HUBUNGAN SUPPORT SYSTEM KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA ANAK USIA PRASEKOLAH YANG DIRAWAT INAP DI BANGSAL MELATI 2 RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. hidup mereka. Anak juga seringkali menjalani prosedur yang membuat. Anak-anak cenderung merespon hospitalisasi dengan munculnya

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungannya dengan upaya stimulasi yang dapat dilakukan, sekalipun anak

BAB 1 PENDAHULUAN. Keluarga merupakan orang terdekat dari seseorang yang mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh banyak faktor, baik faktor dari petugas (perawat, dokter dan tenaga

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses yang dapat diprediksi. Proses pertumbuhan dan. tumbuh dan kembang sejak awal yaitu pada masa kanak-kanak (Potter &

BAB I PENDAHULUAN. sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia

SKRIPSI. Oleh : EKAN FAOZI J Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan

BAB l PENDAHULUAN. peningkatan jumlah anak di Indonesia. Hal ini memberi konsekuensi

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai kebutuhan yang spesifik (fisik, psikologis, sosial dan spiritual) yang

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Hospitalisasi merupakan kebutuhan klien untuk dirawat karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan anak sakit dan hospitalisasi dapat menimbulkan krisis

BAB I PENDAHULUAN. diatasi. Bagi anak usia prasekolah (3-5 tahun) menjalani hospitalisasi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah individu unik yang mempunyai kebutuhan sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah (Supartini, 2004). Hospitalisasi

BAB 1 PENDAHULUAN. krisis karena anak mengalami stres akibat perubahan baik terhadap status

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan sampai dengan usia 18 tahun (IDAI, 2014). Anak merupakan individu

Lilis Maghfuroh Program Studi S1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. operasi melalui tiga fase yaitu pre operasi, intraoperasi dan post. kerja dan tanggung jawab mendukung keluarga.

BAB 1 PENDAHULUAN. Perawatan anak telah mengalami pergeseran yang sangat mendasar, anak sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terhadap pengalaman sakit, yang disebabkan karena faktor lingkungan,

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan krisis yang sering dimiliki anak. Anak-anak, terutama saat

BAB I PENDAHULUAN. anak (Undang-Undang Perlindungan Anak, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. anggotanya. Keluarga berfungsi tinggi untuk membantu dalam menjaga

PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. individual yang tidak dapat dibagi dengan orang lain. Nyeri dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Hospitalisasi anak merupakan suatu proses karena suatu alasan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan motorik, verbal, dan ketrampilan sosial secara. terhadap kebersihan dan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dunia, seperti yang disampaikan oleh UNICEF sebagai salah. anak, perlindungan dan pengembangan anak (James, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Wong (2009) Masa kanak-kanak awal yaitu pada usia 3 6 tahun

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Family Centered Care

BAB I PENDAHULUAN. prosedur pembedahan. Menurut Smeltzer dan Bare, (2002) Pembedahan / operasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa anak prasekolah (3-5 tahun) adalah masa yang menyenangkan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. kesempatan cukup untuk bermain akan menjadi orang dewasa yang mudah

BAB I PENDAHULUAN. Nasional (Susenas) tahun 2010 di daerah perkotaan menurut kelompok usia 0-4

BAB I PENDAHULUAN. adanya bahaya (Mulyono, 2008). Beberapa kasus kecemasan (5-42%),

BAB I PENDAHULUAN. spesifik dan berbeda dengan orang dewasa. Anak yang sakit. hospitalisasi. Hospitalisasi dapat berdampak buruk pada

BAB I PENDAHULUAN. yang mengharuskan mereka dirawat di rumah sakit (Pieter, 2011). Berdasarkan survei dari Word Health Organization (WHO) pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan keterbaruan penelitian.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. asuhan keperawatan yang berkesinambungan (Raden dan Traft dalam. dimanapun pasien berada. Kegagalan untuk memberikan dan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa

BAB I PENDAHULUAN. Menjalani perawatan di rumah sakit (hospitalisasi) merupakan pengalaman

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KECEMASAN PASIEN DENGAN TINDAKAN KEMOTERAPI DI RUANG CENDANA RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. Fantasi yang terjadi pada anak usia prasekolah dapat menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organisation (WHO) tahun 2003 mendefinisikan sehat

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan seseorang yang memiliki rentang usia sejak anak dilahirkan

BAB I PENDAHULUAN. yang penting, sarat dengan tugas, beban, masalah dan harapan yang. memiliki kemampuan dalam menghubungkan aspek-aspek kemanusiaan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu proses yang dapat diprediksi. Proses

ANALISIS HUBUNGAN SUPPORT SYSTEM KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA ANAK USIA PRASEKOLAH YANG DIRAWAT DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan kesehatan bagi masyarakat. Menanggapi hal ini,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Departemen Kesehatan (1988, dalam Effendy 1998)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit merupakan keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kecemasan merupakan perasaan yang timbul akibat ketakutan, raguragu,

BAB I PENDAHULUAN. Bermain adalah pekerjaan anak-anak semua usia dan. merupakan kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan, tanpa

BAB I PENDAHULUAN. tidak lagi dipandang sebagai miniatur orang dewasa, melainkan sebagai

Setiap bayi memiliki pola temperamen yang berbeda beda. Dimana

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja (Hidayat, adalah orang yang berada di bawah usia 18 tahun.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun) usia

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi fisiologis dan psikososial secara bertahap. Setiap tahap psikososial

HUBUNGAN ANTARA SUPPORT SYSTEM KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN ANAK SEBELUM TINDAKAN SIRKUMSISI DI BALAI PENGOBATAN ADHIA TUNGGUR SLOGOHIMO WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. kondisi yang krisis baik anak maupun keluarga. Krisis hospitalisasi

BAB II LANDASAN TEORI Hospitalisasi atau Rawat Inap pada Anak Pengertian Hospitalisasi. anak dan lingkungan (Wong, 2008).

HUBUNGAN PENGGUNAAN MEKANISME KOPING DENGAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI FRAKTUR FEMUR DI UNIT ORTHOPEDI RSU ISLAM KUSTATI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit dan dirawat di rumah sakit khususnya bagi anak-anak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pelayanan kesehatan merupakan bagian penting dalam

Universitas Muhammadiyah Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. mengalami tindakan invasif seperti pembedahan. Dilaporkan pasien mengalami

BAB I PENDAHULUAN. bermunculan dan di derita oleh manusia, baik yang bersifat patologis ataupun

PERILAKU CARING PERAWAT DENGAN KECEMASAN PADA PASIEN ANAK PRASEKOLAH DI RUMAH SAKIT ANAK DAN BERSALIN (RSAB) MUHAMMADIYAH KOTA PROBOLINGGO

HUBUNGAN PERILAKU CARING PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN ANAK USIA SEKOLAH YANG DIRAWAT DI RUANG PERAWATAN ANAK DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

BAB I. Pendahuluan. cenderung menjadi salah satu penyebab utama kematian. Kanker adalah suatu

PERSEPSI PERAWAT TENTANG TERAPI BERMAIN DIRUANG ANAK RSUP DOKTER KARIADI SEMARANG

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN SIKAP KOPERATIF ANAK USIA PRA SEKOLAH SELAMA PROSEDUR INJEKSI INTRAVENA DI RSUD PROF. DR.

BAB I PENDAHULUAN. menyerang perempuan. Di Indonesia, data Global Burden Of Center pada tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. bentuk krisis atau stressor utama yang terlihat pada anak. Anak-anak sangat rentan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan dasarnya dan untuk belajar mandiri, lingkungan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perawatan pada anak telah mengalami pergeseran dan kemajuan yang

BAB I PENDAHULUAN. serta ketidakpastian situasi sosial politik membuat gangguan jiwa menjadi

SKRIPSI. Diajukan Oleh : PARYANTO J

BAB 1 PENDAHULUAN. Sakit kritis adalah kejadian tiba-tiba dan tidak diharapkan serta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan upaya yang dapat mendatangkan stres karena terdapat ancaman

BAB 1 PENDAHULUAN. 2004). Hospitalisasi sering menjadi krisis utama yang harus dihadapi anak,

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera utara

BAB I PENDAHULUAN. 1945, yang harus diwujudkan dengan upaya peningkatan derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah hak setiap orang merupakan salah satu slogan yang

BAB I PENDAHULUAN. adanya tekanan fisik dan psikologis, baik secara internal maupun eksternal yang

KECEMASAN ANAK USIA TODDLER YANG RAWAT INAP DILIHAT DARI GEJALA UMUM KECEMASAN MASA KECIL

BAB 1 PENDAHULUAN. deskriminasi meningkatkan risiko terjadinya gangguan jiwa (Suliswati, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. yang mengarah pada kestabilan emosional (Nasir dan Muhith, 2011). mencerminkan kedewasaan kepribadiannya.

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh karena anak tidak memahami mengapa harus dirawat,

BAB I PENDAHULUAN. di rumah sakit. Anak biasanya merasakan pengalaman yang tidak menyenangkan

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan proses belajar seumur hidup bagi perawat. Perawat terus

BAB I PENDAHULUAN. khususnya rumah sakit pemerintah (daerah maupun pusat) menghadapi

Transkripsi:

0 HUBUNGAN SUPPORT SYSTEM KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA ANAK USIA PRASEKOLAH YANG DIRAWAT INAP DI BANGSAL MELATI 2 RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Keperawatan Disusun Oleh : NAMA : Thomas Ari Wibowo NIM : J 210.060.049 FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Whaley dan Wong (2008) mengemukakan pertumbuhan sebagai suatu peningkatan jumlah dan ukuran, sedangkan perkembangan menitikberatkan pada perubahan yang terjadi secara bertahap dari tingkat yang paling rendah ke tingkat yang paling tinggi dan kompleks melalui proses maturisasi dan pembelajaran. Salah satu tahapan tumbuh kembang anak adalah tahap usia prasekolah dimana tugas perkembangannya harus diselesaikan dengan baik diantaranya kontrol dari sistem tubuh, pengalaman dengan perpisahan, kemampuan untuk berinteraksi dan bekerja sama dengan orang lain atau yang lebih dewasa. Tahap tumbuh kembang yang optimal dapat tercapai bila kebutuhan anak baik fisik maupun psikis terpenuhi. Seorang anak dikatakan sehat apabila dalam keadaan sejahtera sempurna secara fisik, mental, dan sosial yang harus dicapai sepanjang kehidupan anak dalam rangka mencapai tingkat pertumbuhan dan perkembangan yang optimal sesuai dengan usianya (Supartini, 2004). Pada tahap anak prasekolah sangat rentan mengalami kecelakaan di dalam maupun di luar rumah yang dapat menyebabkan mereka menderita sakit dan terkadang harus dirawat di rumah sakit. Kondisi sakit ini akan menimbulkan suatu keterbatasan-keterbatasan sehingga mengakibatkan tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan anak secara secara fisik maupun 1

2 emosional. Tidak terpenuhinya kebutuhan emosional anak secara adekuat akan memberikan pengaruh negatif dan merupakan faktor penghambat tugas perkembangan dari satu tahap ke tahap selanjutnya. Pada anak usia prasekolah, mereka menerima keaadaan ini dengan rasa sedikit ketakutan, bahkan beberapa diantaranya mereka akan secara terangterangan menolak masuk rumah sakit. Klien yang cemas sering mengalami ketakutan atau perasaan tidak tenang (Rothrock, 1999). Prevalensi kecemasan anak saat dirawat di rumah sakit yaitu sekitar 8,3-27% dimana cemas akibat perpisahan yang dialami anak untuk usia prasekolah adalah 4 % (Noorhana, 2004). Kecemasan pada anak khususnya anak usia prasekolah yang sakit dan harus dirawat inap, merupakan salah satu bentuk gangguan jiwa yang berarti gangguan terpenuhinya kebutuhan emosional anak yang adekuat. Hal ini perlu penanganan sedini mungkin, karena keterlambatan dalam penanganan kecemasan ini sendiri akan membawa dampak tidak baik pada proses kesembuhannya terutama pada anak yang harus mendapatkan perawatan di rumah sakit yang lingkungannya masih asing baginya. Apabila kecemasan tidak segera ditangani dan menjadi lebih buruk, maka dampak yang lebih besar dan nyata yaitu anak akan menolak perawatan dan pengobatan, kondisi seperti ini berpengaruh besar pada lama atau proses perawatan dan pengobatan serta penyembuhan dari anak sakit tersebut.

3 Hospitalisasi pada anak usia prasekolah menyebabkan anak akan berupaya untuk dapat mengontrol lingkungan dan mengembangkan kemandiriannya dalam mengatasi masalah fisik dan emosional yang muncul. Maka dalam perawatan anak saat dirawat inap di rumah sakit perlu penerapan model asuhan yang holistic yaitu harus ada dukungan sosial keluarga, lingkungan perawatan yang terapeutik dan sikap perawat yang penuh dengan perhatian yang akan mempercepat proses penyembuhan (Nursalam, 2009). Pasien yang merasa nyaman saat perawatan mencegah terjadinya penurunan sistem imun sehingga berpengaruh pada proses penyembuhan (Nursalam, 2009). Persepsi sakit dan hospitalisasi anak usia prasekolah adalah merasa sebagai hukuman sehingga anak merasa malu, bersalah, atau takut. Ketakutan anak terhadap perlukaan muncul karena anak menganggap tindakan dan prosedurnya mengancam integritas tubuhnya. Oleh karena itu, hal ini menimbulkan reaksi agresif, dengan marah dan berontak, ekspresi verbal dengan menucapkan katakata marah, tidak mau bekerja sama dengan perawat, dan ketergantungan pada orang tua atau pada keluarga. Oleh sebab itu perlu dukungan dari keluarga, karena keluarga adalah unsur penting dalam perawatan, khususnya perawatan pada anak. Peran serta perawat dalam memahami bahwa kelurga sebagai tempat tinggal atau konstanta tetap dalam kehidupan anak (Wong, 2002). Kehidupan anak juga ditentukan keberadaanya bentuk dukungan keluarga, hal ini dapat terlihat bila dukungan keluarga yang sangat baik maka pertumbuhan dan perkembangan anak relatif stabil, tetapi apabila dukungan keluarga kurang

4 baik, maka anak akan mengalami hambatan pada dirinya yang dapat menganggu psikologis anak (Alimul, 2005). Jumlah pertahun pasien anak yang rawat inap tahun 2008 di RSUD Dr. Moewardi sejumlah 1978. Pada saat peneliti melakukan observasi pada tanggal 20 Oktober 2009 di bangsal Melati 2 terdapat 147 anak usia prasekolah yang dirawat inap dari bulan 3 Oktober-31 Desember 2009. Pada saat itu terdapat 6 anak usia prasekolah yang dirawat inap. Dengan metode wawancara dengan 6 orang tua dan anak usia prasekolah didapatkan hasil bahwa untuk dukungan keluarga terdapat 2 orang tua yang tidak ikut serta secara aktif dalam perawatan anak, yaitu anak ditunggui oleh anggota keluarga secara bergantian dan tidak secara langsung oleh orang tua, terdapat 1 keluarga tidak memberikan mainan dan tidak menemani anak saat bermain, terdapat 1 keluarga yang pergi kekamar mandi meninggalkan anak sendirian tanpa pengawasan. Untuk kecemasan terdapat 3 anak usia prasekolah yanag menunjukan respon dari kecemasan, yang pertama respon karena perpisahan dengan orang tua seperti menangis, sering bertanya, menolak makan dan tidak kooperatif dengan tenaga kesehatan. Respon kedua adalah kehilangan kontrol seperti merasa malu, bersalah, atau takut. Takut akan cidera tubuh dan nyeri ditunjukkan anak dengan berteriak, memukul-mukulkan lengan dan kaki, Sehingga menimbulkan reaksi agresif dengan marah, meronta atau berontak, gelisah,, dan mengucapkan kata-kata marah, tidak mau bekerja sama dengan perawat.

5 Dilihat dari observasi yang dilakukan peneliti tentang pemberian pelayanan kesehatan yang pada umumnya hanya memperhatikan kebutuhan fisik pasien saja, jarang memperhatikan kebutuhan kebutuhan psikis pasien terutama pada anak prasekolah yang baru mengalami tahap pertumbuhan dan perkembangan dan dengan memahami permasalahan berdasarkan observasi dan pengamatan tentang kecemasan pada anak usiaprasekolah yang dirawat di rumah sakit negeri khususnya RSUD Dr. Moewardi Surakarta dan karakteristik penderitannya, maka penting untuk diteliti tentang hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pada anak usia prasekolah yang dirawat di bangsal Melati 2 RSUD Dr. Moewardi Surakarta. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah Apakah ada hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan akibat hospitalisasi pada anak usia prasekolah yang dirawat inap di bangsal Melati 2 RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

6 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum: Untuk mengetahui hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan akibat hospitalisasi pada anak usia prasekolah yang dirawat di bangsal Melati 2 RSUD Dr. Moewardi Surakarta. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui gambaran tingkat dukungan keluarga yang diberikan orang tua selama proses hospitalisasi pada anak usia prasekolah yang dirawat di bangsal Melati 2 RSUD Dr. Moewardi Surakarta. b. Untuk mengetahui gambaran tingkat kecemasan anak usia prasekolah selama dirawat inap di bangsal Melati 2 RSUD Dr. Moewardi Surakarta. c. Untuk mengetahui analisis hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan anak usia prasekolah yang dirawat inap di bangsal Melati 2 RSUD Dr. Moewardi Surakarta. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Pendidikan Keperawatan Berguna untuk menggali dan mengembangkan konsep-konsep kecemasan pada anak usia prasekolah yang dirawat di rumah sakit dan mengupayakan penerapan asuhan keperawatan sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan, khususnya pada keperawatan anak.

7 2. Bagi Tenaga Kesehatan atau Perawat Perawat ataupun tenaga kesehatan lainya dapat menerapkan asuhan keperawatan dan kesehatan pada anak usia prasekolah yang dirawat di rumah sakit dari segi fisik maupun emosional untuk mengantisipasi timbulnya gangguan yang akan menghambat anak dalam menyelesaikan tumbuh kembangnya. 3. Bagi Institusi atau Rumah Sakit Rumah sakit akan lebih memperhatikan pelayanan pada anak yang dirawat di rumah sakit khususnya pada anak usia prasekolah. 4. Bagi Peneliti Dapat meningkatkan wawasan peneliti mengenai gambaran faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat kecemasan anak yang dirawat di rumah sakit khususnya anak usia prasekolah sehingga menjadi bekal bagi peneliti dalam menerapkan asuhan keperawatan pada anak di lahan praktek. E. Keaslian Penelitian Telah banyak dilakukan penelitian pada anak tentang tingkat kecemasan diantaranya adalah: 1. Sumiarsi (1999) yang mengambil judul penelitian yaitu Tingkat Kecemasan Orang Tua saat Anak Dirawat Inap di IRNA II RSUP Dr.Sardjito. Hasil penelitian yang dilakukan Sumiarsi adalah faktor

8 predisposisi timbulnya kecemasan orang tua saat anaknya dirawat adalah 35% orang tua mengalami kecemasan tiggi dari tingkat penyakit, 30% mengalami kecamasan tinggi dari tingkat sosial ekonomi orang tua 66% orang tua yang berpendidikan Sekolah Dasar mengalami kecemasan tinggi. Perbedaaan penelitian ini dengan penelitian Sumiarsi (1999) adalah perbedaan tempat dan perbedaan tujuan penelitian. Pada penelitian Sumiarsi melakukan penelitian di IRNA II RSUP Dr.Sardjito dengan tujuan mengetahui tingkat kecemasan orang tua, sedangkan pada penelitian ini dilakukan di ruang perawatan anak bangsal melati 2 RSUD Dr. Moewardi Surakarta dengan tujuan meneliti tentang tingkat kecemasan anak prasekolah. 2. Huriah, (2000) mahasiswa Fakultas Kedokteran UGM dengan judul penelitian Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan Anak Usia Sekolah yang dirawat di Bangsal Anak RSUP Sardjito dengan jenis penelitian survei dan hasil ke 9 faktor yang paling tinggi mempengaruhi tingkat kecemasan pada anak yang dirawat inap adalah faktor kekhawatiran mengenai kerusakan tubuhnya dan faktor yang paling sedikit mempengaruhi adalah imobilisasi. Sampel diambil sebanyak 30 orang. Faktor yang diteliti oleh Huriah, (2000) sebanyak 9 faktor yang mempengaruhi respon hospitalisasi pada anak usia sekolah yang tempat penelitiannya dilakukan di bangsal anak RSUP Sardjito. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian dari Huriah, (2000) mahasiswa Fakultas Kedokteran UGM adalah perbedaan sampelnya dan tempat penelitian. Pada penelitian Huriah, (2000) tempat

9 penelitiannya di bangsal anak RSUP Sardjito dengan sampel anak usia sekolah, sedangkan pada penelitian ini dilakukan di bangsal Melati 2 RSUD Dr. Moewardi Surakarta yaitu dengan mengambil anak usia prasekolah sebagai sampel dan faktor yang diambil dalam penelitian ini adalah berasal dari faktor yang mempengaruhi koping menghadapi cemas yaitu support system atau dukungan keluarga.