BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi serta

dokumen-dokumen yang mirip
Bab I PENDAHULUAN. belajar selama 12 tahun dimanapun mereka berada, baik di desa maupun di kota

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan tinggi adalah salah satu lembaga pendidikan, idealnya harus mampu

BAB I PENDAHULUAN. universitas, institut atau akademi. Sejalan dengan yang tercantum pasal 13 ayat 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada penelitian ini, peneliti mengacu pada teori Grit / Kegigihan dari

BAB I PENDAHULUAN. latihan sehingga mereka belajar untuk mengembangkan segala potensi yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Studi Deskriptif Mengenai Kegigihan (Grit) dan Dukungan Sosial pada Siswa Gifted Kelas X IA di SMAN 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa serta

BAB I PENDAHULUAN. Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. hanya membekali siswa dengan kemampuan akademik atau hard skill,

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BAB I PENDAHULUAN. semakin besar. Di tahun 2009 angka pengangguran terdidik telah mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan dasar yang dibutuhkan mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. yang melibatkan respon-respon mental dan tingkah laku, di mana individu

BAB I PENDAHULUAN. menyadari pentingnya memiliki pendidikan yang tinggi. Untuk mengikuti perkembangan

BAB IV ANALISIS KUALITAS SOFT SKILL MAHASISWA PRODI EKONOMI SYARI AH DALAM KESIAPANNYA MENGHADAPI DUNIA KERJA

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012, pendidikan adalah usaha sadar dan

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN. berkembang menjadi Rumah Sakit Lee Seng Ie. Pada tanggal 1 Juni 1965 nama

BAB I PENDAHULUAN. yang membatasi antar negara terasa hilang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan lebih lanjut ke perguruan tinggi ( Perguruan tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus

BAB I PENDAHULUAN. menengah dan pendidikan tinggi. Pendidikan yang teratas dan juga terakhir adalah

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan formal maupun nonformal. mempermudah mendapatkan pekerjaan. Berdasarkan data dari Badan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia diharapkan memiliki kemampuan untuk beradaptasi

BAB I PENDAHULUAN. ilmunya dalam dunia pendidikan hingga tingkat Perguruan Tinggi. Dalam jenjang

BAB I PENDAHULUAN. tinggi diharapkan proses pemahaman akan menjadi lebih berkembang dan

Universitas Kristen Maranatha

BAB I Pendahuluan. Menengan Atas (SMA) saat beralih ke perguruan tinggi. Pada jenjang SMA untuk

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya peranan pendidikan dalam kehidupan. Hal ini

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat modern yang menuntut spesialisasi dalam masyarakat yang. semakin kompleks. Masalah profesi kependidikan sampai sekarang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan sangat penting untuk menjamin perkembangan kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. juga diharapkan dapat memiliki kecerdasan dan mengerti nilai-nilai baik dan

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan di dunia industri saat ini semakin tinggi. Tidak heran jika

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. inteligensi adalah faktor utama yang menentukan academic performance. Para

M E M U T U S K A N: Menetapkan : KEPUTUSAN REKTOR TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM PEROLEHAN KREDIT AKADEMIK DI UNIVERSITAS INDONESIA.

BAB I PENDAHULUAN. tingkat D3 Keperawatan, S1 Keperawatan dan juga profesi ners. Imbasnya adalah

STANDARD OPERATING PROCEDURE PEMBIMBINGAN AKADEMIK

BAB 1 PENDAHULUAN. Zaman modern yang penuh dengan pengaruh globalisasi ini, kita dituntut

BAB 1 PENDAHULUAN. education). Pendidikan sangat penting bagi peningkatan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring ketatnya persaingan didunia pekerjaan, peningkatan Sumber Daya

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pendidikan memiliki peranan penting dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. setiap hari dalam upaya melakukan perawatan. Upaya peningkatan derajat

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk membantu individu

BAB I PENDAHULUAN. terhadap masa depan seseorang. Seperti yang dituturkan oleh Menteri Pendidikan

MANAJEMEN PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA BERDASARKAN KURIKULUM 2004 (STUDI KASUS DI KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH GUBUG) TESIS

BAB I PENDAHULUAN. guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan

I. PENDAHULUAN. Guru sains adalah salah satu komponen penting dalam meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN. seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Self Directed Learning. Menurut Gibbons (2002; ) self-directed learning adalah usaha yang

BAB II LANDASAN TEORITIS. Menurut Gibbons (2002), self directed learning adalah peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang lemah dan penuh ketergantungan, akan tetapi belum mampu ke usia yang

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat setiap orang berlomba-lomba

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi yang ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah salah satu bentuk pendidikan formal yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan. Remaja merupakan generasi penerus yang diharapkan dapat. memiliki kemandirian yang tinggi di dalam hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan masyarakat Indonesia yang maju, modern, dan sejajar dengan

Universitas Respati Yogyakarta. Jln. Laksda Adi Sucipto KM 6.3 Depok Sleman Yogyakarta B A D A N P E N J A M I N A N M U T U

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,

I. PENDAHULUAN. penelitian, manfaat penelitian, dan diakhiri dengan ruang lingkup penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai segala sesuatu yang telah dicita-citakannya. Seorang individu

BAB I PENDAHULUAN. yang dimilikinya. Salah satu faktor penentu kualitas sumber daya manusia adalah

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan bagi bangsa. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dalam segi

BAB I PENDAHULUAN. tersebut ditujukan untuk membantu anak dalam menghadapi dan. dalam perkembangan anak (Suryosubroto, 2010).

BAB V. KESIMPULAN dan SARAN. Bandung, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : a) Secara umum masih lebih banyak mahasiswa yang menilai bahwa

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan keahlian atau kompetensi tertentu yang harus dimiliki individu agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Pada beberapa tahun terakhir ini terjadi inovasi. di dalam sistem pendidikan kedokteran di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. penemuan. Trianto (2011:136) mengatakan bahwa Ilmu Pengetahuan. Alam merupakan suatu kumpulan teori yang sistematis.

KURIKULUM PRODI DIII KEPERAWATAN STIKES MUHAMMADIYAH GOMBONG. A. Kompetensi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Saat ini dunia keperawatan semakin berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas tersebut diciptakan melalui pendidikan (

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sumber daya manusia yang bermutu tinggi karena maju mundurnya sebuah negara

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada dasarnya, penerapan metode mengajar yang bervariasi

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jaman, semakin bertambah juga tuntutan-tuntutan

HUBUNGAN MOTIVASI MENJADI PERAWAT DENGAN PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA AKPER YPIB MAJALENGKA TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas yang dibutuhkan bagi peningkatan dan akselerasi pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. tanpa terkecuali dituntut untuk meningkatkan sumber daya manusia yang ada.

BAB I LATAR BELAKANG MASALAH. kerja, mendorong perguruan tinggi untuk membekali lulusannya dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lia Liana Iskandar, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi era globalisasi, berbagai sektor kehidupan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan untuk menghafal, dan bukan untuk berpikir secara kreatif, seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. Motivasi merupakan suatu dorongan yang dapat membantu seseorang. melakukan dan mencapai sesuatu aktivitas yang diinginkannya, jadi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU pendidikan No.2 Tahun,1989, pendidikan adalah usaha sadar untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP KREATIVITAS SISWA

STANDAR 1. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, SERTA STRATEGI PENCAPAIAN

BAB I PENDAHULUAN. akademik dan/atau vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan segala usia (Soedijarto,2008). Di Indonesia, pendidikan terdiri

BAB I PENDAHULUAN. Maret 2015 pukul digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Pembangunan kesehatan harus dipandang sebagai suatu investasi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dalam pengukuran Indeks Pembangunan Manusia (IPM), kesehatan adalah salah satu komponen utama selain pendidikan dan pendapatan dalam Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan ditetapkan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Saat ini tuntutan kebutuhan akan pelayanan kesehatan termasuk pelayanan keperawatan terus meningkat baik dalam aspek mutu pelayanan maupun keterjangkauan serta cakupan pelayanan kesehatan. Hal ini disebabkan semakin banyaknya masalah kesehatan dan kesadaran masyarakat akan kesehatan yang makin meningkat sehingga mendorong adanya tuntutan tersedianya pelayanan adapun bentuk pelayanannya yaitu pelayanan kesehatan, dengan mutu pelayanan yang dapat dijangkau seluruh lapisan masyarakat dan didukung oleh tenaga dokter, klinisi, apoteker dan perawat. Saat ini Indonesia khususnya di provinsi Jawa Barat kekurangan dan membutuhkan tenaga medis khususnya perawat. Sedangkan kebutuhan dan kekurangan tenaga perawat pada tahun 2015 sudah terpenuhi berdasarkan data dari dinas kesehatan provinsi Jawa Barat sebanyak 60.022 orang. Memasuki tahun 2019 kebutuhan 1

2 meningkat mencapai 140.137 orang sehingga diperkirakan kekurangannya sebanyak 87.618 orang (Intan, 2016). Maka tenaga keperawatan menjadi kebutuhan penting yang mendesak. Keperawatan merupakan suatu bentuk layanan kesehatan profesional yang merupakan bagian integral dari layanan kesehatan berbasis ilmu dan kemampuan keperawatan, dengan metode pendekatan bio-psiko-sosio-spiritual komprehensif yang ditujukan bagi individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat baik sehat maupun sakit, yang mencakup keseluruhan proses kehidupan manusia (Lokakarya keperawatan nasional). Keperawatan di Indonesia telah mencapai kemajuan yang sangat bermakna, bahkan merupakan suatu lompatan yang jauh ke depan. Hal ini bermula dari dicapainya kesepakatan bersama pada Lokakarya Nasional Keperawatan pada bulan Januari 1983 yang menerima keperawatan sebagai pelayanan profesional dan pendidikan keperawatan sebagai pendidikan profesi (Tien, dkk, 2009 dalam hidayat,2013). Pendidikan keperawatan diselenggarakan berdasarkan kepada kebutuhan pelayanan keperawatan, seperti yang tercantum dalam undang - undang kesehatan No. 36 tahun 2009 pasal 32 ayat 3 dan 4 yang antara lain menyebutkan bahwa pengobatan dan atau perawatan serta pelaksanaannya dapat dilakukan berdasarkan ilmu kedokteran dan ilmu keperawatan, dan hanya dapat dilakukan oleh tenaga yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk bidang keperawatan. Tahap pendidikan profesi yang perlu ditempuh oleh seorang perawat ialah lulus SMA kemudian melanjutkan ke perguruan tinggi jenjang D3 atau S1 dengan mengambil jurusan keperawatan. Masa studi yang dibutuhkan untuk mencapai gelar jenjang D3 ialah 3 tahun. Setelah mendapatkan gelar D3 ilmu keperawatan, seseorang langsung mendapatkan surat tanda registrasi (STR) sebagai salah satu syarat pendukung untuk bekerja. Hal ini berbeda dengan seseorang yang memulai pendidikan di jenjang S1 yang baru bisa mendapatkan surat tanda registrasi (STR) setelah ia menempuh studi selama 4 tahun dan melanjutkan 1 tahun untuk profesi ners.

3 Perbedaan masa studi jenjang D3 dengan S1 memunculkan permasalahan pada minat mahasiswa di jenjang S1 keperawatan. Mahasiswa S1 merasa untuk mendapatkan surat tanda registrasi lebih sulit karena harus mengambil profesi ners di bandingkan mahasiswa D3 yang setelah studi langsung mendapatkan STR tanpa harus menambah waktu studinya karena Ners dan surat tanda registrasi (STR) itu adalah acuan untuk bekerja di rumah sakit. Fenomena yang terjadi di atas juga terjadi pada mahasiswa D3 keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan X Bandung yang lebih banyak bekerja di beberapa Rumah Sakit di Bandung dibandingkan dengan jenjang S1 tanpa profesi Ners. Tanpa profesi Ners mahasiswa tidak dapat bekerja di rumah sakit karena tidak memiliki surat tanda registrasi (STR). Waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan surat tanda registrasi (STR) ialah 1 tahun kuliah. Jadi jika perawat yang lulus 4 tahun dari Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan X Bandung Jurusan S1 keperawatan di kota Bandung maka ia harus melanjutkan belajarnya selama 1 tahun untuk mendapatkan surat tanda registrasi (STR) dan gelar Ners. Jangka waktu untuk mendapatkan surat tanda registrasi (STR) tersebut keluar 1 tahun setelah mengikuti profesi ners. Salah satu perguruan tinggi dengan jurusan keperawatan yang membuka jenjang D3, S1 dan profesi keperawatan (ners) ialah Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan X Bandung atau STIK X Bandung. Berdasarkan data dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi didapatkan bahwa jurusan S1 Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan X Bandung mendapat ranking ke 8 di Jawa Barat dan ranking ke 3 di kota Bandung sebagai sekolah tinggi yang berkualitas dan diminati masyarakat setelah perguruan tinggi negeri. Di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan X Bandung jurusan keperawatan menggunakan kurikulum berbasis kompetensi (KBK), menggunakan metode pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa (student centered learning). Mahasiswa dituntut untuk aktif

4 mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang dipelajarinya, serta terlibat di dalam mengelola pengetahuan, tidak hanya menekankan pada penguasaan materi tetapi juga dalam mengembangkan karakter mahasiswa (life-long learning). Iklim belajar yang dikembangkan lebih bersifat kolaboratif, suportif dan kooperatif. Mahasiswa dan dosen belajar bersama di dalam mengembangkan pengetahuan, konsep dan keterampilan. Setiap mata kuliah dalam kurikulum berbasis KBK sudah disusun kedalam modul-modul pembelajaran, sehingga dosen berperan sebagai fasilitator. Dari fenomena yang ada dapat dilihat bahwa dalam menjalani perkuliahan dengan menggunakan sistem KBK tidaklah mudah apalagi dengan harus kembali kuliah selama satu tahun untuk mendapat gelar Ners dan surat tanda registrasi (STR). Mahasiswa semester 5 sudah banyak melakukan praktik di laboratorium dan banyaknya tugas-tugas untuk setiap mata kuliah oleh karena itu, dibutuhkan ketekunan usaha dan konsistensi minat. Bentuk ketekunan usaha contohnya seperti mahasiswa tidak mudah bosan dan menyerah saat menghadapi tuntutan dan kesulitan, seperti jadwal kuliah dan praktikum yang padat, setiap hari menjalani rutinitasl yang sama, lalu dituntut untuk dapat menyerap materi perkuliahan dengan cepat, selalu aktif di kelas, tekun mencari materi, menghargai teman-teman dan dosen serta taat pada aturan yang ada. Mahasiswa juga diharapkan untuk dapat tetap konsisten dan fokus pada tujuan dan pilihan mereka yaitu lulus dari keperawatan dan melanjutkan untuk mendapatkan surat tanda registrasi (STR) serta gelar Ners. Ketekunan usaha dan konsisten terhadap minat didistilahkan diistilahkan oleh Duckworth (2016) sebagai Grit. Dalam rubrik penilaian, grit berperan dalam soft skill yang juga lebih diutamakan dalam sistem belajar mengajar di perkuliahan. Grit menurut Angela Lee Duckworth (2016) adalah kecenderungan untuk mempertahankan ketekunan dan semangat untuk tujuan jangka panjang yang menantang, dimana orang-orang bertahan dengan hal-hal yang menjadi tujuan mereka dalam jangka waktu yang sangat panjang sampai mereka

