BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Laporan Keuangan Daerah Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 pasal 1 ayat 6 Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut. Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) No. 1, paragraph 9, (PP No. 24 tahun 2005) dinyatakan bahwa: Laporan keuangan merupakan laporan yang terstruktur mengenai posisi keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan. Tujuan utama laporan keuangan adalah menyajikan informasi mengenai posisi keuangan, realisasi anggaran, arus kas, dan kinerja keuangan suatu entitas pelaporan yang bermanfaat bagi para pengguna dalam membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya. Secara sfesifik, tujuan pelaporan keuangan pemerintah adalah untuk menyajikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan dan untuk menunjukkan akuntabilitas entitas pelaporan atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya, dengan : a) menyediakan informasi mengenai posisi sumber daya ekonomi, kewajiban, dan ekuitas dana pemerintah; b) menyediakan informasi mengenai perubahan posisi sumber daya ekonomi, kewajiban, dan ekuitas dana pemerintah; c) menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi, dan penggunaan sumber daya ekonomi; d) menyediakan informasi mengenai ketaatan realisasi terhadap anggarannya; e) menyediakan informasi mengenai cara entitas pelaporan mendanai aktivitasnya dan memenuhi kebutuhan kasnya; f) menyediakan informasi mengenai potensi pemerintah untuk membiayai penyelenggaraan kegiatan pemerintahan;
g) menyediakan informasi yang berguna untuk mengevaluasi kemampuan entitas pelaporan dalam mendanai aktivitasnya. Menurut Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, kerangka konseptual akuntansi pemerintahan paragraph 21 sampai 22 bahwa : Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan. Setiap entitas pelaporan mempunyai kewajiban untuk melaporkan upaya-upaya yang telah dicapai dalam pelaksanaan kegiatan secara sistematis dan terstruktur pada suatu periode pelaporan untuk kepentingan : a. akuntabilitas, Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada unit organisasi pemerintah dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan secara periodik. b. manajerial, Menyediakan informasi keuangan yang berguna untuk perencanaan dan pengelolaan keuangan pemerintahan serta memudahkan pengendalian yang efektif atas seluruh aset, hutang, dan ekuitas dana. c. transparansi, Menyediakan informasi keuangan yang terbuka bagi masyarakat dalam rangka mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang baik. d. keseimbangan antar generasi (intergrational equity). Membantu para pengguna dalam mengetahui kecukupan penerimaan pemerintah pada periode pelaporan untuk membiayai seluruh pengeluaran yang dialokasikan dan apakah generasi yang akan datang diasumsikan akan ikut menanggung beban pengeluaran tersebut. Menurut Undang-Undang nomor 13 tahun 2003 pasal 31 dinyatakan bahwa laporan keuangan yang harus disajikan oleh kepala daerah setidak-tidaknya meliputi Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan Atas Laporan Keuangan. 2. Aksesibilitas Laporan Keuangan
Akuntabilitas yang efektif tergantung kepada akses publik (Shende dan Bennett, 2004) dalam (Mulyana, 2006). Sehingga aksesibilitas dalam pelaporan keuangan daerah merupakan salah satu upaya penguatan partisipasi publik. Dalam Undang-Undang nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, pasal 103, dinyatakan bahwa informasi yang dimuat dalam sistem informasi keuangan daerah merupakan data terbuka yang dapat diketahui, diakses dan diperoleh oleh masyarakat. Yang berarti pula bahwa pemerintah daerah harus membuka akses kepada pihak pengguna secara luas atas laporan keuangannya melalui internet, surat kabar atau media lain. Berdasarkan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 ( pasal 102 ayat 3) disebutkan bahwa: Informasi yang berkaitan dengan sistem informasi keuangan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), mencakup : a) APBD dan laporan realisasi APBD propinsi, kabupaten, dan kota, b) neraca daerah, c) laporan arus kas, d) cacatan atas laporan keuangan daerah, e) dana dekonsentrasi dan dana tugas pembantuan, f) laporan keuangan perusahaan daerah, g) data yang berkaitan dengan kenutuhan fiskal dan kapasitas fiskal daerah. Hak memperoleh informasi merupakan hak asasi manusia dan keterbukaan informasi publik merupakan salah satu ciri penting negara demokraris yang menjunjung tinggi kedaulatan rakyat untuk mewujudkan pemerintahan yang baik. Bahwa keterbukaan informasi publik merupakan sarana dalam mengoptimalkan pengawasan publik terhadap penyelenggara negara dan badan publik lainnya dan segala sesuatu yang berakibat bagi kepentingan publik. Dalam
