A. LATAR BELAKANG MASALAH

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sebagai makanan utama bayi. Pada awal kehidupan, seorang bayi sangat

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan 2010 bahwa kejadian diare pada bayi terus meningkat dan

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat sebagai makanan bayi (Maryunani, 2012). diberikan sampai usia bayi 2 tahun atau lebih (Wiji, 2013).

HUBUNGAN PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI) EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI UMUR 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GADANG HANYAR

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dahulu Air Susu Ibu merupakan makanan yang terbaik untuk bayi, karena

BAB I PENDAHULUAN. (AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR). Angka Kematian Bayi tidak berdiri sendiri,

BAB I PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare masih sering menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa)

BAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi yang paling sesuai dengan kebutuhan bayi dan

BAB I PENDAHULUAN. ASI eksklusif menurut World Health Organization (WHO, 2011) adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. bulan pertama kehidupan kritis karena bayi akan mengalami adaptasi terhadap

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) DINI DENGAN KEJADIAN KONSTIPASI PADA BAYI DIBAWAH UMUR 6 BULAN

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian multi-center yang dilakukan UNICEF menunjukkan bahwa MP-

BAB 1 PENDAHULUAN. makanan (Anonim, 2008). Sementara masalah gizi di Indonesia mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Diare merupakan penyakit dengan tanda - tanda perubahan frekuensi buang air

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu (AKI), angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian balita. jangkauan maupun kualitas pelayanan (Novia ika, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang menentukan tingkat kesehatan dan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) (Kementrian Kesehatan RI, juga mengacu kepada Resolusi World Health Assembly (WHA),

BAB I PENDAHULUAN. Anak yang sehat semakin bertambah umur semakin bertambah tinggi

ABSTRAK. meninggal sebanyak 49 bayi dan 9 bayi diantaranya meninggal disebabkan karena diare. 2 Masa pertumbuhan buah hati

BAB I LATAR BELAKANG. bayi dan balita. Seorang bayi baru lahir umumnya akan buang air besar sampai

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) tahun 2013 diare. merupakan penyebab mortalitas kedua pada anak usia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan pertama dan utama bagi bayi adalah air susu ibu (ASI). Air susu ibu sangat cocok untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) eksklusif adalah air susu yang diberikan kepada bayi sejak

BAB V PEMBAHASAN. stunting pada balita ini dilaksanakan dari bulan Oktober - November 2016 di

PENDAHULUAN. dalam kandungan disertai dengan pemberian Air susu ibu (ASI) sejak usia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERBEDAAN BERAT BADAN BAYI PENGGUNA ASI EKSLUSIF DENGAN ASI TIDAK EKSLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TERMINAL BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. intoleran. Dampak negatif penyakit diare pada bayi dan anak-anak adalah

BAB I PENDAHULUAN Millennium Develepment Goals (MDG s) Indonesia menargetkan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 sebesar 34 per kelahiran hidup.

BAB 1 PENDAHULUAN. buang air besar (Dewi, 2011). Penatalaksaan diare sebenarnya dapat. dilakukan di rumah tangga bertujuan untuk mencegah dehidrasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. menetapkan empat sasaran pembangunan kesehatan, satu diantaranya menurunkan prevalensi

BAB 1 PENDAHULUAN. ASI Ekslusif pada bayinya (Laksono, 2010). Di daerah pedesaan, pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. daya manusia yang dilakukan secara berkelanjutan. Upaya peningkatan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2025 adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SATUAN ACARA PENYULUHAN ASI EKSKLUSIF

BAB I PENDAHULUAN. lapangan kerja pada undang-undang yang mengatur tentang ibu menyusui.

LEMBAR PERTANYAAN. Frekuensi. Informasi 1. Presentational media - Petugas Puskesmas. a. 1-3 bulan. Asi saja - Bidan. b. 4-6 bulan

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DAN STATUS PEKERJAAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASI ESKLUSIF DI PUSKESMAS 7 ULU PALEMBANG TAHUN 2013

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) ASI Ekslusif 6 Bulan

BAB I PENDAHULUAN. 24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat,

Hubungan Pengetahuan, Pendidikan, Paritas dengan Pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang Kota Manado

BAB I PENDAHULUAN. protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan pendekatan case control yaitu membandingkan antara

BAB I PENDAHULUAN. satu-satunya makanan yang terbaik untuk bayi, karena memiliki. komposisi gizi yang paling lengkap untuk pertumbuhan dan

I. PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang

PERBEDAAN PERKEMBANGAN MOTORIK BAYI USIA 0-6 BULAN ANTARA YANG DIBERI ASI DENGAN YANG DIBERI PASI DI DESA GLAGAH JATINOM KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. mendukung pertumbuhan otak bayi yaitu sesuatu yang tidak dapat diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) adalah makanan atau minuman

BAB I PENDAHULUAN. saja sampai usia 6 bulan yang disebut sebagai ASI esklusif (DepKes, 2005). bulan telah ditetapkan dalam SK Menteri Kesehatan No.

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka kejadian ISPA Di Indonesia, pada balita adalah sekitar 10-20%

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Makanan utama bayi adalah air susu ibu (ASI) sehingga perlu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Program peningkatan penggunaan ASI menjadi prioritas karena

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

PENGARUH PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI), KONSUMSI GIZI, DAN KELENGKAPAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) TERHADAP STATUS GIZI BAYI

BAB 1 PENDAHULUAN. Colostrum merupakan bagian dari ASI yang penting untuk diberikan pada

BAB I PENDAHULUAN. operasional, pertanyaan penelitian dan hipotesis serta manfaat penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh kali sehari, ada yang sehari 2-3 kali sehari atau ada yang hanya 2

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DINI DENGAN INSIDEN DIARE PADA BAYI USIA 1-4 BULAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Makanan yang terbaik untuk bayi usia 0-6 bulan adalah ASI. Air susu ibu (ASI) merupakan sumber energi

KONTRIBUSI PERSEPSI DAN MOTIVASI IBU DALAM MENINGKATKAN KEBERHASILAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH PEDESAAN. Lilik Hidayanti 1, Nur Lina

BAB I PENDAHULUAN. harus diperhatikan oleh ibu. Salah satu pemenuhan kebutuhan gizi bayi ialah

BAB I PENDAHULUAN. Fun (UNICEF), dan Departemen Kesehatan Republik Indonesia melalui. SK.Menkes No.450/Menkes./SK/IV/2004 tanggal 7 April 2004 telah

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan ibu memberi Air Susu Ibu (ASI) tidak datang secara tiba-tiba. Ada

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. di negara berkembang. ISPA yang tidak mendapatkan perawatan dan pengobatan

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun Oleh : SARI DEWI MINTARDJA J

BAB 1 PENDAHULUAN. sempurna bagi bayi selama bulan-bulan pertama kehidupannya (Margaret

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan bayi. Kebutuhan gizi secara kuantitatif

BAB 1 PENDAHULUAN. anak di negara sedang berkembang. Menurut WHO (2009) diare adalah suatu keadaan

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu, ASI juga dapat melindungi kesehatan Ibu mengurangi

: SUSANTI ROSMALA DEWI

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Survey Kesehatan Nasional tahun 2001, pada tahun angka

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di Indonesia diare merupakan penyebab kematian utama pada bayi dan anak.

BAB I PENDAHULUAN. kandungan zat gizi yang cukup dan sesuai untuk kebutuhan bayi sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemberian makanan tambahan pada bayi merupakan salah satu upaya. pemenuhan kebutuhan gizi bayi sehingga bayi dapat mencapai tumbuh

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan morbiditas dan

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DENGAN PERILAKU PEMBERIAN ASI DI PUSKESMAS NGUTER

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan zat gizi bagi bayi usia sampai 2 tahun merupakan hal yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik untuk bayi. ASI sangat

GASTER Vol. 11 No. 2 Februari Wahyuningsih Akademi Giri Husada Wonogiri. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses alamiah, namun sering ibu-ibu tidak berhasil menyusui atau menghentikan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN KOLOSTRUM PADA BAYI BARU LAHIR

HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI USIA 4 6 BULAN SKRIPSI. Diajukan Oleh : Afitia Pamedar J

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PENGHASILAN IBU MENYUSUI DENGAN KETEPATAN WAKTU PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI)

BAB I PENDAHULUAN. sering dijumpai pada anak-anak maupun orang dewasa di negara

BAB 1 : PENDAHULUAN. meningkatkan produktifitas anak sebagai penerus bangsa (1). Periode seribu hari,

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi yang baik pada balita (Dinkes, 2007). Perwakilan UNICEF di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. menyusui bayinya, meyakinkan ibu akan keuntungan Air Susu Ibu (ASI) dan

HUBUNGAN PEMBERIAN SUSU FORMULA DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TEGALREJO KABUPATEN MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH

GAMBARAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU IBU MENYUSUI DALAM PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DI SURADADI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. kandungan gizinya sesuai untuk kebutuhan bayi. Zat-zat gizi yang berkualitas

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH ASI (Air Susu Ibu) adalah makanan utama pada bayi yang paling alami serta terdapat berbagai macam nutrisi terlengkap. Kandungan gizi yang terdapat pada ASI sangat lengkap sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh tubuh dan usia bayi. ASI yang keluar pertama kali ketika menyusui kaya protein, dan yang keluar terakhir kaya lemak. ASI terdapat berbagai macam enzim pencernaan yang belum mampu di produksi sendiri oleh bayi baru lahir, seperti enzim amylase (mengurangi karbohidrat), protease (mengurangi protein). Sehingga sangat dianjurkan untuk memberikan ASI secara eksklusif pada bayi mulai dari usia 0-6 bulan (Puspitorini 2011). ASI eksklusif adalah pemberian ASI selama 6 bulan, bayi hanya diberi ASI saja tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh dan air putih, serta tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, bubur susu, biscuit, bubur nasi dan nasi tim. ASI dapat diberikan sampai anak berusia 2 tahun, atau setelah 6 bulan baru mulai diberikan makanan pendamping ASI. Karena sebelum mencapai 6 bulan sistem pencernaan bayi belum mampu berfungsi dengan sempurna (Marmi & Rahardjo 2012). Ahli gizi diseluruh dunia menyarankan untuk pemberian ASI secara penuh. Susu buatan manusia (susu formula) tidak bisa menggantikan ASI. ASI sebagai makanan alamiah yaitu makanan terbaik yang bisa diberikan oleh seorang ibu kepada bayinya (Khasanah 2011). Disamping ASI yang merupakan sumber yang dapat mencukupi secara penuh atas kebutuhan energi dan protein dalam masa bayi selama 6 bulan, pemberian ASI eksklusif mampu memacu kematangan usus pada bayi untuk bisa menerima nutrisi yang diperlukan oleh bayi (Ranuh 2013). Fenomena yang terjadi pada kebanyakan ibu muda yang tidak menyusui anaknya tidak hanya terjadi di negara maju, tetapi juga terjadi pada negara berkembang yaitu di Indonesia, ada beberapa faktor yang membuat ibu muda 1

tidak menyusui anak mereka yang pertama yaitu maraknya produsen susu serta makanan pengganti ASI sehingga banyak ibu yang percaya. Kedua kurangnya kesadaran dan pengetahuan ibu terhadap pemberian ASI pada bayi mereka. Ketiga yaitu kurangnya perhatian dari para tenaga kesehatan untuk menggalakkan kebiasaan menyusui pada bayi mereka ( Prasetyono 2009). Secara nasional target pemberian ASI eksklusif pada tahun 2014 yaitu 80%, sedangkan cakupan pemberian ASI eksklusif di Indonesia sebesar 52,3%. Pada tahun 2015 menargetkan untuk pemberian ASI di Indonesia usia 0-6 bulan hanya sebesar 39%, secara nasional cakupan pemberian ASI eksklusif sebanyak 55,7% (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia 2015). Profil Kesehatan Jawa Timur tahun 2014 presentase pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan sebanyak 72,89%, dan mengalami penurunan pada tahun 2015 yaitu sebesar 69,1% dari 38 kota/ kabupaten di Jawa Timur. Berdasarkan data yang diperoleh di Kabupaten Ngawi pemberian ASI eksklusif dari tahun 2014 s/d 2016 mengalami penurunan. Pada tahun 2014 pemberian ASI eksklusif sebesar 79,28%, pada tahun 2015 sebesar 28,1% dan pada tahun 2016 sebesar 26,9%. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Risky dan Wesiana (2014) pemberian ASI eksklusif adalah suatu hal terpenting untuk kesehatan dan pertumbuhan bayi. Manfaatnya ASI sangat besar apabila dimulai dari satu jam pertama setelah kelahiran, dimana bayi membutuhkan makanan tanpa adanya cairan serta susu tambahan. Banyak masalah neonatus yang dapat ditangani dengan ASI eksklusif. Dimana hasil penelitiannya menyimpulkan ada hubungan antara Pemberian ASI Eksklusif dengan tingkat kekebalan tubuh pada bayi. Arini (2012) mengatakan, bayi yang tidak deberikan ASI eksklusif akan lebih sering mengalami serangan ISPA dengan frekuensi sebesar 267 kali lebih tinggi dibandingkan dengan bayi yang diberikan ASI secara eksklusif, Selain itu bayi yang tidak diberi ASI frekuensi kejadian diare 314 kali lebih tinggi dibandingkan dengan bayi yang diberi ASI secara eksklusif. Karena di dalam ASI mengandung SIgA yang dapat melindungi bayi dari virus dan bakteri patogen di sekitarnya. 2

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh maharani (2016), bayi usia 0-12 bulan ada 11 (44%) bayi yang diberikan MP ASI dini mengalami diare sedangkan diantara bayi yang diberikan MP ASI >6 bulan hanya 1 (9,1%) yang mengalami diare. Sehingga ada hubungan pemberian MP ASI dini dengan kejadian diare pada bayi usia 0-12 bulan di kecamatan dampal utara. Diare atau gastroenteritis (GE) adalah suatu keadaan infeksi pada usus yang dapat menyebabkan keadaan feses pada bayi menjadi encer dan berair, dengan frekuensi BAB lebih dari tiga kali dalam sehari, dan kadang disertai dengan muntah. Diare akut berlangsung selama 3-7 hari, sedangkan diare persisten terjadi selama lebih dari 14 hari (Puspitorini 2011). Diare adalah salah satu dari berbagai macam penyakit yang sering terjadi dan menyerang pada bayi di seluruh dunia, Bayi berusia 0-6 bulan mengalami diare lebih dari 200 kali setiap tahunnya dan 4 juta bayi diseluruh dunia meninggal karena diare dan malnutrisi. Kematian akibat diare, umumnya disebabkan karena bakteri, virus, parasit, serta alergi terhadap susu karena rendahnya angka pemberian ASI secara eksklusif (Shaleh 2008). Secara nasional diare merupakan masalah kesehatan yang angka kejadian serta kematiannya masih tinggi. Di Indonesia pada tahun 2013 kejadian diare yang disebabkan karena 8 KLB yang tersebar di 6 provinsi, 8 kabupaten dengan jumlah penderita sebanyak 646 orang, pada tahun 2014 sebanyak 2.549 orang, dan pada tahun 2015 sebanyak 1.213 orang dan kematian 30 orang (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia 2015). Berdasarkan Profil Kesehatan Jawa Timur cakupan pelayanan penyakit Diare dalam kurun waktu 7 (tujuh) tahun terakhir cenderung meningkat, dimana pada tahun 2013 mencapai 118,39 %, dan sedikit menurun pada tahun 2014 menjadi 106 % dan meningkat menjadi 110,66% pada tahun 2015. Hal ini terjadi karena penurunan angka morbiditas dari tahun 2012 yang sebesar 411/1.000 penduduk menjadi 214/1.000 penduduk pada tahun 2013. Rahmitasari (2012) mengatakan, penyebab kejadian diare adalah asupan gizi yang diberikan ibu kepada bayi mereka, bayi yang diberikan ASI eksklusif akan lebih sehat dan jarang sakit daripada bayi yang tidak diberikan ASI eksklusif, karena di dalam ASI terdapat kolostrum yang berfungsi sebagai 3

kekebalan tubuh bayi. Kolostrum ini akan berfungsi melindungi bayi dari penyakit diare. Profil Kesehatan Kabupaten Ngawi angka kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan yang disebabkan karena kurangnya pemberian ASI eksklusif mengalami peningkatan dari tahun 2014-2016, pada tahun 2014 sebanyak 6.613 kejadian diare, pada tahun 2015 sebanyak 7.948 dan pada tahun 2016 sebanyak 9.343 angka kejadian diare pada bayi. 118 116 114 112 110 108 106 104 102 100 2014 2015 2016 Tabel 1.1 Angka Pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Walikukun. Sedangkan angka kejadian diare yang disebabkan karena rendahnya pemberian ASI eksklusif mengalami peningkatan dari tahun 2014-2016. Pada tahun 2014 sebanyak 1.226 kejadian diare, tahun 2015 sebanyak 1.481 dan mengalami peningkatan di tahun 2016 sebanyak 1.690 kejadian diare pada bayi. Berdasarkan studi pendahuluan yang peneliti lakukan di Puskesmas Walikukun, pada tahun 2016 bayi yang tidak diberikan ASI secara eksklusif sebanyak 82 dari 102 bayi, dan semua pernah mengalami diare 4-5 kali dalam sebulan. Berdasarkan hasil survey yang peneliti lakukan di Puskesmas Walikukun pada tanggal 20 Maret 2017 dengan 10 ibu yang mempunyai bayi usia 0-6 bulan, bayi yang diberikan ASI eksklusif hanya 4 orang bayi, 6 bayi tidak diberikan ASI eksklusif dan mereka pernah mengalami diare 4 kali dalam sebulan, karena mereka sudah diberikan makanan serta cairan tambahan 4

lainnya seperti air putih, madu, buah-buahan, dan susu formula. Sedangkan 4 bayi yang diberikan ASI secara eksklusif mereka tidak pernah mengalami diare. Hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada bidan serta perawat yang berjaga di ruang KIA, mengatakan bahwa bayi usia 0-6 bulan banyak yang sudah tidak diberikan ASI secara eksklusif lagi, serta angka kejadian diare yang disebabkan karena tidak diberikan ASI eksklusif sangat tinggi. Kebanyakan ibu-ibu muda sudah memberikan makanan serta cairan tambahan kepada bayi mereka, seperti air putih, madu, buah-buahan, dan susu formula. Berdasarkan data diperoleh bahwa di Puskesmas Walikukun Kabupaten Ngawi angka kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan mengalami peningkatan setiap tahunnya, dan dari pihak Puskesmas sudah pernah ditangani dengan pemberian obat Oralit, Zinc dan RL (Ringer Laktat), tetapi kurangnya sosialisasi pendidikan kesehatan tentang manfaat pemberian ASI secara eksklusif serta kerugiannya jika tidak diberikan ASI secara eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan. Hal ini yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian tentang hubungan pemberian ASI eksklusif dengan angka kejadian diare akut pada bayi usia 0-6 bulan di Puskesmas Walikukun Kabupaten Ngawi. B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan tersebut, dapat dirumuskan masalah Apakah ada hubungan pemberian ASI eksklusif dengan angka kejadian diare akut pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Walikukun Kabupaten Ngawi? C. TUJUAN PENELITIAN 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui Hubungan pemberian ASI eksklusif dengan angka kejadian diare akut pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Walikukun Kabupaten Ngawi. 5

2. Tujuan khusus a. Mengetahui presentase bayi yang diberikan ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Walikukun Kabupaten Ngawi. b. Mengetahui angka kejadian diare akut pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Walikukun Kabupaten Ngawi. c. Mengidentifikasi hubungan pemberian ASI eksklusif dengan angka kejadian diare akut pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Walikukun Kabupaten Ngawi. D. MANFAAN PENELITIAN Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah: 1. Bagi Puskesmas Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan untuk program memberikan pendidikan kesehatan tentang ASI eksklusif pada bayi. 2. Bagi Pembaca Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat untuk pembaca, khususnya dalam meningkatkan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan mengenai pemberian ASI eksklusif dengan kejadian diare akut pada bayi. 3. Bagi Masyarakat Penelitian ini dapat digunakan sebagai upaya preventif sehingga orang tua memberikan ASI secara eksklusif pada bayi mereka. 4. Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi bagi peneliti lain untuk mengadakan penelitian lebih lanjut tentang pemberian ASI secara eksklusif dengan angka kejadian diare akut pada bayi. 6

E. Keaslian penelitian 1. Resky dan Wesiana (2014) penelitiran dengan judul ASI Eksklusif Berpengaruh Pada Tingkat Kekebalan Tubuh Pada Bayi Usia 6-12 Bulan Di Sidoarjo. Jenis penelitian yang digunakan yaitu Analitik Observasional dengan rancangan cross sectional. Teknik pengumpulan sample menggunakan simple random sampling dengan jumlah responden 25 orang. Metode pengumpulan data menggunakan kuisioner dengan analisis data menggunakan uji Chi-Square. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pemberian ASI eksklusif dengan tingkat kekebalan tubuh pada bayi usia 6-12 bulan di Posyandu desa Janti Sidoarjo. Hasil penelitian Bayi sebagian besar tidak diberikan ASI eksklusif sebesar 14 (56%) bayi. Tingkat kekebalan tubuh bayi sebagian besar adalah buruk 15 (60%). Terdapat hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan tingkat kekebalan tubuh bayi usia 6-12 bulan di Posyandu Desa Janti Kecamatan Tarik Kabupaten Sidoarjo. P = 0.000 < α = 0,05 yang menunjukan faktor yang paling dominan yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif dengan tingkat kekebalan tubuh bayi usia 6-12 bulan. Perbedaan dengan penelitian saya adalah tingkat kekebalan tubuh pada bayi dan jumlah responden. Persamaan dengan penelitian saya adalah samasama meneliti tentang pemberian ASI eksklusif pada bayi. 2. Arini (2012) penelitian dengan judul Hubungan Pola Pemberian ASI dengan Frekuensi Kejadian Diare dan ISPA Pada Anak. Jenis penelitian ini adalah Analitik observasional dengan rancangan cross-sectional. Populasi penelitian ini yaitu ibu yang mempunyai anak usia 6-12 bulan di Puskesmas Balongpanggang Gresik yang berjumlah 153 responden, menggunakan Stratified random sampling dan analisis data menggunakan uji statistik regresi logistik ganda. Tujuan penelitian tersebut adalah untuk menganalisis hubungan antara pola pemberian ASI dengan frekuensi kejadian diare dan ISPA pada anak. Hasil penelitian memperlihatkan proporsi responden dalam pola pemberian ASI yang paling besar secara parsial (36,6%), secara 7

eksklusif (24,2%), tidak diberikan ASI (20,9%), secara predominan (18,3%), anak sering mengalami diare (39,9%), tidak pernah (32%), jarang (28,1%). Hasil analisis data menggunakan uji statistik regresi logistik ganda diperoleh nilai p = 0,05. Simpulan Frekuensi kejadian diare dan ISPA pada anak 6-12 bulan semakin sering terjadi pada anak yang tidak diberikan ASI, pemberian ASI secara parsial ataupun secara predominan. Ibu dapat melakukan manajemen laktasi dan bagi sesama ibu menyususi saling berbagi pengalaman, bertukar informasi, memberi semangat dan dukungan seputar kegiatan menyusui dan pemberian ASI, agar ASI eksklusif berhasil diberikan kepada bayi selama 6 bulan pertama, dan ASI diteruskan hingga anak berusia 2 tahun atau lebih, tidak kalah pentingnya adalah peran pemerintah agar senantiasa Mensosialisasikan keunggulan ASI kepada masyarakat serta mensosialisasikan UU kesehatan yang terkait dengan pemberian ASI yang didukung juga dengan peraturan pemerintah serta bentuk sanksi yang akan diberikan. penelitian ini ada pengaruh penyuluhan terhadap sikap ibu dalam memberikan toilet training pada anak usia balita. Perbedaan dengan penelitian saya adalah pada variabel bebas yaitu kejadian ISPA pada anak usia 6-12 bulan dan jumlah responden. Persamaan dengan penelitian saya yaitu sama-sama tentang hubungan pemberian ASI eksklusif dengan frekuensi diare pada anak. 3. Puput dan Victoria (2011) penelitian dengan judul Perilaku Pemberian ASI terhadap Frekuensi Diare Pada Anak Usia 6-24 Bulan di Ruang Anak Rumah Sakit Baptis Kediri Jenis penelitian adalah penelitian Analitik korelasional dengan pendekatan cross sectional, jumlah sample pada penelitian ini sebanyak 38 responden. Teknik sampling menggunakan teknik Total Sampling. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pemberian ASI terhadap frekuensi diare pada anak usia 6-24 bulan. Hasil penelitian ini didapatkan data uji statistik Pearson yang didasarkan taraf kemaknaan yang ditetapkan (α 0,05 ) didapatkan p = 0,000 dimana p < α, jadi ada hubungan pemberian ASI dengan episode diare pada 8

anak usia 6-24 bulan di ruang anak Rumah Sakit Baptis Kediri. Perbedaan dengan penelitian saya adalah terletak pada jenis penelitian dan jumlah responden. Persamaan dengan penelitian saya adalah sama-sama meneliti tentang pemberian ASI dan kejadian Diare pada anak. 9