BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, Kementerian. untuk meningkatkan dan membina kesehatan remaja yang melibatkan semua

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. data BkkbN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

BAB I PENDAHULUAN. depan. Keberhasilan penduduk pada kelompok umur dewasa sangat. tergantung pada masa remajanya (BKKBN, 2011).

BAB 1 : PENDAHULUAN. sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

BAB 1 : PENDAHULUAN. Indonesia, sejak tahun Kementerian Kesehatan telah mengembangkan model pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat

BAB 1 PENDAHULUAN. sama yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai pertualangan dan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dunia (WHO), definisi remaja (adolescence) adalah periode usia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memunculkan masalah-masalah sosial (sosiopatik) atau yang biasa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kelompok umur tahun dengan total jiwa, jenis kelamin

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010)

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun tersebut usia produktif penduduk Indonesia paling banyak dengan usia

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seksual yang memuaskan dan aman bagi dirinya, juga mampu. berapa sering untuk memiliki keturunan (Kusmiran, 2012 : 94).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. harus menghadapi tekanan-tekanan emosi dan sosial yang saling bertentangan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsep diri adalah cara individu dalam melihat pribadinya secara utuh,

Nuzulia Rahayu 1, Yusniwarti Yusad 2, Ria Masniari Lubis 2 ABSTRACT

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh yang mengiringi rangkaian pendewasaan. Pertumbuhan organ-organ

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang dalam bahasa Inggris adolesence, berasal dari bahasa latin

BAB I PENDAHULUAN. yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 2007). World Health

BAB I PENDAHULUAN. data BKKBN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. baik fisik, psikologis, intelektual maupun sosial. Baik buruknya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, makin banyak pula ditemukan penyakit-penyakit baru sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah-masalah pada remaja yang berhubungan dengan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. populasi yang terbesar dari penduduk dunia. Sekitar seperlima penduduk dunia

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau

PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA SISWA SMA NEGERI 1 PALU Oleh: Rizal Haryanto 18, Ketut Suarayasa 29,

BAB I PENDAHULUAN. antara masa kanak-kanak dan dewasa. Menurut WHO (World Health

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat diwujudkan dalam tingkah laku yang bermacam-macam, mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. goncangan dan stres karena masalah yang dialami terlihat begitu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai pengenalan akan hal-hal baru sebagai bekal untuk mengisi kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat tradisional menuju masyarakat modern, yang juga mengubah normanorma,

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar. penduduknya berusia tahun dan 90% diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. saat usia remaja terjadi peningkatan hormon-hormon seksual. Peristiwa

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

BAB I PENDAHULUAN. remaja. Proses pola asuh orangtua meliputi kedekatan orangtua dengan remaja,

BAB I PENDAHULUAN. seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2013).

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja tertinggi berada pada kawasan Asia Pasifik dengan 432 juta (12-17 tahun)

KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG PERILAKU SEKSUAL DI SMK PENCAWAN MEDAN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. belahan dunia, tidak terkecuali Indonesia. Tahun 2000 jumlah penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN. Y, 2009). Pada dasarnya pendidikan seksual merupakan suatu informasi

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan era global saat ini membawa remaja pada fenomena maraknya

PEMERINTAH KOTA DENPASAR DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR PUSKESMAS IV DENPASAR SELATAN JALAN PULAU MOYO NO 63A PEDUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA SISWI KELAS XI TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI SMA NEGERI 24 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang berusia tahun. Remaja adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut, remaja cenderung untuk menerima tantangan atau coba-coba melakukan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya remaja. Berdasarkan laporan dari World Health

BAB I PENDAHULUAN. ke masa dewasa, yang disertai dengan berbagai perubahan baik secara fisik, psikis

KUESIONER KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PONDOK PESANTREN GEDONGAN KABUPATEN CIREBON

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa yang

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL TERHADAP PERUBAHAN PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMAN 8 SURAKARTA

Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti 3 Universitas Respati Yogyakarta *Penulis korespondensi

BAB I PENDAHULUAN. suatu pendekatan untuk meningkatkan kemauan (willingness) dan. meningkatkan kesehatannya (Notoatdmodjo, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan secara fisik, kematangan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa disertai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seksualitas merupakan bagian integral dari kepribadian yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), mengingat jumlah penduduk usia remaja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. Kasus pernikahan usia dini banyak terjadi di berbagai penjuru dunia. Hal

BAB I PENDAHULUAN. setiap individu yaitu merupakan periode transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa

Lampiran 1 PEDOMAN WAWANCARA

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan karakteristik..., Sarah Dessy Oktavia, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

HUBUNGA SEKSUAL SKRIPSII. Diajukan Oleh: F HUBUNGA

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya pubertas, yaitu seseorang yang dulunya masih anak-anak menjadi mampu

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanakkanak. menjadi masa dewasa. Masa transisi ini kadang

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai individu yang berada pada rentang usia tahun (Kemenkes RI, 2014).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada perkembangan zaman saat ini, perilaku berciuman ikut dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan zaman yang semakin pesat, menuntut. masyarakat untuk bersaing dengan apa yang dimilikinya di era

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sistem imun dan menghancurkannya (Kurniawati, 2007). Acquired

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, Kementerian Kesehatan RI (2010) mengatakan bahwa untuk mewujudkan remaja yang sehat, tangguh, dan produktif serta mampu bersaing, tentunya diperlukan upaya-upaya untuk meningkatkan dan membina kesehatan remaja yang melibatkan semua pihak termasuk orang tua, sekolah, masyarakat, dan pemerintah. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah yang dimotori oleh Departemen Kesehatan RI adalah memperkenalkan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) yang diadopsi dari WHO sejak tahun 2003 yang berbasis di Puskesmas. Pada akhir 2015 tercatat 33,33% Puskesmas diseluruh Indonesia telah melaksanakan PKPR. Di Provinsi Sumatera Utara terdapat 570 puskesmas dan baru 171 Puskesmas yang menyelenggarakan PKPR (Ditjen Kesehatan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI, 2016). Program PKPR merupakan model pelayanan kesehatan baik fisik maupun mental, yang ditujukan dan akan dapat dijangkau oleh remaja, menyenangkan, dan memenuhi kebutuhan sesuai selera remaja. Jenis kegiatan dalam PKPR adalah pemberian informasi dan edukasi, pelayanan klinis medis termasuk pemeriksaan penunjang, konseling, pendidikan keterampilan hidup sehat, pelatihan Peer Counselor/Konselor sebaya dan pelayanan rujukan sosial dan medis. 1

2 Program PKPR ini sangat strategis karena sesuai kebutuhan dan hak remaja untuk mendapatkan pelayanan kesehatan secara maksimal. PKPR dapat dilaksanakan di Puskesmas, Rumah Sakit atau tempat-tempat dimana remaja berkumpul termasuk di Sekolah atau lainnya (Kementerian Kesehatan RI, 2010). Menurut WHO, yang disebut remaja adalah mereka yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO adalah 12 sampai 24 tahun. Menurut Menteri Kesehatan RI tahun 2010, batas usia remaja adalah antara 10 sampai 19 tahun dan belum menikah. Masa remaja merupakan masa dimana seorang individu mengalami peralihan dari satu tahap ke tahap berikutnya dan mengalami perubahan baik emosi, tubuh, minat, pola perilaku, dan juga penuh dengan masalah-masalah (Hurlock, 1998). Oleh karenanya, remaja sangat rentan sekali mengalami masalah psikososial, yakni masalah psikis atau kejiwaan yang timbul sebagai akibat terjadinya perubahan sosial (DKJM, 2001). Remaja Indonesia sedang mengalami perubahan sosial yang cepat dari masyarakat tradisional menuju masyarakat modern, yang mengubah normanorma, nilai-nilai, dan gaya hidup mereka. Kesehatan remaja sebagian besar ditentukan oleh perilaku mereka. Hal terpenting dan kompleks menyangkut perilaku kesehatan remaja adalah masalah seksual (Suryoputro,dkk, 2006). Masalah kesehatan pada remaja merupakan masalah yang serius, terutama banyaknya kasus-kasus akibat perilaku seks yang menyimpang atau seks pra nikah seperti yang diberitakan di media masa. Angka kriminalitas yang tinggi terkait dengan perkosaan, pornografi, dan pacaran yang mengkhawatirkan.

3 Perilaku seks pranikah adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual dengan lawan jenisnya, melalui perbuatan yang tercermin dalam bentuk-bentuk perilaku seks pranikah dari tahap yang paling ringan hingga tahap yang paling berat yang dilakukan sebelum pernikahan resmi menurut hukum dan agama (Irianto, 2015). Menurut Sarwono (2006), ada beberapa faktor yang dianggap berperan dalam munculnya permasalahan perilaku seks pranikah pada remaja, diantaranya perubahan hormonal yang dapat meningkatkan hasrat seksual, penyebaran informasi yang salah misalkan dari buku dan VCD porno, rasa ingin tahu yang sangat besar serta kurangnya pengetahuan yang didapat dari orang tua maupun sekolah. Terdapat juga beberapa alasan lain yang menyebabkan remaja melakukan seks pranikah diantaranya sebagai bukti cinta dan sangat mencintai pacar, dijanjikan akan menikah, takut mengecewakan pacar, dan takut diputusin pacar. Menurut United Nations Development Economic and Social Affairs (UNDESA, 2010), Indonesia termasuk negara tertinggi kedua di ASEAN yang memiliki persentase yang tinggi pada kasus pernikahan usia muda dan seks pranikah pada remaja. Dari survei yang sama didapatkan alasan hubungan seks pranikah tersebut sebagian besar karena penasaran dan ingin tahu (57,5% pria), terjadi begitu saja (38% perempuan), dan dipaksa oleh pasangan (12,6% perempuan) (PUSDATIN Kementerian Kesehatan, 2015). Hasil survei BKKBN 2010 menunjukkan kejadian seks pranikah di Medan merupakan peringkat kedua tertinggi di Indonesia. Hasil survei

4 menunjukkan kejadian seks pranikah di Surabaya sebanyak 54%, Medan 52%, JABODETABEK 51%, dan Bandung 47%. Berdasarkan hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia 2012 komponen Kesehatan Reproduksi Remaja (SDKI 2012 KRR) bahwa secara nasional terjadi peningkatan angka remaja yang pernah melakukan hubungan seks pranikah dibandingkan dengan data SDKI 2007. Hasil survei SDKI 2012 KRR menunjukkan bahwa sekitar 5,2% remaja usia 15-19 tahun dan 16,4% remaja usia 20-24 tahun menyatakan pernah melakukan hubungan seks pranikah, sedangkan hasil SDKI 2007 hanya sekitar 5% remaja usia 15-19 tahun dan 11,9% remaja usia 20-24 tahun pernah melakukan hubungan seks pranikah. Sehingga selama periode tahun 2007 sampai 2012 terjadi peningkatan kasus remaja yang pernah melakukan hubungan seks pranikah sebanyak 4,7%. Perilaku seks pranikah di kalangan remaja akan berdampak pada kasus penularan penyakit kelamin seperti infeksi seksual menular seperti trikomoniasis, klamidiasis, sifilis atau gonore, dan HIV/AIDS yang cenderung berkembang di Indonesia. Secara global kasus HIV/AIDS terjadi pada kaum muda 20-29 tahun dengan persentase kasus sebanyak 31,8%. Jumlah kasus HIV positif yang dilaporkan pada tahun 2015 sebanyak 30.935 kasus sedangkan jumlah kasus AIDS yang dilaporkan sebanyak 6.081 kasus. Secara kumulatif kasus AIDS sampai dengan 2015 sebesar 77.112 kasus (Ditjen P2P, Kemenkes RI, 2016). Dampak lain dari perilaku seks pranikah pada tahap yang paling berat adalah banyaknya kasus aborsi. Menurut survei yang dilakukan Yayasan Kesehatan Perempuan tahun 2010 ditemukan sebanyak 1.446 kasus aborsi di Kota

5 Medan dan delapan kota besar lainnya, yaitu Batam, Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, Mataram dan Manado. Lebih kurang secara nasional ditemukan 2,5 juta pertahun. Persentase pada tahun 2010, usia melakukan aborsi yakni usia 30 tahun sebesar 58%, 20-30 tahun sebesar 39%, dan usia dibawah 20 tahun sebesar 3%. Secara umum, remaja laki-laki lebih banyak yang menyatakan pernah melakukan seks pranikah dibandingkan perempuan. Tingginya kasus seks pranikah terjadi karena rendahnya pengetahuan remaja tentang Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) dan median usia kawin pertama perempuan relatif rendah yaitu 19.8 tahun (SDKI, 2007). Selain itu, kenaikan jumlah kasus seks pranikah juga muncul akibat dari program penyuluhan kesehatan peduli remaja yang kurang efektif dan efisien. SMA Negeri 1 Tanjung Beringin merupakan salah satu sekolah negeri unggulan yang menjadi target pelaksanaan pelayanan kesehatan peduli remaja (PKPR) oleh tim Puskesmas dan sudah dibina sejak tahun 2013. Lokasi sekolah terletak di dusun 15, desa Pekan Tanjung Beringin, yang memiliki luas wilayah yang sempit namun dengan jumlah penduduk terbanyak di Kecamatan Tanjung Beringin. Anggota PKPR di SMA Negeri 1 berjumlah 20 orang siswa yang terdiri dari 10 siswa putra dan 10 siswa putri kelas X dan XI. Berdasarkan keterangan dari salah satu kader puskesmas, kegiatan PKPR di SMA Negeri 1 Tanjung Beringin masih terbatas pada penyuluhan dan pembinaan kader PKPR. Kurangnya fokusnya kegiatan yang dilaksanakan dikarenakan minimnya biaya yang dianggarkan oleh pemerintah dan ruang

6 presentasi yang kurang memadai. Selama tahun 2016 tercatat sudah dilakukan 12 kali penyuluhan oleh pihak Puskesmas mengenai kesehatan reproduksi remaja, HIV/AIDS, dan napza. Dengan persentase materi kesehatan reproduksi remaja sebanyak 50% dari keseluruhan materi yang disampaikan pada setiap pertemuannya. Berdasarkan data yang didapatkan melalui survei pendahuluan pada akhir bulan Januari 2017 yang dilakukan pada 10 orang siswa laki-laki dan 10 orang siswa perempuan bertempat di perpustakaan SMA Negeri 1 Tanjung Beringin, ditemukan sebanyak 35% siswa yang terdaftar sebagai anggota PKPR di SMA Negeri 1 Tanjung Beringin sudah melakukan beberapa bentuk dari perilaku seks pranikah. Adapun bentuk perilaku seks pranikah yang dilakukan seperti berpelukan, berciuman, hingga menyentuh bagian sensitif (alat kelamin). Selain itu adanya program PKPR yang dikembangkan disekolah sebagai salah satu layanan bagi remaja tetapi belum memperlihatkan hasil yang optimal. Berdasarkan uraian diatas, untuk memperoleh informasi yang lebih mendalam, khususnya mengenai faktor penyebab terjadinya perilaku seks pranikah, maka penulis bermaksud mengadakan suatu penelitian yang berkaitan dengan analisis faktor penyebab perilaku seks pranikah pada anggota PKPR di SMA Negeri 1 Tanjung Beringin Tahun 2017. 1.2 Perumusan Masalah Sebanyak 35% siswa anggota PKPR di SMA Negeri 1 Tanjung Beringin sudah melakukan beberapa bentuk dari perilaku seks pranikah. Adanya program

7 PKPR yang dikembangkan disekolah sebagai salah satu layanan bagi remaja tetapi belum memperlihatkan hasil yang optimal. Masalah penelitian ini adalah belum diketahui determinan penyebab perilaku seks pranikah pada anggota pelayanan kesehatan peduli remaja (PKPR) di SMA Negeri 1 Tanjung Beringin. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis faktor penyebab siswa anggota PKPR melakukan perilaku seks pranikah di SMA Negeri 1 Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2017. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui karakteristik individu anggota PKPR di SMA Negeri 1 Tanjung Beringin yang melakukan perilaku seks pranikah. 2. Untuk mengetahui faktor internal (hubungan dalam keluarga, pendidikan agama dalam keluarga, pengetahuan dan sikap tentang kesehatan reproduksi) penyebab siswa melakukan perilaku seks pranikah. 3. Untuk mengetahui faktor eksternal (pengaruh teman sebaya, pengaruh media massa, dan peran program PKPR disekolah) penyebab siswa melakukan perilaku seks pranikah. 4. Untuk mengetahui bentuk perilaku seks pranikah yang dilakukan anggota PKPR SMA Negeri 1 Tanjung Beringin.

8 1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi Pihak Sekolah Menjadi bahan referensi sejauh mana perilaku seks pranikah anggota pelayanan kesehatan peduli remaja (PKPR) dan menjadi acuan dalam pencegahan dan mengatasi masalah remaja. 2. Bagi Pelayanan Kesehatan Sebagai bahan masukan bagi petugas kesehatan khususnya yang berkaitan langsung dengan program pelayanan kesehatan peduli remaja (PKPR) dalam upaya meningkatkan pengetahuan, sikap, dan tindakan siswa anggota pelayanan kesehatan peduli remaja (PKPR) terhadap seks pranikah dan mengatasi berbagai masalah remaja yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi.