BAB I PENDAHULUAN. Bagi setiap individu, kesehatan adalah hal yang paling berharga, baik secara

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Hepatitis adalah penyakit peradangan hati yang merusak sel-sel hati (liver)

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Dunia saat ini sedang memasuki era baru yaitu era globalisasi dimana hampir

BAB I PENDAHULUAN. perhatian serius. Pendidikan dapat menjadi media untuk memperbaiki sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pada umumnya dalam menyokong pembangunan suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. meliputi berbagai aspek kehidupan (Pervasive Developmental Disorder) yang sudah

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah individu yang menempuh perkuliahan di Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif semakin sering terdengar dan dialami oleh masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. bahwa mereka adalah milik seseorang atau keluarga serta diakui keberadaannya.

BAB I PENDAHULUAN. selalu sehat, dan dijauhkan dari berbagai penyakit, tetapi pada kenyataannya yang

BAB I PENDAHULUAN. heran bila kesadaran masyarakat awam tentang pentingnya pendidikan berangsurangsur

BAB 1 PENDAHULUAN. yang harus dijalaninya. Dalam memenuhi kodratnya untuk menikah, manusia

BAB I PENDAHULUAN. Kusta atau Leprae merupakan salah satu penyakit tertua di dunia. Catatancatatan

BAB I PENDAHULUAN. sistem imun atau sistem pertahanan tubuh. Sistem imun ini berupa antibodi, yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam tahap perkembangan tersebut, manusia mengalami perubahan fisik dan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hal yang penting bagi manusia, namun tidak semua

BAB I PEDAHULUAN. Banyak orang rela mengeluarkan dana yang jumlahnya tidak sedikit untuk

BAB I PENDAHULUAN. kaum wanita yang cukup tinggi, baik di negara-negara maju maupun negara

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, dan keterampilan. Hal ini akan membuat siswa mampu memilih,

BAB I PENDAHULUAN. otak atau ke bagian otak tertentu. Stroke dapat menyebabkan kerusakan permanen

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. selalu bergerak di luar sadar manusia. Artinya, manusia tidak sadar akan menderita

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kanker payudara seperti dapat melakukan sadari (periksa payudara

BAB I PENDAHULUAN. yang berkompetensi dalam berbagai bidang, salah satu indikator kompetensi

BAB I PENDAHULUAN. Setiap wanita mempunyai kecenderungan untuk mencari dan menemukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Penyakit kronis merupakan penyakit yang berkembang secara perlahan selama bertahuntahun,

BAB I PENDAHULUAN. Definisi sehat sendiri ada beberapa macam. Menurut World Health. produktif secara sosial dan ekonomis.

BAB I PENDAHULUAN. penyakit ini. Sejarah kasus dari penyakit dan serangkaian treatment atau

BAB I PENDAHULUAN. tidak terkendali dan kemampuan sel-sel tersebut untuk menyerang jaringan

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan anak yang sehat secara fisik dan mental. Pada kenyataannya tidak

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Pemasyarakatan ini merupakan Unit Pelaksana Teknis di bawah

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 15% dari seluruh kanker pada wanita. Di beberapa negara menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. semua orang, hal ini disebabkan oleh tingginya angka kematian yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian (Latar Belakang Masalah) (WHO), Setiap tahun jumlah penderita kanker payudara bertambah sekitar tujuh

BAB I PENDAHULUAN. Memiliki anak merupakan hal yang diharapkan oleh orang tua, terlebih

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus mendebarkan hati. Kelahiran anak dalam kondisi sehat dan normal adalah harapan

BAB I PENDAHULUAN. pengangguran di Indonesia. Badan Pusat Statistik menyebutkan, jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker adalah istilah umum untuk pertumbuhan sel tidak normal, yaitu tumbuh sangat cepat, tidak terkontrol, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupannya. Seseorang yang mengalami peristiwa membahagiakan seperti dapat

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara adalah keganasan yang terjadi pada sel-sel yang terdapat

Kanker Payudara. Breast Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia terdapat beberapa jenjang pendidikan, mulai dari Play Group

Beberapa Penyakit Organ Kewanitaan Dan Cara Mengatasinya

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kanker payudara dapat tumbuh di dalam kelenjer susu, saluran susu dan jaringan ikat

BAB I PENDAHULUAN. termasuk kedalam ABK antara lain: tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa,

BAB I PENDAHULUAN. Padjajaran, 1974, hlm. 8 4 S.d.a

BAB I PENDAHULUAN. jaringan tubuh yang tidak normal. Sel-sel kanker akan berkembang dengan cepat

BAB I PENDAHULUAN. tidak berfungsi dan dapat menyebabkan kematian. Menurut Organisasi Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. kematian pada seseorang di seluruh dunia. National Cancer Institute (dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kompas, 30 November 2002 Yayasan Priangan Bandung

KUESIONER TENTANG PENGETAHUAN IBU TENTANG PERSIAPAN MEMASUKI MASA MENOPAUSE DI DUSUN V DESA SAMBIREJO KECAMATAN BINJAI KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2007

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penderitanya semakin mengalami peningkatan. Data statistik kanker dunia tahun

Awal Kanker Rongga Mulut; Jangan Sepelekan Sariawan

BAB I PENDAHULUAN. dimulai dari masa anak-anak, remaja, dewasa, dan usia lanjut. Setiap peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. Kanker adalah istilah umum yang digunakan untuk satu kelompok besar penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain.

BAB I PENDAHULUAN. menekan jaringan tubuh normal sehingga dapat mempengaruhi fungsi tubuh.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. paling banyak terjadi pada wanita (Kemenkes, 2012). seluruh penyebab kematian (Riskesdas, 2013). Estimasi Globocan,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dari golongan ekonomi kelas atas saja, tapi juga sudah masuk kedalam

BAB 1 PENDAHULUAN. bawah usia tiga puluh tahun, kanker payudara sangat jarang muncul.

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal adalah masa peralihan dari masa remaja menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria untuk memenuhi kebutuhan keluarganya dan ibu berperan di dapur

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun Oleh : UT UILA J

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan tugas pemerintah untuk menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Pada tahun 2012, berdasarkan data GLOBOCAN, International

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. tersebut biasanya sudah memikirkan dan merencanakan banyak hal dalam

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk berbagai macam transaksi keuangan. Kartu kredit diberikan kepada

2014 D INAMIKA PSIKOLOGIS PENERIMAAN D IRI PASIEN KANKER PAYUD ARA PRIA

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) merupakan fenomena sosial yang saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, masalah kesehatan utama yang menjadi penyebab

Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa era globalisasi ini, kesadaran masyarakat akan pentingnya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. aktivitas sehari-hari. Sehat menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tahun

Angket Optimisme. Bayangkan anda mengalami situasi yang tergambar dalam setiap. persoalan, walaupun untuk beberapa situasi mungkin anda belum pernah

BAB I PENDAHULUAN diprediksikan mencapai jiwa atau 11,34%. Pada tahun terjadi peningkatan mencapai kurang lebih 19 juta jiwa.

GAMBARAN FISIK DAN PSIKOLOGIS KLIEN DENGAN KANKER SERVIKS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perubahan. Pada permulaan hidup perubahan itu kearah pertumbuhan dan

KUESIONER FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU IBU DALAM PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI POLI GINEKOLOGI RSUD DR PIRNGADI MEDAN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Data WHO (World Health Organization) menunjukkan bahwa 78%

`BAB I PENDAHULUAN. akibat dari proses kematangan dan pengalaman. Perkembangan bukan sekedar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menopause merupakan masa berhentinya menstruasi yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. netra), cacat rungu wicara, cacat rungu (tunarungu), cacat wicara, cacat mental

BAB I PENDAHULUAN. disesuaikan dengan perkembangan zaman. Sejak tahun 2004 hingga 2010,

BAB I PENDAHULUAN. Angka penderita kanker di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kebermaknaan Hidup. yang dianggap sanggat penting dan berharga serta memberikan nilai khusus bagi

Kanker Paru-Paru. (Terima kasih kepada Dr SH LO, Konsultan, Departemen Onkologi Klinis, Rumah Sakit Tuen Mun, Cluster Barat New Territories) 26/9

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam catatan Word Health Organization (WHO) dimasukkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. terjadi gangguan fungsi otak sebagian atau menyeluruh sebagai akibat dari

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bagi setiap individu, kesehatan adalah hal yang paling berharga, baik secara fisik maupun psikis. Kesehatan dibutuhkan individu untuk menjalankan aktivitas sehari-hari. Untuk menjaga kesehatan diperlukan pola hidup sehat seperti mengatur pola makan yang sehat, banyak minum air putih, olah raga teratur, mengonsumsi buah dan vitamin, serta tidur yang cukup. Jika pola hidup sehat tersebut dijalankan teratur oleh individu maka kemungkinan besar individu akan terhindar dari berbagai macam penyakit (Mardiana, Lina.2004) Akhir akhir ini, banyak orang terserang penyakit bahkan sampai meninggal dunia karena pola hidup yang tidak sehat dan juga perubahan cuaca signifikan sehingga membuat banyak virus, bibit penyakit, dan bakteri berkembang biak dengan subur, penyakit yang hanya teori dalam dunia medis kini menjadi sebuah realitas yang harus dihadapi, salah satunya adalah penyakit kanker. Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel sel jaringan tubuh yang tidak normal, sel sel berkembang secara pesat sehingga perkembangannya tidak terkontrol. Sel sel tersebut bersifat ganas dan dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya melalui jaringan ikat, darah, dan menyerang organ organ penting serta syaraf tulang 1

2 belakang, sehingga dapat menyebabkan penumpukan sel yang dapat menyebabkan kematian. Penyakit kanker dapat menyerang semua lapisan masyarakat tanpa mengenal status sosial, umur dan jenis kelamin. Anak anak, remaja dan orang dewasa baik pria maupun wanita tak luput dari serangan kanker yang ditakuti ini. Penyakit kanker timbul akibat kondisi hormonal yang tidak normal seperti saat seorang wanita mengalami pra menopause disamping itu kanker bisa diturunkan oleh orang tua kepada anaknya. Kanker sendiri memiliki berbagai macam jenis, ada lebih dari 100 jenis kanker di dunia. Ada kanker dengan risiko kematian dalam artian tidak dapat disembuhkan dan adapun kanker yang masih dapat disembuhkan atau pasien dapat bertahan. Dari data yang ada kaum wanita paling banyak terserang kanker, terutama organ vital seperti payudara dan organ reproduksi seperti rahim, indung telur, dan vagina. Bagi wanita penyakit ini menjadi momok yang menakutkan. Salah satu kanker yang memiliki resiko kematian yang tinggi adalah CA Mammae (Mardiana, Lina. 2004). CA Mammae umumnya dikenal dengan penyakit kanker payudara. Berdasarkan data Sistem Informasi Rumah Sakit tahun 2007, penyakit kanker payudara menempati urutan pertama dalam jumlah pasien di seluruh Rumah Sakit di Indonesia 16,85%. Saat ini, kanker payudara menjadi penyebab kematian tertinggi di Indonesia sejak tahun 2007 yang diikuti oleh kanker Serviks atau kanker leher rahim (Globocan, International Agency for Research on Cancer (IARC) 2002).

3 Kanker payudara terjadi jika DNA dalam tubuh (DNA adalah pengontrol pertumbuhan sel) mengalami mutasi, sehingga sel tumbuh dan membelah secara tidak terkontrol, sel sel mengalami perubahan bentuk sehingga tidak seperti sel payudara normal. Faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko kanker payudara ialah: usia. Kanker payudara umumnya ditemukan pada wanita usia dewasa madya karena pada usia dewasa madya wanita mengalami pra menopause sehingga terjadi perubahan hormon atau kondisi hormon menjadi tidak stabil. Faktor lain yang dapat meningkatkan risiko adalah genetik, apabila seorang wanita memiliki riwayat keluarga dengan penyakit kanker payudara maka kemungkinan besar akan terserang penyakit kanker payudara. Faktor terakhir ialah pola hidup yang tidak sehat, seperti mengonsumsi makanan yang banyak mengandung pengawet dan karsinogen (Sholihin, Ridwan.2009). Jika gejala kanker payudara telah ditemukan, pemeriksaan dan penentuan stadium (staging) akan dilakukan. Hal ini tentu saja karena penemuan stadium kanker payudara akan membantu dokter dalam merencanakan pengobatan yang tepat dan menentukan prognosis perjalanan penyakitnya. Stadium pada kanker lebih menggambarkan mengenai sejauh mana tingkat penyebaran kanker di dalam tubuh. Stadium pada penyakit kanker diantaranya: stadium I, II A, II B, III A, III B dan IV. Pada stadium I kanker tergolong kecil ukuran tumor kurang dari 2cm dan tidak menyerang kelenjar getah bening. Stadium II A ukuran tumor sama dengan 2cm dan telah ditemukan pada titik-titik di saluran getah bening. Stadium II B ukuran tumor 2-5cm dan telah menyerang kelenjar getah bening. Stadium III A dan B ukuran

4 tumor lebih dari 5cm dan menonjol pada permukaan kulit. Stadium IV sel kanker telah menyebar ke bagian organ lain seperti: paru-paru, hati, ginjal dan lain-lain. Setiap individu yang telah divonis menderita kanker payudara oleh dokter akan menjalani pengobatan yang disebut chemotherapy. Chemoterapy bekerja dengan menghentikan sel-sel yang sedang tumbuh secara cepat maka sel-sel kanker akan pecah dan sulit untuk bersatu kembali dan tumbuh setelah menjalani chemotherapy, sehingga beberapa sel tubuh normal akan mengalami gangguan selama mendapatkan pengobatan chemotherapy, seperti: kerontokan pada rambut, perasaam letih yang tidak menyenangkan, dan rasa mual yang terus menerus. Perubahan fisik yang dialami selama menjalani chemotherapy diantaranya, kuku dan kulit menjadi kering dan menghitam. Risiko infeksi juga meningkat selama menjalani chemotherapy hal itu disebabkan menurunnya jumlah sel darah putih dalam tubuh sehingga tidak mampu memberikan perlindungan selama chemo. Penjelasan fakta di atas cukup menunjukkan bahwa kanker merupakan penyakit yang mengerikan bagi kebanyakan orang. Cara, sikap ataupun reaksi orang dalam menghadapi kanker berbeda satu sama lain dan sifatnya individual. Ilmu pengetahuan juga membuktikan bahwa kondisi emosional seseorang akan mempengaruhi kekebalan tubuh. Kondisi psikis yang positif, penuh pengharapan, akan meningkatkan daya tahan tubuh, sedangkan dengan kondisi psikis yang negatif, takut, dan pasrah, akan menurunkan daya kekebalan tubuh. Berbagai reaksi psikologis penderita kanker payudara antara lain kecemasan, ketakutan, stres dan depresi. Untuk itu pemahaman akan kondisi psikis yang terjadi

5 pada penderita penyakit ini perlu diketahui, bukan saja oleh para penderita, tetapi juga keluarga, orang di sekelilingnya dan para dokter, suster atau orang yang turut membantu penyembuhan penyakit kanker (Brexel docetaxel). Kondisi dan reaksi emosi yang selalu ditemui pada pasien penyakit kanker adalah perasaaan takut. Hal tersebut sangat beralasan dan dapat dimengerti, karena hingga saat ini penyakit kanker payudara belum dapat disembukan, penderita yang divonis mengidap kanker dihadapkan bukan hanya kemungkinan untuk bertahan hidup yang sedikit namun juga penderitaan fisik dan psikis yang berkepanjangan. Tekanan atau stress juga dialami oleh penderita kanker. Kondisi ini cenderung membuat cara berpikir menjadi tidak akurat sehingga penderita menjadi tidak optimistik. Setiap individu mempunyai kebiasaan menerangkan kepada diri mereka sendiri mengenai penyebab dari suatu kejadian, kebiasaan ini disebut oleh (Seligman 1990) sebagai Explanatory Style. Explanatory Style diperoleh seiring dengan pengalaman seseorang dalam menjalani kehidupannya. Jika seorang memandang penyebab dari situasi buruk yang dialaminya sebagai sesuatu yang bersifat temporary, specific dan external berarti individu memiliki explanatory style yang optimistik, sedangkan bila individu memandang penyebab dari situasi buruk yang dialaminya sebagai suatu yang bersifat permanent, universal dan internal berarti individu itu memiliki explanatory style yang pesimistik.

6 Optimisme memiliki pengertian adanya harapan dalam diri seseorang bahwa hasil yang baik akan terjadi atau di masa depan kejadian yang buruk dapat menjadi lebih baik (Seligman, 1990). Karakteristik individu yang optimistik adalah individu yang percaya bahwa kekalahan hanya sementara, terjadi pada peristiwa tertentu saja, penyebabnya adalah keadaan lingkungan di luar dirinya (external). Individu optimis merasa bahwa situasi yang buruk merupakan tantangan dan ia akan berusaha untuk menghadapi tantangan tersebut. Dalam kaitannya dengan kesehatan, Seligman & Buchanan (www.helping.apa.org) berpendapat bahwa individu yang memiliki sikap optimistik tidak hanya terhindar dari depresi bahkan mereka dapat meningkatkan kesehatan fisik mereka. Peterson & Bossio (1991) berpendapat bahwa orang memiliki optimisme akan menampilkan suatu usaha untuk meningkatkan kesehatannya dan melawan penyakitnya. Karakteristik individu yang optimistik adalah percaya bahwa kesulitan yang dialami hanya sementara, pada peristiwa tertentu saja, dan penyebabnya berasal dari dunia luar. Bagi individu yang optimis, situasi buruk diartikan sebagai tantangan. Menurut Seligman ada 3 dimensi yang digunakan dalam berpikir mengenai suatu situasi, yaitu permanence, pervasiveness dan personalization. Permanence, pada dimensi permanence, yang menjadi titik berat adalah kurun waktu, apakah suatu keadaan yang dialami akan menetap (permanent) atau hanya sementara (temporary). Pervassiveness, pada dimensi pervasiveness (situasi) yang menjadi titik tolak adalah ruang lingkup suatu keadaan yaitu universal atau spesific. Personalization, pada dimensi personalization memfokuskan pada siapa penyebab dari keadaan tersebut

7 apakah pihak dari alam diri (internal) atau pihak dari luar diri (eksternal). Dari ketiga dimensi dapat diketahui bagaimana harapan seseorang terhadap keadaan yang dihadapinya (good dan bad situation). Harapan seseorang tergantu pada dimensi pervasiveness dan permanence. Seorang dikatakan kurang mempunyai harapan pada suatu keadaan buruk yang dialminya jika ia menjelaskan sifat dari keadaan buruk yang dialaminya menetap (PmB-Permanent) dan keseluruhan (PvB-Universal). Dengan sikap optimistik, setiap individu akan dilengkapi dengan kegigihan dalam menghadapi situasi yang tidak menguntungkan serta kemampuan berjuang untuk mengatasi penyakit kanker payudara dengan sikap optimis, seorang diharapkan dapat mengetahui kelemahan dan kelebihan dalam dirinya sehingga ia dapat mempunyai kemampuan yang tepat untuk menentukan harapan yang sesuai dengan situasi kondisi. Peneliti telah melakukan survei awal kepada 10 orang penderita kanker payudara dengan teknik wawancara. Dari hasil wawancara didapat bahwa 60% penderita menyikapi penyakit ini dengan reaksi shock, dan perasaan sedih, takut, merasa penyakit yang dideritanya tidak dapat sembuh sehingga tidak dapat bekerja secara optimal, merasa minder dan merasa tidak sempurna sebagai seorang wanita dan biaya yang besar untuk pengobatan, dan 40% penderita menyikapi dengan melakukan hal-hal yang lebih positif seperti mencari tahu mengenai penyakit kanker payudara dan cara pengobatan untuk kesembuhannya. Gejala gejala yang timbul pada penderita kanker payudara seperti, nyeri pada bagian dada yang terus menerus,

8 payudara membengkak, masuknya kepala puting ke dalam dan mengeluarkan darah, mual mual yang hampir terus menerus, nyeri pada bagian ketiak, dan sesak nafas. Sebagian besar dari responden yang diwawancarai menyatakan penghayatan mereka terhadap penyakit kanker payudara berbeda beda, sebanyak 60% menganggap bahwa sakit yang dideritanya akan menetap dalam keadaan yang buruk, dan tidak dapat disembuhkan, hal ini termasuk dimensi permanence dalam situasi yang buruk. Sebanyak 40 % responden juga berpikir bahwa kondisi tubuhnya yang membaik disebabkan oleh dirinya sendiri, seperti suasana hati yang senang dengan melakukan kegiatan yang disukai yang disebut personalization internal. Dari hasil wawancara dengan 10 responden tersebut, dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan penghayatan dari penyakit kanker payudara. Explanatory style individu dapat dikatakan optimistik, apabila memandang kejadian yang tidak menyenangkan sebagai keadaan yang sementara, tidak terjadi di seluruh ruang kehidupannya, dan bukan dirinya yang menyebabkan keadaan tersebut. Apabila invidu memandang kejadian atau peristiwa yang tidak menyenangkan sebagai keadaan yang menetap, terjadi di seluruh ruang kehidupannya, dan dirinyalah sebagai penyebab keadaan tersebut, maka dapat dikatakan individu tersebut pesimistik. Berdasarkan hasil survei pada pasien penderita kanker payudara yang telah dijelaskan peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai optimisme pada pasien penderita kanker payudara.

9 1.2 Identifikasi Masalah Dari penelitian ini ingin diketahui bagaimana derajat optimisme pada pasien wanita usia dewasa madya penderita kanker payudara di Rumah Sakit Immanuel Bandung. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran mengenai derajat optimisme pada pasien wanita usia dewasa madya penderita kanker payudara di Rumah Sakit Immanuel Bandung. 1.3.2 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran yang lebih rinci dan mendalam mengenai derajat optimisme pada pasien wanita usia dewasa madya penderita kanker payudara di Rumah Sakit Immanuel Bandung berdasarkan dimensi, permanence, pervasiveness, dan personalization. 1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoretis Memberi sumbangan informasi bagi Ilmu Psikologi khususnya Psikologi Kesehatan mengenai derajat optimisme.

10 Memberikan masukan bagi peneliti selanjutnya yang hendak meneliti mengenai derajat optimisme pada pasien wanita penderita kanker payudara yang lebih merinci. 1.4.2 Kegunaan Praktis Memberikan informasi kepada pasien wanita usia dewasa madya penderita kanker payudara di Rumah Sakit Immanuel Bandung mengenai derajat optimisme dirinya yang diharapkan dapat mepertahankan atau meningkatkan derajat optimisme dalam menjalani hidup sebagai pasien penderita kanker payudara. Memberikan informasi kepada keluarga dan teman pasien, mengenai derajat optimisme yang dimiliki pasien wanita usia dewasa madya penderita kanker payudara agar keluarga dan teman pasien dapat membantu mempertahankan atau meningkatkan derajat optimisme dalam menjalani hidup sebagai pasien penderita kanker payudara. Memberikan informasi kepada pihak Rumah Sakit dan Klinik Onkologi, mengenai derajat optimisme pada pasien wanita usia dewasa madya penderita kanker payudara sehingga dapat membimbing untuk mempertahankan atau meningkatkan optimisme yang dimiliki pasien dalam menjalani pengobatan untuk menjaga kelangsungan hidupnya.

11 1.5 Kerangka Pikir Pasien wanita penderita kanker payudara pada rentang usia dewasa madya (40-65tahun) di Rumah Sakit Immanuel Bandung (selanjutnya disebut pasien kanker payudara saja) berada pada tahap perkembangan dewasa madya (Santrock, 2002). Pada rentang usia ini keadaan individu berkaitan dengan suatu masa menurunnya keterampilan fisik dan semakin besarnya tanggung jawab, suatu periode dimana individu semakin sadar akan polaritas muda dan semakin berkurangnya jumlah waktu yang tersisa dalam kehidupan, suatu titik ketika individu berusaha meneruskan suatu yang berarti pada generasi yang berikutnya, dan suatu masa ketika individu mencapai dan mempertahankan kepuasan dalam karirnya, tetapi semua karakteristik ini tidak menggambarkan semua indivdu dalam rentang usia dewasa madya. Pada masa ini individu mengalami sejumlah perubahan fisik yang menandai masa dewasa madya. Melihat dan mendengar adalah dua perubahan yang paling menyusahkan dan paling tampak pada masa dewasa madya. Status kesehatan menjadi persoalan utama pada masa dewasa madya adalah penyakit kardivaskuler, kanker dan berat badan. Stabilitas emosional dan kepribadian berkaitan dengan kesehatan di masa ini, pada akhir usia 40 atau awal usia 50 wanita mengalami menopause, dimana periode haid berhenti sehingga terjadi penurunan hormon estrogen yang menghasilkan beberapa gejala yang tidak menyenangkan seperti : panas (hot-flashes), mual, letih, depresi, dan peningkatan sensitivitas.(dickson, 1989;Stickland, 1987; dalam Santrock,2002).

12 Memasuki masa dewasa madya, pasien penderita kanker payudara menyadari bahwa dirinya menderita penyakit tertentu sehingga memiliki perbedaan dengan wanita lain pada umumnya, karena pasien penderita kanker payudara telah mendapatkan vonis penyakit yang mematikan disepanjang sisa hidupnya. Dalam melanjutkan hidupnya, pasien penderita kanker payudara melakukan pengobatan atas kesadaran diri mereka sendiri, serta melakukan aktivitas sehari-hari tetapi dalam batasan-batasan tertentu disesuaikan dengan kondisi fisiknya saat ini. Sebagai pasien penderita kanker payudara tidak mudah dalam melakukan aktivitas kesehariannya karena porsi dalam berkegiatan harus mengalami penurunan sehubungan dengan penyakit yang dideritanya, kehilangan bagian paling penting (payudara) sebagai seorang wanita yang utuh membuat pasien tidak dapat melakukan aktivitas yang terlalu berat disepanjang kehidupannya karena kehilangan beberapa sel-sel saraf pada pagian dada dan lengan. Selain itu, terdapat pula dampak secara psikologis yang dirasakan pasien penderita kanker payudara di antaranya menyebabkan beban emosional, rasa putus asa, kecemasan, rendah diri karena merasa tidak lagi sempurna sebagai seorang wanita, dan kesulitan bersosialisasi. Dengan status sebagai penderita kanker payudara memberikan dampak tersendiri pada kelangsungan hidup mereka dalam memenuhi tugas dan tuntutannya sebagai seorang wanita. Dampak secara fisik dan psikologis menjadi suatu tantangan bagi pasien penderita kanker payudara. Salah satu hal yang harus dimiliki oleh pasien penderita kanker payudara untuk menghadapi tantangan tersebut adalah optimisme. Dengan

13 adanya optimisme dalam diri pasien penderita kanker payudara diharapkan dapat membantu untuk bertahan saat menghadapi masa-masa sulit dalam menjalani sisa hidupnya dengan tetap memiliki keyakinan untuk hal yang lebih baik. Selain itu juga diperlukan adanya harapan ketika mengalami ketidakberuntungan. Dengan keyakinan dan adanya harapan pasien wanita penderita kanker payudara dapat kembali bangkit dari rasa kurang percaya diri yang mereka rasakan dan melanjutkan hidup mereka. Pasien penderita kanker payudara memiliki cara pandang yang berbeda-beda terhadap suatu hal, berkaitan dengan bidang kehidupan. Cara individu memandang kehidupan dan keadaan baik maupun keadaan buruk yang terjadi dalam kehidupannya dikenal dengan optimisme (Seligman, 1990). (Seligman, 1990) mengungkapkan bahwa individu yang pesimistik lebih mudah untuk menyerah dan lebih sering mengalami depresi, sedangkan individu yang optimistik memiliki kesehatan yang lebih baik. (Seligman, 1990) mengungkapkan bahwa yang menentukan derajat optimisme adalah kebiasaan individu memakai cara tertentu dalam menjelaskan situasi yang terjadi pada dirinya (explanatory style). Explanatory style adalah suatu kebiasaan berpikir yang dipelajari seiring dengan pengalaman hidup sejak masih kecil dan setelah masa remaja cenderung akan menetap seumur hidupnya (Seligman, 1990). Explanatory style yang optimistik akan memunculkan daya tahan ketika menghadapi kejadian buruk atau menghindari ketidakberdayaan yang berkepanjangan. Explanatory style pasien wanita penderita kanker payudara berpengaruh terhadap cara mereka memahami dirinya. Apakah pasien wanita penderita kanker

14 payudara merasa bahwa dirinya berharga dan pantas mendapat hal-hal baik, ataukah tidak berharga dan tidak memiliki harapan, tergantung pada corak explanatory style yang dimilikinya. Explanatory style juga berpengaruh terhadap kesehatan fisik (Seligman, 1990). Explanatory style dapat mengubah ketidakberdayaan dengan baik. Orang yang optimistik akan bertahan dari ketidakberdayaan, tidak mudah putus asa atau mengalami depresi ketika menghadapi kegagalan. Kehilangan harapan, depresi, dan cara pandang yang pesimistik dapat menurunkan aktivitas sistem kekebalan tubuh. Dengan adanya optimisme akan mempengaruhi kesehatan seseorang berkaitan dengan cara hidup yang sehat dan mengikuti anjuran dokter. Selain itu, dukungan sosial yang hangat merupakan hal yang sangat penting dalam kesehatan fisik. Orang yang pesimistik jika menghadapi kegagalan lebih mudah mengalami depresi yang berkepanjangan kemudian akan menjadi pasif, menghentikan semua kegiatan dan menghindari lingkungannya, seperti tidak mau bergaul dengan lingkungannya. Menurut Seligman (1990) terdapat tiga dimensi dalam explanatory style yang menentukan apakah seseorang itu memiliki derajat optimisme tinggi atau rendah dalam menghadapi suatu situasi, yaitu permanence, pervasiveness, dan personalization. Ketiga dimensi ini dilihat dalam dua keadaan, yaitu keadaan yang baik (good situation) dan keadaan yang buruk (bad situation). Dimensi permanence merupakan persepsi individu mengenai jangka waktu berlangsungnya suatu keadaan yang dihadapi. Dimensi ini berkaitan dengan waktu, yaitu apakah suatu kejadian bersifat menetap (permanent) atau sementara

15 (temporary). Pasien penderita kanker payudara yang optimistik akan berpikir bahwa keadaan buruk (bad situation) hanya bersifat sementara (PmB-Temporary), seperti ketika merasa kesakitan pada bagian dada akan berpikir bahwa dirinya akan akan kembali membaik setelah melakukan pengobatan rutin. Dalam keadaan yang baik (good situation), pasien pendeirta kanker payudara yang optimistik akan menjelaskan bahwa keadaan baik (good situation) yang mereka hadapi sebagai akibat dari sesuatu yang bersifat menetap (permanent), seperti ketika merasakan tubuhnya membaik mereka berpikir bahwa mereka akan sehat dan menjalani pengobatan dengan teratur (PmG-Permanent). Pasien penderita kanker payudara yang pesimistik berpikir bahwa keadaan yang baik (good situation) hanya bersifat sementara (temporary). Mereka akan berpikir bahwa kondisi tubuhnya hanya membaik setelah mengkonsumsi obat-obatan saja (PmG-Temporary). Sedangkan ketika menghadapi keadaan buruk (bad situation), pasien penderita kanker payudara pesimistik akan memandang bahwa keadaan buruk tersebut bersifat menetap (permanent), misalnya pasien penderita kanker payudara tidak mau meminum obat karena berpikir bahwa obat tersebut tidak memberikan manfaat untuk tubuhnya (PmB-Permanent). Dimensi kedua adalah pervasiveness, merupakan persepsi individu mengenai ruang lingkup dari suatu keadaan yang dihadapi, yaitu menyeluruh (universal) atau tertentu (specific). Pasien penderita kanker payudara yang optimistik memiliki penjelasan yang bersifat specific ketika menghadapi keadaan yang buruk (bad situation), mungkin mereka merasa tidak berdaya dengan adanya penyakit kanker

16 payudara yang dideritanya namun tetap baik di dalam kehidupan lainnya, seperti mencapai keberhasilan dalam hidup (PvB-Specific). Pasien penderita kanker payudara optimistik akan berpikir bahwa keadaan yang baik (good situation) akan menyebar pada berbagai aspek kehidupannya, seperti ketika kadar CA dalam tubuh menurun, berpikir kondisi tubuh membaik dan berpengaruh kepada kehidupannya (PvG- Universal). Pasien penderita kanker payudara yang pesimistik akan memiliki penjelasan yang universal ketika menghadapi keadaan yang buruk (bad situation), mereka berpikir sebagai penderita kanker payudara mereka tidak dapat berbuat apa-apa lagi maka mereka akan menyerah di semua bidang kehidupannya, seperti menghabiskan waktu dengan berdiam diri di rumah (PvB-Universal). Pasien penderita kanker payudara yang pesimistik akan berpikir bahwa keadaan yang baik (good situation) hanya terjadi pada saat tertentu saja, seperti saat melakukan pemeriksaan lab dan hasil menunjukan kondisi tubuh membaik, menganggap bahwa hanya kadar CA saja yang membaik (PvG-Specific). Dimensi yang ketiga adalah personalization, yaitu persepsi individu mengenai siapa penyebab dari suatu keadaan yang dihadapi. Ketika pasien penderita kanker payudara mengetahui bahwa dirinya menderita penyakit kanker dan ia merasa lingkungan memandangnya sebagai sesuatu yang aneh ia dapat menyalahkan dirinya sendiri (internal) atau menyalahkan orang lain (external). Pasien penderita kanker payudara optimistik mengganggap pihak lain sebagai penyebab dari perasaan aneh yang dirasakannya, seperti kurangnya pengetahuan dan informasi mengenai kanker

17 payudara yang diberikan oleh pemerintah (PsB-External) dan ketika mengalami keadaan yang baik (good situation) akan berpikir bahwa penyebab dari keadaan baik tersebut adalah dirinya sendiri, karena kemampuannya seperti bersikap ramah sehingga mereka diterima dan dapat berbaur dengan masyarakat (PsG-Internal). Pasien penderita kanker payudara yang pesimistik akan menyalahkan dirinya sendiri atas keadaan buruk (bad situation) yang menimpanya dan akan berpikir bahwa dirinya tidak berharga, mereka akan menyalahkan diri sendiri karena penyakit yang dideritanya (PsB-Internal). Ketika menghadapi keadaan yang baik (good situation), ia berpikir bahwa yang menyebabkan semua keadaan baik adalah lingkungan di luar dirinya, seperti kesehatannya membaik yang disebabkan oleh obatobatan yang dikonsumsinya (PsG-External). Terdapat beberapa faktor yang melatarbelakangi explanatory style yang dimiliki seseorang apakah optimistik atau pesimistik. Tiga hal yang mempengaruhi pembentukan explanatory style dalam diri seseorang, yaitu explanatory style ibu (significant person), kritik orang dewasa, dan krisis (pengalaman yang tidak menyenangkan) yang dialami pada masa lalu (Seligman, 1990). Faktor pertama dan yang utama adalah explanatory style yang dimiliki oleh ibu sebagai pengasuh utamanya (significant person). Cara pandang ibu (significant person) dalam kejadian tertentu yang dialaminya dapat mempengaruhi explanatory style seseorang. Menurut Seligman (1990), anak-anak melihat bagaimana cara significant person memandang suatu situasi lalu anak meniru cara pandang significant person melalui proses yang disebut modelling.

18 Jika pasien penderita kanker payudara memiliki ibu (significant person) yang memandang bahwa suatu keadaan baik (good situation) yang dihadapinya adalah sesuatu yang menetap, menyeluruh di semua bidang kehidupan, dan jika di masa kanak-kanak mereka mendengar bahwa significant person mereka berkata bahwa kejadian baik seperti ini akan selalu mereka alami, menyeluruh di bidang kehidupan mereka, dan ini semua disebabkan oleh diri mereka sendiri, maka dengan proses mendengar dan meniru pasien penderita kanker payudara pun akan memandang bahwa keadaan baik yang dialami dirinya merupakan sesuatu yang menetap, menyeluruh, dan disebabkan oleh dirinya (PmG-Permanent, PvG-Universal, PsG- Internal). Pasien penderita kanker payudara tersebut optimistik. Jika pasien penderita kanker payudara mendengar significant person-nya ketika menghadapi situasi buruk (bad situation) berkata bahwa lain kali ia akan berhasil, ia tidak akan gagal di bidang yang lain, dan penyebab dari kegagalan yang dialaminya adalah karena pihak lain, ia akan meniru significant person dalam menghadapi suatu situasi. Pada saat pasien penderita kanker payudara menghadapi keadaan buruk (bad situation) ia berkomentar bahwa keadaan yang buruk hanya bersifat sementara, hanya pada hal-hal tertentu saja, dan bukan merupakan kesalahan dirinya (PmB-Temporary, PvB-Specific, PsB-External). Jika pasien penderita kanker payudraa memiliki ibu (significant person) yang memandang bahwa suatu keadaan baik (good situation) berkata bahwa suatu keadaan baik yang dihadapinya adalah sesuatu yang sementara, hanya pada bidang kehidupan tertentu, dan keadaan tersebut disebabkan oleh orang lain, maka pasien penderita

19 kanker payudara pun akan memandang bahwa keadaan baik yang dialami dirinya merupakan sesuatu yang sementara, sebagian, dan disebabkan oleh orang lain (PmG- Temporary, PvG-Specific, PsG-External). Pasien wanita penderita kanker payudara tersebut pesimistik. Jika pasien wanita penderita kanker payudara mendengar significant personnya ketika menghadapi situasi buruk (bad situation) yang menimpanya adalah sesuatu yang menetap dan menyeluruh di semua bidang kehidupan dan jika di masa kanak-kanak mereka mendengar bahwa significant person mereka berkata bahwa kejadian buruk seperti ini akan selalu mereka alami, menyeluruh di bidang kehidupan mereka, dan ini semua disebabkan oleh diri mereka sendiri, maka dengan proses mendengar dan meniru pasien penderita kanker payudara pun akan memandang bahwa keadaan buruk yang dialami dirinya merupakan sesuatu yang menetap, menyeluruh, dan karena kesalahan dirinya (PmB-Permanent, PvB-Universal, PsB- Internal). Faktor yang kedua adalah kritik orang dewasa (orang lain). Kritik yang diberikan orang dewasa akan mempengaruhi diri anak. Hal ini disebabkan karena anak akan mendengarkan dengan teliti, bukan hanya isi kritik tersebut tetapi juga cara pengucapannya. Anak akan memperhatikan bagaimana cara orang dewasa menyampaikan kritiknya. Anak mempercayai kritik yang diterimanya dan hal ini akan mempengaruhi bagaimana ia mengembangkan explanatory style yang dimilikinya (Seligman, 1990). Jika kritik yang diterima pasien wanita penderita kanker payudara bersifat sementara (temporary) dan spesifik (specific), maka pasien

20 wanita penderita kanker payudara akan mempercayai bahwa meskipun dirinya menderita penyakit kanker payudara namun keadaan buruk tidak akan mempengaruhi bidang kehidupan lainnya. Sebaliknya, jika pasien wanita penderita kanker payudara mengalami kegagalan kemudian ia mendapat kritikan bahwa dirinya tidak pernah membanggakan keluarga, semua usaha yang dilakukannya akan sia-sia, tidak ada yang dapat dilakukannya lagi (permanent dan universal), maka pasien wanita penderita kanker payudara akan mempelajari kritik yang diterimanya. Faktor yang ketiga adalah masa krisis (pengalaman tidak menyenangkan). Optimisme juga dipelajari melalui bagaimana seseorang menanggapi krisis yang dialami pada masa kanak-kanak. Hal ini berkaitan dengan segala bentuk pengalaman traumatik yang dialami saat kanak-kanak misalnya pertengkaran atau perceraian orang tua, mendapatkan perlakuan kasar, atau kehilangan sesuatu yang dianggap sangat berharga. Pasien penderita kanker payudara yang pernah mengalami krisis pada masa kanak-kanak dan mampu melaluinya, maka mereka akan mengembangkan kebiasaan berpikir bahwa keadaan buruk dapat diatasi dan akan berubah menjadi lebih baik (PmB-Temporary). Sebaliknya, pasien penderita kanker payudara yang tidak mampu mengatasi krisis yang dialami ketika kanak-kanak, maka mereka akan mengembangkan konsep bahwa keadaan buruk tersebut akan terus terjadi pada dirinya dan tidak dapat diubah (PmB-Permanent). Ketiga faktor ini yang kemudian membentuk suatu kebiasaan berpikir yang dapat terlihat melalui explanatory style pasien penderita kanker payudara ketika menghadapi keadaan baik (good situation) maupun keadaan buruk (bad situation),

21 apakah pasien penderita kanker payudara tersebut memiliki explanatory style yang optimistik atau pesimistik.

22 Faktor yang memperngaruhi : - Explanatory style significan person - Kritik dari orang lain - Masa krisis - Hope Explanatory style pasien wanita penderita kanker payudara di Rumah Sakit Immnauel Bandung Derajat Optimisme Optimis Pesimis Dimensi Explanatory style : - Permanence - Pervasiveness - Personalization Bagan 1.1 Bagan Kerangka Pikir

23 1.6.Asumsi Penelitian Optimisme dan Pesimisme merupakan hasil belajar dari lingkungan melalui pengalaman hidup. Derajat optimisme pada pasien penderita kanker payudara dapat diukur melalui tiga dimensi, yaitu permanence, pervasiveness, personalization, dan terdapat tiga faktor yang mempengaruhi optimisme pasien penderita kanker payudara adalah explanatory style significant person, kritik orang dewasa, dan masa krisis (pengalaman yang tidak menyenangkan). Karakteristik pasien penderita kanker payudara yang memiliki derajat optimisme optimistik yaitu cenderung memandang peristiwa baik (good situation) yang dialaminya sebagai sesuatu yang bersifat permanent (PmG), universal (PvG), internal (PsG) dan cenderung memandang peristiwa buruk (bad situation) yang dialaminya sebagai sesuatu yang bersifat temporary (PmB), specific (PvB), external (PsB). Karakteristik pasien penderita kanker payudara yang memiliki derajat optimisme pesimistik yaitu cenderung memandang peristiwa baik (good situation) yang dialaminya sebagai sesuatu yang bersifat temporary (PmB), specific (PvB), external (PsB) dan cenderung memandang peristiwa buruk (bad situation) yang dialaminya sebagai sesuatu yang bersifat permanent (PmG), universal (PvG), internal (PsG).