BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 pasal 1 ayat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperhatikan asas keadilan, kepatutan dan manfaat untuk masyarakat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aksesibilitas laporan keuangan SKPD, transparansi dan akuntabilitas pengelolaan

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. arah dan tujuan yang jelas. Hak dan wewenang yang diberikan kepada daerah,

BAB II LANDASAN TEORI. Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang. maka Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi

BAB II DASAR TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. theory yaitu stewardship theory (Donaldson dan Davis, 1991), yang

1.1 MAKSUD DAN TUJUAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

DAFTAR ISI. Halaman I. DAFTAR ISI... i II. DAFTAR TABEL... iii III. DAFTAR LAMPIRAN... iv

BAB I PENDAHULUAN. secara terus-menerus berpartisipasi dalam mewujudkan kepemerintahan yang baik (good

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG,

2. Kerangka Teoritis 2.1. Laporan Keuangan Pemerintah Peranan dan Tujuan Pelaporan Keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Standar akuntansi pemerintahan merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang

PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH BERBASIS AKRUAL SEBAGAI AMANAT UNDANG-UNDANG

1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban, serta pengawasan yang benar-benar dapat dilaporkan dan

PERATURAN GUBERNUR BENGKULU NOMOR : 25 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PROVINSI BENGKULU

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS

BUPATI BOLAANG MONGONDOW UTARA PROVINSI SULAWESI UTARA PERATURAN BUPATI BOLAANG MONGONDOW UTARA NOMOR 33 TAHUN 2015 T E N T A N G KEBIJAKAN AKUNTANSI

> *\ PEMERINTAH KOTA PEKALONGAN ^UL^pT)

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Era reformasi dan pelaksanaan otonomi daerah yang lebih luas, mengakibatkan semakin kuatnya tuntutan masyarakat terhadap

L A P O R A N K E U A N G A N T A H U N BAB

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah adalah organisasi yang memiliki kekuasaan untuk membuat

KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI PEMERINTAHAN (Menurut PP No 71 Tahun 2010 ttg SAP)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan. daerah sebagai penyelenggara pemerintah daerah.

BUPATI KEPULAUAN SULA

Keuangan telah melakukan perubahan kelembagaan yaitu. peningkat- an efisiensi, efektivitas, dan produktivitas kinerja birokrasi dalam

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini dituntut seluruh elemen masyarakat termasuk perusahaan baik

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS Pengertian Standar Akuntansi Pemerintahan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. landasan untuk menjawab masalah penelitian, yang difokuskan kepada literaturliteratur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Reformasi telah membawa perubahan terhadap sistem politik, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. sistem tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) yang ditandai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA. Menurut Goldberg (1965) dikutip oleh Wise (2010) teori kepemimpinan

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Berlakunya Undang-Undang no 22 tahun 1999 dan Undang-Undang no 25

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan yang handal, dapat dipertanggungjawabkan dan dapat digunakan sebagai dasar

NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing : HARYONO,SE.,MMSI

BAB I PENDAHULUAN 1.2. MAKSUD DAN TUJUAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

ANALISIS IMPLEMENTASI STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH DALAM PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KOTA GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Reformasi keuangan pemerintah yang dilaksanakan pada awal

BAB I PENDAHULUAN. laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD disusun dan disajikan sesuai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Reformasi di berbagai bidang yang sedang berlangsung di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Khususnya reformasi pada pemerintahan yang mengarahkan pemerintah

KERANGKA KONSEPTUAL KEBIJAKAN AKUNTANSI

BAB I PENDAHULUAN. bentuk negara. Awalnya, para pendiri Negara ini percaya bentuk terbaik untuk masyarakat

KERANGKA KONSEPTUAL KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Objek Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. akuntabilitas pengelolaan keuangan negara adalah dengan diundangkannya

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah menyebar ke seluruh pelosok negeri dan telah merambah

