BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesusastraan Indonesia tercipta melalui sumber yang begitu luas, sebab Indonesia mempunyai lebih dari satu suku daerah yang beraneka ragam budaya sehingga dapat melatarbelakangi pengarang dalam membuat karya sastra. Berbagai suku yang ada di Indonesia dapat mempengaruhi cerita, kebiasaan, religi, atau mitos daerah yang ditempati suku-suku tersebut. Sastra lokal mendapat perhatian dari para pengarang pada beberapa tahun terakhir, pengarang dapat menjadikan sastra lokal sebagai sumber ide untuk membuat karya sastra. Kejelian para pengarang yang menggunakan sastra lokal sebagai rujukan cerita ataupun menceritakan kembali sastra lokal ke dalam kesusastraan Indonesia. Sastra lokal tercipta melalui proses setiap individu maupun kelompok yang dipengaruhi oleh pengetahuan, kebiasaan-kebiasaan, dan lingkungannya. Sastra lokal memiliki nilai-nilai yang baik seperti nasihat-nasihat dalam kehidupan, selain itu dalam sastra lokal dapat memberikan dampak positif untuk keberlangsungan masyarakat lokal tersebut sehingga memiliki aturan-aturan yang tepat bagi masyarakat itu sendiri, guna terciptanya masyarakat yang berbudi baik. Beragam ras, suku, dan agama membuat masyarakat daerah dapat menciptakan budaya sendiri pada setiap daerah. Pengetahuan dan kearifan lokal setiap daerah tidak dapat disamakan dengan daerah lain, karena pengetahuan dan kebiasaan-kebiasaan yang berbeda. Kearifan lokal merupakan bagian dari kebudayaan yang menurut Ratna (2011:91), 1
2 kearifan lokal. hanyalah sebagian kecil, inti sari kebiasaankebiasaan kelompok masyarakat tertentu. Kebiasaan-kebiasaan ataupun pola pada masing-masing daerah akan berbeda sebab pengetahuan masyarakat lokal setiap daerah berbeda, hal tersebut terjadi karena dipengaruhi oleh pengetahuan masyarakat mengenai lingkungan sekitar, masyarakat dengan kepercayaan, dan lain sebagainya. Dunia sastra tidak terlepas dari lingkungan masyarakat, baik kegiatan maupun tiap pemikirannya sebab karya sastra merupakan cerminan kehidupan masyarakat. Karya sastra dengan kearifan lokal jelas berhubungan, sebab keduanya saling mengisi sebagai hasil kreatif masyarakat/individu. Karya sastra merupakan bahasa, baik yang disampaikan lisan ataupun tulisan oleh penciptanya melalui diksi yang digunakan, termasuk gaya bahasa dan kearifan lokalnya yaitu sebagai isi cerita atau gagasan mengenai bentuk kearifan lokal yang dituliskan oleh pengarang sebagai bentuk karya sastra berupa prosa, puisi, dan drama. Novel merupakan karangan prosa fiksi yang menceritakan secara lebih dan detail. Mulai dari setting cerita, tokoh, perwatakan, masalah-masalah sosial yang ditampilkan, kebudayaan, dan alur. Novel sebagai karya fiksi merupakan cerminan kehidupan nyata yang ditulis dengan mealaui imajinasi pengarang. Kepekaan pengarang terhadap gejala-gejala disekitar lingkungannya juga dapat mempengaruhi cerita yang ada di dalam novel. Cerita yang ada di dalam novel tidak terlepas dari pengarang dalam menciptakan sebuah karya sastra. Di dalam kesusastraan Indonesia, ada beberapa pengarang yang menceritakan suatu budaya
3 lokal dalam penulisannya. Karya sastra tersebut tercipta karena beberapa faktor yang melatar belakangi pengarang seperti agama, suku, ras, dan budaya. Novel Nun Pada Sebuah Cermin karya Afifa Afra mengekspolrasi tentang kebudayaan lokal masyarakat Jawa yang memiliki nilai-nilai luhur untuk dapat dijadikan sebagai penimbang perbuatan dan juga sebagai pembentuk karakter bangsa. Dalam cerita novel Nun Pada Sebuah Cermin karya Afifah Afra ini, pengarang menuliskan beberapa kearifan lokal Jawa berupa tembang macapat dan perilaku-perilaku budaya lokal seperti kesenian. Beberapa merupakan simbolsimbol untuk menggambarkan cerita yang dibangun oleh tokoh-tokoh dalam novel. Dari beberapa kearifan lokal tersebut pengarang dapat menjadikan nilainilai kearifan lokal untuk dimasukkan dalam cerita melalui peran yang dibawakan tokoh sehingga isi dalam novel ini memiliki beberapa nilai-nilai yang baik dan bijaksana. Penelitian sejenis pernah dilakukan Sartini (2009) dengan judul Menggali Nilai Kearifan Lokal Budaya Jawa Lewat Ungkapan (Bebasan, Saloka, dan Paribasa). Penelitian tersebut menggali kearifan lokal pada daerah Jawa tepatnya mengenai bahasa, istilah-istilah berupa ungkapan (bebasan, saloka, dan paribasan) yang ada dan digunakan oleh masyarakat jawa, sedangkan dalam penelitian yang diberi judul Nilai Kearifan Lokal Masyarakat Jawa dalam Novel Nun Pada Sebuah Cermin Karya Afifa Afra ini membahas mengenai bentuk kearifan lokal Jawa yang berkaitan dengan religi dan yang berwujud kesenian. Selain bentuk kearifan lokal, penelitian ini juga membahas nilai kearifan lokal budaya Jawa seperti nilai religius, nilai filosofis, nilai etis, dan nilai estetis yang ada di dalam novel.
4 Hubungan kebudayaan dan karya sastra yang begitu dekat, dapat diteliti menggunakan pendekatan antropologi sastra untuk mengkaji mengenai kearifan lokal sebagai kebudayaan yang ada di dalam novel. Pendekatan antropologi sastra digunakan karena penelitian ini menyangkut tentang kebudayaan dalam kajian karya sastra. Menurut Ratna (2004: 351), antropologi sastra adalah studi mengenai karya sastra dengan relevansi manusia (anthropos). Antropologi sastra dibicarakan berkaitan dengan antropologi kultural, dengan karya-karya yang dihasilkan oleh manusia, seperti: bahasa, religi, mitos, sejarah, hukum, adatistiadat, dan karya seni, khususnya karya sastra. Antropologi sastra memberikan ilmu untuk mengkaji sastra dari sisi kebudayaan. Dalam kebudayaan terdapat nilai-nilai untuk dijadikan pedoman masyarakat. Adanya nilai yang terdapat dalam kebudayaan memberi dampak positif bagi masyarakat agar terhindar dari pebuatan yang tidak baik. Nilai sebagai salah satu unsur dasar pembentukan orientasi budaya, nilai melibatkan konsep budaya yang menganggap sesuatu itu sebagai baik atau buruk, benar atau salah, adil atau tidak adil, cantik atau jelek, bersih atau kotor, berharga atau tidak berharga, cocok atau tidak cocok, dan baik atau kejam (Rokeach dalam Liliweri, 2014:55). Nilai kearifan lokal Jawa yang ada di dalam masyarakat Jawa terdiri dari beberapa nilai, yaitu nilai religius, nilai filosofis, nilai etis, dan nilai estetis. Nilai tersebut yang menjadi dasar individu dan juga kelompok masyarakat Jawa untuk melakukan kegiatan sebagai masyarakat yang berbudaya. Kehidupan masyarakat yang selalu berkembang seharusnya tidak melupakan nilai-nilai kearifan lokal. Seperti masyarakat Jawa, masyarakat Jawa sepatutnya tetap berpegang pada nilai-
5 nilai budaya Jawa yang telah ada di tengah perkembangan teknolgi dan kebudayaan asing yang masuk di tanah Jawa. Novel Nun Pada Sebuah Cermin karya Afifah Afra ini terdapat kearifan Jawa seperti kepercayaan, kesenian, bahasa, dan sikap yang di bangun oleh tokohtokoh dan peristiwa yang ada di dalam novel yang memiliki nilai-nilai budaya yang adhiluhung. Karya sastra yang baik akan membawa dampak yang baik bagi pembaca dan juga sebagai individu yang berbudaya. Kebudayaan memampukan masyarakat maupun individu untuk membuat keputusan lebih mudah terhadap setiap masalah yang dihadapi dan juga sebagai cerminan kebaikan yang dapat dilakukan untuk menjalankan hidup sebagai masyarakat yang berbudaya. Berdasarkan uraian di atas, maka judul penelitian ini yaitu Nilai Kearifan Jawa dalam Novel Nun Pada Sebuah Cermin Karya Afifa Afra. Berdasarkan judul tersebut kajian ini akan memfokuskan pada bentuk kearifan lokal seperti kepercayaan, kesenian, dan mata pencaharian juga nilai kearifan lokal Jawa seperti nilai religius, nilai filosofis, nilai etis, dan nilai estetis. 1.2 Fokus Penelitian Penelitian ini difokuskan pada bentuk kearifan lokal Jawa seperti kepercayaan, mata pencaharian, dan berkesenian yang di dalamnya terdapat nilai kearifan masyarakat Jawa yang meliputi nilai religius, nilai filosofis, nilai etis, dan nilai estetis.
