PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

14 LEMBARAN DAERAH Agustus KABUPATEN LAMONGAN 9/E 2006 SERI E

P E M E R I N T A H K A B U P A T E N K E D I R I

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR : 5 TAHUN : 2007

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 8 TAHUN 2007 SERI E =============================================================

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 15 TAHUN 2006 TENTANG PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SRAGEN,

PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN

PEMERINTAH KABUPATEN KETAPANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 3 0TAHUN 2007 T E N T A N G TATACARA PEMILIHAN, PENCALONAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR : 6 TAHUN : 2007

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PASIR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASIR NOMOR 7 TAHUN 2000 TENTANG PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI CIAMIS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO

LEMBARAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN ALOR TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR,

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 6 TAHUN 2006

BUPATI LOMBOK TENGAH

Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Tahun 1958 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1649);

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PEMILIHAN, PENCALONAN, PENGANGKATAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA BARAT,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESAWARAN NOMOR 06 TAHUN 2010 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PESAWARAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

Dengan persetujuan bersama. DEWAN PERMUSYAWARATAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN dan BUPATI MUSI BANYUASIN MEMUTUSKAN :

DHARMMOTTAMA SATYA PRAJA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

DAERAH NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG TENTANG PERMUSYAWARATAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA BUPATI MUSI RAWAS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2006 NOMOR 13 SERI E NOMOR SERI 9 PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 10 TAHUN 2006

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG PENGISIAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERUYAN NOMOR 21 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERUYAN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2006 NOMOR: 6

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 4 Tahun : 2015

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BUOL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN KETAPANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PENGANGKATAN PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR : 30 TAHUN 2006 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR... TAHUN... TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

BUPATI BANGKA BARAT PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PERANGKAT DESA

BUPATI LAMONGAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR TAHUN 2014 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 Tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Tengah;

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

11 LEMBARAN DAERAH Oktober KABUPATEN LAMONGAN 7/E 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 4 TAHUN 2007 T E N T A N G PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

P E R A T U R A N D A E R A H

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO KUALA NOMOR 5 TAHUN 2007 T E N T A N G

TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA BUPATI DOMPU,

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN KAMPUNG (BPK) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun November 22. Perangkat Desa

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PENGANGKATAN, DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

P E R A T U R A N D A E R A H

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 06 TAHUN 2015 TENTANG PERANGKAT DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 4 TAHUN 2007 SERI D.2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD)

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 15 TAHUN 2010 T E N T A N G

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

Transkripsi:

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN, Menimbang: a. bahwa untuk menunjang kelancaran pelaksanaan tugas dan wewenang Kepala Desa dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa perlu adanya Perangkat Desa; b. bahwa untuk kelancaran penyelenggaraan Pemerintahan Desa yang berdayaguna dan berhasilguna, maka Pengangkatan dan Pemberhentian Perangkat Desa, sebagaimana diatur dalam Bab V Peraturan Daerah Kabupaten Bulungan Nomor 11 Tahun 2000 tentang Pemerintahan Desa perlu ditinjau kembali; c. bahwa ketentuan lebih lanjut mengenai Perangkat Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa diatur dengan Peraturan Daerah; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Tata Cara Pencalonan, Pengangkatan dan Pemberhentian Perangkat Desa. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang Penetapan Undang- Undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara Republik Inedonesia Tahun 1953 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1820) sebagai Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 72); 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4493); 1

4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3952); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 41); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4587); 8. Peraturan Daerah Kabupaten Bulungan Nomor 15 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah Kabupaten Bulungan (Lembaran Daerah Kabupaten Bulungan Nomor 15 Tahun 2000 Seri D Nomor 15); 9. Peraturan Daerah Kabupaten Bulungan Nomor 3 Tahun 2003 tentang Penerbitan Lembaran Daerah dan Berita Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Bulungan Nomor 3 Tahun 2003 Seri E Nomor 1); Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BULUNGAN dan BUPATI BULUNGAN MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Bulungan. 2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah. 3. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan Pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistim dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Bulungan sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah. 2

5. Bupati adalah Bupati Bulungan. 6. Camat adalah Camat setempat di Kabupaten Bulungan. 7. Kepala Desa adalah Kepala Desa setempat di Kabupaten Bulungan. 8. Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adapt-istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 9. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 10. Pemerintah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa. 11. Badan Permusyawaratan Desa atau disebut dengan nama lain, selanjutnya disingkat BPD adalah lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintah Desa. 12. Perangkat Desa adalah unsur Pemerintahan Desa yang terdiri dari unsur staf yaitu Sekretaris Desa dan Kepala Urusan, serta Unsur Wilayah yaitu Kepala Dusun. 13. Wilayah atau Dusun atau disebut dengan nama lain adalah bagian wilayah dalam Desa yang merupakan lingkungan kerja pelaksanaan Pemerintahan Desa. 14. Kepala Dusun adalah Unsur Perangkat Desa sebagai pelaksana wilayah yang keberadaannya diangkat / dipilih oleh penduduk setempat. 15. Panitia adalah kelompok orang yang ditunjuk atau dipilih untuk mengurus hal-hal yang ditugaskan kepadanya dalam hal ini disebut Panitia Pencalonan, Pemilihan dan Pengangkatan Perangkat Desa. 16. Bakal Calon Perangkat Desa adalah warga masyarakat Desa setempat yang mendaftarkan diri kepada Panitia Pencalonan, Pemilihan dan Pengangkatan Perangkat Desa. 17. Calon adalah calon Perangkat Desa yang telah memenuhi syarat administrasi yang ditetapkan oleh Panitia Pencalonan, Pemilihan dan Pengangkatan Perangkat Desa. BAB II PERANGKAT DESA Pasal 2 (1) Perangkat Desa terdiri dari Sekretaris Desa dan Perangkat Desa lainnya. (2) Perangkat Desa lainnya, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri dari : a. Sekretariat Desa ; b. Pelaksana Teknis Lapangan ; dan c. Unsur Kewilayahan. Pasal 3 (1) Perangkat Desa sebagaimana dimaksud dalam pasal 2, bertugas membantu Kepala Desa dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya. (2) Dalam melaksanakan tugasnya, Perangkat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bertanggungjawab kepada Kepala Desa. 3

BAB III PERSYARATAN PENGANGKATAN CALON PERANGKAT DESA Bagian Pertama Persyaratan Calon Sekretaris Desa Pasal 4 (1) Sekretaris Desa diisi dari Pegawai Negeri Sipil dan atau bukan PNS. (2) Sekretaris Desa yang diisi dari Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang memenuhi persyaratan, yaitu : a. berpendidikan paling rendah lulusan SMU atau sederajat; b. mempunyai pengetahuan tentang teknis pemerintahan; c. mempunyai kemampuan dibidang administrasi perkantoran; d. mempunyai pengalaman dibidang administrasi keuangan dan dibidang perencanaan; e. memahami sosial budaya masyarakat setempat; dan f. bersedia tinggal di Desa yang bersangkutan. (3) Sekretaris Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diangkat oleh Sekretaris Daerah atas nama Bupati. (4) Ketentuan mengenai pengisian, pembinaan dan pemberhentian Sekretaris Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (3), diatur berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 5 (1) Sekretaris Desa yang bukan dari PNS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1), diangkat dan ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa. (2) Persyaratan Calon Sekretaris Desa yang bukan Dari PNS sebagaimana dimaksud Pada ayat (1), adalah sama dengan persyaratan Calon Perangkat Desa lainnya. Bagian Kedua Persyaratan Calon Perangkat Desa dan Lainnya Pasal 6 (1) Calon Perangkat Desa yang berasal dari PNS harus mendapat izin dari pimpinan instansi induknya. (2) Bagi PNS yang diangkat menjadi Perangkat Desa dibebaskan untuk sementara waktu dari jabatan organiknya selama statusnya menjadi PNS tanpa kehilangan haknya sebagai PNS. Pasal 7 (1) Yang dapat dipilih atau diangkat menjadi Perangkat Desa, selain Sekretaris Desa yang berstatus PNS adalah penduduk desa Warga Negara Republik Indonesia dengan syaratsyarat : a. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; b. Setia kepada Pancasila sebagai Dasar Negara, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia, serta Pemerintah ; c. Berpendidikan sekurang-kurangnya Sekolah lanjutan Tingkat Pertama dan / atau berpengetahuan yang sederajat ; d. Berusia paling rendah 20 Tahun dan paling tinggi 54 tahun ; 4

e. Sehat jasmani dan rohani serta nyata-nyata tidak terganggu jiwa / ingatannya yang dibuktikan dengan Surat Katerangan Dokter Pemerintah Daerah; f. Berkelakuan baik jujur dan adil; g. Tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana kejahatan dengan hukuman paling singkat 5 (lima) Tahun; h. Tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan Keputusan Pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap; i. Tidak sedang dalam proses pemeriksaan / penyidikan yang berwajib atau tidak sedang dalam proses peradilan karena suatu tindak pidana ; j. Terdaftar sebagai penduduk yang bertempat tinggal tetap di Desa yang bersangkutan, sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun terakhir dengan tidak terputusputus yang dibuktikan dengan Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan atau Kartu Keluarga; k. Bersedia dicalonkan menjadi Perangkat Desa; l. Untuk calon Kepala Dusun adalah warga wilayah dusun setempat atau putra dusun setempat dari Desa yang bersangkutan dan apabila calon Kepala Dusun dari wilayah dusun yang bersangkutan tidak ada, maka pencalonan tersebut dapat diikuti dari warga wilayah dusun lain dari Desa yang bersangkutan dan apabila yang bersangkutan terpilih, maka harus bertempat tinggal diwilayah dusun yang bersangkutan; m. Tidak ada hubungan darah langsung dengan Kepala Desa. (2) Bagi anggota BPD yang terpilih atau diangkat menjadi Perangkat Desa tidak boleh merangkap jabatan sebagai anggota BPD. BAB IV MEKANISME PENGANGKATAN CALON PERANGKAT DESA Pasal 8 (1) Kepala Desa mengumumkan secara tertulis penerimaan calon Perangkat Desa selama kurun waktu 2 (dua) minggu terhitung sejak tanggal diumumkan. (2) Calon Perangkat Desa membuat Surat Permohonan dan melampirkan persyaratan administrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1), disampaikan kepada Kepala Desa. (3) Kepala Desa setelah menerima permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), mengadakan penelitian administratif untuk menetapkan calon Perangkat Desa. Pasal 9 (1) Kepala Desa setelah berkoordinasi dengan BPD menetapkan calon Perangkat Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (3), dan segera mengumumkan nama-nama calon Perangkat Desa yang berhak mengikuti ujian penyaringan. (2) Penyaringan dilaksanakan oleh Kepala Desa secara tertulis dan wawancara, meliputi 3 (tiga) kelompok materi yang terdiri dari : a. Materi dasar Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945; b. Materi Pokok penyelenggaraan Pemerintahan Desa; c. Materi Penunjang Pengetahuan Umum dan Kepribadian. (3) Penyaringan diawasi dan dinilai langsung oleh Kepala Desa dalam ruangan tertentu dan tertutup. (4) Hasil penilaian segera diumumkan secara tertulis dengan daftar nama-nama yang dapat diterima sebagai Perangkat Desa. 5

Pasal 10 Dalam rangka menunjang kelancaran pelaksanaan Pasal 8 dan Pasal 9, Kepala Desa dapat menunjuk staf pelaksana sesuai dengan kebutuhan untuk membantu tugas dimaksud. BAB V PENETAPAN PERANGKAT DESA Pasal 11 (1) Kepala Desa menetapkan Calon Perangkat Desa berdasarkan hasil penyaringan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2), selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari setelah hasil penyaringan diumumkan. (2) Calon Perangkat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diangkat dan ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa. (3) Bagi Calon Perangkat Desa yang terpilih atau diangkat menjadi Perangkat Desa terhitung mulai tanggal pelantikan sebagai Perangkat Desa harus bertempat tinggal di Desa yang bersangkutan; BAB VI PELANTIKAN PERANGKAT DESA Pasal 12 (1) Perangkat Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11, diambil sumpah / janji dan dilantik oleh Kepala Desa. (2) Pelantikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihadiri oleh BPD, anggota organisasi kemasyarakatan Desa dan pemuka-pemuka masyarakat lainnya di Desa yang bersangkutan. (3) Susunan kata-kata sumpah / janji sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berbunyi sebagai berikut : Demi Allah (Tuhan), Saya bersumpah / berjanji : Bahwa saya akan memenuhi kawajiban saya selaku Perangkat Desa dengan sebaik-baiknya, sejujur-jujurnya dan seadil-adilnya; Bahwa saya akan selalu taat dalam mengamalkan dan mempertahankan Pancasila sebagai Dasar Negara; dan Bahwa saya akan menegakkan kehidupan demokrasi dan Undang-undang Dasar 1945 sebagai konstitusi Negara serta melaksanakan segala Peraturan Perundang-undangan dengan selurus-lurusnya yang berlaku bagi Desa, Daerah dan Negara Republik Indonesia. (4) Setelah mengucapkan sumpah / janji dan pelantikan sekaligus dilaksanakan penandatanganan Berita Acara Serah Terima Jabatan yang dilampiri memori serah terima jabatan. (5) Naskah Berita Acara Serah Terima Jabatan Perangkat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Kepala Desa. Pasal 13 (1) Pelantikan Perangkat Desa yang baru dilaksanakan tepat pada akhir masa jabatan Perangkat Desa yang lama dan ditetapkan sebagai tanggal pelantikan. 6

(2) Apabila pelaksanaan pelantikan Perangkat Desa jatuh pada hari libur, maka pelantikan dilaksanakan pada hari kerja berikutnya atau sehari sebelum hari libur. Pasal 14 (1) Apabila pelantikan Perangkat Desa tidak dapat dilaksanakan tepat pada waktunya karena alasan-alasan yang dapat dipertanggungjawabkan, Kepala Desa dapat menunda selambat-lambatnya 2 (dua) minggu sejak tanggal berakhirnya masa jabatan Perangkat Desa yang bersangkutan dengan ketentuan Perangkat Desa yang bersangkutan tetap melaksanakan tugasnya selama penundaan tersebut. (2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku pula bagi Pejabat Perangkat Desa lainya. BAB VII BATAS USIA DAN MASA JABATAN PERANGKAT DESA Pasal 15 (1) Perangkat Desa yang diangkat paling rendah pada usia 20 (dua puluh) tahun dan diberhentikan dari jabatannya pada usia maksimal 60 (enam puluh) tahun. (2) Masa Jabatan Perangkat Desa ditetapkan selama 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal pelantikan. (3) Bagi Perangkat Desa yang mempunyai kondite baik dan memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya. BAB VIII BIAYA PEMILIHAN DAN PENGANGKATAN PERANGKAT DESA Pasal 16 Biaya pencalonan dan pengangkatan Perangkat Desa dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa dan sumbangan Pihak Ketiga serta sumber pendapatan lain yang sah. Perangkat Desa dilarang : BAB IX LARANGAN BAGI PERANGKAT DESA Pasal 17 a. Menjadi pengurus partai politik. b. Merangkap jabatan sebagai Ketua dan/atau Anggota BPD, dan Lembaga Kemasyarakatan di Desa bersangkutan ; c. Terlibat aktif dalam kampanye pemilihan umum, pemilihan presiden, dan pemilihan Kepala Daerah ; d. Merugikan kepentingan umum, meresahkan sekelompok masyarakat, dan mendiskriminasikan warga atau golongan masyarakat lain ; e. Melakukan kolusi, korupsi dan nepotisme, menerima uang, barang dan / atau jasa dari pihak lain yang dapat mempengaruhi keputusan atau tindakan yang akan dilakukan ; f. Menyalahgunakan wewenang ; dan g. Melanggar sumpah/janji jabatan. 7

BAB X TINDAKAN PENYIDIKAN TERHADAP PERANGKAT DESA Pasal 18 (1) Tindakan penyidikan terhadap Perangkat Desa, dilaksanakan setelah adanya persetujuan tertulis dari Kepala Desa. (2) Hal-hal yang dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah : a. Tertangkap tangan melakukan tindak pidana kejahatan ; b. Telah melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan pidana mati. (3) Tindakan penyidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), diberitahukan secara tertulis oleh atasan penyidik kepada Kepala Desa paling lama 3 (tiga) hari setelah penyidikan. BAB XI PEMBERHENTIAN SEMENTARA DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA Pasal 19 (1) Perangkat Desa yang melanggar ketentuan Pasal 17, dapat dikenakan sanksi administrasi berupa teguran tertulis dan pemberhentian sementara oleh Kepala Desa. (2) Perangkat Desa yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada Pasal 18 ayat (2) diberhentikan oleh Kepala Desa. Pasal 20 Perangkat Desa diberhentikan sementara oleh Kepala Desa karena berstatus sebagai tersangka melakukan tindak pidana korupsi, tindak pidana terorisme, makar dan atau tindak pidana terhadap keamanan negara. (1) Perangkat Desa berhenti karena : a. Meninggal dunia ; b. Permintaan sendiri ; c. Diberhentikan. Pasal 21 (2) Perangkat Desa diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c karena : a. Berakhir masa jabatannya dan telah dilantik pejabat yang baru; b. Tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap atau sakit berkepanjangan selama 6 (enam) bulan secara berturut-turut yang dibuktikan dengan surat keterangan dari dokter pemerintah; c. Tidak lagi memenuhi syarat sebagai Perangkat Desa; d. Dinyatakan melanggar sumpah / janji jabatan ; e. Tidak melaksanakan kewajiban Perangkat Desa; dan/atau f. Melanggar larangan bagi Perangkat Desa. (3) Pemberhentian Perangkat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) huruf a dan huruf b oleh Kapala Desa. (4) Pemberhentian Perangkat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c, huruf d, huruf e, dan huruf f oleh Kepala Desa didasarkan pada hasil pemeriksaan Tim Pembina, Pengawas Kabupaten, dan Camat setempat melalui tahapan teguran tertulis dan pemberhentian sementara. 8

(5) Pengesahan pemberhentian Perangkat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa paling lama 30 (tiga puluh) hari setelah adanya laporan Tim Pembina dan Pengawas Kabupaten. (6) Setelah dilakukan pemberhentian Perangkat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (5), Kepala Desa mengangkat Perangkat Desa sesuai mekanisme pengangkatan Perangkat desa yang berlaku. Pasal 22 (1) Perangkat Desa yang diberhentikan sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) dan Pasal 20, setelah melalui proses peradilan ternyata terbukti tidak bersalah berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak ditetapkan putusan pengadilan, Kepala Desa harus merehabilitasi dan/atau mengaktifkan kembali Perangkat Desa yang bersangkutan sampai dengan masa jabatannya berakhir. (2) Apabila Perangkat Desa yang diberhentikan sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah berakhir masa jabatannya Kepala Desa hanya merehabilitasi Perangkat Desa yang bersangkutan. Pasal 23 Apabila Perangkat Desa diberhentikan sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) dan Pasal 20, Kepala Desa dapat menunjuk Penjabat Perangkat Desa diluar dari Perangkat Desa yang ada untuk melaksanakan tugas pokok dan kewajiban Perangkat Desa dimaksud sampai dengan adanya putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. BAB XII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 24 Perangkat Desa yang ada pada saat berlakunya Peraturan Daerah ini masih tetap melaksanakan tugasn dan kewajibannya sampai masa jabatannya berakhir serta menerima haknya sebagai Perangkat Desa. BAB XIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 25 Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Pengangkatan dan pemberhetian Perangkat Desa sebagaimana diatur dalam Bab V Peraturan Daerah Kabupaten Bulungan Nomor 11 Tahun 2000 tentang Pemerintahan Desa, dinyatakan dicabut dan tidak berlaku lagi. 9

Pasal 26 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini khususnya yang berkaitan dengan teknis pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati dengan berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 27 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatanya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Bulungan. Ditetapkan di Tanjung Selor pada tanggal 14 Desember 2006 BUPATI BULUNGAN, BUDIMAN ARIFIN Diundangkan di Tanjung Selor pada tanggal 14 Desember 2006 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BULUNGAN, KARSIM AL AMRIE LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN TAHUN 2006 SERI E NOMOR 2 10

P E N J E L A S A N A T A S PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA I. PENJELASAN UMUM Sejalan penyesuaian pengaturan mengenai desa dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, maka perlu maka perlu disesuaikannya Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2003 tentang Persyaratan, Tata Cara Pengangkatan dan Pemberhentian Perangkat Desa. Pengaturan tersebut sejalan dengan perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun 2001 tentang Pedoman Umum Pengaturan Mengenai Desa yang harus disesuaikan dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang Nomor 32 Tahun 2004 dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa. Walaupun terjadi pergantian Undang-Undang namun prinsip dasar sebagai landasan pemikiran pengaturan mengenai Perangkat Desa, yaitu keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan pemberdayaan masyarakat. Keanekaragaman memiliki makna kebutuhan Perangkat Desa disesuaikan dengan asal-usul dan kondisi sosial budaya masyarakat setempat, hal ini berarti kewenangan desa harus menghormati sistem nilai yang berlaku pada masyarakat setempat namun harus tetap mengindahkan sistem nilai bersama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Partisipasi memiliki makna bahwa tugas dan tanggung jawab Perangkat Desa dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan desa harus mampu mewujudkan peran aktif masyarakat agar masyarakat senantiasa memiliki dan turut serta bertanggungjawab terhadap perkembangan kehidupan bersama sebagai sesama warga desa. Otonomi asli memiliki makna bahwa tugas dan tanggung jawab Perangkat Desa dalam penyelenggaraan kewenangan pemerintahan desa untuk mengatur dan mengurus masyarakat setempat didasarkan pada hak asal-usul dan nilai-nilai sosial budaya yang terdapat pada masyarakat setempat namun harus diselenggarakan dalam perspektif adiminstrasi pemerintahan negara yang selalu mengikuti perkembangan jaman. Demokratisasi memiliki makna bahwa tugas dan tanggung jawab Perangkat Desa dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan di Desa harus mengakomodasi aspirasi masyarakat yang diartikulasi dan diagregasi melalui BPD dan Lembaga Kemasyarakatan sebagai mitra Pemerintah Desa. 11

Pemberdayaan masyarakat memiliki makna bahwa tugas dan tanggung jawab Perangkat Desa dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan di Desa ditujukan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat melalui penetapan kebijakan, program dan kegiatan yang sesuai dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu perlunya pengaturan penetapan Peraturan Daerah mengenai Perangkat Desa yang disesuaikan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 dan sejalan dengan prinsip dasar sebagai landasan pemikiran pengaturan mengenai desa. II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Ayat (1) Ayat (2) Ayat (3) Pasal 3 Ayat (1) Pasal 4 Pasal 5 Pasal 6 Ayat (2) Ayat (3) Ayat (1) Huruf a Huruf b Yang dimaksud dengan memproses pemilihan Kepala Desa adalah membentuk panitia pemilihan, menetapkan Calon Kepala Desa yang berhak dipilih, menetapkan Calon Kepala Desa terpilih dan mengusulkan Calon Kepala Desa terpilih kepada Bupati untuk disyahkan menjadi Kepala Desa terpilih. Yang dimaksud dengan tokoh masyarakat adalah tokoh adat, tokoh agama, tokoh wanita, tokoh pemuda dan pemuka-pemuka masyarakat lainnya. Yang dimaksud dengan bertaqwa dalam ketentuan ini adalah taat menjalankan kewajiban agamanya. Yang dimaksud setia adalah tidak pernah terlibat gerakan sparatis, tidak pernah melakukan gerakan secara inkonstitusional atau dengan kekerasan untuk mengubah Dasar Negara serta tidak pernah melanggar Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945. Yang dimaksud dengan setia kepada Pemerintah adalah yang mengakui pemerintah yang sah menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 19945. 12

Huruf c Huruf d Cukup Jelas. Huruf e Huruf f Huruf g Huruf h Cukup Jelas. Huruf i Cukup Jelas. Huruf j Huruf k Huruf l Huruf m Cukup Jelas. Pasal 7 Pasal 8. Pasal 10 Cukup jelas: Pasal 11 Cukup jelas: Pasal 12 Cukup jelas: Pasal 13 Cukup jelas: Pasal 14 Pasal 15 Pasal 16 13

Pasal 17 Pasal 18 Pasal 19 Pasal 20 Pasal 21 Pasal 22 Pasal 23 Pasal 24 Pasal 25 Pasal 26 Pasal 27 TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 03 14