hal ini pemerintah daerah berdasarkan UU No. 14 Tahun 2008, pasal 7 ayat 3, menyatakan bahwa dalam menyediakan informasi publik yang akurat, benar, dan tidak menyesatkan maka badan publik harus membangun dan mengembangkan sistem informasi dan dokumentasi untuk mengelola informasi publik secara baik dan efisien sehingga dapat diakses dengan mudah. Menurut UU No. 14 Tahun 2008 tentang keterbukaan informasi publik, pasal 1 ayat 2, yang dimaksud dengan informasi publik adalah informasi yang dihasilkan, disimpan, dikelola, dikirim dan/atau diterima oleh badan publik yang berkaitan dengan penyelenggara dan penyelenggaraan negara dan/atau penyelenggara dan penyelenggaraan badan publik lainnya yang berkaitan dengan kepentingan publik. Keterbukaan informasi sangat penting guna mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah. Hal ini sesuai dengan tujuan disahkannya Undang-Undang keterbukaan informasi publik, sebagaimana dinyatakan dalam pasal 3d bahwa keterbukaan informasi publik bertujuan untuk mewujudkan penyelenggaraan negara yang baik, yaitu trasparan, efektif dan efisien, akuntabel serta dapat dipertanggungjawabkan. Laporan keuangan merupakan salah satu bagian dari informasi publik sesuai dengan pasal 9 ayat 2c, yang menyatakan bahwa informasi mengenai laporan keuangan wajib diumumkan secara berkala. Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa Aksesibilitas laporan keuangan merupakan kemampuan untuk memberikan akses bagi pihak-pihak yang
berkepentingan (stakeholder) untuk mengetahui atau memperoleh infprmasi atas laporan keuangan berdasarkan prinsip mudah dan biaya murah. 3. Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah Reformasi di Indonesia tidak terlepas dari semangat penegakan demokrasi. Istilah demokrasi mengisyaratkan setidaknya ada tiga elemen penting yang harus diperhatikan yaitu transparansi, akuntabilitas, dan keadilan (Shende dan Bennett, 2004) dalam Mulyana (2006). Transparansi merupakan suatu kebebasan untuk mengakses aktivitas politik dan ekonomi pemerintah dan keputusankeputusannya. Akuntabilitas mengandung arti pertanggungjawaban, baik oleh orang-orang maupun badan-badan yang dipilih, atas pilihan-pilihan dan tindakantindakannya. Konsep keadilan berarti bahwa masyarakat diperlakukan secara sama di bawah hukum, dan mempunyai derajat yang sama dalam partisipasi politik dalam pemerintahannya (Shende dan Bennett, 2004) dalam (Mulyana, 2006). Transparansi, akuntabilitas dan keadilan merupakan atribut yang terpisah. Akan tetapi, dua istilah yang pertama adalah tidak independen, sebab pelaksanaan akuntabilitas memerlukan transparansi (Shende dan Bennett, 2004) dalam (Mulyana, 2006). Pembuatan laporan keuangan adalah suatu bentuk kebutuhan transparansi yang merupakan syarat pendukung adanya akuntabilitas berupa keterbukaan (openness) pemerintah atas aktivitas pengelolaan sumber daya publik (Mardiasmo,2006:3). Menurut Krina P (2003:9) akuntabilitas bermakna
pertanggungjawaban dengan menciptakan pengawasan melalui distribusi kekuasaan pada berbagai lembaga pemerintahan sehingga mengurangi penumpukan kekuasaan sekaligus menciptakan kondisi saling mengawasi (checks and balances system). Lembaga pemerintahan yang dimaksud adalah eksekutif (Presiden, Wakil Presiden, dan kabinetnya), yudikatif (MA dan sistem peradilan), serta legislatif (MPR dan DPR). Peranan masyarakat yang semakin penting dalam fungsi pengawasan ini menempatkannya sebagai pilar keempat. Sedangkan transparansi adalah prinsip yang menjamin akses atau kebebasan bagi setiap orang untuk memperoleh informasi tentang penyelenggaraan pemerintahan, yakni informasi tentang kebijakan,proses pembuatan dan palaksanaannya, serta hasilhasil yang dicapai. Reformasi di bidang transparansi dan akuntabilitas ini juga didukung oleh Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 (pasal 103) yang menyatakan bahwa informasi yang termuat dalam sistem informasi keuangan daerah sebagaimana yang dimaksudkan dalam pasal 101 merupakan data terbuka yang dapat diketahui, diakses dan diperoleh masyarakat. Maka dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa transparansi dan akuntabilitas keuangan daerah adalah pertanggungjawaban pemerintah daerah yang berkenaan dengan pengelolaan keuangan daerah kepada masyarakat secara terbuka dan jujur melalui media berupa penyajian laporan keuangan yang dapat diakses oleh berbagai pihak yang berkepentingan dengan anggapan bahwa masyarakat berhak mengetahui informasi tersebut.
