BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
SOP PERIZINAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 Mengingat : 1. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Ta

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.65, 2008 DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN. MESIN. Pelinting. Sigaret. Pengawasan. Penggunaan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN. Kewenangan. Izin. Pelayanan Terpadu Satu Pintu.

2017, No Republik Indonesia Nomor 5492); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 107 Tahun 2015 tentang Izin Usaha Industri (Lembaran Negara Republik In

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179/PMK.011/2012 TENTANG TARIF CUKAI HASIL TEMBAKAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

1 of 5 21/12/ :02

2 2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara

2 Bidang Industri dalam rangka Pelayanan Terpadu Satu Pintu kepada Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahu

2 Penilaian Kesesuaian Dalam Rangka Pemberlakuan dan Pengawasan Standar Nasional Indonesia (SNI) Pupuk Anorganik Majemuk Secara Wajib; Mengingat : 1.

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 131/PMK.011/2013 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.13, 2008 DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN. IZIN USAHA. Industri. Ketentuan. Pencabutan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 78/PMK.011/2013 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 78/PMK.011/2013 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No c. bahwa pada tanggal 4 Oktober 2017, Pemerintah bersama-sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia telah menyepakati tar

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 146/PMK.010/2017 TENTANG TARIF CUKAI HASIL TEMBAKAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI DAN IZIN USAHA KAWASAN INDUSTRI

2 dan Pengawasan Standar Nasional Indonesia (SNI) Kalsium Karbida (CaC2) Secara Wajib; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindu

MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA

2 Industri Kecil dan Industri Menengah; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia T

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.437, 2009 DEPARTEMEN KEUANGAN. Cukai. Hasil Tembakau.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR JAWA TENGAH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.41, 2008 DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN. Penanaman Modal. Izin Usaha. Izin Perluasan. Pelimpahan. Kewenangan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

181/PMK.011/2009 TARIF CUKAI HASIL TEMBAKAU

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Menengah Tahun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 122); 3. Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2015 tentang

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI DAN IZIN USAHA KAWASAN INDUSTRI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2015, No Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 161, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5183); 4. Peraturan Pemerintah Nomor

2014, No Indonesia Tahun 1994 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3564); 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Ke

PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Menteri PerindustrianRepublik Indonesia PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 72/M- IND/PER/IO/2008 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 597/KMK.04/2001 TANGGAL 23 NOVEMBER 2001 TENTANG PENETAPAN TARIF CUKAI DAN HARGA DASAR HASIL TEMBAKAU

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun (Lembaran Negara Republik Indon

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2018 TENTANG KRITERIA DAN/ATAU PERSYARATAN DALAM IMPLEMENTASI PEMANFAATAN FASILITAS

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Repub

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR :

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 20/PMK.07/2009 TENTANG

2016, No Republik Indonesia Nomor 3612) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 (Lembaran Negara Republik Indonesia T

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA,

DRAFT PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR :

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 89/KMK.05/2000 TENTANG PENETAPAN TARIF CUKAI DAN HARGA DASAR HASIL TEMBAKAU

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA 17/M-DAG/PER/3/2010 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 41/M-IND/PER/6/2008 TENTANG

2015, No Usaha Tertentu dan/atau di Daerah-Daerah Tertentu; c. bahwa sehubungan dengan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan hur

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P- 31/BC/2010

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG

2 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik I

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 222/PMK.07/2017 TENTANG PENGGUNAAN, PEMANTAUAN, DAN EVALUASI DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA. No.1027, 2013 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Penjualan. Harta Kekayaan. Tidak Hadir. Tidak Terurus. BHP. Permohonan Izin.

2016, No Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 Tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 191/PMK.04/2010 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KETUA DEWAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BATAM/BINTAN/KARIMUN

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: TENTANG

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL KEPUTUSAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN. Restrukturisasi Mesin. Industri Kecil dan Menengah.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.942, 2014 KEMENPERIND. Usaha Industri. Rokok. Pengendalian. Pengawasan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64/M-IND/PER/7/2014 TENTANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN USAHA INDUSTRI ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa rokok merupakan barang yang dapat menimbulkan dampak kesehatan, sehingga perlu pengawasan dan pengendalian terhadap usaha industri rokok; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perindustrian tentang Pengawasan dan Pengendalian Usaha Industri Rokok; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5492); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2008 tentang Nomor Pokok Pengusaha Barang Kena Cukai (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 168, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4917);

2014, No.942 2 3. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan Organisasi Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 91 Tahun 2011; 4. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 92 Tahun 2011; 5. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2014 tentang Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal; 6. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 84/P Tahun 2009 tentang Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu II Periode Tahun 2009 2014 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 41/P Tahun 2014; 7. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 62/MPP/Kep/2/2004 tentang Pedoman Cara Uji Kandungan Kadar Nikotin; 8. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 41/M- IND/PER/6/2008 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Usaha Industri, Izin Perluasan, dan Tanda Daftar Industri; 9. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 72/M- IND/PER/10/2008 tentang Pendaftaran dan Pengawasan Penggunaan Mesin Pelinting Sigaret (Rokok); 10. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 105/M- IND/PER/10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perindustrian; 11. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 64/M- IND/PER/7/2011 tentang Jenis-Jenis Industri Dalam Pembinaan Direktorat Jenderal dan Badan di Lingkungan Kementerian Perindustrian;

3 2014, No. 942 MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN TENTANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN USAHA INDUSTRI ROKOK. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah bahan baku dan/atau memanfaatkan sumber daya industri sehingga menghasilkan barang yang mempunyai nilai tambah atau manfaat lebih tinggi, termasuk jasa industri. 2. Industri Rokok Kretek adalah usaha pengolahan tembakau dengan menambahkan bunga cengkeh, daun cengkeh, tangkai cengkeh dan/atau aroma cengkeh. 3. Industri Rokok Putih adalah usaha pengolahan tembakau dengan tidak menambahkan komponen cengkeh. 4. Industri Rokok lainnya adalah rokok selain rokok kretek atau rokok putih, yang meliputi cerutu, rokok kelembak menyan dan rokok klobot/kawung, termasuk industri tembakau pipa, tembakau yang dikunyah dan tembakau sedot (snuff). 5. Izin Usaha Industri yang selanjutnya disebut IUI adalah izin yang diperlukan bagi setiap pendirian perusahaan industri. 6. Nomor Pokok Pengusaha Barang Kena Cukai (NPPBKC) adalah izin untuk menjalankan kegiatan sebagai pengusaha pabrik, pengusaha tempat penyimpanan, importir barang kena cukai, penyalur, atau pengusaha tempat penjualan eceran dibidang cukai. 7. Status kepemilikan adalah status yang menunjukkan kepemilikan oleh penanam modal asing atau penanam dalam negeri. 8. Penggabungan adalah perbuatan hukum yang dila-kukan oleh satu Pperusahaan Industri Rokok atau lebih untuk menggabungkan diri dengan perusahaan industri rokok lain yang telah ada dan selanjutnya perusahaan industri rokok yang menggabungkan diri menjadi berakhir. 9. Peleburan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh 2 (dua) Perusahaan Industri Rokok atau lebih untuk meleburkan diri dengan cara membentuk 1 (satu) Perusahaan Industri Rokok baru dan masing-masing Perusahaan Industri Rokok yang meleburkan diri menjadi berakhir karena hukum.

2014, No.942 4 10. Pengambilalihan adalah perbuatan hukum untuk mengambil alih baik seluruh ataupun sebagian besar saham Perusahaan Industri rokok yang dapat mengakibatkan beralihnya pengendalian terhadap perusahaan industri rokok tersebut. 11. Pelayanan Terpadu Satu Pintu, yang selanjutnya disingkat PTSP adalah kegiatan penyelenggaraan suatu Perizinan dan Nonperizinan yang mendapat pendelegasian atau pelimpahan wewenang dari lembaga atau instansi yang memiliki kewenangan Perizinan dan Nonperizinan yang proses pengelolaannya dimulai dari tahap permohonan sampai dengan tahap terbitnya dokumen yang dilakukan dalam satu tempat. 12. Kemitraan adalah kerjasama dalam keterkaitan usaha, baik langsung maupun tidak langsung, atas dasar prinsip saling memerlukan, mempercayai, memperkuat, dan menguntungkan, yang melibatkan pelaku Industri Kecil dan Industri Menengah dengan Industri Besar. 13. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang Perindustrian. 14. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal yang melaksanakan tugas dan fungsi pembinaan Industri Rokok Kementerian Perindustrian. 15. Direktur adalah Direktur yang melaksanakan tugas dan fungsi pembinaan Industri Rokok Kementerian Perindustrian. 16. Dinas Provinsi adalah Dinas Provinsi yang melaksanakan tugas urusan pemerintahan di bidang Perindustrian. 17. Dinas Kabupaten/Kota adalah Dinas Kabupaten/ Kota yang melaksanakan tugas urusan pemerintahan di bidang Perindustrian. BAB II KLASIFIKASI INDUSTRI ROKOK Pasal 2 Industri Rokok diklasifikasikan dalam: a. Industri Rokok Kretek (KBLI 12011) atau perubahannya; b. Industri Rokok Putih (KBLI 12012) atau perubahannya; dan c. Industri Rokok lainnya (KBLI 12019) atau perubahannya. BAB III PERIZINAN INDUSTRI Pasal 3 (1) Perusahaan Industri Rokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2

5 2014, No. 942 wajib memiliki Izin Usaha Industri (IUI). (2) IUI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan berdasarkan Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal. (3) IUI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk: a. Penanaman Modal Asing diterbitkan oleh PTSP Pusat; dan b. Penanaman Modal Dalam Negeri diterbitkan oleh PTSP Daerah. Pasal 4 (1) IUI Rokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 hanya diberikan kepada Industri Kecil dan Industri Menengah yang bermitra dengan Industri Besar. (2) Kemitraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi sub-kontrak, bagi hasil, kerjasama operasional dan/atau usaha patungan (joint venture). (3) Industri Kecil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi ketentuan sebagai berikut: a. lokasi bangunan pabrik paling sedikit memiliki luas 200 m 2 (dua ratus meter persegi); dan b. pabrik berbatasan langsung dan dapat dimasuki dari jalan umum. Pasal 5 (1) IUI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 diterbitkan dengan ketentuan terlebih dahulu mendapatkan rekomendasi dari Direktur Jenderal. (2) Permohonan rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan kepada Direktur Jenderal melalui Unit Pelayanan Publik (UP2) Pusat dengan melampirkan paling sedikit dokumen: a. copy akte pendirian perusahaan; b. copy NPWP; c. copy surat perjanjian kerjasama kemitraan dengan Perusahaan Industri Rokok berskala besar; d. copy bukti kepemilikan tanah disertai dengan peta lokasi pabrik; dan e. rencana jenis rokok dan kapasitas terpasang. Pasal 6 (1) Perusahaan Industri Rokok yang telah memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, Pasal 4 dan Pasal 5 dapat

2014, No.942 6 diberikan IUI Kecil atau IUI Menengah. (2) Pemberian IUI Rokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian IUI, Izin Perluasan dan Tanda Daftar Industri atau perubahannya. Pasal 7 (1) Perusahaan Industri Rokok yang telah memiliki IUI sebelum Peraturan Menteri ini diberlakukan dan Perusahaan Industri Rokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dapat melakukan perubahan terhadap IUI yang dimiliki. (2) Perubahan IUI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terkait dengan perubahan sebagai berikut: a. alamat perusahaan; b. alamat lokasi pabrik; c. nama perusahaan; d. pindah lokasi pabrik; e. status kepemilikan; f. perluasan untuk penambahan kapasitas produksi; atau g. penggabungan/peleburan/pengambilalihan perusa-haan. (3) Perusahaan Industri Rokok yang melakukan perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib melakukan perubahan terhadap IUI yang dimiliki. (4) Perubahan IUI terkait dengan perubahan sebagaimana dimaksud pada: a. ayat (2) huruf a dan huruf b, Perusahaan Industri Rokok wajib menyampaikan pemberitahuan per-ubahan secara tertulis kepada pejabat penerbit IUI selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja sejak diterima penetapan perubahan; dan b. ayat (2) huruf c, huruf d, huruf e, huruf f dan huruf g dapat diterbitkan dengan ketentuan terlebih dahulu mendapatkan rekomendasi dari Direktur Jenderal. (5) Perubahan IUI sebagaimana dimaksud pada (4) merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan IUI yang dimiliki. Pasal 8 Perusahaan Industri Rokok dalam mengajukan permohonan rekomendasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (4) huruf b harus memenuhi syarat sebagai berikut:

7 2014, No. 942 a. perubahan nama perusahaan, melampirkan paling sedikit dokumen: 1. copy IUI dan menunjukkan asli; 2. copy NPPBKC; 3. copy akte kepemilikan perusahaan; 4. copy sertifikat registrasi mesin pelinting sigaret (rokok) bagi industri rokok yang menggunakan mesin pelinting rokok; dan 5. laporan realisasi produksi 2 (dua) tahun terakhir yang dilengkapi dengan bukti pembelian pita cukai. b. pindah lokasi pabrik, melampirkan paling sedikit dokumen: 1. copy IUI dan menunjukkan asli; 2. copy NPPBKC; 3. persetujuan tertulis dari Dinas Kabupaten/Kota di lokasi lama dan lokasi baru; 4. copy akte kepemilikan perusahaan; 5. copy sertifikat registrasi mesin pelinting sigaret (rokok) bagi industri rokok yang menggunakan mesin pelinting rokok; 6. copy sertifikat hasil pengujian tar dan nikotin dari laboratorium penguji yang terakreditasi atau ditunjuk oleh Menteri; dan 7. laporan realisasi produksi 2 (dua) tahun terakhir yang dilengkapi dengan bukti pembelian pita cukai. c. perubahan status kepemilikan, melampirkan paling sedikit dokumen: 1. IUI dan menunjukkan asli; 2. copy NPPBKC; 3. copy akte kepemilikan perusahaan yang baru, yang disahkan, untuk: a).p.t. oleh Kementerian Hukum dan HAM; dan b).selain P.T. oleh pengadilan negeri setempat; 4. copy sertifikat hasil pengujian tar dan nikotin dari laboratorium penguji yang terakreditasi atau ditunjuk oleh Menteri; dan 5. laporan realisasi produksi 2 (dua) tahun terakhir yang dilengkapi dengan bukti pembelian pita cukai. d. perluasan untuk penambahan kapasitas produksi rokok, melampirkan paling sedikit dokumen: 1. copy IUI dan menunjukkan asli; 2. copy NPPBKC;

2014, No.942 8 3. copy akte kepemilikan perusahaan; 4. copy sertifikat registrasi mesin pelinting sigaret (rokok) bagi industri rokok yang menggunakan mesin pelinting rokok; 5. copy sertifikat hasil pengujian tar dan nikotin dari laboratorium penguji yang terakreditasi atau ditunjuk oleh Menteri; 6. Berita Acara Pemeriksaan (BAP) dari Dinas Kabupaten/Kota setempat; dan 7. laporan realisasi produksi 2 (dua) tahun terahir yang dilengkapi dengan bukti pembelian pita cukai. e. Penggabungan / peleburan / pengambilalihan perusahaan, melampirkan paling sedikit dokumen: 1. copy IUI dan menunjukkan asli; 2. copy NPPBKC; 3. copy akte kepemilikan perusahaan yang baru; 4. copy sertifikat registrasi mesin pelinting sigaret (rokok) bagi industri rokok yang menggunakan mesin pelinting rokok; 5. copy sertifikat hasil pengujian tar dan nikotin dari laboratorium penguji yang terakreditasi atau ditunjuk oleh Menteri; 6. Berita Acara Pemeriksaan (BAP) dari Dinas Kabupaten/Kota setempat; dan 7. laporan realisasi produksi 2 (dua) tahun terahir yang dilengkapi dengan bukti pembelian pita cukai. Pasal 9 (1) Permohonan rekomendasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 7 ayat (4) huruf b ditujukan kepada Direktur Jenderal melalui Unit Pelayanan Publik Pusat (UP2). (2) Direktur Jenderal menerbitkan rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja sejak permohonan diterima secara lengkap, benar dan memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan. (3) Direktur menolak untuk menerbitkan rekomendasi sebagaimana dimaksud ayat (1) selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja apabila permohonan tidak memenuhi ketentuan peraturan perundangundangan. Pasal 10 Rekomendasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) dan rekomendasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (4) huruf b dan

9 2014, No. 942 pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (4) huruf a, masing-masing merupakan persyaratan untuk menerbitkan IUI dan perubahan IUI oleh pejabat penerbit IUI sesuai kewenangannya. Pasal 11 Tata cara pemberian rekomendasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 7 ayat (4) huruf b dan penyampaian pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal Pasal 7 ayat (4) huruf a, diatur lebih lanjut dengan Peraturan Direktur Jenderal. BAB IV PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 12 (1) Pembinaan dan pengawasan dilakukan terhadap pelaksanaan perizinan, penggunaan mesin pelinting rokok dan uji tar nikotin. (2) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Dinas Provinsi dan Kabupaten/Kota. (3) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilakukan setiap 6 (enam) bulan atau sewaktu-waktu. (4) Hasil pembinaan sebagaimana pada ayat (2) dan penga-wasan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilaporkan kepada Direktur Jenderal. Pasal 13 (1) Direktur melakukan evaluasi atas laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (4). (2) Berdasarkan hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Direktur melakukan monitoring dan peme-riksaan di lapangan. Biaya pelaksanaan: BAB V PEMBIAYAAN Pasal 14 a. pembinaan dan pengawasan yang dilakukan oleh Dinas Provinsi dan Dinas Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2) dibebankan pada masing-masing Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi dan Kabupaten/Kota; dan b. evaluasi yang dilakukan oleh Direktur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBD) Direktorat Kementerian Perindustrian yang bersangkutan.

2014, No.942 10 BAB VI PENUTUP Pasal 15 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 8 Juli 2014 MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA, MOHAMAD S. HIDAYAT Diundangkan di Jakarta pada tanggal 10 Juli 2014 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, AMIR SYAMSUDIN