BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Musik adalah salah satu bagian yang tidak dapat terpisahkan dalam elemen kehidupan masyarakat. Musik juga menjadi warna tersendiri yang dapat menghipnotis, membawa ataupun mempengaruhi penikmatnya. Dewasa ini perkembangan dunia musik sangat signifikan. Bahkan musik dapat mempersatukan masyarakat yang mempunyai selera yang sama kedalam suatu kelompok. Musik merupakan salah satu cara dalam melakukan kegiatan komunikasi melalui suara dan nada yang diharapkan mampu menyampaikan pesan dengan cara yang berbeda, menarik dan dapat diterima dengan baik oleh pendengarnya. Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan musik adalah ilmu atau seni menyusun nada atau suara yang diurutkan, kombinasi dan hubungan temporal untuk menghasilkan komposisi (suara) yang mempunyai keseimbangan dan kesatuan, dan nada atau suara yang disusun sedemikian rupa sehingga mengandung irama, lagu dan keharmonisan (terutama yang dapat menghasilkan bunyi-bunyi itu). Dengan kata lain, musik dapat diartikan sebagai suatu ungkapan yang berasal dari perasaan ataupun pengalaman seseorang yang dituangkan dalam bentuk bunyi-bunyian atau suara dan lirik lagu. Ungkapan yang dikeluarkan melalui suara manusia disebut vokal, sedangkan ungkapan yang dikeluarkan melalui bunyi melalui alat musik disebut instrumen. Vokal dan instrumen dapat dianggap sebagai pelengkap untuk memperindah lagu tersebut sedangkan lirik lagu merupakan jiwa atau nyawa dari penggambaran musik itu sendiri. Musik dapat dikatakan sebagai bahasa yang universal karena dapat diterima dan disukai oleh semua kalangan. Musik memegang peranan di berbagai aspek kehidupan manusia. Jika dilihat dari segi psikologinya, musik dapat berfungsi sebagai alat peneduh jiwa dan sebagai sarana pemenuhan kebutuhan hasrat manusia akan seni dan berkreasi. Dari segi sosial musik juga dapat berfungsi sebagai alat penyampai pesan dan gambaran tentang kehidupan sekitar, sedangkan dari segi ekonomi, musik xiv
berfungsi sebagai suatu kebutuhan yang dapat menguntungkan berbagai pihak, baik si penyanyi, pencipta lagu, maupun pihak produsernya. Dewasa ini, musik termasuk bagian terpenting dalam kehidupan manusia. Rata-rata hampir setiap harinya manusia mendengarkan musik, baik di rumah, di jalan, di sekolah, ataupun di tempat lainnya. Jenis atau genre musik pun beragam, misalnya saja seperti pop, jazz, rock, reggae, rap, RnB, dangdut dan lain sebagainya. Di dalam musik terdapat lirik lagu yang diciptakan oleh pencipta lagu. Lirik lagu merupakan bentuk komunikasi verbal. Penggunaan bahasa yang dipakai dalam lirik lagu sangat berbeda pada pemakaian bahasa sehari-hari. Perbedaan itu dapat dilihat dari kalimat-kalimat yang dibuat dalam lirik tersebut karena mengandung makna tersurat dan tersirat yang dapat dipersepsikan oleh khalayak sebagai sebuah tanda tanya terhadap maksud dari lirik lagu tersebut. Makna pada kata-kata dalam lirik lagu merupakan pikiran serta perasaan yang diterapkan oleh si pencipta lagu. Melalui lirik lagu, pencipta lagu tersebut ingin menyampaikan pesan yang merupakan ekspresi mengenai apapun yang ia rasakan ataupun mengenai realitas sosial yang ada di masyarakat. Soerjono Soekanto dalam Rachmawati (Lestiana, 2012: 3) menyatakan, Musik berkaitan erat dengan setting sosial kemasyarakatan tempat dia berada. Musik gejala khas yang dihasilkan akibat adanya interaksi tersebut manusia menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Disinilah kedudukan lirik sangat berperan, sehingga dengan demikian musik tidak hanya bunyi suara belaka, karena juga menyangkut perilaku manusia sebagai individu maupun kelompok sosial dalam wadah pergaulan hidup dengan wadah bahasa atau lirik sebagai penunjangnya. Berdasarkan kutipan diatas, realitas sosial merupakan faktor dominan yang dapat mempengaruhi terbentuknya sebuah musik yang banyak diminati masyarakat. Misalnya saja seperti penyanyi legenda Indonesia yang beraliran pop seperti Ebiet G. Ade yang banyak mengambil tema-tema tentang kehidupan maupun apa yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat. Selain Ebit G. Ade, penyanyi legendaris Iwan Fals juga di kenal sebagai penyanyi yang mengusung tema-tema tentang realitas sosial dan sindiran kepada orang-orang yang berkuasa. xv
Selain penyanyi beraliran pop, genre musik dangdut juga banyak yang mengambil tema realitas dalam kehidupan sosial. Musik dangdut berakar dari musik melayu yang mulai berkembang pada tahun 1940-an. Irama melayu sangat kental dengan unsur aliran musik dari India dan gabungan irama musik dari Arab. Unsur tabuhan gendang yang merupakan bagian unsur dari musik India digabungkan dengan unsur cengkok penyanyi dan harmonisasi dengan irama musiknya merupakan ciri khas dari irama Melayu yang merupakan awal dari mutasi dari irama Melayu ke dangdut. Musik dangdut dapat dikatakan sebagai musik yang kontemporer karena musik dangdut terus berkembang dari dulu hingga kini. Karena sifat kontemporernya maka di awal tahun 1980-an musik dangdut berinteraksi dengan aliran seni musik lainnya, yaitu dengan masuknya aliran musik pop, rock dan disco atau house music. Selain masuknya unsur seni musik modern, musik dangdut juga mulai bersenyawa dengan irama musik tradisional seperti gamelan, jaranan, jaipongan dan musik tradisional lainnya. Musik dangdut yang merupakan musik khas Indonesia kini semakin berkembang pesat. Penikmat musik dangdut kini bukan hanya dari kalangan masyarakat kelas bawah saja, tetapi juga sudah disukai semua kalangan masyarakat. Bahkan tak jarang banyak anak-anak yang menyukai lagu dangdut tersebut di karenakan musiknya yang menghentak dan meriah. Kehadiran penyanyi-penyanyi pendatang baru yang mengusung genre musik dangdut juga semakin menambah kemeriahan dijagat hiburan Indonesia. Banyak dari para pendatang baru ini hadir dengan berbagai kekhasan yang mereka tampilkan. Namun sayangnya, musik dangdut kini mulai dirasa tercemar dengan hadirnya lagu-lagu dangdut dengan lirik yang berbau vulgar, busana yang minim, serta goyangannya yang dianggap terlalu seksi. Banyak yang beranggapan bahwa semakin unik lagu tersebut, maka akan semakin laris di pasar musik Indonesia. Sekarang ini penikmat musik dangdut bukan hanya dari kalangan dewasa saja, bahkan banyak anak-anak yang di bawah umur juga mulai menyukainya. Dengan liriknya yang dinilai seronok, beberapa musik dangdut terdengar tidak pantas untuk diperdengarkan pada anak-anak dibawah umur. Hal tersebut bisa saja menyebabkan mereka yang tidak mengerti arti dari lagunya ikut menyanyikan xvi
lagu tersebut sehingga dapat merusak mental dan membuat anak-anak tersebut dewasa sebelum waktunya seperti yang banyak kita lihat sekarang ini. Salah satu lagu dangdut yang sempat menjadi kontroversial karena liriknya adalah lagu Jablay. Lagu ini mulai mendapat sorotan setelah menjadi soundtrack film Mendadak Dangdut. Mendadak Dangdut adalah film yang sukses karena ditonton lebih dari 1,5 juta penonton di Indonesia dan mendapatkan banyak penghargaan. Lagu ini dibawakan dengan instrumen musik yang ceria dan video klip yang ceria pula. Tidak tampak raut kesedihan ataupun penyesalan pada mimik penyanyinya untuk merepresentasikan lirik lagu tersebut. Padahal jika didengar, sepintas lagu ini menggambarkan tentang seorang wanita yang hamil di luar nikah karena berhubungan intim dengan pacarnya. Berikut adalah penggalan lirik lagu Jablay yang dinyanyikan oleh Titi Kamal: Jablay Waktu tamasya ke binaria Pulang-pulang ku berbadan dua Meski tanpa restu orang tua, sayang Aku rela abang bawa pulang -- Nggak kerasa udah setaun Si abang mulai berlagak pikun Udah nggak pernah pulang ke rumah, sayang Kepincut janda di Pulo Gebang -- La lai la lai la lai Panggil aku si Jablay Abang jarang pulang Aku jarang dibelai -- Anak kita sekarang udah besar Mulai bingung kok bapaknya nyasar Kenapa bapak nggak pulang-pulang, emak Kata tetangga emangnya enak --- Berdasarkan lirik diatas, Seto Mulyadi dalam wawancaranya pada kompas.com juga menyayangkan hadirnya lagu ini dan lagu-lagu lain yang mengandung lirik vulgar. Menurutnya, lagu Jablay tersebut dapat berpotensi melumrahkan kebiasaan hamil diluar nikah. xvii
Lirik lagu ini dinilai seronok oleh sebagian besar masyarakat. Maka tak heran jika lagu Jablay ini mendapat cekalan di beberapa daerah. Tidak hanya larangan manggung di daerah-daerah tersebut, tapi juga larangan penyiaran di televisi maupun radio di daerah-daerah tersebut. Lagu Jablay dan beberapa lagu dangdut yang berlirik vulgar lainnya dianggap melanggar undang-undang No. 32 tahun 2002 tentang Penyiaran serta Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS). Pasal yang dilanggar terutama Pasal 19 P3SPS. Pasal tersebut menyatakan, bahwa sebuah program siaran, baik lagu atau klip video dilarang memuat lirik dan adegan gambar yang bermuatan seks secara eksplisit atau vulgar. Sebuah program siaran juga dilarang memuat adegan tarian, gerakan tubuh dan atau lirik yang dapat dikatagorikan cabul atau membangkitkan gairah seks, serta merendahkan perempuan sebagai obyek seks. Lagu ini sudah lama beredar di tengah masyarakat, namun keberadaan lagu tersebut masih tetap melekat di benak masyarakat. Bahkan tidak sedikit anak-anak yang di bawah umur hapal bagian reffrain lagu tersebut karena seringnya diputar di televisi. Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis merasa tertarik untuk mengetahui makna serta mitos yang terkandung di dalam lirik lagu Jablay yang dipopulerkan oleh Titi Kamal dengan menggunakan pendekatan semiotika yang berfokus pada analisis semiologi Roland Barthes. 1.2 Fokus Masalah Berdasarkan uraian konteks masalah di atas, maka fokus masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana makna yang terkandung dalam lirik lagu Jablay yang dipopulerkan oleh Titi Kamal? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui makna denotatif, makna konotatif, serta mitos yang terdapat dalam lirik lagu Jablay yang dipopulerkan oleh Titi Kamal. 2. Untuk mengetahui relevansi antara lagu Jablay dan realitas dikehidupan masyarakat. xviii
3. Untuk mengetahui lagu Jablay dalam konteks sosial, budaya, dan agama. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah: 1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan memperkaya bahan penelitian dan sumber bacaan bagi mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi khususnya mengenai analisis semiotika pada lirik lagu. 2. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi tempat bagi penulis untuk menerapkan ilmu yang diperoleh selama masa kuliah dan memperluas cakrawala pengetahuan. 3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan yang berguna bagi pihak-pihak yang membutuhkan pengetahuan yang berhubungan dengan tema penelitian. xix