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu Nama Tahun Variabel Yang Peneliti Penelitian Digunakan Mulyana 2006 Penyajian Neraca Daerah (X1), Aksesibilitas Laporan Keuangan Daerah (X2),dan Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah (Y) Hanim 2009 Penyajian Laporan Keuangan Daerah (X) dan Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keungan Daerah (Y) Nasution 2010 Penyajian Laporan Keuangan SKPD (X1), Aksesibilitas Laporan Keuangan SKPD (X2), dan Transparansi dan Akuntabilitas Keuangan SKPD (Y) Hasil Penelitian Secara terpisah dan atau bersama-sama penyajian laporan neraca daerah dan aksesibilitas laporan keuangan daerah berpengaruh positif terhdap transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah Penyajian Laporn Keuangan Daerah berpengaruh positif terhadap transaparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah Secara terpisah dan atau bersama-sama penyajian Laporan Keuangan SKPD dan Aksesibilitas Keuangan SKPD Berpengaruh Positif terhadap Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan SKPD C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis 1. Kerangka Konseptual Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasikan sebagai masalah penting (Sumarni 2006: 27). Suatu kerangka berpikir akan menghubungkan secara
teoritis antar variabel penelitian yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Pada penelitian ini, penulis menggunakan penyajian laporan keuangan daerah (X1) dan Aksesibilitas Laporan Keuangan (X2) sebagai variabel bebas yang akan diteliti pengaruhnya terhadap transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah sebagai variabel terikat (Y). Hubungan antara Penyajian Laporan Keuangan Daerah dan Aksesibilitas Laporan Keuangan terhadap Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah digambarkan dalam kerangka konseptual berikut : Penyajian Laporan Keuangan Daerah (X1) Aksesibilitas Laporan Keuangan (X2) H 1 H 2 Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah (Y) Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan bertujuan umum untuk memenuhi kebutuhan informasi dari semua kelompok pengguna. Dengan demikian, laporan keuangan pemerintah tidak dirancang untuk memenuhi kebutuhan spesifik dari masing-masing kelompok pengguna. Namun, berhubung laporan keuangan pemerintah berperan sebagai wujud akuntabilitas pengelolaan keuangan negara, maka komponen laporan yang disajikan setidak-tidaknya mencakup jenis laporan dan elemen informasi yang diharuskan oleh ketentuan
perundang-undangan (statutory reports). Selain itu, karena pajak merupakan sumber utama pendapatan pemerintah, maka ketentuan laporan keuangan yang memenuhi kebutuhan informasi para pembayar pajak perlu mendapat perhatian. Pengungkapan informasi yang lengkap dalam laporan keuangan akan meningkatkan kualitas laporan keuangan pemerintah daerah dan apabila pemerintah memberikan akses yang mudah bagi masyarakat untuk mengetahui, mendapatkan dan menilai laporan keuangan tersebut maka transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah akan semakin meningkat. 2. Hipotesis Penelitian bahwa: Berdasarkan kerangka berpikir diatas, dapat ditarik hipotesis penelitian H1 : Penyajian laporan keuangan daerah berpengaruh positif terhadap transparansi dan akuntabilitas pengelolaan laporan keuangan daerah. H2 : Aksesibilitas laporan keuangan berpengaruh terhadap transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah. H3 : Penyajian laporan keuangan daerah dan aksesibilitas laporan keuangan secara simultan berpengaruh terhadap transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah.