1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bertambahnya majunya kehidupan ekonomi, meningkatnya berbagai teknologi dan fasilitas kesehatan menyebabkan meningkatnya angka harapan hidup manusia. Meningkatnya angka harapan hidup ini berdampak pada meningkatnya jumlah penduduk lansia. Berdasarkan data dari BPS tahun 1992, pada tahun 2000 diperkirakan jumlah lanjut usia meningkat menjadi 9,99% dari jumlah seluruh penduduk Indonesia (22 juta) dan jumlah ini diperkirakan meningkat menjadi 11,9% pada tahun 2020 (Nugroho,2000). Pada tahun 2025 mendatang peningkatan jumlah warga lansia di Indonesia akan mencapai 414 % dibandingkan pada tahun 1990. Pertumbuhan jumlah penduduk lansia di Indonesia tercatat sebagai pertambahan penduduk lansia yang paling pesat dalam kurun waktu tahun 1990-2025. Jumlah lansia tercatat sekitar 16 juta jiwa dan akan meningkat menjadi 25,5 juta jiwa pada tahun 2020 atau sebesar 11,37 % dari jumlah penduduk. Pertumbuhan jumlah lansia di Indonesia diperkirakan akan menduduki peringkat ke empat dunia di bawah Cina, India, Amerika Serikat (Nugroho, 2009). Jumlah warga lansia Indonesia yang semakin banyak agaknya tidak akan terbendung lagi seiring meningkatnya usia harapan hidup. Berbagai masalah fisik, biologi, psikis, dan sosial akan muncul pada usia lanjut sebagai akibat dari proses menua dan atau penyakit degeneratif yang muncul seiring dengan menuanya seseorang. Menua merupakan fenomena universal, namun derapnya atau lajunya berbeda-beda antar individu. Dengan melanjutnya usia terjadi berbagai perubahan pada tubuh kita. Orang usia lanjut pada umumnya
2 menyadari bahwa mereka berubah lebih lambat dan mobilisasinya kurang begitu baik dibandingkan masa muda mereka. Perubahan dalam kemampuan mobilisasi ini disebabkan oleh pengaruh fisik dan psikologis (Hurlock, 1980). Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik. Perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu (Stanley, 2007). Kondisi fisik seseorang yang telah memasuki masa lanjut usia mengalami penurunan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa perubahan penampilan dari wajah, tangan, dan kulit. Perubahan bagian dalam tubuh seperti sistem saraf, perubahan panca indra seperti penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa dan perubahan motorik antara lain berkurangnya kekuatan, kecepatan dan belajar ketrampilan baru. Perubahan-perubahan tersebut pada umumnya mengarah pada kemunduran kesehatan fisik dan psikis yang akhirnya akan berpengaruh pada penurunan mobilisasi (Potter & Perry, 2005). Berbagai penyebab psikologis yang mempengaruhi perubahan dalam kemampuan mobilisasi berasal dari kesadaran tentang merosotnya dan perasaan akan rendah diri kalau dibandingkan dengan orang yang lebih muda dalam arti kekuatan, kecepatan dan ketrampilan. Tekanan emosional, yang berasal dari sebab-sebab psikologis dapat mempercepat mobilisasi untuk mencoba melakukan sesuatu. Faktor yang mempengaruhi mobilisasi lansia ada 3, salah satunya adalah faktor psikis yaitu demensia. Lansia sering merasa khawatir bahwa mereka mulai mengalami tanda-tanda demensia dan membutuhkan perawatan professional kesehatan lainnya dengan cara yang halus berkaitan dengan ketakutan tersebut (Nugroho, 2008).
3 Data yang diperoleh dari Depkes (1998), populasi lansia diatas 60 tahun adalah 7,2% (populasi lansia kurang lebih 15 juta). Peningkatan angka kejadian kasus demensia berbanding kasus dengan meningkatnya harapan hidup suatu populasi. Kira-kira 5% usia lanjut 65-70 telah menderita demensia dan meningkat dua kali lipat setiap 5 tahun mencapai lebih 45% dari usia diatas 85 tahun (Miswaroh, 2009). Demensia merupakan masalah kesehatan masyarakat yang menghabiskan biaya, tetapi tantangan gejala demensia menimbulkan kualitas hidup, stress, pemberi perawatan, dan pemeliharaan martabat manusia dan mungkin mencerminkan beban kemanusiaan lebih dari yang dapat diperbaiki perawat (Stanlay, 2006). Saat lansia bersangkutan terganggu dengan terjadinya demensia, perawatan yang harus dilaksanakan menjadi semakin penuh dengan stress, karena keluarga harus berhadapan dengan gangguan ingatan, perilaku-perilaku yang sulit, dan rasa sakit hati akibat perubahan kepribadian pada orang yang dicintai. Gangguan ingatan merupakan hal perilaku pengganggu yang paling lazim dialami oleh pasien-pasien dengan kasus demensia (Gallo, 1998). Penyakit demensia didefinisikan sebagai sindrom (diakibatkan oleh banyak kelainan penyakit) ditandai oleh tingkat intelektual yang sebelumnya lebih tinggi. Gangguan mencakup memori dan bidang kognitif lainnya (termasuk berbahasa, orientasi, kemampuan konstruksional, berfikir abstrak, kemampuan memecahkan persoalan dan praktis) dan harus cukup berat sehingga mengganggu kemampuan okupasional atau sosial atau keduanya (Lumbantobing, 2001). Penelitian ini difokuskan pada lansia yang berdomisili di kota Rembang tepatnya di Panti Wreda Margo Mukti Rembang. Panti Margo Mukti bagi lansia adalah tempat yang mungkin menjadi alternatif pilihan terakhir, karena para lansia akan lebih senang tinggal dirumah sendiri dengan pembantu atau perawat atau dirumah anak dibanding harus tinggal
4 di Panti Wreda. Di Panti Wreda juga para lansia akan mempunyai temanteman yang seusia mereka, sehingga setidaknya mereka mempunyai komunitas yang sama. Studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada 22 Januari 2010 di Panti Wreda Margo Mukti Rembang. Informasi yang diperoleh dari pengurus panti didapatkan lansia yang tidak bisa melakukan mobilisasi ada 5%, yang melakukan mobilisasi tapi dengan bantuan ada 78% dan yang melakukan mobilisasi tanpa bantuan ada 17% serta yang mengalami demensia ada 90% dari seluruh lansia yang tinggal di Panti Wreda Margo Mukti Rembang. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan antara demensia dengan mobilisasi lansia di Panti Wreda Margo Mukti Rembang. B. Rumusan Masalah Berdasarkan dari latar belakang diatas, diketahui semakin tahun jumlah penduduk lansia semakin meningkat. Pada kondisi lansia yang semakin meningkat, banyak pula masalah yang ditimbulkan, salah satunya adalah penyakit demensia yang disebabkan karena gangguan pada otak dan akan berpengaruh pada mobilisasi lansia. Berdasarkan informasi yang didapat dari pengurus Panti Wreda Margo Mukti Rembang dari sejumlah lansia yang tinggal disana ada 90% lansia yang mengalami demensia yang sebagian mereka mobilisasinya tergantung pada orang lain dan sebagian ada yang mandiri. Berdasarkan uraian latar belakang diatas : dapat dirumuskan apakah ada hubungan antara demensia dengan mobilisasi lansia di Panti Wreda Margo Mukti Rembang?
5 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Penelitian Ini Adalah: Untuk mengetahui hubungan antara demensia dengan aktivitas mobilisasi lansia di Panti Wreda Margo Mukti Rembang. 2. Tujuan Khusus Penelitian Ini Adalah: a. Mendiskripsikan demensia pada lansia di Panti Wreda Margo Mukti Rembang. b. Mendiskripsikan mobilisasi lansia di Panti Wreda Margo Mukti Rembang. c. Menganalisis hubungan antara demensia dengan mobilisasi lansia di Panti Wreda Margo Mukti Rembang. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bermanfaat: 1. Bagi Panti Wreda Sebagai masukan bagi pengasuh Panti Wreda dalam menghadapi lansia yang mengalami gangguan demensia, dengan cara memperbanyak aktivitas yang berhubungan dengan fungsi otak misalnya olah raga, sosialisasi dan berkarya sehingga demensia dapat diperlambat. 2. Bagi Institusi Ilmu Keperawatan Memberikan informasi pada mahasiswa tentang kondisi masyarakat, khusunya lansia. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai usaha pengembangan ilmu keperawatan khususnya keperawatan gerontik. Dengan menggunakan metodologi keperawatan maka perawat gerontik
6 dapat mengkaji lebih dini tanda-tanda atau gejala demensi dan gangguan mobilisasi kemudian dari tanda-tanda tersebut perawat gerontik dapat menyimpulkan diagnosa baik aktual ataupun resiko, sehingga dapat dilakukan rencana tindakan untuk mengatasi atau upaya dalam pencegahannya, serta perawat gerontik dapat mengimplementasikan intervensi-intervensi yang telah disusun dengan baik kemudian mengevaluasi implementasi dari intervensi yang telah dilakukan. 3. Bagi Peneliti salanjutnya Diharapkan dapat menjadi awal pengembangan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan kemampuan mobilisasi pada lansia dan variabel lain demensia seperti kebugaran lansia, pola makan, pola tidur dan lain sebagainya. E. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian dalam bidang keperawatan yaitu keperawatan gerontik.