6 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, permasalahan-permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini dirumuskan dalam pertanyaan-pertanyaan, berikut: 1. Bagaimana bentuk kearifan lokal masyarakat Jawa yang terdapat dalam novel Nun Pada Sebuah Cermin karya Afifah Afra? 2. Bagaimana nilai-nilai kearifan lokal masyarakat Jawa yang terdapat dalam novel Nun Pada Sebuah Cermin karya Afifah Afra? 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah rumusan kalimat yang menunjukan suatu hal yang diperoleh setelah penelitian selesai. Pada penelitian ini, peneliti mempunyai tujuan sebagai berikut: 1. Untuk mengidentifikasi bentuk kearifan lokal masyarakat Jawa yang terdapat dalam novel Nun Pada Sebuah Cermin karya Afifah Afra. 2. Untuk mengidentifikasi nilai kearifan lokal masyarakat Jawa yang terdapat dalam novel Nun Pada Sebuah Cermin karya Afifah Afra. 1.5 Manfaat penelitian Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka diharapkan manfaat dari tujuan penelitian tersebut seperti. 1.5.1 Manfaat Teoretis Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan pengetahuan terhadap perkembangan kearifan lokal dan nilai kearifan lokal dalam kontruk antropologi sastra.
7 1.5.2 Manfaat Praktis Diharapkan hasil dari penelitian ini mampu menjadi sumber bacaan yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mampu menghasilkan generasi penerus yang sederhana dan semangat guna membentuk karakter pembaca. Sebagai pedoman dalam kehidupan bermasyarakat, sebab nilai-nilai religius, nilai filosofis, nilai estetis, dan nilai etis memberi dampak yang positif untuk diterapkan di lingkungan masyarakat Jawa. 1.6 Penegasan Istilah Penegasan istilah merupankan hal yang harus dijelaskan, karena dalam suatu penelitian, kata kunci merupakan suatu pemahan untuk mempermudah peneliti mempertangungjawabkan suatu penelitian. 1) Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar (Koentjaraningrat, 2009:144) 2) Kearifan lokal merupakan bagian dari budaya suatu masyarakat yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat itu sendiri. Kearifan lokal adalah keseluruhan atau total pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh sekolompok orang di geografis tertentu, sebagian besar pengetahuan dan keterampilan itu telah diwariskan dari generasi sebelumnya ke generasi selanjutnya meskipun lingkungan terus berubah (Marrewijk dalam liliweri, 2014:223). 3) Nilai sebagai salah satu unsur dasar pembentukan orientasi budaya, nilai melibatkan konsep budaya yang menganggap sesuatu itu sebagai baik atau buruk, benar atau salah, adil atau tidak adil, cantik atau jelek, bersih atau
8 kotor, berharga atau tidak berharga, cocok atau tidak cocok, dan baik atau kejam (Rokeach dalam Liliweri, 2014:55). 4) Nilai kearifan lokal Jawa adalah nilai yang dimiliki oleh masyarakat Jawa yang memiliki kandungan nilai kebenaran, nilai kebaikan, nilai yang dapat memperkaya rasa keadilan, kemampuan bertanggung jawab, kemandirian, kerukunan, kejujuran, dan keteladanan, serta budi pekerti. (Sartini, 2004:2) 5) Nilai religius adalah nilai mengenai kepercayaan manusia Jawa terhadap Tuhan Yang Maha Esa untuk mengatasi segala permasalahan kehidupan dunia dalam pandangan manusia Jawa (Saryono, 2011:42). 6) Nilai filosofis Jawa lebih condong sebagai panduan praktis hidup daripada sebagai nalar semata yang menawarkan jalan mencapai tujuan hidup manusia; jalan keselamatan dan kesempurnaan manusia. Falsafah Jawa berbicara mengenai perkara yang benar dan tepat, berdasarkan hal tersebut kebenaran dan ketepatan adalah kemapanan, keselarasan, dan kebersamaan (Saryono, 2011:72). 7) Nilai etis merupakan nilai yang berkaitan dengan sikap dan perilaku manusia Jawa untuk dijadikan dasar individu berbuat dalam lingkungannya, nilai etis menimbang perbuatan baik yang dilakukan oleh manusia Jawa. 8) Nilai estetis adalah nilai yang berkenaan dengan keindahan dan keelokan dalam pandangan manusia Jawa atau menurut manusia Jawa yang mengarah pada kesenian Jawa (Saryono, 2011:212).