Lathifah Isna Hayati 2, Retno Mawarti 3 INTISARI

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PENGHASILAN IBU MENYUSUI DENGAN KETEPATAN WAKTU PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI)

HUBUNGAN USIA PENYAPIHAN DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DUKUH PUNDONG SRIHARDONO BANTUL YOGYAKARTA TAHUN INTISARI

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN IBU PRIMIGRAVIDA DENGAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI UMUR 6-12 BULAN DI BPM KUSNI SRI MAWARTI DESA TERONG II KEC.

HUBUNGAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MP-ASI DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA BULAN DI DESA TAMANMARTANI KALASAN SLEMAN YOGYAKARTA

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DENGAN PERILAKU PEMBERIAN ASI DI PUSKESMAS NGUTER

Nisa khoiriah INTISARI

PENGARUH PELATIHAN PEMBERIAN MAKAN PADA BAYI DAN ANAK TERHADAP PENGETAHUAN KADER DI WILAYAH PUSKESMAS KLATEN TENGAH KABUPATEN KLATEN

HUBUNGAN PERSEPSI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF PADA IBU BEKERJA DI KELURAHAN WIROGUNAN KOTA YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Inisiasi Menyusu Dini di BPS Hj. Umah Kec. Cidadap Kel. Ciumbuleuit Kota Bandung

Yeni Yuniarti 2, Suesti 3 INTISARI

EFEKTIFITAS PERAN KELOMPOK PENDUKUNG IBU TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI 0-6 BULAN DI PUSKESMAS PANDAK I BANTUL YOGYAKARTA 2011

HUBUNGAN PELATIHAN PEMBERIAN MAKANAN PADA BAYI DAN ANAK (PMBA) DENGAN KETERAMPILAN KONSELING PADA BIDAN DI WILAYAH KAWEDANAN PEDAN TAHUN 2014

Rina Harwati Wahyuningsih Akademi Kebidanan Giri Satria Husada Wonogiri ABSTRAK

DUKUNGAN SOSIAL SUAMI DENGAN MOTIVASI IBU USIA MUDA DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) DINI DENGAN KEJADIAN KONSTIPASI PADA BAYI DIBAWAH UMUR 6 BULAN

HUBUNGAN POLA MAKAN IBU MENYUSUI DENGAN STATUS GIZI BAYI UMUR 0-6 BULAN DI BPS ATIK PUJIATI SUTARTO SLEMAN TAHUN 2009

Volume 3 No. 1 Maret 2012 ISSN :

Disusun Oleh: Wiwiningsih

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BERSALIN DENGAN INISIASI MENYUSU DINI DI BIDAN PRAKTEK SWASTA BENIS JAYANTO NGENTAK KUJON CEPER KLATEN. Wahyuningsih ABSTRAK

HUBUNGAN KETERTARIKAN IKLAN SUSU FORMULA DENGAN PEMBERIAN ASI EKKSLUSIF DI POSYANDU DESA KEMUDO PRAMBANAN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian multi-center yang dilakukan UNICEF menunjukkan bahwa MP-

BAB I. A. Latar Belakang. Dalam Al-Qur an terkandung segala bentuk tata kehidupan, mulai dari. Qur an surat Al- Baqarah dan surat Yunus yang artinya :

BAB I PENDAHULUAN. dilanjutkan dengan makanan pendamping sampai usia 2 tahun. American

BAB 5 HASIL PENELITIAN. 5.1 Gambaran Umum Pemberian ASI Eksklusif Di Indonesia

TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG KEKURANGAN ENERGI KRONIK (KEK) DI PUSKESMAS KEDUNG MUNDU KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG

PERBEDAAN PERKEMBANGAN MOTORIK BAYI USIA 0-6 BULAN ANTARA YANG DIBERI ASI DENGAN YANG DIBERI PASI DI DESA GLAGAH JATINOM KLATEN

Kata Kunci : Pengetahuan, Pemberian ASI, ASI Eksklusif.

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR BALITA DI KELURAHAN BRONTOKUSUMAN KECAMATAN MERGANGSAN YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. terbaik yang bersifat alamiah. Menurut World Health Organization (WHO),

BAB I PENDAHULUAN. digantikan oleh apapun juga. Pemberian ASI ikut memegang peranan dalam

MENARA Ilmu Vol. X Jilid 2 No.70 September 2016

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan ibu tentang kebutuhan gizi yang diberikan pada bayi sangat

Nurul Auliya Kamila 2, Evi Nurhidayati 3

ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI PADA BAYI USIA 6-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BINTUHAN KABUPATEN KAUR

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU KESEHATAN GIGI DAN MULUT IBU HAMIL DI PUSKESMAS MANTRIJERON

HUBUNGAN PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI) EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI UMUR 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GADANG HANYAR

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian balita dalam kurun waktu 1990 hingga 2015 (WHO, 2015).

KARAKTERISTIK MEMPENGARUHI KEGAGALAN IBU NIFAS DALAM PEMBERIAN COLOSTRUM PADA BAYI BARU LAHIR 0-3 HARI DI RB MULIA KASIH BOYOLALI

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA HARJOBINANGUN PURWOREJO GITA APRILIA ABSTRAK

Dinamika Kesehatan Vol.6 No. 1 Juli 2015 Rahayu et al.,persalinan Tindakan...

BAB I PENDAHULUAN. pada berbagai bidang, diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Dukungan Suami dengan Kemauan Ibu Hamil dalam Pemberian ASI Eksklusif 62

PENGARUH PENYULUHAN MP ASI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN IBU DALAM PEMBERIAN MP ASI DI PUSKESMAS SAMIGALUH I

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DENGAN PERILAKU PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS DEPOK I SLEMAN YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan zat gizi bagi bayi sampai usia dua tahun merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEGAGALAN IBU NIFAS DALAM PEMBERIAN COLOSTRUM PADA BAYI BARU LAHIR 0-3 HARI DI RUMAH BERSALIN MULIA KASIH BOYOLALI

Lina Afiyanti 2, Retno Mawarti 3 INTISARI

PENGARUH IMPLEMENTASI 10 LANGKAH MENUJU KEBERHASILAN MENYUSUI TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DALAM PEMBERIAN ASI PADA BAYI USIA 0-3 BULAN

TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KELUARGA SADAR GIZI DI DESA SILEBO-LEBO KECAMATAN KUTALIMBARU KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu, ASI juga dapat melindungi kesehatan Ibu mengurangi

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TRIMESTER I TENTANG ANTENATAL CARE DIPUSKESMAS JEPON KABUPATEN BLORA. Oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan dapat

Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Ibu Hamil tentang Pemanfaatan Kelas Ibu Hamil di Desa Nagrak Kecamatan Cianjur Kabupaten Cianjur

PERBEDAAN STATUS GIZI USIA 0-6 BULAN BAYI YANG DIBERI ASI EKSKLUSIF DAN TIDAK EKSKLUSIF DI BPS SURATNI BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN KEBIASAAN MENYUSUI DENGAN STATUS GIZI BAYI USIA 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WIRADESA KABUPATEN PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. tujuan tersebut yaitu dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI) sampai bayi

Kata kunci : pengetahuan, sikap ibu hamil, pemilihan penolong persalinan.

GAMBARAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU IBU MENYUSUI DALAM PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DI SURADADI TAHUN

Bab 5. Dasar Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PENERAPAN TEKNIK MENYUSUI YANG BENAR DENGAN KEBERHASILAN ASI EKSKLUSIF

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab tingginya angka kematian ibu terutama disebabkan karena faktor

PENGARUH INISIASI MENYUSU DINI TERHADAP WAKTU PENGELUARAN ASI PADA IBU POST PARTUM

HUBUNGAN FAKTOR BUDAYA DENGAN KEBERHASILAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA ANAK USIA 7-36 BULAN DI POSYANDU BINA PUTRA TIRTO TRIHARJO PANDAK BANTUL

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 1, April 2014 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. menyelamatkan kehidupan seorang anak, tetapi kurang dari setengah anak di

Suci Trisnawaty Djunu, Dian Saraswati, Vik Salamanja 1 Jurusan S1 Keperawatan Universitas Negeri Gorontalo

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: Kartika Dewi Ayusti

BAB 1 : PENDAHULUAN. sedini mungkin, bahkan sejak masih dalam kandungan. Usaha untuk mencapai

Sri Wahyuni, Endang Wahyuningsih ABSTRAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) PADA BAYI DI PUSKESMAS BITUNG BARAT KOTA BITUNG.

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

SURYA 51 VOL 2, NO.3, AGUSTUS 2009

HUBUNGAN UPAYA IBU DALAM PEMENUHAN ASUPAN GIZI DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DUKUH PUNDONG SRIHARDONO BANTUL YOGYAKARTA TAHUN INTISARI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG ASI EKSKLUSIF TERHADAP PEMBERIAN PASI PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI BPS NY. DIYAH SIDOHARJO SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. obstetrik dan ginekologi di suatu wilayah adalah dengan melihat Angka

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMERIKSAAN KEHAMILAN TRIMESTER I DENGAN KUNJUNGAN K1 MURNI DI BPS HANIK SURABAYA

Dinamika Kebidanan vol. 2 no. 1. Januari 2012

Program Studi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta. Program Studi S-1 STIKes Kusuma Husada Surakarta

HUBUNGAN PHBS TATANAN RUMAH TANGGA DENGAN KEJADIAN ISPA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TEMON II KULON PROGO TAHUN 2012

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN UPAYA KEPATUHAN PEMBERIAN VITAMIN A PADA BALITA DI PUSKESMAS WIROBRAJAN YOGYAKARTA TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH PERILAKU IBU DALAM MEMBERIKAN MAKANAN PENDAMPING ASI TERHADAP STATUS GIZI BAYI USIA 7-12 BULAN. Kolifah *), Rizka Silvia Listyanti

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satunya yaitu melalui promosi pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN. United Nations International Children s Emergency Fund (UNICEF)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menyusui akan menjamin bayi tetap sehat dan memulai. kehidupannya dengan cara yang paling sehat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masyarakat pekerja mempunyai peranan & kedudukan yang sangat

HUBUNGAN FAKTOR- FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN TINGKAT KEBERHASILAN DALAM MEMBERIKAN KONSELING PADA PELAYANAN KEBIDANAN DI PUSKESMAS WILAYAH SLEMAN

BAB 1 PENDAHULUAN. keberlangsungan bangsa, sebagai generasi penerus bangsa anak harus dipersiapkan

Trisna Ebtanastuti 2, Anjarwati 3 INTISARI

DUKUNGAN SUAMI TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA KORIPAN KECAMATAN SUSUKAN

PENGARUH PEMBERIAN KONSELING TERHADAP PENGETAHUAN DAN MINAT PENGGUNA KONTRASEPSI MAL DI PONET GROBOGAN GROBOGAN JAWA TENGAH

HUBUNGAN ANTARA SIKAP BIDAN DAN DUKUNGAN KADER TERHADAP PERILAKU BIDAN DALAM PEMBERIAN VITAMIN A IBU NIFAS DI WILAYAH PUSKESMAS KABUPATEN KLATEN

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI MENGGUNAKAN DOT DENGAN KEBERHASILAN ASI EKSLUSIF PADA IBU MENYUSUI DI POSYANDU WILAYAH PUSKESMASDANUREJAN I YOGYAKARTA

1

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG KERUGIAN SUSU FORMULA DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI BPS MEI MUHARTATI YOGYAKARTA TAHUN 2009

Transkripsi:

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI DENGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DINI PADA BAYI 1-6 BULAN DI POSYANDU MELATI I PLOTENGAN TEMPEL SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN 2009 1 Lathifah Isna Hayati 2, Retno Mawarti 3 INTISARI Pemberian makanan pendamping ASI dini berdampak bagi tumbuh kembang anak karena asupan makanan tidak sesuai dengan kebutuhan nutrisi sesuai usia bayi. Sehingga berdampak pada meningkatnya angka kematian bayi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang ASI dengan pemberian makanan pendamping ASI dini. Metode yang digunakan adalah survei analitik dengan pendekatan waktu cross sectional. Sampel yang digunakan sejumlah 35 ibu menyusui yang mempunyai bayi 1-6 bulan. Alat pengumpul data menggunakan kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya serta analisis data mengunakan uji statistik non parametrik kendall tau. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden mempunyai tingkat pengetahuan tinggi dengan pemberian makanan pendamping ASI dini baik sejumlah 17 responden (48,6%) dan paling sedikit adalah responden dengan tingkat pengetahuan rendah dengan pemberian makanan pendamping ASI dini kurang yaitu 1 responden (2,9%). Hasil uji statistik dari nilai p yaitu 0,011 dengan taraf kesalahan 5% menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang ASI dengan pemberian MP-ASI dini. Tingkat pengetahuan ibu tentang ASI tergolong tinggi, pemberian MP-ASI dini sudah baik dan ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang ASI dengan pemberian MP-ASI dini. Saran bagi profesi yaitu dapat memberikan pemahaman kepada ibu-ibu menyusui, keluarga dan masyarakat tentang ASI sejak ibu dalam masa kehamilan dengan ANC secara terfokus dan komprehensif dengan melibatkan suami dan keluarga klien. Kata kunci : Pengetahuan ASI, MP ASI dini 1 Judul Karya Tulis Ilmiah 2 Mahasiswa D III Prodi Kebidanan STIKes Aisyiyah Yogyakarta 3 Dosen STIKes Aisyiyah Yogyakarta

PENDAHULUAN ASI adalah makanan berstandar emas yang tak bisa dibandingkan dengan susu formula atau makanan buatan apapun. ASI sangat bermanfaat bagi bayi sehingga pemberian ASI sangat dianjurkan, terlebih saat 4-6 bulan pertama yang dilanjutkan sampai usia dua tahun (Huliana, 2003). Realita pemberian ASI di masyarakat yaitu masih banyak ibu yang memberikan makanan selain ASI sebelum umur bayi mampu untuk menerima makanan lain. Pemberian makanan selain ASI akan mengurangi keinginan bayi untuk menyusu sehingga frekuensi dan kekuatan bayi menyusu berkurang akibat produksi ASI berkurang (Huliana, 2003) Dari hasil survei demografi kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002-2003, bayi yang diberi ASI sampai 4 bulan sebanyak 55,1%. Sedangkan bayi yang diberi ASI sampai 6 bulan sebanyak 39,5% (Kompas, 2008). Pada tahun 2006, Unicef menyatakan sebanyak 30.000 kematian bayi di Indonesia dan 10 juta kematian anak balita di dunia pada tiap tahunnya, bisa dicegah melalui pemberian ASI (Air susu Ibu) secara eksklusif selama 6 bulan sejak tanggal kelahirannya, tanpa harus memberikan makanan serta minuman tambahan kepada bayi (Gatra, 2008). Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2004 mengeluarkan kode etik yang mengatur agar bayi wajib diberi ASI sampai usia minimum 6 bulan. Pemberian ASI dilanjutkan hingga usia bayi 2 tahun dengan dilengkapi makanan tambahan (Wed, 2008). Pemerintah Indonesia juga mengeluarkan keputusan baru Menkes sebagai penerapan kode etik WHO tahun 2004. Keputusan tersebut dicantumkan soal pemberian ASI eksklusif (permenkes nomor 450/Menkes/SK/IV/2004). Data yang terpapar pada Profil Kesehatan Propinsi DIY tahun 2005, tercatat bahwa cakupan bayi yang mendapat ASI sampai 6 bulan penuh pada tahun 2004 adalah 27,30%, angka ini masih belum mencapai target SPM (40%). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pemberian ASI sampai 6 bulan tidak maksimal, dapat disebabkan bayi sudah diberi makanan selain ASI, baik susu formula maupun Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) yang terlalu dini. Kabupaten Sleman merupakan kabupaten di wilayah Propinsi DIY yang mempunyai prosentase pemberian ASI masih di bawah standar target pada tahun 2007, yaitu sebesar 30,56%. Walaupun menduduki peringkat tertinggi kedua setelah kabupaten/ kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman masih perlu diperhatikan angka pemberian Makanan Pendamping ASI mengingat penduduk paling besar di antara kabupaten di Propinsi DIY adalah Kabupaten Sleman. Salah satu Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) di Kabupaten Sleman yang aktif dalam menggalakkan pentingnya ASI 1-6 bulan adalah Puskesmas Tempel II. Data pada Profil Kesehatan Sleman pada tahun 2007 menyebutkan angka pemberian ASI sampai 6 bulan sebesar 41,70% dan menduduki peringkat ke-8 dari 17 Puskesmas di Kabupaten Sleman. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Posyandu Melati I, Plotengan, Tempel, Sleman, Yogyakarta didapatkan jumlah ibu yang sudah memberikan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) sebelum bayi berumur 6 bulan

adalah sejumlah 9 ibu dari 71 ibu yang menimbangkan anaknya di Posyandu Melati I Plotengan (12,6%). Bidan mempunyai tugas penting dalam konseling dan pendidikan kesehatan, tidak hanya kepada perempuan, tetapi juga pada keluarga dan masyarakat. Kegiatan ini harus mencakup pendidikan antenatal dan persiapan menjadi orang tua serta dapat meluas pada kesehatan perempuan, kesehatan seksual atau kesehatan reproduksi dan asuhan anak (MenKes: 2007). Sesuai Kep. Men. Kes RI Nomor 369/MENKES/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Bidan dalam Kompetensi ke-7, bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi komperhensif pada bayi dan balita sehat 1 bulan- 5 tahun. Pendapat umum menyatakan bahwa adanya pengetahuan yang cukup akan memotivasi individu untuk berperilaku sehat (Emilia, 2008: 31). Tingkat pengetahuan yang cukup tentang ASI akan memotivasi seseorang untuk memberikan makanan pendamping ASI sesuai dengan anjuran yang diberikan, sehingga tidak ada bayi yang diberikan MP-ASI sebelum umur 6 bulan. Namun dalam kenyataannya masih ada ibu menyusui yang memberikan MP-ASI dini. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang ASI dengan pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) dini pada bayi 1-6 bulan di Posyandu Melati I, Plotengan, Tempel, Sleman, Yogyakarta tahun 2009. Tujuan penelitian ini yaitu diketahuinya hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang ASI dengan pemberian MP-ASI dini pada bayi 1-6 bulan di Posyandu Melati I Plotengan Tempel Sleman Yogyakarta tahun 2009 yang meliputi umur, status pekerjaan, tingkat pendidikan, dan alasan ibu memnyusui memberikan MP- ASI dini METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode survei, yaitu dengan metode yang pengamatannya dilaksanakan secara langsung dengan mengambil sampel dari satu populasi dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data untuk penelitian. Sedangkan metode pendekatan waktu yang digunakan adalah dengan pendekatan cross sectional yaitu dengan mengumpulkan variabel-variabel yang diteliti secara hampir bersamaan dan simultan, dengan tujuan agar diperoleh data yang lengkap dalam waktu yang relatif cepat sehingga data tersebut langsung dapat diolah sehingga diketahui hubungan antar variabel-variabel. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu-ibu dari balita yang menimbangkan berat badannya di Posyandu Melati I, Plotengan, Tempel, Sleman tahun 2009. Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang diambil oleh populasi tersebut. Untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian maka dapat ditentukan dengan teknik sampling. Teknik sampling dari penelitian ini adalah dengan sampling jenuh yaitu pengambilan sampel dengan semua anggota populasi digunakan sebagai sampel, tetapi tidak semua anggota populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel. Sehingga dalam penelitian ini terdapat kriteria terpilih menjadi sampel yaitu: mau menjadi responden dalam penelitian ini, ibu yang sedang menyusui, bati berumur

1-6 6 bulan, ibu berpendidikan minimal SLTP, tidak mempunyai kontraindikasi medis untuk menyusui seperti ibu dengan HIV/AIDS (+), TBC aktif, ataupun menderita Ca mammae. Sehingga didapatkan sampel sejumlah 35 sa sampel. mpel. Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah lembar kuesioner pengetahuan ibu tentang ASI dan pemberian makanan pendamping ASI dini. Setelah data terkumpul melalui kuesioner, maka akan dilakukan pengolahan data yang dilaku dilakukan kan secara manual dan komputerisasi. komputerisasi Pada variabel tingkat pengetahuan tentang ASI, diberikan kode 1 untuk jawaban benar dan kode 0 untuk jawaban yang salah, lalu dijumlahkan skor masing-masing masing responden dan dibuat prosentase. Sehingga didapatkan kategori tingkat pengetahuan responden. Tingkat pengetahuan tinggi diberi kode 2, tingkat pengetahuan sedang diberi kode 1, dan kategori rendah diberi kode 0. Pada variabel pemberian makanan pendamping ASI dini, diberi kode 2 untuk pemberian MP-ASI ASI dini baik, kode 1 untuk kategori cukup dan kode 0 untuk kategori kurang. Analisa data untuk menguji hipotesis asosiasi dilakukan dengan menggunakan uji korelasi kendall tau yaitu untuk mencari hubungan dan menguji hipotesis antara dua variabel atau lebih yang datanya berbentuk ordinal atau rangking. Untuk membuat keputusan tentang hipotesis diterima atau ditolak, maka dalam hal ini berlaku ketentuan bila z hitung lebih kecil dari z tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak, berarti tidak ada hubungan antara kedua variabel. Jika z hitung lebih besar dari z tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima, maka terdapat hubungan antara kedua variabel. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden onden Dalam penelitian ini terdapat 35 responden yang memenuhi kriteria untuk dilakukan penelitian. Karakteristik responden yang diteliti meliputi umur, pendidikan, dan pekerjaan. Karakteristik responden secara rinci dapat dilihat pada diagram pie sebagai berikut: 36-40 thn;5 4% 31 31-35 thn;14 45% 20-25 thn;7 22% 26-30 thn;9 29% Gambar 1. Diagram Pie Karakteristik Responden Berdasarkan Umur di Posyandu Melati I Plotengan Tempel Sleman

PT; 2; 6% SLTP; 12; 34% SLTA; 21; 60% Gambar 2. Diagram Pie Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan di Posyandu Melati I Plotengan Tempel Sleman Tani; 1; 3% Swasta;8 ; 5% Tidak Bekerja; 25; 89% Buruh; 1; 3% Gambar 3. Diagram Pie Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan di Posyandu Melati I Plotengan Tempel Sleman

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang ASI dengan Pemberian Makanan Pendamping ASI Dini pada Bayi 1-6 Bulan di Posyandu Melati I Plotengan Tempel Sleman Yogyakarta Tahun 2009 Tabel 1. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang ASI dengan Pemberian Makanan Pendamping ASI Dini pada Bayi 1-6 Bulan di Posyandu Melati I Plotengan Tempel Sleman Yogyakarta Tahun 2009 Pemberian MP- ASI Dini Baik Cukup Kurang Total F % f % f % f % Tk. Pengetahuan Tinggi 17 48,6 5 14,3 2 5,7 24 68,6 Sedang 2 5,7 3 8,6 2 5,7 7 20 Rendah 1 2,9 2 5,7 1 2,9 4 11,4 Total 20 57,1 10 28,6 5 14,3 35 100 Sumber: Data Primer 2009 Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh hasil bahwa dari 35 responden mempunyai tingkat pengetahuan paling banyak adalah tingkat pengetahuan tinggi yaitu 24 responden (68,6%). Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Pendidikan yang lebih tinggi disini maksudnya adalah semakin tinggi jenjang pendidikannya maka pengetahuan semakin tinggi pula. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan SLTA yaitu 21 orang (60%) lebih banyak daripada tingkat pendidikan SLTP yaitu 12 orang (34%). Pendidikan dapat berpengaruh terhadap pemahaman dan pengetahuan. Hal ini sejalan dengan Winkel, 1996 cit. Rokhanawati (2005) menjelaskan bahwa seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan lebih mudah menerima, memberikan dan mampu memahami pesan/ informasi daripada yang berpendidikan rendah. Selain itu, status pekerjaan juga mempengaruhi tingkat pengetahuan ibu menyusui. Dari hasil penelitian, sebagian besar ibu menyusui tidak bekerja (ibu rumah tangga) yaitu sejumlah 25 responden (89%). Hal ini menunjukkan bahwa ibu mampu memberikan ASI lebih efektif karena ibu selalu bersama bayi. Bekerja disini maksudnya adalah seorang ibu keluar rumah selama 8 jam atau lebih yang dapat menghasilkan uang. Ibu yang bekerja cenderung tidak dapat memberikan ASI hingga 6 bulan penuh. Hal ini sejalan dengan pendapat Perinasia (2004) bahwa seringkali alasan pekerjaan membuat seorang ibu berhenti menyusui. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden telah memberikan makanan pendamping ASI dini secara baik yaitu 20 responden (57%). Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor ibu yang tidak bekerja. Hasil penelitian menunjukkan ibu yang tidak bekerja sejumlah 25 orang (85%). Ibu tidak bekerja menyebabkan ibu mampu memberikan MP-ASI saat bayi telah berumur antara 5-6 bulan. Hal ini sejalan dengan penelitian Rusiwati (2007) bahwa pekerjaan menjadi sebuah kendala yang menyebabkan ibu tidak memberikan ASI eksklusif dan memberikan MP-ASI secara dini. Pendapat yang

sama juga dikemukakan oleh Baskoro (2008) bahwa ibu bekerja merupakan penyebab bayi tidak diberi ASI selama 6 bulan. Selain faktor pekerjaan, pemberian MP-ASI secara baik dapat dipengaruhi dari status sosial ekonomi responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 10 dari ibu dengan pemberian MP-ASI baik (50%) beralasan bahwa ASI masih cukup. Hal ini dapat dilihat bahwa asupan nutrisi untuk ibu menyusui sudah baik karena ibu mampu memenuhi kebutuhan nutrisinya sehingga ASI lancar dan ibu tidak perlu memberikan makanan pendamping ASI. Hal ini sejalan dengan pendapat Notoatmodjo (2003) bahwa sosial ekonomi berhubungan dengan kesempatan memperoleh fasilitas dan media informasi. Hasil penelitian yang menunjukkan pemberian MP-ASI dini kurang yaitu 5 responden (14%). Hal tersebut dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan yang rendah. Responden yang dikendalikan yaitu tingkat pendidikan minimal SLTP, karena tingkat pendidikan rendah maka tingkat pengetahuan juga rendah. Oleh karena itu, bayi diberi makanan pendamping ASI yang dapat berupa makanan berbentuk lunak atau setengah cair atau lembik sesuai dengan kondisi bayi/ anak (Depkes RI, 2003: 36). Berdasarkan uji statistik non parametrik menggunakan uji kendall tau dengan taraf kesalahan 5% didapatkan nilai t = 0,407, terletak di antara -1 < t < 1, dengan demikian hasil tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang ASI dengan pemberian MP-ASI dini, dalam hitungan persentase hubungan tersebut sebesar 40,7% sehingga variabel tingkat pengetahuan ibu tentang ASI dengan pemberian MP-ASI dini sebesar 40,7% sedangkan sisanya sebesar 59,3% disebabkan oleh variabel lain diantaranya adalah variabel pengganggu yang tidak diteliti seperti tingkat pendidikan, status pekerjaan dan sosial ekonomi. Adanya hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang ASI dengan pemberian MP-ASI dini, sejalan dengan penelitian Nurhaeni (2007) dengan judul: Hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dengan perilaku pemberian makanan tambahan pada bayi secara dini di Puskesmas Jetis Yogyakarta tahun 2007. Metode penelitian yang digunakan adalah metode noneksperimen dan pendekatan waktu cross sectional yang menggunakan purposive sampel, uji statistik dengan Spearman Rank dengan hasil adanya hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku pemberian makanan tambahan. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa tingkat pengetahuan ibu tentang ASI di Posyandu Melati I Plotengan Tempel Sleman Yogyakarta pada tahun 2009 termasuk kategori tinggi yaitu 24 responden (68,6%), pemberian MP-ASI dini pada bayi 1-6 bulan di Posyandu Melati I Plotengan Tempel Sleman Yogyakarta pada tahun 2009 termasuk kategori baik yaitu diberikan pada umur 5-6 bulan sejumlah 20 responden (57,1%), dan ada hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang ASI dengan pemberian makanan pendamping ASI dini pada bayi 1-6 bulan di Posyandu Melati I Plotengan Tempel Sleman Yogyakarta tahun 2009, yaitu sebesar 40,7%.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka disarankan beberapa hal sebagai berikut: Pertama, bagi bidan desa wilayah kerja Puskesmas Tempel II Bidan dapat memberikan pemahaman kepada ibu-ibu menyusui, keluarga dan masyarakat bahwa memberikan MP-ASI dini tetap mempunyai pengaruh bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi. Hal ini dapat dilakukan sejak ibu dalam masa kehamilan dengan ANC secara terfokus dan komprehensif dengan melibatkan suami dan keluarga klien. Kedua, bagi kader Posyandu Melati I Plotengan Kader posyandu mampu menjadi motivator ibu-ibu menyusui dalam memberikan nutrisi kepada bayinya secara tepat khususnya pemberian ASI saja selama 6 bulan dan meningkatkan peran suami serta masyarakat untuk mendukung ibu-ibu menyusui memberikan makanan pendamping ASI setelah 6 bulan. Ketiga, bagi ibu menyusui di Posyandu Melati I Plotengan Ibu menyusui mampu menerapkan program menyusui hanya ASI saja selama 6 bulan kemudian ibu dapat memberikan makanan pendamping ASI setelah bayi berumur 6 bulan. Ibu menyusui dapat menangkal tradisi yang ada untuk tidak mengikuti anjuran-anjuran orang lain memberikan makanan pendamping secara dini. DAFTAR PUSTAKA Baskoro, Anton. 2008. ASI Panduan Praktis Ibu Menyusui. Yogyakarta: Banyu Media Departemen Kesehatan RI. 2003. Pedoman Umum Gizi Seimbang (Panduan untuk Petugas). Jakarta: Departemen Kesehatan RI Emilia, Ova. 2008. Promosi Kesehatan Dalam Lingkup Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Cendekia Press Gatra. 7 Oktober 2008. ASI Eksklusif Tekan Angka Kematian Bayi Indonesia. http://www.gatra.com/2006-08-09/artikel.php?id=96911 Huliana, Mellyna. 2003. Perawatan ibu Pasca Melahirkan. Jakarta: Puspa Swara Kompas. 7 Oktober 2008. Upaya Turunkan Angka Kematian Bayi http://www.gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews.cgi?newsid1030587239,19070, Menkes. 29 Desember 2004. Hak-Hak Anak Indonesia Belum Terpenuhi http://www.depkes.go.id/index.php?option=news&task=viewarticle&sid= 09&Itemid=2 Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Nurhaeni. 2007. Hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dengan perilaku pemberian makanan tambahan pada bayi secara dini di Puskesmas Jetis Yogyakarta tahun 2007. Karya Tulis Ilmiah: STIKes Aisyiyah Yogyakarta Perinasia. 2004. Bahan Bacaan Manajemen Laktasi Cetakan ke 2. Jakarta: Program Manajemen Laktasi Perkumpulan Perinatologi Indonesia.

Riwidikdo, Handoko. 2007. Statistik Kesehatan. Yogyakarta: Mitra Cendekia Press Rokhanawati, Dewi. 2005. Hubungan Karakteristik Ibu Bersalin dan Petugas Kesehatan dengan Praktek Menyusui Dini di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, vol.2, No.1. Juni 2006: STIKes Aisyiyah Yogyakarta. Rusiwati. 2007. Hubungan tingkat pengetahuan ibu menyusui tentang ASI eksklusif dengan pemberian makanan pendamping ASI dini di Posyandu Banjaroya, Kalibawang, Kulon Progo. Karya Tulis Ilmiah: STIKes Aisyiyah Yogyakarta Wed. 9 Oktober 2008. SDM Mendatang Tergantung ASI Eksklusif. http://www.gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews.cgi?newsid1097723284,32534 Winkel, W.S., 1996, Psikologi Pengajaran, Edisi Revisi. Jakarta: Gramedia Widiasarana