BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Dunia hiburan saat ini semakin maju dan berkembang. Manusia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. hajatan menyediakan pertunjukan keyboard bongkar pada umumnya berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia semakin maju terlihat dari gedung-gedung yang menjulang tinggi di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berperasaan sehingga seseorang yang mempunyai kebebasan berpikir dan berperasaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari usia anak-anak ke usia dewasa.

BABI PENDAHULUAN. Berbagai ulasan di media massa menceritakan kisah hidup seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. positif ataupun negatif. Perilaku mengonsumsi minuman beralkohol. berhubungan dengan hiburan, terutama bagi sebagian individu yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja menunjukkan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan sebutan untuk seseorang yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara logis anak memiliki dua nilai fungsi, yakni fungsi sebagai

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jenis hiburan dari studio musik, klub malam, panggung dangdut, sampai yang terbaru

BAB I PENDAHULUAN. bahasa bidang-bidang tertentu. Karakteristik masing-masing komunitas

BAB I PENDAHULUAN. gemerlap. Dimana dugem yang diadopsi dari dunia barat ini telah menjadi istiah

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap kalangan masyarakat di indonesia, tidak terkecuali remaja.

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena

LAMPIRAN A-1 SKALA DEPRESI PADA REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. Ketika memulai relasi pertemanan, orang lain akan menilai individu diantaranya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pipit Yuliani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. positif pula. Menurut Ginnis (1995) orang yang optimis adalah orang yang merasa

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSU IBUKOTA JAKARTA TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sekitar. Kita makan, minum, menjaga kesehatan, semuanya. dan berbagai macam benda mati yang ada di sekitar.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tempuh dalam pelaksanaan penelitian ini adalah observasi dan wawancara. Observasi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan kesempatan untuk pertumbuhan fisik, kognitif, dan psikososial tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia sesuai Visi Indonesia Sehat 2010 ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. Arus modernisasi dan globalisasi membawa dampak massal, yang sulit untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai umur dan lapisan masyarakat. Kebahagiaan bukan hanya berkisar pada

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu yang ada pada dirinya. Tuhan telah memberikan kekurangan dan

5. KESIMPULAN, DISKUSI, SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan

BAB 4 KESIMPULAN. Nonton bareng..., Rima Febriani, FIB UI, Universitas Indonesia

IDENTITAS. Jenis Kelamin : L / P * Merokok A Mild : Ya / Tidak * Terakhir Menonton Even Musik A Mild : Tanggal CARA MENGERJAKAN ALAT UKUR I

BAB I PENDAHULUAN. untuk memusatkan perhatian pada pengembangan SDM. soft skill yang di dalamnya terdapat unsur behavior dan attitude.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kepercayaan diri yang tinggi individu tersebut lebih mudah mengaktualisasikan

I. PENDAHULUAN. transisi, dimana terjadi perubahan-perubahan yang sangat menonjol dialami. fisik dan psikis. Sofyan S.

BAB I PENDAHULUAN. lagu, sehingga oleh masyarakat baik para pekerja maupun para pelajar,

MODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri)

BAB 1 PENDAHULUAN. jumlah kalori yang dibakar dalam proses metabolisme (Hasdianah dkk, Obesitas juga dapat membahayakan kesehatan (Khasanah, 2012)

BAB I PENDAHULUAN. metal yaitu Seringai sebagai bahan untuk penelitian. Kebanyakan lirik pada

BAB I PENDAHULUAN. bergaul, bersosialisasi seperti masyarakat pada umumnya. Tidak ada salahnya

BAB I PENDAHULUAN. ikatan yang bernama keluarga. Manusia lahir dalam suatu keluarga,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemudian dilanjutkan ke tahapan selanjutnya. Salah satu tahapan individu

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan semakin berkembangnya kemajuan zaman, banyak

BAB I PENDAHULUAN. adalah masa remaja. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak

Manusia merupakan makhluk hidup yang selalu berkembang mengikuti tahaptahap. perkembangan tertentu. Manusia hams melewati satu tahap ke tahap

BAB I PENDAHULUAN. meningkat, pada tahun 2010 tercatat 48 % kekerasan terjadi pada anak,

`BAB I PENDAHULUAN. mengalami kebingungan atau kekacauan (confusion). Suasana kebingunan ini

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada anak usia dini dilakukan melalui pemberian rangsangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara berkembang yang identik dengan

HUBUNGAN ANTARA CITRA RAGA DAN INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN MOTIVASI MENGIKUTI SENAM PADA REMAJA PUTRI DI SANGGAR SENAM 97 SUKOHARJO.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Meningkatnya tingkat kekerasan seksual terhadap anak di Kota Bekasi pada

BAB I PENDAHULUAN. Gaya hidup sebagai ciri modernisai yang populer pada zaman sekarang ini

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. faktor yang secara sengaja atau tidak sengaja penghambat keharmonisan

KONSTRUKSI SOSIAL MEMBACA BUKU PERPUSTAKAAN DI KALANGAN SISWA SMA NEGERI 2 SUKOHARJO TAHUN 2014/2015. Bayu Aji Kurniawan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi. Terjadi pada usia kurang lebih lima

erotis, sensual, sampai perasaan keibuan dan kemampuan wanita untuk menyusui. Payudara juga dikaitkan dengan kemampuan menarik perhatian pria yang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja berasal dari bahasa latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seseorang yang mengkonsumsinya (Wikipedia, 2013). Pada awalnya, alkohol

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. latin adolensence, diungkapkan oleh Santrock (2003) bahwa adolansence

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KENAKALAN REMAJA PELAKU TATO

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan luar. Perubahan-perubahan tersebut menjadi tantangan besar bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang bahagia. Kebahagiaan menjadi harapan dan cita-cita terbesar bagi setiap

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DITINJAU DARI KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN KREATIVITAS PADA MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian Batak secara umum dibagi menjadi 2(dua) bagian yaitu Gondang

Nasib dan Takdir Manusia, Apa Bedanya?

2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN SISWA DALAM MEMATUHI NORMA TATA TERTIB SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa yang penuh konflik, karena masa ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Pendahuluan. Masa remaja secara psikologi merupakan masa peralihan dari masa anak

BAB IV ANALISIS DATA. A. Faktor-Faktor Penyebab Anak Terkena Epilepsi di Gubeng

BAB I PENDAHULUAN. remaja yang mempunyai tujuan ideologi yang sama. Hal ini biasanya

BAB I PENDAHULUAN. Sekarang ini banyak sekali kita ditemukan kasus dimana remaja laki-laki,

PELATIHAN BASIC HYPNOPARENTING BAGI AWAM

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973). Menurut Sarwono (2011),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Saat ini teknologi memiliki peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi budaya pop Korea yang biasa dikenal dengan Korean Wave,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki arti tersendiri di dalam hidupnya dan tidak mengalami kesepian.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menentukan arah dan tujuan dalam sebuah kehidupan. Anthony (1992)

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai. Ketidakseimbangan jumlah antara laki-laki dan perempuan banyak

BAB I PENDAHALUAN. A. Latar Belakang Masalah. status sebagai orang dewasa tetapi tidak lagi sebagai masa anak-anak. Fase remaja

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia hiburan saat ini semakin maju dan berkembang. Manusia mencari hiburan - hiburan dengan berbagai cara, antara lain adalah melalui media, media sosial, atau pergi ke tempat hiburan. Ada berbagai macam tempat hiburan, seperti bioskop, tempat bermain, dan lain sebagainya. Ada pula tempat hiburan yang beroperasi pada malam hari, yaitu kelab malam. Pada kelab malam saat ini tidak hanya dihiasi dengan DJ atau disc jockey, tetapi ada berbagai macam hiburan lainnya, yaitu penari atau sexy dancer, sexy model, dan band ataupun penyanyi. Tempat hiburan malam ini berkembang pesat, tidak hanya di kota kota besar, di Semarang juga sudah mulai berkembang pesat. Pada tiap kelab malam di Semarang, keseluruhannya memiliki disc jockey dan band sebagai media untuk menghibur pengunjung yang datang ke kelab malam tersebut. Berdasarkan pengamatan awal peneliti, sebagian besar penyanyi pada band di kelab malam adalah perempuan. Pada tiap band memiliki jumlah dan formasi penyanyi yang berbeda, tetapi dapat dipastikan bahwa sebagian besar adalah perempuan. Minimal jumlah penyanyi suatu band adalah satu orang, dan ini jarang sekali terjadi, sedangkan jumlah terbanyak penyanyi dalam suatu band ada lima orang. Penyanyi ini dapat dipastikan sejak awal memiliki jumlah penyanyi perempuan lebih banyak daripada 1

2 penyanyi laki laki. Pada band yang hanya memiliki satu penyanyi, dapat dipastikan bahwa penyanyi tersebut berjenis kelamin perempuan. Pada band yang memiliki dua penyanyi, bisa salah satu berjenis kelamin perempuan, bisa keduanya berjenis kelamin perempuan. Pada band yang memiliki tiga penyanyi atau lebih, bisa dipastikan hanya terdapat satu penyanyi laki laki, dan sisanya adalah penyanyi perempuan. Penyanyi sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai orang yang bekerja sebagai penyanyi atau bisa disebut juga sebagai biduan. Kelab malam menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai tempat hiburan dan bersenang senang yang beroperasi pada malam hari, menyediakan makanan dan minuman, memiliki panggung pertunjukan dan dilengkapi dengan musik dan tempat berdansa. Berdasarkan keterangan pegawai kelab malam yang menjadi tempat penelitian, pengunjung yang datang tidak hanya menikmati musik yang disajikan oleh disk jockey, tetapi juga menunjukan antusiasme terhadap band atau penyanyi yang tampil di kelab malam tersebut. Antusiasme ini dapat dilihat dari beberapa tindakan oleh pengunjung. Ada pengunjung yang meminta dimainkan lagu tertentu oleh band atau penyanyi, atau dengan kata lain pengunjung request sebuah lagu atau lebih untuk dinyanyikan. Selain permintaan untuk dinyanyikan, terkadang pengunjung juga ingin untuk ikut serta menyanyikan lagu tersebut, dan sebagian besar pengunjung ingin ditemani bernyanyi oleh penyanyi perempuan. Beberapa pengunjung

3 juga memberikan atau membelikan minuman, terutama minuman beralkohol untuk disajikan pada band yang sedang tampil. Minuman beralkohol tersebut tidak hanya untuk diminum saat band melakukan break atau beristirahat, tetapi juga ada yang meminta untuk langsung diberikan saat band tersebut tampil. Berdasarkan keterangan yang didapat, beberapa pengunjung juga terjun langsung untuk memberikan minuman beralkohol tersebut kepada band yang tampil, biasanya diberikan langsung dengan botolnya dan anggota band langsung meminum minuman beralkohol tersebut langsung dari botolnya atau dengan gelas dan hanya diberikan pada anggota band tertentu, dan biasanya diberikan pada penyanyi perempuan. Kejadian yang telah diuraikan di atas juga disaksikan sendiri oleh peneliti pada saat berkunjung ke kelab malam. Masyarakat awam yang tidak pernah atau tidak menyukai kelab malam sendiri melihat kelab malam sebagai tempat yang memiliki image atau gambaran sebagai tempat yang memberikan pengaruh buruk. Kelab malam digambarkan sebagai tempat perilaku bebas tanpa aturan, tempat bermabuk mabukan, tempat melakukan seks bebas, dan tempat peredaran obat obat terlarang. Bahkan beberapa individu dalam masyarakat mengatakan kelab malam sebagai salah satu tempat prostitusi. Pandangan ini tidak sepenuhnya salah karena beberapa pegawai kelab malam juga mengemukakan hal tersebut di atas pernah dan sering terjadi. Di samping hal hal di atas, dapat dikatakan kelab malam memiliki jam operasional yang bagi masyarakat dianggap bukanlah jam wajar bekerja. Pegawai kelab

4 malam seperti resipsionis dan waitres sudah mulai datang dan bekerja sekitar pukul 18.00 atau 19.00 untuk mempersiapkan kelab malam. Untuk pengisi acara, dalam hal ini penyanyi, band, dan disc jockey, mulai datang dan bersiap sekitar pukul 20.00. Susunan acara pada setiap kelab malam berbeda, tetapi sebagian besar memulai dengan lagu lagu dari disc jockey sekitar 30 menit, dilanjutkan band atau penyanyi selama 60 sampai 90 menit, kemudian disc jockey sekitar 60 menit, kemudian band atau penyanyi lagi sekitar 60 sampai 90 menit, kemudian ditutup dengan disc jockey sampai waktu maksimal kelab malam buka, yaitu pukul 02.00 dini hari atau 02.30 dini hari. Tetapi jika antusiasme pengunjung sangat tinggi, manajemen kelab malam biasanya memberikan waktu ekstra sekitar 30 menit. Pada saat disc jockey sedang tampil, disitulah band atau penyanyi sering dijamu oleh pengunjung. Tidak jarang pengunjung melakukan pelecehan terhadap penyanyi perempuan. Entah melalui perkataan ataupun tindakan. Pelecehan dari pengunjung sebenarnya tidak hanya dilakukan pada saat istirahat band dan penyanyi, tetapi saat tampil juga sering dilakukan pelecehan, baik secara perkataan, perbuatan, ataupun permintaan pengunjung. Pada beberapa kesempatan, pengunjung ada yang meminta untuk penyanyi perempuan menyanyi dengan duduk dipangkuan pengunjung. Ada pula pengunjung yang memegang bagian tubuh tertentu dari penyanyi perempuan. Ada kalanya pengunjung pun melakukan sawer atau menyawer penyanyi perempuan. Sawer atau menyawer dalam Kamus Besar Bahasa

5 Indonesia dapat diartikan sebagai pemberian uang kepada pemain atau pelaku pertunjukan. Pemberian sawer ini dilakukan dalam tiga kondisi. Yang pertama, pengunjung memberikan sawer secara cuma cuma tanpa meminta imbalan apapun, semata mata karena pengunjung merasa terhibur. Yang kedua, pengunjung memberikan sawer karena permintaan lagu dimainkan oleh band atau penyanyi. Yang ketiga, pengunjung memberikan sawer dengan meminta imbalan tertentu, biasanya berkaitan dengan penyanyi perempuan. Sebagai contoh, pengunjung meminta selama band istirahat untuk ditemani penyanyi perempuan, atau meminta untuk memegang bagian tubuh tertentu, atau bahkan meminta untuk melakukan hubungan badan atau seks. Hal ini belum termasuk tuntutan dari pihak kelab malam untuk selalu menghibur pengunjung. Saat pengunjung menginginkan beberapa hal di atas, terkadang manajemen kelab malam mengharuskan untuk dilakukan, misalnya pengunjung yang memberikan minum di panggung dan harus diminum di panggung, atau permintaan lagu yang harus dibawakan, dan lain sebagainya yang masih dalam batas kewajaran. Keinginan pengunjung untuk melakukan hubungan seks dengan penyanyi tentunya tidak dapat dikabulkan oleh pihak kelab malam karena sudah menyimpang jauh dari pekerjaan yang diwajibkan dilakukan. Tuntutan lainnya adalah dalam hal berbusana, penyanyi kelab malam diwajibkan untuk tampil modis dan rapi, tetapi seksi. Seksi di sini tidak melalu menggunakan pakaian seronok, tetapi akan menjadi nilai tambah bagi penyanyi jika menggunakan pakaian seronok.

6 Bentuk tubuh tentunya juga menjadi salah satu tuntutan dari pihak kelab malam, mereka lebih menerima penyanyi dengan tubuh ideal berisi daripada tubuh kurus atau gemuk. Terkadang pihak kelab malam dan pengunjung tidak mempermasalahkan suara penyanyi dalam artian penyanyi memiliki suara biasa saja atau bahkan sedikit sumbang selama penyanyi tersebut bisa atraktif, aktif, bisa membawa suasana, seksi, dan memiliki tubuh indah. Penyanyi kelab malam ini selain mendapat tuntutan tersebut, juga memiliki jam kerja yang berbeda dengan jam kerja masyarakat pada umumnya. Mereka bekerja dari jam 22.00 sampai jam 02.00 dini hari. Hal ini mengundang berbagai pikiran negatif dari masyarakat karena masyarakat pada umumnya masih menganggap pekerjaan normal dan baik itu adalah jam kerja pada siang hari. Pekerjaan pada malam hari sering diidentikkan dengan pekerjaan sebagai pekerja seks komersil. Hal hal tersebut akan memunculkan stigma atau label yang diberikan masyarakat terhadap penyanyi kelab malam tersebut. Berdasarkan pengamatan awal peneliti pada bulan Maret 2013 di sepuluh kelab malam wilayah Semarang umumnya mempunyai dua band utama dan dua penyanyi solo yang mengisi acara tiap malamnya secara bergantian. Peneliti melakukan pengamatan dan wawancara awal sebelum menjalankan penelitian. Hasil pengamatan dan penelitian ini menyatakan bahwa lima penyanyi merasa tidak nyaman bekerja, merasa malu, dan merasa tidak cukup baik untuk mendapatkan pekerjaan lain yang lebih terhormat dan memiliki jam

7 kerja yang normal seperti masyarakat pada umumnya. Ada beberapa orang penyanyi yang justru mengatakan bahwa mereka merasa nyaman dengan pekerjaannya, meski terkadang sakit hati dan malu saat bekerja. Hal ini tentunya memberi pengaruh terhadap harga diri penyanyi kelab malam seperti yang diungkapkan Walgito (2002, h. 212) yang menyatakan harga diri adalah evaluasi seseorang terhadap dirinya sendiri berdasarkan hasil dari interaksi sosial. Dapat dilihat bahwa interaksi dengan lingkungan tentunya memberikan pengaruh terhadap evaluasi individu, dalam hal ini adalah penyanyi kelab malam, terhadap dirinya sendiri. Peneliti sendiri melihat adanya fenomena di mana penyanyi perempuan merasa dan memandang dengan tidak puas dengan kondisi dirinya terkait dengan profesi penyanyi yang dijalani. Di samping itu juga ada bentuk pelecehan yang dilakukan oleh pengunjung maupun masyarakat terhadap bentuk pekerjaanya, entah dilecehkan secara verbal, secara fisik, maupun digunjingkan oleh masyarakat. Dalam meningkatkan harga diri penyanyi kelab malam perempuan, perlu ditinjau dari beberapa sumber penghargaan di luar individu itu sendiri. Coopersmith (Noorhayati, 2000, h.18) mengemukakan bahwa peranan orang tua dan keluarga sangat penting dalam pembentukan harga diri yang positif. Pada penelitian ini, peneliti mengkhususkan pada keluarga yang merupakan tempat pertama seseorang menjalani kehidupannya, tempat individu pertama kali berinteraksi. Chaplin (1999, h. 495) mengemukakan bahwa

8 dukungan sosial adalah dorongan atau pengorbanan semangat dan nasehat kepada orang lain dalam satu situasi tertentu. Dukungan sosial dalam penelitian ini dikhususkan pada dukungan sosial dari pihak keluarga atau dikatakan sebagai dukungan sosial keluarga. Pada awalnya interaksi seseorang akan bermula dari keluarganya, sebagai pihak terdekat dan tempat awal mula pemenuhan kebetuhan individu. Keluarga akan memiliki sebuah peranan penting terhadap pemberian penghargaan terhadap seorang individu yang akan mempengaruhi pembentukan harga diri individu tersebut. Arslan (2009, h. 559-560) pada penelitiannya mendapatkan hasil tidak ada hubungan antara teman sebaya dan kebiasaan pemarah, namun ada hubungan signifikan antara harga diri dengan kontrol amarah dan harga diri dengan dukungan sosial yang diperoleh dari keluarga dan guru. Sharaf, dkk (2009, h. 164-166) mengemukakan bahwa dukungan sosial cukup berpengaruh pada harga diri individu dengan resiko bunuh diri. Disamping harga diri, masih dibutuhkan dukungan keluarga sebagai faktor eksternal untuk dapat mengurangi depresi pada remaja yang bisa memicu resiko bunuh diri. Saputri dan Indrawati (2011, h. 70-71) memperoleh hasil bahwa dukungan sosial hanya berpengaruh 23,7% terhadap depresi dan sisanya dipengaruhi oleh hal hal lain seperti pengalaman hidup, tingkat religiusitas, faktor kepribadian dan harga diri. Nugrahawati dan Nugraha (2011, h. 96) dalam penelitiannya memperoleh hasil bahwa dukungan sosial keluarga yang tinggi yang memiliki pengaruh terhadap harga diri adalah dukungan emosi dan

9 penghargaan. Harga diri sendiri disebutkan pada penelitian ini memiliki aspek aspek sebagai sumber daya untuk menolong orang tersebut dalam mengatasi masalah hidupnya. Untuk individu yang mempunyai harga diri rendah cenderung merasa gagal karena merasa tidak yakin dengan kemampuannya, sedangkan individu dengan harga diri tinggi akan cenderung akan lebih bahagia, sukses, sehat dan produktif. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan sebuah penelitian berkaitan dengan harga diri pelaku pekerjaan malam, khususnya penyanyi perempuan di kelab malam, yang sering kali mendapatkan pandangan negatif dari masyarakat. Dengan adanya pandangan tersebut bersamaan dengan dukungan sosial keluarga, akan membentuk harga diri yang berbeda pada masing masing subyek. Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui apakah ada hubungan antara dukungan sosial keluarga terhadap harga diri penyanyi kelab malam perempuan di Semarang. B. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menguji secara empirik hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan harga diri penyanyi kelab malam perempuan di Semarang. C. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu:

10 1) Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumbangan ilmu pengetahuan khususnya psikologi sosial dalam hal hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan harga diri seseorang. 2) Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada keluarga untuk dapat memberikan dukungan kepada anggota keluarga yang bekerja sebagai penyanyi kelab malam.