5 menguasai hal-hal tersebut. Di dalam grit terdapat dua hal penting, yakni konsistensi minat dan ketekunan usaha. Melihat dari adanya tuntutan dan kompetensi yang harus dicapai mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan X Bandung Jurusan Keperawatan, maka mahasiswa diharapkan memiliki ketekunan untuk berusaha dalam menjalani perkuliahan agar tidak mudah bosan, tidak mudah menyerah saat menghadapi kesulitan dan memenuhi tuntutan. Mahasiswa juga diharapkan untuk dapat tetap konsisten dan fokus pada tujuan dan pilihan mereka saat ini, agar dapat membuahkan hasil yang terbaik dan mencapai puncak prestasi serta dapat menjalankan tugas perkembangan mereka. Ketekunan dalam berusaha dan konsisten pada tujuan mereka diistilahkan oleh Angela Lee Duckworth (2016) sebagai Grit. Dalam menjalani perkuliahan, mahasiswa jurusan S1 keperawatan memiliki tujuan agar dapat lulus dari jurusan S1 keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan X, sebelum mahasiswa memutuskan untuk masuk jurusan S1 keperawatan, mereka memiliki minat yang berbeda-beda. Namun, ketika mereka memutuskan untuk masuk dan menjalani perkuliahan di jurusan S1 keperawatan, minat mereka terfokus pada bidang kesehatan yang terfokus pada keperawatan walaupun dilatarbelakangi oleh berbagai hal. Grit dalam penelitian ini menyoroti apakah terjadi perubahan minat pada mahasiswa setelah menjalani perkuliahan dan bagaimana usaha yang mahasiswa kerahkan dalam menjalani perkuliahan agar bisa lulus dan menjadi perawat. Salah satu wujud dari Grit yang dapat terlihat pada mahasiswa adalah rasa ingin tahu yang besar terhadap bidang keperawatan. Hal ini sejalan dengan metode belajar yang menuntut mahasiswa untuk aktif dalam mencari materi perkuliahan (Student Centered Learning). Pada tahun 2005, Duckworth melakukan penelitian kepada seluruh mahasiswa di Ivy League University untuk melihat apakah grit berhubungan dengan IPK mahasiswa. Didapatkan hasil bahwa mahasiswa yang memiliki skor grit yang tinggi mendapatkan IPK

6 yang lebih tinggi pula dibandingkan mahasiswa yang memiliki skor grit yang rendah. Skor grit memiliki hubungan dengan pencapaian IPK yang tinggi (Duckworth, 2007). Menurut Gage & Berliner (1984), prestasi akademik didefinisikan sebagai sesuatu yang diperoleh atau dipelajari, yang merupakan suatu hasil dari proses belajar yang dibantu dengan instruksi dan kegiatan belajar. Hasil belajar mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan jurusan keperawatan dapat diketahui melalui IPK yang mereka dapatkan namun dalam hal ini peneliti tidak melakuakan penelitan perbandingan grit dengan IPK. Fenomena di atas terjadi pada mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan jurusan S1 keperawatan, berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada 10 orang (100%) mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan jurusan keperawatan. Didapatkan hasil sebanyak 7 orang (70%) mahasiswa tidak mengalami perubahan minat setelah menjalani perkuliahan selama kurang lebih 5 semester karena mereka merasa nyaman dan ingin mencapai cita-cita sebagai seorang perawat dan mereka mempunyai usaha yang kuat untuk bisa menyelsaikan setiap modul. Perilaku yang mereka tunjukan seperti aktif bertanya pada saat di kelas, mencari berbagai referensi dari buku maupun diktat untuk membuat tugas, mengulang kembali pelajaran dengan teman, mengerjakan setiap tugas dengan sebaik-baiknya bahkan melebihi tuntutan dari setiap dosen. Berdasarkan hasil wawancara ditemukan jika mahasiswa sedang dihadapkan dengan kesulitan atau hambatan maka mahasiswa akan bertanya kepada teman atau dosen. Begitu pula bila dihadapkan dengan hambatan dari luar perkuliahan mereka tidak mencampurkan permasalahan peribadi dengan perkuliahan. Mahasiswa tetap dapat fokus kuliah mengingat mahasiswa dituntut memiliki hasil prestasi yang baik dari setiap perkuliaha. Sedangkan 3 orang (30%) mahasiswa sejak awal kurang berminat pada bidang keperawatan karena ia di arahkan oleh orang tua untuk masuk ke jurusan keperawatan dan setelah menjalaninya pun tetap tidak berkembang minatnya. Mahasiswa bertahan dikarenakan ingin mewujudkan harapan orang tua saja sedangkan dalam menjalani perkuliahan mahasiswa tidak

7 menunjukan usaha maksimal melainkan usaha sekedarnya sesuai standar yang di tetapkan oleh setap dosen. Dari hasil wawancara tersebut membuat peneliti tertarik untuk meneliti fenomena ini dari sudut pandang grit. Fenomena tersebut jika dikaitkan dengan teori grit terlihat mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan X Bandung Jurusan Keperawatan dikota Bandung akan tetap konsisten terhadap minatnya dan akan tekun dalam berusaha untuk menggapai citacitanya sebagai seorang perawat. Gambaran hasil grit dapat menjadi pertimbangan pihak sekolah, mahasiswa untuk membantu tingkat kelulusan, atau mengikuti program ners.. 1.2 Identifikasi masalah Dari penelitian ini peneliti ingin mengetahui bagaimana Grit pada mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan X Bandung Jurusan Keperawatan di kota Bandung. 1.3 Maksud dan tujuan penelitian 1.3.1. Maksud penelitian Untuk memperoleh data mengenai Grit pada mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan X Bandung Jurusan Keperawatan di kota Bandung. 1.3.2. Tujuan penelitian Untuk mengetahui gambaran keseluruhan grit yang terdiri dari konsistensi minat dan ketekunan usaha pada mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan X Bandung Jurusan Keperawatan di kota Bandung.

8 1.4 Kegunaan penelitian 1.4.1. Kegunaan teoritis Memberikan informasi pada bidang ilmu Psikologi Positif dan Psikologi Pendidikan mengenai grit pada mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan X Bandung Jurusan Keperawatan Memberi masukan bagi peneliti lain yang berminat melakukan penelitian lanjutan mengenai grit pada mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan X Bandung Jurusan Keperawatan 1.4.2. Kegunaan praktis Memberikan informasi mengenai Grit mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan X Bandung Jurusan Keperawatan kepada pimpinan agar dapat dijadikan pertimbangan untuk memperhatikan grit dan mendukung mahasiswa untuk melanjutkan studi profesi ners. Memberikan informasi kepada mahasiswa jurusan keperawatan mengenai pentingnya mengetahui konsistensi minat dan ketekunan usaha untuk dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan diri dalam meningkatkan grit di perkuliahan.

9 1.5 Kerangka Pikir Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan X Bandung Jurusan Keperawatan di kota Bandung rata-rata berusia 19-20 tahun. Menurut Santrock (2012), usia tersebut berada pada tahap perkembangan dewasa awal. Tugas perkembangan pada masa ini diantaranya adalah menyelesaikan pendidikan, mulai bekerja, mendapatkan uang untuk hidup, meraih karier dan berkembang dalam suatu karier. Dalam menyelesaikan pendidikan tentunya mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan X Bandung jurusan keperawatan di kota Bandung harus mempunyai konsitensi minat dan ketekunan usaha yang disebut dengan grit. Grit termasuk ke dalam kelompok trait personality, yaitu dimensi-dimensi dari perbedaan individu dalam kecenderungannya memperlihatkan pola yang konsisten dari berpikir, merasa, dan bertindak. Grit menurut Angela Lee Duckworth (2016) adalah kecenderungan untuk mempertahankan ketekunan dan semangat untuk tujuan jangka panjang yang menantang. Seseorang yang memiliki grit maka dalam berinteraksi dengan lingkungannya akan berpikir, merasa dan bertindak dengan tekun dalam berusaha dan konsisten terhadap tujuan mereka. Di dalam grit terdapat dua aspek, yakni konsistensi minat dan ketekunan usaha. Aspek pertama adalah konsistensi minat yang diartikan sebagai seberapa konsisten usaha seseorang untuk menuju suatu arah tujuan. Konsistensi minat dapat terlihat dari minat dan tujuan seseorang yang tidak mudah berubah, tidak mudah teralihkan dengan ide, minat, tujuan lain dan tetap fokus pada tujuan. Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan X Bandung Jurusan Keperawatan yang konsistensi terhadap minat mereka akan terlihat dari minat dan tujuan mahasiswa tidak mudah berubah, yaitu mereka mereka akan tetap menjalani kuliah di jurusan keperawatan sampai selesai. Misalnya dalam menjalani perkuliahan, tidak sedikit mahasiswa yang

10 mengikuti kegiatan organisasi di luar bidang perkuliahan dan mereka tidak akan teralihkan dengan kegiatan lain yang mereka ikuti melainkan tetap fokus dalam menjalani perkuliahannya agar dapat lulus dan menjadi seorang perawat. Aspek yang kedua adalah ketekunan usaha yang diartikan sebagai seberapa keras seseorang berusaha untuk mencapai tujuan serta berapa lama seseorang dapat mempertahankan usaha. Ketekunan usaha dapat terlihat dari perilaku seseorang yang rajin atau pekerja keras, bertahan dalam menghadapi tantangan dan rintangan serta bertahan terhadap pilihannya. Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan X Bandung Jurusan Keperawatan yang memiliki ketekunan usaha akan memperlihatkan perilaku yang rajin dan mau berusaha dengan keras dalam mencari buku sebanyakbanyak sebagai sumber referensi dalam mengerjakan tugas dan belajar, mengerjakan tugas yang diberikan sesuai dengan standar yang diberikan bahkan melebihi standar tersebut, berusaha bertanya dan mencari tahu sendiri jika ada hal-hal yang tidak ia mengerti serta bagaimana mahasiswa tersebut dapat terus melakukan hal ini sepanjang masa kuliahnya. Lalu mereka dapat bertahan dalam menghadapi tantangan dan rintangan, yaitu bertahan dalam menghadapi tuntutan di dalam sistem belajar di keperawatan serta kompetensi-kompetensi yang harus mereka capai. Grit memampukan mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan X Bandung Jurusan Keperawatan untuk dapat bekerja keras dalam menghadapi tuntutan dalam perkuliahan. Kelebihan dari mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan X Bandung Jurusan Keperawatan yang memiliki grit tinggi adalah dalam hal stamina, apabila orang lain mengubah haluan mereka saat jenuh atau bosan dan menghadapi kesulitan, mahasiswa tersebut akan terus menjalaninya apapun yang terjadi. Sebaliknya apabila mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan X Bandung Jurusan Keperawatan yang memiliki grit rendah akan lebih mudah patah semangat dan menyerah ketika

11 mengalami hambatan atau kesulitan dan mengubah haluan mereka kepada minat yang baru. Individu yang gritty cenderung bekerja lebih keras daripada rekan-rekan mereka dengan tingkat kemampuan yang sama, dan mereka tetap berkomitmen untuk memilih mengejar tujuan mereka lebih lama (Duckworth et al., 2007). Dalam mencapai grit yang tinggi mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan X Bandung jurusan keperawatan di kota Bandung harus memiliki konsistensi minat dan ketekunan usaha tetapi selain itu terdapat beberapa hal yang dapat mempengaruhi untuk meningkatkan grit seseorang. Menurut U.S. Departement of Education merumuskan tiga sumber daya psikologis yang dapat meningkatkan grit, yaitu: Academic Mindset, Effortfull Control, strategy dan tactic. Academic mindsets adalah sumber daya psikologis yang diperlukan mahasiswa untuk memahami diri mereka sebagai pelajar, lingkungan belajar, dan hubungan mahasiswa dengan lingkungan belajarnya. Bentuk academic mindset pada mahasiswa STIK X jurusan keperawatan yang berupa mengerjakan tugas dengan baik, datang tepat waktu. Bentuk lingkungan belajar di STIK X juga menunjang proses belajar mahasiswa seperti adanya kurikulum, kelas untuk belajar baik teori maupun praktikum. Bentuk hubungan mahasiswa dengan lingkungan belajar seperti mahasiswa memeatuhi peraturan sekolah tersebut,sekolah mempunyai organisasi senat mahasiswa untuk penghubung aspirasi mahasiswa dan sekolah tinngi. Hal tersebut dapat meningkatkan konsistensi minat dan ketekunan usaha mahasiswa dalam mencapi grit. Effortfull Control Menurut Duckworth sumber daya psikologis yang membuat mahasiswa menjadi rajin adalah self discipline dan self control. Duckworth mendefinisikan self discipline sebagai kemampuan mengarahkan kekuatan kemauan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Sedangkan self control dalam fungsi eksekutif adalah kemampuan mengendalikan dan meregulasi perhatian saat

12 menghadapi gangguan dan kemampuan menahan impuls untuk mengejar tujuan utama (Duckworth, 2011). Mahasiswa STIK X BANDUNG jurusan keperawatan mempunyai target untuk bisa lulus dan melanjutkan studi profesi keperawatan. Dalam mencapai target tersebut pasti ada kendala-kendala seperti mendapat nilai yang kurang baik, malas untuk kuliah karena ingin bermain dengan teman tetapi hal tersebut bisa diatasi dengan cara mengatur waktu antara kuliah dan bermain dengan teman. Hal tersebut dapat meningkatkan konsistensi minat dan ketekunan usaha mahasiswa dalam mencapi grit dan mencapai tujuan mereka untuk lulus dan melanjutkan ke studi profesi keperawatan. Strategy and Tactic belajar membutuhkan beberapa tahapan fase, mencakup kombinasi penetapan tujuan, perencanaan, melakukan, memantau kemajuan dan penyesuaian. Strategi dibutuhkan agar mahasiswa dapat tetap bertahan untuk mencapai tujuan. Mahasiswa jurusan keperawatan harus bisa membuat rencana kedepannya untuk dapat lulus dan kemudian melanjutkan studi ners, mengevaluasi rencana mereka setiap semester apakah rencana yang mereka buat telah berjalan dengan sesuai. Seperti Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan X Bandung Jurusan Keperawatan yang selalu membuat rencana dengan membuat time table agar memudahkan mereka untuk bisa mencapai tujuannya dan mempermudah untuk mengevaluasi hal apa yang sudah tercapai oleh mahasiswa tersebut. Hal tersebut dapat meningkatkan konsistensi minat dan ketekunan usaha mahasiswa dalam mencapi grit.

13 Uraian di atas secara skematis dapat digambarkan sebagai berikut : Faktor Mempengaruhi: 1. Academic Mindset 2. Effortfull Control 3. Strategy and Tactic Mahamahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan X Jurusan Keperawatan di Kota Bandung Aspek : GRIT 1. Ketekunan usaha 2. Konsistensi minat Tinggi Rendah 1.1 Bagan Kerangka Pemikiran

14 1.6 Asumsi 1. Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan X Bandung Jurusan Keperawatan yang memiliki grit harus ada 2 aspek yaitu konsitensi minat dan ketekunan usaha yang tinggi 2. Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan X Bandung Jurusan Keperawatan yang memiliki grit yang tinggi akan belajar dengan tekun dan terus berusaha ketika menghadapi kesulitan dan konsisten terhadap pilihan/ minat mereka. 3. Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan X Bandung Jurusan Keperawatan yang memiliki grit yang rendah lebih cepat menyerah ketika menghadapi kesulitan dan memiliki minat/ tujuan yang berubah-ubah. 4. Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan X Bandung Jurusan Keperawatan yang mempunyai Academic Mindset, Effortfull Control dan Strategy and Tactic maka akan meningkatkan grit mereka.