Assallamualaikum Wr.WB dan Salam Sejahtera untuk Kita Sekalian

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam Kajian Pustaka ini akan dijelaskan mengenai pengertian-pengertian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN KEUANGAN DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN TAHUN 2014

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH

BERITA DAERAH KOTA BIMA WALIKOTA BIMA PERATURAN WALIKOTA BIMA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 29 TAHUN 2012 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI,

BAB 1 PENDAHULUAN. menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik, baik di pusat

BAB I PENDAHULUAN. dan Belanja Daerah (APBD). Wujud dari akuntabilitas, transparansi dan

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan berdasarkan manajemen

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dewasa ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik,

TINJAUAN YURIDIS ATAS PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PADA PEMERINTAH DAERAH. 1

BAB I PENDAHULUAN. mencatat desentralisasi di Indonesia mengalami pasang naik dan surut seiring

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. satunya yang terpenting adalah keuangan (Kusuma, 2008). Dewasa ini tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun. transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara.

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Mursyidi (2009: 1), akuntansi pemerintahan (governmental

BAB I PENDAHULUAN. reformasi yang semakin luas dan menguat dalam satu dekade terakhir. Tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. karena entitas ini bekerja berdasarkan sebuah anggaran dan realisasi anggaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pencatatan single-entry. Sistem double-entry baru diterapkan pada 2005 seiring

BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2014 NOMOR 18 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG

DAFTAR ISI. Kesinambungan Entitas

BAB I PENDAHULUAN. telah mendorong pemerintah untuk menerapkan akuntabilitas publik.

BAB I PENDAHULUAN. untuk menerapkan akuntabilitas publik. Akuntabilitas publik dapat diartikan sebagai bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 pasal 32 ayat 1 dan 2 tentang keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD)

BAB I PENDAHULUAN. yang sering disebut good governance. Pemerintahan yang baik ini. merupakan suatu bentuk keberhasilan dalam menjalankan tugas untuk

KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI PEMERINTAHAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN II STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS KAS MENUJU AKRUAL

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan tata kelola yang baik (good governance),

BAB 1. Pendahuluan A. LATAR BELAKANG. Reformasi pada pemerintahan Indonesia mengakibatkan perubahan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dengan dikeluarkannya undang-undang (UU) No.32 Tahun 2004

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI PEMERINTAHAN

KERANGKA KONSEPTUAL KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. maupun di daerah, unit-unit kerja pemerintah, departemen dan lembaga-lembaga

1 UNIVERSITAS INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah di inginkan untuk berbuat lebih banyak dalam perubahan dengan

AKUNTANSI, TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS KEUANGAN PUBLIK (SEBUAH TANTANGAN) OLEH : ABDUL HAFIZ TANJUNG,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perhatian utama masyarakat pada sektor publik atau pemerintahan adalah

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan reformasi di segala bidang yang didukung oleh sebagian

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Laporan Keuangan Daerah Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 pasal 1 ayat 6 Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut. Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) No. 1, paragraph 9, (PP No. 24 tahun 2005) dinyatakan bahwa: Laporan keuangan merupakan laporan yang terstruktur mengenai posisi keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan. Tujuan utama laporan keuangan adalah menyajikan informasi mengenai posisi keuangan, realisasi anggaran, arus kas, dan kinerja keuangan suatu entitas pelaporan yang bermanfaat bagi para pengguna dalam membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya. Secara sfesifik, tujuan pelaporan keuangan pemerintah adalah untuk menyajikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan dan untuk menunjukkan akuntabilitas entitas pelaporan atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya, dengan : a) menyediakan informasi mengenai posisi sumber daya ekonomi, kewajiban, dan ekuitas dana pemerintah; b) menyediakan informasi mengenai perubahan posisi sumber daya ekonomi, kewajiban, dan ekuitas dana pemerintah; c) menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi, dan penggunaan sumber daya ekonomi; d) menyediakan informasi mengenai ketaatan realisasi terhadap anggarannya; e) menyediakan informasi mengenai cara entitas pelaporan mendanai aktivitasnya dan memenuhi kebutuhan kasnya; f) menyediakan informasi mengenai potensi pemerintah untuk membiayai penyelenggaraan kegiatan pemerintahan;

