bermotor Di Kota Yogyakarta. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang tersebut diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana peran polisi dalam menanggulangi kasus tindak pidana pencurian kendaraan bermotor di Kota Yogyakarta? 2. Apakah kendala yang dialami polisi dalam menanggulangi tindak pidana pencurian kendaraan bermotor? C. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui dan menganalisis peran polisi dalam menangani tindak pidana pencurian kendaraan bermotor di Kota Yogyakarta. 2. Mengetahui dan menganalisis kendala dihadapi polisi dalam menangani tindak pidana pencurian kendaraan bermotor.

6 D. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis Hasil dari penelitian ini diharapakan dapat menambah ilmu pengetahuan dan antisipasi terhadap pencegahan tindak pidana pencurian kendaraan bermotor dilingkungan masyarakat. 2. Secara Praktis a. Bagi pihak kepolisian hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan refrensi, dan masukan dalam menangani kasus tindak pidana pencurian kendaraan bermotor di Kota Yogyakarta. b. Bagi masyarakat luas, agar lebih waspada dalam menjaga dan mengantisipasi terjadinya suatu tindak pidana pencurian kendaraan bermotor di lingkungan masyarakat. E. Keaslian Penelitian Penulisan Hukum / Skripsi ini merupakan hasil karya penulis sendiri, bukan merupakan duplikasi ataupun plagiasi dari hasil karya penulis lain. Kajian penelitian ini adalah mengkaji bagaimana peran kepolisan dalam menangani tindak pidana pencurian kendaraan bermotor. Setelah dilakukan penelusuran ternyata telah ada penulis lain yang melakukan penulisan hukum berkaitan dengan masalah ini, yaitu :

7 1. Albertus Priyo Indarto Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta tahun 2005 dengan judul Peran Hakim Pengadilan Negeri Wates dalam Penanggulangan Pencurian Sepeda Motor a. Rumusan Masalah : Apakah putusan hakim pengadilan negeri wates berperan dalam penanggulangan pencurian kendaraan bermotor? b. Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui putusan hakim pengadilan negeri wates berperan dalam penanggulangan pencurian kendaraan bermotor. c. Kesimpulan : Dalam upaya penanggulangan pencurian sepeda motor dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu melalui lembaga negara yang memiliki fungsi sebagai penegak hukum salah satunya yaitu hakim. Dalam hal ini kebijakan hakim dalam menjatuhkan putusan terhadap pelaku pencurian dengan memeperhatikan faktor pemberat pidana dengan maksud agar pelaku jera dan memberi pendidikan agar tidak mengulangi lagi. 2. Eko Aji Santoso Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta tahun 2011 dengan judul Peran Polri Terhadap Penanggulangan Penggelapan Sepeda Motor di Wilayah Yogyakarta. a. Rumusan Masalah :

8 1) Bagaimanakah Polri dalam menanggulangi penggelapan sepeda motor di wilayah Yogyakarta? 2) Apakah hambatan Polri dalam menanggulangi penggelapan sepeda motor di wilayah Yogyakarta? b. Tujuan penelitian : 1) Mengetahui bagaimanakah Polri dalam menanggulangi penggelapan sepeda motor di wiliyah Yogyakarta. 2) Mengetahui hambatan Polri dalam menanggulangi penggelapan sepeda motor di wilayah Yogyakarta c. Kesimpulan : 1) Penanggulangan Polri terhadap penggelapan sepeda motor di wilayah Yogyakarta adalah, diartikan sebagai usaha mencegah dan mengurangi penggelapan sepeda motor di wilayah Yogyakarta, yaitu dengan cara Polri memberikan penyuluhan hukum terhadap masyarakat melalui radio, surat kabar, dan masuk kedalam lingkungan sekolah-sekolah. 2) Pengejaran pelaku maupun barang bukti sepeda motor yang digelapkan memerlukan biaya operasional yang tinggi bila pelaku maupun sepeda motor yang

9 digelapkan telah keluar dari wilayah kota Yogyakarta, dan memerlukan waktu yang lama. 3. Anton Rudiyanto Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta tahun 2004 dengan judul Upaya Polres Bantul Penanggulangan Kejahatan Pencurian Kendaraan Bermotor (Curanmor) di kabupaten Bantul a. Rumusan Masalah : 1) Upaya apa saja yang diambil Polres Bantul dalam menanggulangi kejahatan pencurian kendaraan bermotor di wilayah Kabupaten Bantul? 2) Kendala-kendala apa saja yang dihadapi oleh Polres Bantul dalam penanggulangan kejahatan pencurian kendaraan bermotor di wilayah Kabupaten Bantul? b. Tujuan Penelitian : 1) Untuk mengetahui upaya apa yang dilakukan Polri khususnya Polres Bantul dalam menanggulangi kejahatan pencurian kendaraan yang terjadi di wilayah Kabupaten Bantul 2) Untuk mengetahui kendala-kendala apa saja yang dihadapi oleh Polres Bantul dalam penanggulangan kejahatan pencurian kendaraan bermotor di wilayah Kabupaten Bantul. c. Kesimpulan :

10 1) Upaya yang dilakukan oleh Polres Bantul yaitu upaya penal dengan melakukan penangkapan, pemeriksaan dan penyitaan barang yang berhubungan dengan kejahatan, dan upaya non penal dengan meningkatkan profesional anggota Polres, fungsi serta pengamanan. 2) Dalam melaksanakan tugas-tugasnya Polisi memerlukan sarana dan prasarana yang menunjang, dan dapat mendukung pekerjaanya seperti alat komunikasi, transportasi yang dibutuhkan untuk mempercepat dalam memperlancar tugasnya F. Batasan Konsep Ada beberapa konsep yang mendasar dalam penulisan hukum ini, yaitu : 1. Peran Polisi Peran adalah perangkat tingkah yang diharapakan dimiliki oleh orang yang Berkedudukan dimasyarakat. 2. Tindak Pidana Pencurian Perbuatan pidana yang dimana mengambil seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum. 3. Kendaraan Bermotor

11 Kendaraan bermotor adalah kendaraan yang memakai mesin (motor) untuk menjalankannya. G. Metode Penelitian 1. Jenis penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian hukum normatif, yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti data sekunder sebagai data utama, sedangkan data primer sebagai penunjang. Penelitian hukum normatif berfokus pada norma hukum positif berupa peraturan perundang-undangan. 2. Sumber Data Dalam penelitian hukum normatif data yang digunakan berupa data sekunder yang terdiri dari : a. Bahan hukum primer : 1) Undang- undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2) Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP); 3) Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP); 4) Undang- undang Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. b. Bahan hukum sekunder :

12 Bahan hukum berupa fakta hukum, doktrin, asas-asas hukum, dan pendapat hukum dalam literatur, jurnal, hasil penelitian, dokumen, surat kabar, internet, dan majalah ilmiah. c. Bahan hukum tersier : Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) 3. Cara Pengumpulan Data Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan cara: a. Studi kepustakaan Studi kepustakaan yaitu membaca, mempelajari, dan memahami buku-buku dan mendeskripsikan,menganalisis dan menilai peraturan perundang-undangan dengan menggunakan penalaran hukum yang berhubungan dengan peran polisi dalam menangani kasus tindak pidana pencurian kendaraan bemotor. b. Wawancara Wawancara yaitu suatu bentuk komunikasi, mengadakan wawancara langsung dengan pihak kepolisian sebagai narasumber yang bertujuan untuk memperoleh data primer. 4. Analisis Data Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis secara kualitatif yaitu analisis yang dilakukan dengan memahami dan merangkai data yang dikumpulkan secara sistematis sehingga diperoleh suatu gambaran mengenai masalah atau keadaan yang diteliti.

13 H. Sistematika Skripsi Sesuai dengan judul Peran Polisi Dalam Menangani Kasus Tindak Pidana Pencurian Kendaraan Bermotor di Kota Yogyakarta, maka penulisan ini dibagi Menjadi 3 (tiga) bab yang masing-masing bab terdiri dari sub-sub bab dalam, sistematika sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Keaslian Penelitian, Tinjauan Pustaka, Batasan Konsep, Metode Penelitian. BAB II UPAYA POLISI DALAM MENANGANI KASUS TINDAK PIDANA PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA YOGYAKARTA Pada bagian ini diuriakan tentang hasil-hasil dari analisis yang telah dilakukan mengenai, Tinjauan umum tentang polisi yang di dalamnya memuat pengertian tentang polisi, tugas polisi, kewenangan polisi di bidang proses pidana, Tinjauan umum tindak pidana pencurian kendaraan bermotor yang di dalamnya memuat pengertian kepemilikan kendaraan bermotor, pengertian tindak pidana, pengertian pencurian kendaraan bermotor, faktor pendorong terjadinya pencurian kendaraan bermotor di kota

14 Yogyakarta, dan upaya kepolisian menangani kasus pencurian kendaraan bermotor yang di dalamnya memuat perkembangan pencurian kendaraan bermotor, upaya kepolisian dalam menangani pencurian kendaraan bermotor, kendala yang dihadapi kepolisian dalam menangani dan menindak pencurian kendaraan bermotor. BAB III PENUTUP Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran.