BAB I PENDAHULUAN. provinsi, 18 kabupaten/kota, dengan jumlah penderita orang dan kematian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Disentri basiler yang berat pada umumnya disebabkan oleh Shigella

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah dalam bidang kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare merupakan penyebab yang banyak menimbulkan kesakitan

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Survei morbiditas yang dilakukan oleh (Sub Direktorat) Subdit Diare,

BAB I PENDAHULUAN. menjadi penyebab kematian satu juta orang di negara berkembang terutama terjadi

UJI ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN PUTRI MALU (Mimosa pudica) TERHADAP PERTUMBUHAN Shigella dysentriae

BAB 1 PENDAHULUAN. positif yang hampir semua strainnya bersifat patogen dan merupakan bagian dari

BAB I PENDAHULUAN. lebih dalam sehari. Dengan kata lain, diare adalah buang air besar

Setiap tahun, diperkirakan terdapat 2 miliar kasus diare di seluruh dunia. Pada tahun 2004, diare menjadi penyebab kematian tertinggi ketiga di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. juta penduduk setiap tahun, penyebab utamanaya adalah Vibrio cholera 01,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. air besar) lebih dari biasanya atau tiga kali sehari (World Health

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. akut atau gastroenteritis akut terjadi pada orang dewasa (Simadibrata &

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SHIGELLA. Klasifikasi. : Proteobacteria : Gamma Proteobacteria : Enterobacteriaceae. : Shigella dysentriae

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Diare merupakan penyakit yang umum dialami oleh masyarakat. Faktor

INTISARI. UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL RIMPANG TEMU GIRING (Curcuma Heyneana Val) TERHADAP PERTUMBUHAN Shigella Dysentriae SECARA IN VITRO

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya dengan tumbuhan berkhasiat, sehingga banyak dimanfaatkan dalam bidang

I. PENDAHULUAN. dunia setelah Brazil, memiliki tumbuhan tropis dan biota laut yang sangat

I. PENDAHULUAN. endemik di Indonesia (Indriani dan Suminarsih, 1997). Tumbuhan-tumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini penggunaan obat tradisional masih disukai dan diminati oleh

BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. Untuk mengetahui efek pemberian ekstrak mengkudu terhadap daya

BAB V PEMBAHASAN. aktivitas antimikroba ekstrak daun panamar gantung terhadap pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam penanggulangan masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Jurnal Akademi Farmasi Prayoga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara penghasil tanaman obat yang potensial dengan keanekaragaman hayati yang

Selain itu, pengobatan antidiare juga dapat menggunakan obat-obat kimia. Salah satu contohnya adalah loperamid. Loperamid HCL memiliki efek samping

BAB I PENDAHULUAN. Sejak zaman nenek moyang sampai sekarang, masyarakat banyak

Indonesia merupakan negara berkembang yang kaya akan tumbuhtumbuhan. Banyak sekali tanaman yang berkhasiat sebagai bahan obat telah digunakan secara

BAB I PENDAHULUAN. Dilihat dari berbagai macam segi kehidupan, kesehatan merupakan harta terindah bagi setiap

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. baik bagi masyarakat yang tinggal di perkotaan maupun pedesaan. Tanaman obat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. motil, serta mempunyai satu flagel kutub. Vibrio cholerae merupakan serogrup O1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. cara menimbang bahan yang akan diekstraksi lalu mencampur bahan dengan air

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

I. PENDAHULUAN. antara lain: disebabkan oleh penyakit infeksi (28,1 %), penyakit vaskuler

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. beberapa jenis basil gram negatif dari Genus Shigella. Masa inkubasi bakteri

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Diare adalah penyebab kematian yang kedua pada anak balita setelah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan banyak dimanfaatkan oleh masyarakat, namun demikian pada

BAB IV PEMBAHASAN. Gambar 4. Borok Pada Ikan Mas yang Terinfeksi Bakteri Aeromonas hydrophila

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Ekstraksi terhadap 3 jenis sampel daun pidada menghasilkan ekstrak

BAB I PENDAHULUAN. mamalia. Beberapa spesies Candida yang dikenal dapat menimbulkan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. mellitus meluas pada suatu kumpulan aspek gejala yang timbul pada seseorang

BAB I PENDAHULUAN. daya alam di antaranya sumber daya alam hayati. Kondisi alamindonesia yang cukup

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang optimal dan untuk mengatasi berbagai penyakit secara alami.

BAB I PENDAHULUAN. Candida albicans merupakan jamur yang dapat menginfeksi bagian- bagian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS COLIFORM PADA MINUMAN ES DAWET YANG DIJUAL DI MALIOBORO YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ISOLASI, IDENTIFIKASI, DAN UJI ANTIMIKROBA SENYAWA METABOLIT SEKUNDER DARI JAMUR ENDOFIT TUMBUHAN BRATAWALI (Tinospora crispa) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. penyakit periodontitis (Asmawati, 2011). Ciri khas dari keadaan periodontitis yaitu gingiva kehilangan

BAB I PENDAHULUAN. Sehat merupakan salah satu hal terpenting dalam hidup. Bebas dari segala penyakit

BAB I PENDAHULUAN. manusia, sehingga tanaman kelapa dijuluki Tree of Life (Kriswiyanti, 2013).

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan keanekaragaman hayati dengan bermacam jenis spesies

HASIL DAN PEMBAHASAN. Peubah* Konsumsi Ekstrak Daun Konsumsi Saponin

BAB 1 PENDAHULUAN. (menjadi cair), dengan/tanpa darah dan/atau lendir,sedangkan diare akut adalah

I. PENDAHULUAN. berkurang disebabkan oleh adanya kelainan genetik dan metabolik. Selain

Penelitian efek antidiare ekstrak daun salam (Eugenia polyantha) dengan metode transit intestinal oleh Hardoyo (2005), membuktikan

I. PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5)

BAB I PENDAHULUAN. berjuang menekan tingginya angka infeksi yang masih terjadi sampai pada saat

UJI EKSTRAK DAUN BELUNTAS

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai uji klinis dan di pergunakan untuk pengobatan yang berdasarkan

Pola buang air besar pada anak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. perkolasi kemangi kering menggunakan pelarut air dengan variasi waktu

BAB I PENDAHULUAN. memiliki banyak sekali khasiat sebagai obat tradisional, dan belum banyak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit ikan merupakan salah satu masalah serius yang dihadapi oleh

BAB I PENDAHULUAN. Dari catatan sejarah dapat diketahui bahwa fitoterapi atau terapi menggunakan

PENDAHULUAN. terdiri atas penyakit bakterial dan mikotik. Contoh penyakit bakterial yaitu

BAB I Pendahuluan. I.1. Latar Belakang. Salah satu dari tujuan Millenium Development. Goal(MDGs) adalah menurunkan angka kematian balita

SKEMA ALUR PIKIR. Kulit Buah Manggis

BAB I PENDAHULUAN. tahun (Farthing, et al., 2008). Prevalensi diare pada anak usia 1 4 tahun. dengan kelompok usia lainnya (Rosari,et al., 2013).

PENGARUH KONSENTRASI EKSTRAK ETANOL BUAH PARE (Momordica charantia L) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Shigella dysenteriae SECARA IN VITRO

Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1

BAB I PENDAHULUAN. ikan budidaya pada air tawar adalah penyakit Motil Aeromonas Septicemia (MAS)

BAB I PENDAHULUAN. infeksi masih menjadi penyebab utama kesakitan dan kematian, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. 100 genus Actinomycetes hidup di dalam tanah. tempat-tempat ekstrim seperti daerah bekas letusan gunung berapi.

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan ancaman yang besar untuk umat manusia.

I. PENDAHULUAN. penyakit menemui kesulitan akibat terjadinya resistensi mikrobia terhadap antibiotik

BAB 1 PENDAHULUAN. iskemik jaringan pulpa yang disertai dengan infeksi. Infeksi tersebut

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit diare atau gastroenteritis hingga saat ini masih menjadi masalah utama di Indonesia. Berbagai upaya penanganan baik secara medis maupun upaya perubahan tingkah laku dengan melakukan pendidikan kesehatan terus dilakukan. Namun upaya-upaya tersebut belum memberikan hasil yang menggembirakan. Setiap tahun penyakit diare menduduki peringkat atas, khususnya di daerahdaerah miskin. Pada tahun 2015 terjadi 18 kali KLB Diare yang tersebar di 11 provinsi, 18 kabupaten/kota, dengan jumlah penderita 1. 213 orang dan kematian 30 orang. (Depkes RI, 2015). Diare merupakan bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari 3 kali sehari disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair bercampur dengan darah dan lendir (Fatmawati, 2013). Beberapa faktor yang menyebabkan kejadian diare yaitu infeksi yang disebabkan bakteri, kekurangan gizi, parasit, adanya gangguan penyerapan makanan (Sukut, 2015). Penyebab lain dari diare bisa karena kondisi lingkungan buruk yang menjadi habitat patogen, sanitasi dan kebersihan rumah tangga yang buruk, kurang minum air yang aman. Faktor lingkungan sangat menentukan untuk berkembangbiak bakteri penyebab diare (Adisasmito, 2011). Disentri adalah salah satu jenis penyakit diare akut yang disertai dengan tinja cair yang bercampur dengan darah dan lendir dikarenakan bakteri penyebab disentri telah menembus dinding kolon sehingga tinja yang melewati usus besar akan berjalan sangat cepat tanpa diikuti proses absorbsi air (Munfaati dkk., 2015).

2 Bakteri yang menyebabkan penyakit disentri adalah bakteri dari genus Shigella. Bakteri Shigella terdiri dari empat spesies yaitu Shigella dysentriae, Shigella flexneri, Shigella sonnei dan Shigella boydii (Brooks dkk., 2007). Penyakit disentri diklasifikasikan menjadi 2 yaitu disentri basilaris dan disentri amubika. Disentri basilaris disebabkan oleh bakteri genus Shigella, dengan gejala klinis meliputi nyeri perut dan demam. Shigella adalah bakteri gram negatif berbentuk batang yang ramping dengan koloni bakteri berbentuk konveks, bulat dan transparans. Shigella memproduksi eksotoksin yang dapat mempengaruhi saluran pencernaan dan susunan saraf pusat. Eksotoksin merupakan protein yang bersifat antigenik sehingga dapat mematikan penderita. Aktivitas yang bersifat toksik ini menyebabkan diare awal yang encer, kemudian mengakibatkan disentri lebih lanjut dengan tinja yang disertai darah dan nanah. Penyakit disentri ditularkan melalui air yang tercemar oleh kotoran penderita, makanan yang tercemar oleh lalat dan pembawa hama/carrier (Brooks dkk., 2007). Negara-negara maju gejala disentri basiler lebih banyak disebabkan oleh Shigella sonnei diikuti oleh Shigella flexneri sedangkan di negara berkembang yang higien dan sanitasnya jelek, pola isolat bakterinya adalah Shigella dysentriae dan Shigella boydii. Prognosa disentri basiler menjadi lebih buruk apabila bakteri penyebabnya adalah Shigella disentriae dan terjadi pada anak-anak (Prihantoro dkk., 2006). Shigella dysentriae menghasilkan toksin yang bernama Shiga, toksin ini yang dapat menimbulkan epidemi diare berdarah (Eppy, 2009).

3 Masa inkubasi penyakit disentri adalah 1-2 hari, setelah masa inkubasi yang pendek secara mendadak timbul nyeri perut, demam dan diare cair. Diare tersebut disebabkan oleh pengaruh eksotoksin dalam usus halus, sehari atau beberapa hari kemudian ketika infeksi mengenai ileum dan kolon jumlah feses meningkat sehingga feses menjadi lebih kental dan sering mengandung lendir dan darah. Pada lebih dari setengah kasus orang dewasa, demam dan diare menghilang spontan dalam 2-5 hari. Namun, pada anak-anak dan lanjut usia kehilangan air dan elektrolit dapat menimbulkan dehidrasi, asidosis, dan bahkan kematian (Brooks dkk., 2007). Riskesdas 2013 mengumpulkan informasi bahwa period prevalen diare pada Riskesdas 2013 (3,5%) lebih kecil dari Riskesdas 2007 (9,0%). Penurunan period prevalen yang tinggi ini dimungkinkan karena waktu pengambilan sampel yang tidak sama antara 2007 dan 2013. Pada Riskesdas 2013 sampel diambil dalam rentang waktu yang lebih singkat. Insiden diare untuk seluruh kelompok umur di Indonesia adalah 3,5 persen. Lima provinsi dengan insiden dan period prevalen diare tertinggi adalah Papua (6,3% dan 14,7%), Sulawesi Selatan (5,2% dan 10,2%), Aceh (5,0% dan 9,3%), Sulawesi Barat (4,7% dan 10,1%), dan Sulawesi Tengah (4,4% dan 8,8%) (Rikesdas, 2013). Berdasarkan karakteristik penduduk, kelompok umur balita adalah kelompok yang paling tinggi menderita diare. Insiden diare balita di Indonesia adalah 6,7 persen. Lima provinsi dengan insiden diare tertinggi adalah Aceh (10,2%), Papua (9,6%), DKI Jakarta (8,9%), Sulawesi Selatan (8,1%), dan Banten (8,0%). Karakteristik diare balita tertinggi terjadi pada kelompok umur 12-23

4 bulan (7,6%), laki-laki (5,5%), tinggal di daerah pedesaan (5,3%), dan kelompok kuintil indeks kepemilikan terbawah (6,2%) (Rikesdas, 2013). Sejauh ini upaya yang dilakukan masyarakat untuk mengobati penyakit disentri terbatas pada antibiotik. Hal ini dilakukan masyarakat dengan berobat langsung ke dokter serta banyak masyarakat yang langsung membeli antibiotik di apotek, sementara di lingkungan masyarakat banyak tumbuhan obat sebagai alternatif antibakteri, salah satunya adalah tumbuhan Tinospora crispa (L.) Miers.hen jin. Beberapa orang banyak memanfaatkan tumbuhan Tinospora crispa (L.) Miers.hen jin digunakan sebagai obat tradisional (Kresnady, 2003). Penggunaan antibiotik pada penderita penyakit disentri tanpa indikasi yang jelas telah menyebabkan banyak jenis kuman enterik menjadi resisten, di Indonesia dilaporkan bahwa hampir semua spesies Shigella, termasuk Shigella dysentriae telah resisten terhadap antibiotik. Berdasarkan hasil penelitian dari beberapa negara ditemukannya Shigella dysentrie resisten terhadap siprofloksasin dan fluorokuinolon lain ( Yenny, 2007). Salah satu contoh tumbuhan yang berpotensi dan dapat dimanfaatkan sebagai antibakteri yaitu tumbuhan Tinospora crispa (L.) Miers).hen jin. Tumbuhan ini merupakan tumbuhan yang banyak ditemui dan mudah ditanam di Indonesia sehingga mudah untuk didapatkan. Tinospora crispa (L.) Miers.hen jin secara empiris banyak dijadikan obat demam, sakit perut, sakit punggung, gatalgatal dan luka. Tinospora crispa (L.) Miers.hen jin merupakan tumbuhan dengan bentuk semak memanjat. Bagian tumbuhan Tinospora crispa (L.) Miers.hen jin yang dapat dimanfaatkan sebagai obat disentri adalah akar, batang dan daun.

5 Penelitian ini menggunakan organ batang dan daun tumbuhan Tinospora crispa (L.) Miers.hen jin karena untuk mengetahui pengaruh terbaik yang dihasilkan ekstrak organ batang dan daun tumbuhan Tinospora crispa (L.) Miers.hen jin dalam menghambat bakteri Shigella dysentriae, dan banyak masyarakat yang tidak mengetahui bahwa organ daun Tinospora crispa (L.) Miers.hen jin juga mempunyai senyawa kimia alkaloid berberin yang dapat dimanfaatkan sebagai obat antibakteri (Elfita dkk., 2014). Senyawa kimia yang terkandung dalam tumbuhan Tinospora crispa (L.) Miers.hen jin adalah alkaloid berberin, damar lunak, pati, glikosida, pikroretosid, harsa, zat pahit pikroretin, tinokrisposid, palmatin, kolumbin dan kaokulin atau pikrotoksin (Kresnady, 2003). Tinospora crispa (L.) Miers.hen jin termasuk dalam famil Menispermaceae, dimana kandungan senyawa aktif yang paling banyak pada famili Menispermaceae adalah senyawa alkaloid (Chi dkk., 2016). Daun dan batang Tinospora crispa (L.) Miers.hen jin mengandung senyawa alkaloid berberin, saponin dan fenol sebagai antibakteri (Widiana, 2016). Selain tumbuhan Tinospora crispa (L.) Miers.hen jin tumbuhan lain seperti kulit manggis (Garcinia mangostana L.) juga dapat digunakan sebagai antibakteri karena mengandung senyawa aktif seperti flavonoid, tanin, triterpenoid dan saponin (Romas dkk., 2015). Keunggulan tumbuhan Tinospora crispa (L.) Miers.hen jin dibandingkan dengan tumbuhan manggis adalah tumbuhan Tinospora crispa (L.) Miers.hen jin memiliki senyawa alkaloid berberin sebagai antibakteri. Wahyuningsih dkk (2008) menyatakan bahwa senyawa berberin merupakan senyawa golongan

6 alkaloid yang memiliki kemampuan untuk berinteraksi dengan DNA bakteri dengan cara menginterkalasi DNA sehingga replikasi DNA bakteri terhambat. Semakin banyaknya efek samping akibat penggunaan obat sintetis jangka panjang, maka sangat penting untuk memanfaatkan obat-obatan tradisional dalam mengobati, menjaga kesehatan dan mencegah penyakit disentri. Salah satu obat tradisional yang telah dikenal sebagian masyarakat yang memiliki khasiat bermanfaat bagi tubuh adalah tumbuhan Tinospora crispa (L.) Miers.hen jin yang merupakan tumbuhan antibakteri. Selain sebagai antibakteri tumbuhan Tinospora crispa (L.) Miers.hen jin juga mempunyai banyak manfaat untuk penyembuhan penyakit salah satunya untuk penyembuhan luka (Muharni dkk., 2014). Penelitian ini sesuai dengan peranan tumbuhan dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan hal tersebut maka dapat dimanfaatkan sebagai penunjang proses kegiatan belajar mengajar di sekolah tingkat SMA/MA kelas X semester II materi Dunia Tumbuhan Kompetensi Dasar 4.7 Menyajikan data tentang morfologi dan peran tumbuhan pada berbagai aspek kehidupan dalam bentuk laporan tertulis. Proses pembelajaran memerlukan sebuah media untuk menyampaikan materi agar lebih mudah dipahami oleh siswa (Maimunah, 2016). Media pembelajaran adalah alat bantu yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pengajaran. Media mempunyai bentuk yang bermacam-macam, salah satunya media visual seperti poster. Poster adalah gabungan dari gambar dan tulisan ringkas dalam satu bidang gambar yang memiliki nilai-nilai estetis agar dapat menarik perhatian orang yang melihat dan sarana penyalur informasi yang bersifat mengajak, memberi saran atau

7 memperkenalkan sesuatu kepada orang lain. Pemilihan media poster dalam penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang benda atau hal-hal yang sulit diamati secara langsung karena ukurannya yang terlalu besar atau terlalu kecil (Rahmaniati, 2015). Penelitian sebelumnya telah dilaporkan bahwa isolasi jamur endofitik Aspergillus sp dari batang Tinospora crispa (L.) Miers.hen jin. Ekstrak metanol yang dikultivasi dalam media beras selama empat minggu dilaporkan memiliki aktivitas antibakteri sehingga dapat menurunkan populasi bakteri patogen Salmonella typhi dan Shigella dysentriae pada feses mencit pada dosis 1000 mg/kg BB (Muharni dkk., 2013). Berdasarkan kajian teori data diatas maka perlu dilakukan penelitian mengenai Pengaruh Berbagai Konsentrasi Dan Ekstrak Jenis Organ Tumbuhan Brotowali (Tinospora crispa (L.) Miers.hen jin) Terhadap Zona Hambat Bakteri Shigella dysentriae Secara In Vitro (Dikembangkan Menjadi Media Poster Materi Dunia Tumbuhan Untuk Siswa Biologi SMA/MA Kelas X Semester II). 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan pada uraian latar belakang, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Apakah berbagai konsentrasi ekstrak jenis organ batang dan daun Tinospora crispa (L.) Miers.hen jin mempengaruhi perbedaan zona hambat bakteri Shigella dysentriae secara in vitro?

8 2. Apakah ekstrak jenis organ batang dan daun Tinospora crispa (L.) Miers.hen jin mempengaruhi perbedaan zona hambat bakteri Shigella dysentriae secara in vitro? 3. Apakah kombinasi berbagai konsentrasi dan ekstrak jenis organ tumbuhan Tinospora crispa (L.) Miers.hen jin mempengaruhi perbedaan zona hambat bakteri Shigella dysentriae secara in vitro? 4. Bagaimana aplikasi penelitian pengaruh berbagai konsentrasi dan ekstrak jenis organ tumbuhan Tinospora crispa (L.) Miers.hen jin terhadap zona hambat bakteri Shigella dysentriae secara in vitro sebagai sumber belajar dalam media poster materi Dunia Tumbuhan untuk siswa biologi SMA/MA kelas X semester II? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui berbagai konsentrasi ekstrak jenis organ batang dan daun Tinospora crispa (L.) Miers.hen jin yang mempengaruhi perbedaan zona hambat bakteri Shigella dysentriae secara in vitro. 2. Untuk mengetahui ekstrak jenis organ batang dan daun tumbuhan Tinospora crispa (L.) Miers.hen jin) yang mempengaruhi perbedaan zona hambat bakteri Shigella dysentriae secara in vitro. 3. Untuk mengetahui kombinasi ekstrak berbagai konsentrasi dan jenis organ tumbuhan Tinospora crispa (L.) Miers.hen jin yang mempengaruhi perbedaan zona hambat bakteri Shigella dysentriae secara in vitro.

9 4. Menganalisis aplikasi penelitian pengaruh berbagai konsentrasi dan ekstrak jenis organ tumbuhan Tinospora crispa (L.) Miers.hen jin terhadap zona hambat bakteri Shigella dysentriae secara in vitro sebagai sumber belajar dalam media poster materi Dunia Tumbuhan untuk siswa biologi SMA/MA kelas X semester II 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.4.1 Manfaat Bagi Ilmu Pengetahuan Hasil penelitian tentang Pengaruh Berbagai Konsentrasi Dan Ekstrak Jenis Organ Tumbuhan Tinospora crispa (L.) Miers.hen jin Terhadap Diameter Zona Hambat Bakteri Shigella dysentriae Secara In Vitro dapat dijadikan sumber belajar dalam bidang kajian pendidikan lingkungan hidup dan peranan makhluk hidup dalam kehidupan sehari-hari serta dapat dijadikan sebagai sumber belajar materi Dunia Tumbuhan untuk siswa biologi SMA/MA kelas X semester II. 1.4.2 Manfaat Bagi Peneliti Sebagai sarana untuk mengaplikasikan teori yang diperoleh dalam perkuliahan untuk melatih keterampilan bekerja di laboratorium terutama di bidang kajian ilmu Mikrobiologi serta dapat mengetahui pengaruh berbagai konsentrasi dan ekstrak jenis organ tumbuhan Tinospora crispa (L.) Miers.hen jin terhadap diameter zona hambat bakteri Shigella dysentriae secara in vitro.

10 1.4.3 Manfaat Bagi Masyarakat Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai daya guna dari ekstrak jenis organ tumbuhan Tinospora crispa (L.) Miers.hen jin terhadap diameter zona hambat bakteri Shigella dysntriae secara in vitro dalam dunia kesehatan, selain itu penggunaan tanaman obat tidak menimbulkan efek samping dan rasa ketergantungan dan diharapkan adanya potensi pendayagunaan tanaman obat berkhasiat yang ada di Indonesia seperti tumbuhan Tinospora crispa (L.) Miers.hen jin 1.5 Batasan Penelitian 1. Tumbuhan yang digunakan adalah Tinospora crispa (L.) Miers.hen jin bagian organ batang dan daun yang didapat dari UPT Materia Medica Kota Batu. 2. Batang dan daun Tinospora crispa (L.) Miers.hen jin yang digunakan dalam pembuatan ekstrak adalah daun Tinospora crispa (L.) Miers.hen jin yang sudah dikeringkan dan dihaluskan dalam bentuk simplisia. 3. Konsentrasi ekstrak organ batang dan daun Tinospora crispa L. Miers.hen jin yang digunakan adalah 6%, 9%, 12%, 15%, 18%, 21% dan kontrol positif antibiotik Trimetroprim-sulfametoksazol 0,01 gr dalam 400 ml. 4. Bakteri yang digunakan dalam penelitian ini adalah bakteri Shigella dysentriae yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas Negeri Malang. 5. Penelitian ini dilakukan untuk mengukur diameter zona hambat bakteri Shigella dysentriae secara in vitro menggunakan jangka sorong

11 6. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode difusi agar menggunakan kertas cakram atau paper disk 7. Bahan ajar hasil penelitian ini berupa poster riset atau poster penelitian. 1.6 Definisi Istilah 1. Konsentrasi adalah banyaknya bagian zat terlarut dan pelarut yang terdapat dalam larutan (Mukhriani, 2014). 2. Zona hambat adalah berupa daerah bening (clear zone) diukur dengan jangka sorong (Junanto dkk., 2008). 3. Ekstrak adalah proses pemisahan bahan dari campurannya dengan menggunakan pelarut yang sesuai (Mukhriani, 2014). 4. Tinospora crispa (L.) Miers.hen jin adalah salah satu tumbuhan yang dikenal di berbagai belahan dunia sebagai tumbuhan obat tradisional untuk mengobati berbagai macam penyakit diantaranya sebagai obat sakit perut, antimalarial, diabetes, anemia yang disebabkan oleh bakteri patogen (Muharni, 2014). 5. Bakteri Shigella dysentriae adalah bakteri gram negatif penyebab utama terjadinya disentri basiler, yaitu suatu penyakit yang ditandai dengan nyeri perut hebat, diare yang sering dan sakit dengan volume tinja sedikit disertai dengan adanya lender dan darah (Munfaati, 2015). 6. In vitro adalah secara harafiah dalam gelas atau disebut suatu percbaan biologi yang dilakukan dalam tabung reaksi atau wadah-wadah laboratoris lainnya atau dapat diartikan merupakan suatu istilah untuk menyebut penelitian yang dilakukan dalam laboratorium (Volk dan Wheeler, 2000).

12 7. Media poster adalah gabungan dari gambar dan tulisan ringkas dalam satu bidang gambar yang memiliki nilai estetis agar dapat menarik perhatian orang yang melihat dan sarana penyalur informasi yang bersifat mengajak, memberi saran atau memperkenalkan sesuatu kepada orang lain (Rahmaniati, 2015).