BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sehingga dalam menentukan persediaan perusahan harus selalu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. berkembang pesat. Setiap perusahaan berlomba-lomba untuk menemukan

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesat di indonesia, pengusaha dituntut untuk bekerja dengan lebih efisien

I. PENDAHULUAN. perusahaan jasa boga dan perusahaan pertanian maupun peternakan.

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Kandungan Zat Gizi Komoditas Kedelai. Serat (g) Kedelai Protein (g) Sumber: Prosea 1996 ( Purwono: 2009)

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan karena hal tersebut sangat berpengaruh terhadap laba yang diperoleh

Tabel I.1 Luas Panen dan Jumlah Produksi Singkong Provinsi Jawa Barat Tahun

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan di daerah setempat. Penyediaan lapangan kerja berhubungan erat dengan

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya pendapatan nasional di era globalisasi seperti saat ini

BAB I PENDAHULUAN. beragama islam. Semakin pesatnya perkembangan fashion membuat trend busana

I. PENDAHULUAN. Kedelai (genus Glycine) merupakan jenis tanaman pangan yang tergolong

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong

BAB 1 PENDAHULUAN. Perekonomian di dunia saat ini telah berkembang dengan sangat pesat, dimana

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan semakin ketat. Pada jenis perusahaan manufaktur, hanya perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Persaingan antar perusahaan tidak terbatas hanya secara lokal,

BAB I PENDAHULUAN. yang sering mengalami kemacetan. Awal mula masuknya sepeda ke Indonesia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. dalam perekonomian Indonesia. Masalah kemiskinan, pengangguran, pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari melalui hortikultura. Hortikultura

Prosiding Manajemen ISSN:

I. PENDAHULUAN. dengan efektif dan efisien, maka harus memperhatikan penerapan sistem

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. yang baik dengan cara mengembangkan potensi industri-industri yang ada. Salah

BAB I PENDAHULUAN. sektor perindustrian ini adalah dengan cara mengembangkan industri kecil.

BAB I PENDAHULUAN. antar perusahaan pun merupakan hal yang sangat penting. Karena jika hal hal

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dan pengurangan kemiskinan yang absolut (Todaro, 2000).

I.1 Latar Belakang Kebutuhan primer terbagi menjadi tiga bagian, diantaranya adalah kebutuhan sandang, pangan dan papan. Kebutuhan tersebut tidak

Manajemen Keuangan. Pengelolaan Persediaan. Basharat Ahmad, SE, MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen

I. PENDAHULUAN. karena berpengaruh terhadap eksistensi dan ketahanan hidup setiap manusia,

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian memegang peranan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Gambar 1. Produksi Perikanan Tangkap, Tahun (Ribu Ton) Sumber: BPS Republik Indonesia, Tahun 2010

Katalog BPS

diterangkan oleh variabel lain di luar model. Adjusted R-squared yang bernilai 79,8%

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan peradaban manusia menimbulkan adanya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah dan desentralisasi yang efektif berlaku sejak tahun 2001

BAB 1 PENDAHULUAN. Perubahan tersebut tidak hanya bersifat evolusioner namun seringkali sifatnya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. semakin tinggi, menuntut perusahaan untuk dapat bertindak secara efektif, efesien

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB II TINJAUAN TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN. oleh perusahaan seperti kelebihan atau kekurangan persediaan. Jika

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik material maupun spiritual. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi, persaingan yang terjadi dalam perusahaan semakin

BAB I PENDAHULUAN. Makanan dan minuman merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi. manusia. Kebutuhan ini wajib dipenuhi setiap manusia agar terjaga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tempe merupakan makanan yang terbuat dari biji kedelai atau beberapa

Syukriah, Putri Narisa Lia. Jurusan Teknik Industri, Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe, Indonesia

KATA PENGANTAR. keterampilan para petani dan petugas melalui sekolah lapangan serta pelatihan pemandu (PL I, PL II, PL III).

BAB I PENDAHULUAN. optimal sesuai dengan pertumbuhan perusahaan dalam jangka panjang, sehingga

BAB V KINERJA PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA BARAT

Sumber: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia (2012)

DIPA BADAN URUSAN ADMINISTRASI TAHUN ANGGARAN 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Era globalisasi saat ini membuat persaingan antar produk yang sejenis

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia saat ini ditandai dengan menjamurnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

II TINJAUAN PUSTAKA. Juni 2010] 6 Masalah Gizi, Pengetahuan Masyarakat Semakin Memprihatinkan. [10

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

ARTIKEL ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY EOQ PADA PERUSAHAAN KECAP MURNI JAYA

BAB IV PENUTUP. bermanfaat bagi perusahaan jika perusahaan menerapkan metode EOQ pada

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi belakangan ini menyebabkan persaingan antar

BAB 1 PENDAHULUAN. kegiatan inilah dinamakan proses produksi. Salah satu faktor yang mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Jenis Usaha, Nama, Sejarah Perusahaan dan Lokasi Perusahaan.

DATA PERKEMBANGAN REALISASI INVESTASI PMA DAN PMDN SE JAWA BARAT PERIODE LAPORAN JANUARI - MARET TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan bebas asia atau yang disebut dengan masyarakat ekonomi asia

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya cukup besar dalam suatu perusahaan. Jenis sediaan yang ada dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam era globalisasi sekarang ini, persaingan global yang tajam banyak

TIPOLOGI WILAYAH HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014

BERITA RESMI STATISTIK

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan sekarang ini memasuki era perdagangan bebas yang

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya perusahaan perusahaan baru dan teknologi yang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem Pengendalian Manajemen ( Management Control System ) adalah 1

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan dagang selalu mengadakan persediaan (inventory).

BAB I PENDAHULUAN. adanya persediaan yang memadahi diperusahaan maka akan terancam kegagalan

No Kawasan Andalan Sektor Unggulan

1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan terhadap Objek Studi Sejarah CV. Vannisa Gambar 1.1 Logo CV. Vannisa Sumber : CV.

STUDI KASUS PERMASALAHAN KOMODITAS KEDELAI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. pesatnya perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan untuk

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN OBJEK PENELITIAN. Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara Lintang

PENDAHULUAN. ( Populasi Ternak (000) Ekor Diakses Tanggal 3 Oktober 2011.

Bab IV Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

ANALISIS PERSEDIAAN BAHAN BAKU KEDELAI PADA INDUSTRI TAHU MITRA CEMANGI DI KECAMATAN TATANGA KOTA PALU

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Timur dan Tenggara. Negara-negara dengan sebutan Newly Industrializing Countries

I. PENDAHULUAN. kontribusi besar dalam pengembangan pertanian di Indonesia. Dalam beberapa

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V KINERJA PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam produk, baik itu berupa barang ataupun jasa. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang, Indonesia memiliki laju pertumbuhan

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi kegiatan bisnis terutama disektor industri telah

BAB I PENDAHULUAN. maupun yang sudah modern. Perkembangan jumlah UMKM periode

BAB I PENDAHULUAN. tujuan yang diinginkan perusahaan tidak akan dapat tercapai.

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kedelai atau kacang kedelai, adalah salah satu jenis kacang-kacangan yang kini sudah menjadi salah satu makanan yang paling banyak dikonsumsi di dunia. Hal ini karena telah diakui oleh para ahli tentang banyaknya kandungan gizi dan manfaatnya untuk kesehatan. Kedelai banyak dibudidayakan dalam jumlah besar di Amerika Serikat dan Amerika Selatan, namun sebenarnya tanaman ini adalah asli Asia. Kedelai banyak dijadikan bahan beberapa makanan bergizi yang umum kita kenal, yaitu tahu, tempe, atau susu kedelai. Di Indonesia kedelai sudah menjadi bahan baku yang telah banyak diolah menjadi aneka produk makanan dan minuman bernilai tinggi seperti tahu, tempe, kecap, sari kedelai dan lain-lain. Kedelai merupakan jenis kacang-kacangan yang memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi, terutama protein dan mineral. Produk olahan kedelai merupakan sumber asupan gizi yang banyak diminati oleh masyarakat Indonesia karena secara ekonomis masih terjangkau. Selain itu kedelai mengandung berbagai manfaat bagi kesehatan seperti, meningkatkan metabolisme, mencegah kanker, menjaga kesehatan jantung, pencernaan, kesehatan tulang, dan masih banyak lagi manfaat-manfaat yang diperlukan bagi kesehatan. Dengan meningkatnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya pemenuhan gizi bagi kesehatan, mendorong masyarakat untuk mengkonsumsi produk-produk olahan kedelai telah memacu pertumbuhan sektor industri berbasis kedelai. Rakyat Indonesia mengolah kedelai menjadi berbagai produk pangan seperti tempe, tahu, tauco, kecap, susu dan lain-lain dengan permintaan yang selalu meningkat setiap tahunnya sebanding dengan pertumbuhan jumlah penduduk. Saat ini, di Indonesia diperkirakan terdapat lebih dari seratus ribu pengrajin tempe, dengan skala produksi yang sangat bervariasi satu sama lain. Sekitar 60% dari kedelai diolah menjadi tempe. Konsumsi tempe di Indonesia telah mencapai 7 kg per kapita per tahun. Provinsi yang penduduknya cukup banyak mengkonsumsi tempe di Indonesia

2 adalah Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, Lampung dan DKI Jakarta. Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi yang ada di Indonesia yang memiliki potensi untuk pengembangan tanaman kedelai. Seiring bertambahnya luas lahan panen mengakibatkan terjadinya peningkatan produk kedelai di Jawa Barat. Menurut data dari BPS Jawa Barat menunjukan terjadinya peningkatan produksi kedelai dari tahun 2010 sampai tahun 2015. Puncak peningkatan terjadi di tahun 2014, dimana produksi kedelai sebanyak 115.261 Ton. Peningkatan produksi kedelai dapat dilihat pada Tabel 1.1. Tabel 1.1 Produksi Kedelai Jawa Barat Wilayah Provinsi 2010 2011 2012 2013 2014 2015 1. Bogor 11 56 139 34 - - 2. Sukabumi 3142 4985 3797 9243 19060 9365 3. Cianjur 9424 20330 6984 2312 20356 9905 4. Bandung 59 74 81 139 202 760 5. Garut 189235 15296 21610 19235 22640 21434 6. Tasik 1864 3087 1717 2909 5565 6467 7. Ciamis 2371 5946 3601 1275 4122 2978 8. Kuningan 1674 851 635 534 1828 1117 9. Cirebon 691 1230 315 833 1480 389 10. Majalengka 2865 1978 2317 573 2248 5007 11. Sumedang 7365 5435 3802 2099 2555 1732 12. Indramayu 3324 3046 803 9759 29295 29102 13. Subang 664 320 445 685 999 379 14. Purwakarta 652 1104 360 166 101 211 15. Karawang 377 844 67 491 719 2442 16. Bekasi 5 9 - - - 1 17. Bandung Barat 1917 1044 672 840 3404 3010 18. Pangandaran - -- - - 435 3812

3 19. Kota Bogor - - - - - - 20. Kota Sukabumi - - - - - - 21. Kota Bandung 8 4 6 6 - - 22. Kota Cirebon - - 3 - - - 23. Kota Bekasi - - - - - - 24. Kota Depok - - - - - -- 25. Kota Cimahi - -- - - - - 26. Kota Tasikmalaya 13 307 2 1 2 341 27. Kota Banjar 162 218 70 38 250 487 Provinsi Jawa Barat 55823 56166 47426 51172 115261 98938 Sumber : Hasil Pengolahan SP Lahan Kabupaten/Kota, BPS Produksi kedelai tahun 2015 mencapai 98.938 ton biji kering, mengalami penurunan sebesar 16.323 ton biji kering atau turun 14,16 persen dibandingkan tahun 2014. Penurunan produksi kedelai tahun 2015 terutama disebabkan penurunan luas panen sebesar 14,91 persen dari 70.719 hektar tahun 2014 menjadi 60.172 hektar tahun 2015. Produktivitas kedelai tahun 2015 mengalami peningkatan 0,87 persen dari 16,30 kuintal per hektar pada tahun 2014 menjadi 16,44 kuintal per hektar tahun 2015. Berdasarkan periode 4 bulanan (subround), dibandingkan periode yang sama tahun 2014, luas panen periode Januari-April tahun 2015 mengalami peningkatan seluas 1.553 hektar atau naik 11,00 persen dari 14.115 hektar menjadi 15.668 hektar. Luas panen pada periode mei-agustus tahun 2015 mengalami penurunan seluas 611 hektar atau turun sebesar 2,07 persen dari 29.481 hektar menjadi 28.870 hektar. Sedangkan pada periode september-desember 2015 luas panen mengalami penurunan seluas 11.489 hektar atau turun 42,36 persen dari 27.123 hektar menjadi 15.634 hektar Produksi kedelai di Provinsi Jawa Barat merupakan potensi yang dapat dimanfaatkan oleh pelaku agroindustri yang ada di Jawa Barat untuk mengolah kedelai menjadi produk olahan yang kemudian dapat mendukung pertumbuhan perekonomian di Provinsi Jawa Barat.

4 Dalam perkembangan ekonomi dewasa ini dunia usaha tumbuh dengan pesat di Indonesia. Hal ini menimbulkan persaingan yang ketat diantara para pengusaha. Keadaan ini menuntut pengusaha untuk bekerja lebih efisien demi menjaga kelangsungan perusahaan. Kelangsungan proses produksi di dalam perusahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti modal, teknologi, persediaan bahan baku, persediaan barang jadi dan tenaga kerja. Faktor persediaan memiliki peranan penting dalam proses produksi. Persediaan dalam perusahaan dapat menjamin efektifitas kegiatan pemasaran. Didalam suatu perusahaan, baik itu perusahaan perdagangan maupun perusahaan manufaktur pasti selalu mengandalkan persediaan (inventory). Persediaan sebagai kekayaan perusahaan, memiliki peranan penting dalam operasi bisnis. Dalam perusahaan manufaktur, persediaan dapat terdiri dari beberapa macam seperti, bahan baku, bahan pembantu, barang dalam proses, barang jadi, dan persediaan suku cadang. Apabila barang tidak tersedia maka perusahaan kehilangan kesempatan merebut pasar dan perusahaan tidak dapat memasarkan barang pada tingkat optimal. Dengan adanya kondisi tersebut perusahaan dituntut untuk menyediakan bahan baku yang optimal untuk proses produksi setiap periodenya. Penanaman persediaan bahan baku yang terlalu besar dibandingkan dengan kebutuhan akan menyebabkan keuntungan yang diperoleh perusahaan menurun. Hal ini disebabkan adanya biaya penyusutan, biaya penyimpanan dan kualitas bahan baku yang menurun, tetapi persediaan bahan baku yang terlalu kecil juga akan menekan keuntungan karena perusahaan tidak dapat bekerja dengan tingkat produktifitas yang optimal. Perusahaan bertujuan untuk mencapai tingkat produksi dengan hasil yang optimal dalam satu periode. Oleh karena itu diperlukan adanya pelaksanaan produksi yang disertai dengan pengendaliaan produksi. Pengendalian produksi bertujuan agar proses produksi dapat berjalan dengan lancar, sehingga tidak akan kehabisan bahan baku pada saat dibutuhkan karena telah tersedia dan tersimpan dengan baik di gudang. Perusahaan juga dituntut menyesuaikan dalam hal menggunakan faktorfaktor produksi yang dimiliki secara lebih efisien untuk mencapai keseimbangan

5 antara hasil produksi dengan faktor-faktor produksi yang tersedia. Ketidaktepatan dalam pengadaan faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh perusahaan akan menimbulkan adanya pemborosan yang mengakibatkan kerugian finansial. Persediaan merupakan hal penting bagi suatu perusahaan dalam menjaga keberlangsungan proses produksi. Persediaan (Inventory) adalah suatu istilah umum yang menunjukkan segala sesuatu atau sumber daya-sumber daya organisasi yang disimpan dalam antisipasi pemenuhan permintaan. Permintaan akan sumber daya ini dapat berupa internal maupun eksternal. Permintaan internal dapat berupa permintaan akan tenaga kerja, modal, persediaan bahan mentah, barang dalam proses, barang jadi atau produk akhir, bahan-bahan pembantu atau pelengkap dan komponen-komponen lain yang menjadi bagian keluaran produk perusahaan, sedangkan permintaan eksternal dapat berupa permintaan dari pasar atau konsumen yang permintaannya tidak dapat diprediksi. Menurut Kukuh (2013) Persediaan adalah sejumlah barang atau bahan yang dimiliki oleh perusahaan yang tujuannya untuk dijual atau diolah kembali. Persediaan dalam perusahaan manufaktur dan perusahaan dagang memiliki definisi yang berbeda. Persediaan adalah salah satu unsur dalam perusahaan yang paling aktif dan juga memiliki peran penting sebagai investasi sumber daya yang besar nilainya dan signifikan pengaruhnya terhadap aktivitas operasional perusahaan. (Shofa:2012) Menurut pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa persediaan merupakan bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi proses produksi. Persediaan dapat berupa bahan mentah, bahan pembantu, bahan dalam proses ataupun barang jadi. Persediaan Bahan baku suatu perusahaan adalah salah syarat penting dalam melakukan suatu proses produksi barang. Apabila bahan baku tidak tersedia maka proses produksi tidak dapat di lakukan. Oleh karena itu perlu adanya penyediaan bahan baku oleh perusahaan. Besarnya bahan baku yang di perlukan perusahaan dipengaruhi oleh besarnya produksi perusahaan. Sedangkan besarnya produksi perusahaan di pengaruhi oleh tingkat permintaan terhadap suatu produk yang dihasilkan oleh perusahaan, sehingga dalam menentukan persediaan perusahaan harus

6 selalu mempertimbangkan jumlah bahan baku yang digunakan dalam suatu periode. Agar biaya persediaan menjadi seminimal mungkin, maka dalam suatu periode besarnya jumlah penyediaan bahan baku harus sesuai dengan jumlah pemakaian bahan baku. Persediaan bahan baku berlebih atau overstock sangat merugikan perusahaan, hal ini juga menyebabkan keuntungan perusahaan yang menjadi berkurang akibat biaya yang di munculkan semakin tinggi. Apabila hal ini terjadi, dampaknya tidak hanya pada keuntungan saja yang akan berkurang, akan tetapi juga akan memunculkan biaya-biaya lainnya diantaranya biaya penyimpanan bahan baku & biaya perawatan bahan baku. Biaya penyimpanan akan berdampak pada munculnya biaya penyediaan tempat terhadap bahan baku itu sendiri, hal ini menjadi semakin kompleks karena akibat dari overstock bahan baku ini akan memberikan dampak buruk terhadap perusahaan. Sangat diperlukan penangan yang sangat mendalam terhadap masalah Inventory ini khsusnya masalah overstock terhadap bahan baku perusahaan. Menurut Heizer dan Render dalam bukunya Operation Management disebutkan bahwa rata-rata total biaya penyimpanan persediaan yang muncul berkisar 26% dari total biaya persediaan. Setiap biaya penyimpanan persediaan diharapkan kurang dari 15%, sedangkan pada kenyataannya total biaya penyimpanan persediaan bisa mencapai 40% dari total biaya persediaan. Hal ini sangat merugikan bagi perusahaan. Efisiensi persediaan bahan baku sangat penting untuk meminimalkan biaya. Apabila persediaan bahan baku berlebih atau Overstock maka biaya yang di munculkan pun akan semakin tinggi. Bahan baku merupakan salah satu faktor yang sangat vital bagi berlangsungnya suatu proses produksi. Persediaan bahan baku yang melebihi kebutuhan akan menimbulkan biaya ekstra atau biaya simpanan yang tinggi, sedangkan jumlah persediaan yang terlalu sedikit akan menimbulkan kerugian yaitu terganggunya proses produksi dan juga berakibat hilangnya kesempatan untuk memperoleh keuntungan apabila ternyata permintaan pada kondisi yang sebenarnya melebihi permintaan yang diperkirakan.

7 Di Indonesia kedelai telah banyak diolah menjadi aneka produk makanan bernilai tinggi seperti tahu, tempe, kecap, susu kedelai dan lain-lain. Tahu merupakan salah satu makanan dari olahan kedelai yang terus berinovasi. Mulai dari gorengan tahu yang dijual di pinggir jalan hingga digunakan pada menu-menu masakan di restoran besar. Masyarakat Indonesia kurang minat mengkonsumsi kacang kedelai langsung tanpa diolah, sehingga mereka lebih menyukai produk olahannya yaitu tahu. Tahu adalah makanan tradisional yang mudah ditemukan yang terbuat dari kedelai yang banyak mengandung serat dan protein. Seperti yang kita ketahui, jumlah pengkonsumsi tahu di setiap tahun bertambah, mesikipun ada juga penurunan di beberapa tahun yang lalu. Tabel 1.2 Konsumsi Makanan Tahu pada Masyarakat URAIAN TAHUN 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Konsumsi (kapita/minggu) seminggu - Kuantitas (Kg) 0,134 0,142 0,134 0,135 0,136 0,144 - Nilai (Rp) 718,00 743,00 859,00 967,00 1.061,00 1.105,00 Konsumsi (kapita/tahun) setahun - Kuantitas (Kg) 6,987 7,404 6,987 7,039 7,091 7,509 - Nilai (Rp) 37.438,57 38.742,14 44.790,71 50.422,14 55.323,57 57.617,86 Sumber : SUSENAS, BPS Saat ini ada beberapa pabrik tahu yang berada di kota Jatinangor, Sumedang. Salah satunya pabrik yang terkenal yang berada di Jatinangor adalah Rumah Makan Sari Kedele. Rumah Makan Sari kedele adalah rumah makan yang mempunyai pabrik tahu tersendiri. Seperti yang kita ketahui, sumedang terkenal dengan tahu sumedangnya. Meskipun cara pembuatannya hampir sama dengan tahu pada umumnya, tahu sumedang memiliki ciri khas tersendiri. Saat ini pula sangat banyak

8 restoran, café, bistro, warteg yang menyediakan menu berbahan dasar tahu. Apalagi dengan munculnya fenomena tahu bulat beberapa waktu yang lalu, membuat permintaan konsumen terhadap tahu semakin melonjak. Rumah Makan Sari Kedele memiliki pabrik pengolahan tahu sendiri, sehingga menu tahu yang di jual murni berasal dari hasil olahannya sendiri. Salah satu faktor penting dalam perusahaan yaitu persediaan bahan baku sebagai sumber utama dalam melakukan produksi yang harus terus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Ketersediaan kedelai sebagai bahan baku industri harus senantiasa memenuhi kapasitas pengolahan, baik dari segi kualitas, kuantitas maupun kontinyuitas. Persediaan bahan baku yang tidak kontinyu akan berdampak pada kontinyuitas produk yang dihasilkan. Kegagalan pengendalian persediaan bahan baku akan menyebabkan kegagalan dalam memperoleh laba. Pengendalian persediaan jika tidak dilaksanakan, dikhawatirkan pada masa perusahaan kekurangan bahan baku maka akan berdampak pada hasil produksi atau bisa terjadi pemberhentian proses produksi dan tentunya berdampak pada pendapatan atau keuntungan perusahaan. Selama ini Rumah Makan Sari Kedele melakukan pemesanan kedelai kepada pemasok hanya dengan perkiraan ketika jumlah bahan baku di gudang hampir habis. Sehingga ketika melonjaknya permintaan tahu, seringkali Rumah Makan Sari Kedele tidak dapat memenuhi permintaan tersebut. Dan di waktu yang lain pula, persediaan bahan baku kedelai yang ada di Rumah Makan Sari Kedele mengalami kelebihan kuantitas sehingga terjadi penumpukan di gudang dan terjadi pembengkakan biaya persediaan dan juga dapat membuat bahan baku menjadi lembab yang tentu saja akan merugikan pihak Rumah Makan Sari Kedelai sendiri. Berikut data jumlah pembelian serta penggunaan bahan baku kedelai yang dilakukan oleh Rumah Makan Sari Kedele selama tahun 2016.

9 Tabel 1.3 Jumlah pembelian dan penggunaan bahan baku kedelai tahun 2016 BULAN PEMBELIAN (KG) PENGGUNAAN(KG) SELISIH (+/)(KG) JANUARI 9000 8900 +100 FEBRUARI 9000 8875 +125 MARET 9000 9110-110 APRIL 9000 9050-50 MEI 9000 8975 +25 JUNI 8500 8948-448 JULI 8500 8823-323 AGUSTUS 9000 8920 +80 SEPTEMBER 9000 9200-200 OKTOBER 8500 8450 +50 NOVEMBER 9000 8790 +210 DESEMBER 9000 8927 +73 TOTAL 106.500 106.968-468 RATA RATA 8875 8914-39 Sumber Data : R.M Sari Kedele Dari data di atas bisa dilihat bahwa setiap bulannya selisih dari pembelian dan penggunaan kedelai yang di lakukan oleh Rumah Makan Sari Kedele dalam pembuatan tahu, mengalami kelebihan dan terkadang juga mengalami kekurangan bahan baku. Dari hasil di atas, data pembelian kedelai selama setahun berjumlah 106.500 kg. Sedangkan data penggunaan kedelai selama setahun adalah 106.968 kg. Hasil ini menunjukkan bawha di tahun 2016, Rumah Makan Sari Kedele mengalami kekurangan bahan baku sebedar 468 kg. Harga kedelai yang di tawarkan oleh pemasok adalah 7000/kg. Sehingga total kekurangan bahan baku R.M Sari Kedele adalah sebesar Rp.3.276.000. Hal ini tentu akan merugikan pihak Rumah Makan Sari kedele apabila permasalahan seperti ini tidak ditanggapi.

10 Di daerah Jatinangor, kompetitor terbesar dari Rumah Makan Sari Kedele adalah Tahu Sumedang Haji Ateng. Meskipun tempatnya lebih kecil dibandingkan Rumah Makan Sari Kedele, Tahu Sumedang Haji Ateng memiliki cabang yang lebih banyak. Terhitung terdapat 5 cabang yang berada di Jatinangor dan sekitarnya, sedangkan untuk Rumah Makan Sari Kedele sendiri belum memiliki cabang di Jatinangor dan sekitarnya. Selain itu harga yang ditawarkan oleh Tahu Sumedang Haji Ateng jauh lebih murah. Hanya dengan uang Rp 5000 saja, konsumen sudah bisa mendapatkan 10 tahu. Sedangkan di Rumah Makan Sari Kedele, konsumen harus merogoh uang sebesar Rp 10.000 untuk 5 tahu. Banyak yang perlu dipertimbangkan dalam pembahasan tentang efisiensi persediaan bahan baku. jumlah persediaan bahan baku yang optimal akan dapat ditentukan dengan berbagai cara dan metode, salah satunya dengan metode Economic Order Quantity (EOQ). EOQ adalah suatu teknik kontrol persediaan tertua dan paling dikenal. Menurut Russel dan Taylor dalam Nanang Taryana (2008) model EOQ digunakan untuk menentukan kuantitas yang meminimumkan biaya langsung penyimpanan persediaan dan biaya pemesanan persediaan. Oleh karena itu model ini sangat cocok dalam mengatasi masalah persediaan akibat ketidak sesuaian atau kelebihan jumlah persediaan dalam suatu periode pada Rumah Makan Sari Kedele. Oleh karena itu peneliti ingin menganalisis PENGARUH PENGGUNAAN METODE EOQ TERHADAP PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KEDELAI PADA RUMAH MAKAN SARI KEDELE (Studi kasus pada Rumah Makan Sari Kedelai, Jatinangor). 1.2 Pembatasan Masalah Adapun pembatasan masalah yang ditentukan atau dibuat dalam penelitian ini meliputi : 1. Penelitian merupakan studi kasus pada Rumah Makan Sari Kedelai dan memusatkan diri pada pengendalian persediaan bahan baku kedelai. 2. Data yang digunakan dalam penelitian ini terbatas selama 1 tahun terakhir 2016.

11 3. Objek penelitian merupakan perusahaan yang berproduksi selama kontinyu. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana proses pengadaan bahan baku kedelai yang dilakukan oleh Rumah Makan Sari Kedele? 2. Apa permasalahan yang terjadi dalam proses pengadaan bahan baku kedelai pada Rumah Makan Sari Kedele? 3. Bagaimana solusi dari masalah proses pengadaan bahan baku kedelai pada Rumah Makan Sari Kedele? 1.4 Tujuan dan Kegunaan Tujuan penelitian ini adalah untuk: 1. Mengetahui penerapan kebijakan persediaan dalam pengendalian bahan baku pada Industri tahu di Rumah Makan Sari Kedele. 2. Mengetahui permasalahan pengadaan bahan baku pada Rumah Makan Sari Kedele. 3. Mengetahui bagaimana solusi yang tepat dari masalah proses pengadaan bahan baku pada Rumah Makan Sari Kedele. 1.5 Manfaat Penelitian 1. Manfaat akademis Penelitian ini erat hubungannya dengan mata kuliah manajemen operasional. Sehingga saat melakukan penelitian ini, peneliti dan semua pihak lebih dapat memahami tentang pengaruh penerapan metode Economic Order Quantity(EOQ), safety stock, reorder point, dan segala bentuk pembahasan yang berkaitan dengan inventory/ persediaan bahan baku perusahaan.

12 2. Manfaat dalam implementasi atau praktik Penelitian ini sangat berfokus pada jumlah persediaan yang di optimal, jumlah safety stock, kapan dilakukan Reorder Point (ROP), sehingga hasil penelitian ini akan memberikan informasi dan pengetahuan untuk para pihak yang berkepentingan di perusahaan seperti manajer bagian produksi dan manajer bagian operasional serta pihak-pihak yang berkepentingan lainnya yang memerlukan informasi tersebut. Dan juga untuk memberikan informasi tentang pengaruh penerapan metode EOQ dalam pertimbangan pengambilan keputusan di bagian persediaan bahan baku perusahaan. 1.6 Sistematika Penulisan Merupakan penjelasan tentang isi dari masing-masing bab secara singkat dan jelas dari keseluruhan skripsi ini. Penulisan skripsi ini akan disajikan dalam lima bab dengan sistematika sebagai berikut: a.bab I Pendahuluan Dalam bab pendahuluan akan diuraikan latar belakang masalah tentang pentingnya memperhatikan tentang tingkat persediaan bahan baku pada perusahaan yang di teliti, rumusan masalah mengenai pengaruh faktor-faktor tersebut dan kegunaan penelitian serta sistematika penulisannya. b. Bab II Tinjauan Pustaka Dalam bab tinjauan pustaka berisi mengenai landasan teori yang mendasari penelitian ini antara lain pengertian persediaan, biaya-biaya persediaan, pengertian Economic Order Quantity (EOQ), Safety Stock (SS), Reorder Point (ROP). Di terangkan pula hasil penelitian terdahulu, kerangka pemikiran. c. Bab III Metodologi Penelitian Dalam bab metodologi penelitian akan diuraikan variabel penelitian dan definisi operasional, jenis dan sumber data, penentuan dan sampel, metode pengumpulan data, serta metode analisis data yang digunakan dalam penelitian.

13 d. Bab IV Hasil dan Pembahasan Dalam bab hasil dan pembahasan akan diuraikan deskripsi obyek penelitian yang merupakan gambaran singkat mengenai obyek penelitian, serta hasil analisis dan pembahasannya. e. Bab V Penutup Dalam bab penutup berisi mengenai kesimpulan penelitian dan saran yang disesuaikan dengan hasil akhir dari penelitian.