g) menyediakan informasi yang berguna untuk mengevaluasi kemampuan entitas pelaporan dalam mendanai aktivitasnya. Menurut Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, kerangka konseptual akuntansi pemerintahan paragraph 21 sampai 22 bahwa : Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan. Setiap entitas pelaporan mempunyai kewajiban untuk melaporkan upaya-upaya yang telah dicapai dalam pelaksanaan kegiatan secara sistematis dan terstruktur pada suatu periode pelaporan untuk kepentingan : a. akuntabilitas, Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada unit organisasi pemerintah dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan secara periodik. b. manajerial, Menyediakan informasi keuangan yang berguna untuk perencanaan dan pengelolaan keuangan pemerintahan serta memudahkan pengendalian yang efektif atas seluruh aset, hutang, dan ekuitas dana. c. transparansi, Menyediakan informasi keuangan yang terbuka bagi masyarakat dalam rangka mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang baik. d. keseimbangan antar generasi (intergrational equity). Membantu para pengguna dalam mengetahui kecukupan penerimaan pemerintah pada periode pelaporan untuk membiayai seluruh pengeluaran yang dialokasikan dan apakah generasi yang akan datang diasumsikan akan ikut menanggung beban pengeluaran tersebut. Menurut Undang-Undang nomor 13 tahun 2003 pasal 31 dinyatakan bahwa laporan keuangan yang harus disajikan oleh kepala daerah setidak-tidaknya meliputi Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan Atas Laporan Keuangan. 2. Aksesibilitas Laporan Keuangan

Akuntabilitas yang efektif tergantung kepada akses publik (Shende dan Bennett, 2004) dalam (Mulyana, 2006). Sehingga aksesibilitas dalam pelaporan keuangan daerah merupakan salah satu upaya penguatan partisipasi publik. Dalam Undang-Undang nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, pasal 103, dinyatakan bahwa informasi yang dimuat dalam sistem informasi keuangan daerah merupakan data terbuka yang dapat diketahui, diakses dan diperoleh oleh masyarakat. Yang berarti pula bahwa pemerintah daerah harus membuka akses kepada pihak pengguna secara luas atas laporan keuangannya melalui internet, surat kabar atau media lain. Berdasarkan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 ( pasal 102 ayat 3) disebutkan bahwa: Informasi yang berkaitan dengan sistem informasi keuangan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), mencakup : a) APBD dan laporan realisasi APBD propinsi, kabupaten, dan kota, b) neraca daerah, c) laporan arus kas, d) cacatan atas laporan keuangan daerah, e) dana dekonsentrasi dan dana tugas pembantuan, f) laporan keuangan perusahaan daerah, g) data yang berkaitan dengan kenutuhan fiskal dan kapasitas fiskal daerah. Hak memperoleh informasi merupakan hak asasi manusia dan keterbukaan informasi publik merupakan salah satu ciri penting negara demokraris yang menjunjung tinggi kedaulatan rakyat untuk mewujudkan pemerintahan yang baik. Bahwa keterbukaan informasi publik merupakan sarana dalam mengoptimalkan pengawasan publik terhadap penyelenggara negara dan badan publik lainnya dan segala sesuatu yang berakibat bagi kepentingan publik. Dalam

hal ini pemerintah daerah berdasarkan UU No. 14 Tahun 2008, pasal 7 ayat 3, menyatakan bahwa dalam menyediakan informasi publik yang akurat, benar, dan tidak menyesatkan maka badan publik harus membangun dan mengembangkan sistem informasi dan dokumentasi untuk mengelola informasi publik secara baik dan efisien sehingga dapat diakses dengan mudah. Menurut UU No. 14 Tahun 2008 tentang keterbukaan informasi publik, pasal 1 ayat 2, yang dimaksud dengan informasi publik adalah informasi yang dihasilkan, disimpan, dikelola, dikirim dan/atau diterima oleh badan publik yang berkaitan dengan penyelenggara dan penyelenggaraan negara dan/atau penyelenggara dan penyelenggaraan badan publik lainnya yang berkaitan dengan kepentingan publik. Keterbukaan informasi sangat penting guna mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah. Hal ini sesuai dengan tujuan disahkannya Undang-Undang keterbukaan informasi publik, sebagaimana dinyatakan dalam pasal 3d bahwa keterbukaan informasi publik bertujuan untuk mewujudkan penyelenggaraan negara yang baik, yaitu trasparan, efektif dan efisien, akuntabel serta dapat dipertanggungjawabkan. Laporan keuangan merupakan salah satu bagian dari informasi publik sesuai dengan pasal 9 ayat 2c, yang menyatakan bahwa informasi mengenai laporan keuangan wajib diumumkan secara berkala. Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa Aksesibilitas laporan keuangan merupakan kemampuan untuk memberikan akses bagi pihak-pihak yang

berkepentingan (stakeholder) untuk mengetahui atau memperoleh infprmasi atas laporan keuangan berdasarkan prinsip mudah dan biaya murah. 3. Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah Reformasi di Indonesia tidak terlepas dari semangat penegakan demokrasi. Istilah demokrasi mengisyaratkan setidaknya ada tiga elemen penting yang harus diperhatikan yaitu transparansi, akuntabilitas, dan keadilan (Shende dan Bennett, 2004) dalam Mulyana (2006). Transparansi merupakan suatu kebebasan untuk mengakses aktivitas politik dan ekonomi pemerintah dan keputusankeputusannya. Akuntabilitas mengandung arti pertanggungjawaban, baik oleh orang-orang maupun badan-badan yang dipilih, atas pilihan-pilihan dan tindakantindakannya. Konsep keadilan berarti bahwa masyarakat diperlakukan secara sama di bawah hukum, dan mempunyai derajat yang sama dalam partisipasi politik dalam pemerintahannya (Shende dan Bennett, 2004) dalam (Mulyana, 2006). Transparansi, akuntabilitas dan keadilan merupakan atribut yang terpisah. Akan tetapi, dua istilah yang pertama adalah tidak independen, sebab pelaksanaan akuntabilitas memerlukan transparansi (Shende dan Bennett, 2004) dalam (Mulyana, 2006). Pembuatan laporan keuangan adalah suatu bentuk kebutuhan transparansi yang merupakan syarat pendukung adanya akuntabilitas berupa keterbukaan (openness) pemerintah atas aktivitas pengelolaan sumber daya publik (Mardiasmo,2006:3). Menurut Krina P (2003:9) akuntabilitas bermakna

pertanggungjawaban dengan menciptakan pengawasan melalui distribusi kekuasaan pada berbagai lembaga pemerintahan sehingga mengurangi penumpukan kekuasaan sekaligus menciptakan kondisi saling mengawasi (checks and balances system). Lembaga pemerintahan yang dimaksud adalah eksekutif (Presiden, Wakil Presiden, dan kabinetnya), yudikatif (MA dan sistem peradilan), serta legislatif (MPR dan DPR). Peranan masyarakat yang semakin penting dalam fungsi pengawasan ini menempatkannya sebagai pilar keempat. Sedangkan transparansi adalah prinsip yang menjamin akses atau kebebasan bagi setiap orang untuk memperoleh informasi tentang penyelenggaraan pemerintahan, yakni informasi tentang kebijakan,proses pembuatan dan palaksanaannya, serta hasilhasil yang dicapai. Reformasi di bidang transparansi dan akuntabilitas ini juga didukung oleh Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 (pasal 103) yang menyatakan bahwa informasi yang termuat dalam sistem informasi keuangan daerah sebagaimana yang dimaksudkan dalam pasal 101 merupakan data terbuka yang dapat diketahui, diakses dan diperoleh masyarakat. Maka dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa transparansi dan akuntabilitas keuangan daerah adalah pertanggungjawaban pemerintah daerah yang berkenaan dengan pengelolaan keuangan daerah kepada masyarakat secara terbuka dan jujur melalui media berupa penyajian laporan keuangan yang dapat diakses oleh berbagai pihak yang berkepentingan dengan anggapan bahwa masyarakat berhak mengetahui informasi tersebut.

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu Nama Tahun Variabel Yang Peneliti Penelitian Digunakan Mulyana 2006 Penyajian Neraca Daerah (X1), Aksesibilitas Laporan Keuangan Daerah (X2),dan Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah (Y) Hanim 2009 Penyajian Laporan Keuangan Daerah (X) dan Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keungan Daerah (Y) Nasution 2010 Penyajian Laporan Keuangan SKPD (X1), Aksesibilitas Laporan Keuangan SKPD (X2), dan Transparansi dan Akuntabilitas Keuangan SKPD (Y) Hasil Penelitian Secara terpisah dan atau bersama-sama penyajian laporan neraca daerah dan aksesibilitas laporan keuangan daerah berpengaruh positif terhdap transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah Penyajian Laporn Keuangan Daerah berpengaruh positif terhadap transaparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah Secara terpisah dan atau bersama-sama penyajian Laporan Keuangan SKPD dan Aksesibilitas Keuangan SKPD Berpengaruh Positif terhadap Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan SKPD C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis 1. Kerangka Konseptual Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasikan sebagai masalah penting (Sumarni 2006: 27). Suatu kerangka berpikir akan menghubungkan secara

teoritis antar variabel penelitian yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Pada penelitian ini, penulis menggunakan penyajian laporan keuangan daerah (X1) dan Aksesibilitas Laporan Keuangan (X2) sebagai variabel bebas yang akan diteliti pengaruhnya terhadap transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah sebagai variabel terikat (Y). Hubungan antara Penyajian Laporan Keuangan Daerah dan Aksesibilitas Laporan Keuangan terhadap Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah digambarkan dalam kerangka konseptual berikut : Penyajian Laporan Keuangan Daerah (X1) Aksesibilitas Laporan Keuangan (X2) H 1 H 2 Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah (Y) Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan bertujuan umum untuk memenuhi kebutuhan informasi dari semua kelompok pengguna. Dengan demikian, laporan keuangan pemerintah tidak dirancang untuk memenuhi kebutuhan spesifik dari masing-masing kelompok pengguna. Namun, berhubung laporan keuangan pemerintah berperan sebagai wujud akuntabilitas pengelolaan keuangan negara, maka komponen laporan yang disajikan setidak-tidaknya mencakup jenis laporan dan elemen informasi yang diharuskan oleh ketentuan

perundang-undangan (statutory reports). Selain itu, karena pajak merupakan sumber utama pendapatan pemerintah, maka ketentuan laporan keuangan yang memenuhi kebutuhan informasi para pembayar pajak perlu mendapat perhatian. Pengungkapan informasi yang lengkap dalam laporan keuangan akan meningkatkan kualitas laporan keuangan pemerintah daerah dan apabila pemerintah memberikan akses yang mudah bagi masyarakat untuk mengetahui, mendapatkan dan menilai laporan keuangan tersebut maka transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah akan semakin meningkat. 2. Hipotesis Penelitian bahwa: Berdasarkan kerangka berpikir diatas, dapat ditarik hipotesis penelitian H1 : Penyajian laporan keuangan daerah berpengaruh positif terhadap transparansi dan akuntabilitas pengelolaan laporan keuangan daerah. H2 : Aksesibilitas laporan keuangan berpengaruh terhadap transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah. H3 : Penyajian laporan keuangan daerah dan aksesibilitas laporan keuangan secara simultan berpengaruh terhadap transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah.