BAB I PENDAHULUAN. sendiri, guna terciptanya masyarakat yang berbudi baik.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam keberagaman sering kali lupa terhadap nilai-nilai kebudayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. tulisan atau bisa disebut dengan bahasa tulis.

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

BAB I PENDAHULUAN. Sastra selalu identik dengan ungkapan perasaan dan pikiran pengarang

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sebuah perubahan. Perlawanan budaya merupakan sebuah perjuangan

BAB I PENDAHULUAN. sastra memiliki kekhasan dari pengarangnya masing-masing. Hal inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang

commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dan manusia erat kaitanya karena pada dasarnya keberadaan sastra sering

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahkluk sosial yang berbudaya mempunyai peran

BAB I PENDAHULUAN. melalui cipta, rasa, dan karsa manusia. Al-Ma ruf (2009: 1) menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupan masyarakat. Sastrawan memiliki peranan didalam masyarakat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KISI-KISI SOAL KOMPETENSI PROFESIONAL BIDANG STUDI BAHASA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan melalui kata-kata yang indah sehingga. berbentuk tulisan dan karya sastra berbentuk lisan.

PENDAHULUAN. sosialnya. Imajinasi pengarang dituangkan dalam bentuk bahasa yang kemudian

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Guru Tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya, belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi.

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Awal Sertifikasi Guru Tahun 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil pekerjaan kreatif manusia. Karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tumpuan serta puncak keagungan bangsa adalah berupa

BAB I PENDAHULUAN. batas formal namun semua itu tidak begitu subtansial. Mitos tidak jauh dengan

BAB I PENDAHULUAN. Struktur karya sastra dibedakan menjadi dua jenis yaitu struktur dalam

BAB I PENDAHULUAN. adalah manusia dan kehidupan, yang menggunakan bahasa sebagai medium. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. juga memberikan pengalaman dan gambaran dalam bermasyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. memberikan atau menyampaikan suatu hal yang di ungkapkan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. berarti tulisan, istilah dalam bahasa Jawa Kuna berarti tulisan-tulisan utama.

BAB III METODE PENELITIAN. Metode merupakan cara kerja dalam memahami objek yang menjadi

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia yang memiliki nilai-nilai luhur. Wayang tidak hanya secara artistik memiliki kualitas

BAB 1 PENDAHULUAN. lisan, sedangkan membaca dan menulis terjadi dalam komunikasi secara tertulis.

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan bentuk karya seni kreatif yang menggunakan objek manusia

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat dalam suatu karya sastra, karena hakekatnya sastra merupakan cermin

89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ataupun kitab-kitab pengajaran, Teeuw dalam Susanto (2012 : 1).

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang harus terus di latih. Menurut Jauhari (2013:16) Keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. dan permasalahan yang ada pada manusia dan lingkungannya, Sastra merupakan. lukisan ataupun karya lingkungan binaan/arsitektur.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. masyarakat, bangsa, dan negara sesuai dengan pasal 1 UU Nomor 20 Tahun 2003.

BAB I PENDAHULUAN. dimengerti dan digunakan untuk berinteraksi dengan orang lain. Adapun cara-cara

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Sansekerta yang berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan pengalaman dan pengamatannya terhadap kehidupan. Kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari (Dalman, 2015: 1). Dengan bahasa itulah manusia dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa. Melalui karya sastra manusia bisa mengetahui sejarah berbagai hal,

I. PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, seseorang dengan menggunakan bahasa yang indah.

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini dikemukakan beberapa poin di antaranya latar belakang

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR. MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) MADRASAH TSANAWIYAH (MTs.)

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra. Sebuah karya sastra tidak lepas dari bahasa. dapat dikatakan

K BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. budayanya dan budaya orang lain, serta mengemukakan gagasan dan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

kemanusiaan, nilai-nilai pendidikan, nilai-nilai kebudayaan dan meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami berbagai peristiwa yang sarat dengan nilai-nilai moral yang

BAB I PENDAHULUAN. Nilai budaya yang dimaksud adalah nilai budaya daerah yang dipandang sebagai suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra diciptakan berdasarkan gagasan dan pandangan seorang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yulianti, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER NOVEL LAMPAU KARYA SANDI FIRLY DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial, dan karya sastra memiliki kaitan yang sangat erat. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menulis. Menurut Tarigan (2008:21) Proses menulis sebagai suatu cara. menerjemahkannya ke dalam sandi-sandi tulis.

BAB 1 PENDAHULUAN. kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Pengetahuan kebahasaan meliputi

34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B)

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesusastraan Indonesia tercipta melalui sumber yang begitu luas, sebab Indonesia mempunyai lebih dari satu suku daerah yang beraneka ragam budaya sehingga dapat melatarbelakangi pengarang dalam membuat karya sastra. Berbagai suku yang ada di Indonesia dapat mempengaruhi cerita, kebiasaan, religi, atau mitos daerah yang ditempati suku-suku tersebut. Sastra lokal mendapat perhatian dari para pengarang pada beberapa tahun terakhir, pengarang dapat menjadikan sastra lokal sebagai sumber ide untuk membuat karya sastra. Kejelian para pengarang yang menggunakan sastra lokal sebagai rujukan cerita ataupun menceritakan kembali sastra lokal ke dalam kesusastraan Indonesia. Sastra lokal tercipta melalui proses setiap individu maupun kelompok yang dipengaruhi oleh pengetahuan, kebiasaan-kebiasaan, dan lingkungannya. Sastra lokal memiliki nilai-nilai yang baik seperti nasihat-nasihat dalam kehidupan, selain itu dalam sastra lokal dapat memberikan dampak positif untuk keberlangsungan masyarakat lokal tersebut sehingga memiliki aturan-aturan yang tepat bagi masyarakat itu sendiri, guna terciptanya masyarakat yang berbudi baik. Beragam ras, suku, dan agama membuat masyarakat daerah dapat menciptakan budaya sendiri pada setiap daerah. Pengetahuan dan kearifan lokal setiap daerah tidak dapat disamakan dengan daerah lain, karena pengetahuan dan kebiasaan-kebiasaan yang berbeda. Kearifan lokal merupakan bagian dari kebudayaan yang menurut Ratna (2011:91), 1

2 kearifan lokal. hanyalah sebagian kecil, inti sari kebiasaankebiasaan kelompok masyarakat tertentu. Kebiasaan-kebiasaan ataupun pola pada masing-masing daerah akan berbeda sebab pengetahuan masyarakat lokal setiap daerah berbeda, hal tersebut terjadi karena dipengaruhi oleh pengetahuan masyarakat mengenai lingkungan sekitar, masyarakat dengan kepercayaan, dan lain sebagainya. Dunia sastra tidak terlepas dari lingkungan masyarakat, baik kegiatan maupun tiap pemikirannya sebab karya sastra merupakan cerminan kehidupan masyarakat. Karya sastra dengan kearifan lokal jelas berhubungan, sebab keduanya saling mengisi sebagai hasil kreatif masyarakat/individu. Karya sastra merupakan bahasa, baik yang disampaikan lisan ataupun tulisan oleh penciptanya melalui diksi yang digunakan, termasuk gaya bahasa dan kearifan lokalnya yaitu sebagai isi cerita atau gagasan mengenai bentuk kearifan lokal yang dituliskan oleh pengarang sebagai bentuk karya sastra berupa prosa, puisi, dan drama. Novel merupakan karangan prosa fiksi yang menceritakan secara lebih dan detail. Mulai dari setting cerita, tokoh, perwatakan, masalah-masalah sosial yang ditampilkan, kebudayaan, dan alur. Novel sebagai karya fiksi merupakan cerminan kehidupan nyata yang ditulis dengan mealaui imajinasi pengarang. Kepekaan pengarang terhadap gejala-gejala disekitar lingkungannya juga dapat mempengaruhi cerita yang ada di dalam novel. Cerita yang ada di dalam novel tidak terlepas dari pengarang dalam menciptakan sebuah karya sastra. Di dalam kesusastraan Indonesia, ada beberapa pengarang yang menceritakan suatu budaya

3 lokal dalam penulisannya. Karya sastra tersebut tercipta karena beberapa faktor yang melatar belakangi pengarang seperti agama, suku, ras, dan budaya. Novel Nun Pada Sebuah Cermin karya Afifa Afra mengekspolrasi tentang kebudayaan lokal masyarakat Jawa yang memiliki nilai-nilai luhur untuk dapat dijadikan sebagai penimbang perbuatan dan juga sebagai pembentuk karakter bangsa. Dalam cerita novel Nun Pada Sebuah Cermin karya Afifah Afra ini, pengarang menuliskan beberapa kearifan lokal Jawa berupa tembang macapat dan perilaku-perilaku budaya lokal seperti kesenian. Beberapa merupakan simbolsimbol untuk menggambarkan cerita yang dibangun oleh tokoh-tokoh dalam novel. Dari beberapa kearifan lokal tersebut pengarang dapat menjadikan nilainilai kearifan lokal untuk dimasukkan dalam cerita melalui peran yang dibawakan tokoh sehingga isi dalam novel ini memiliki beberapa nilai-nilai yang baik dan bijaksana. Penelitian sejenis pernah dilakukan Sartini (2009) dengan judul Menggali Nilai Kearifan Lokal Budaya Jawa Lewat Ungkapan (Bebasan, Saloka, dan Paribasa). Penelitian tersebut menggali kearifan lokal pada daerah Jawa tepatnya mengenai bahasa, istilah-istilah berupa ungkapan (bebasan, saloka, dan paribasan) yang ada dan digunakan oleh masyarakat jawa, sedangkan dalam penelitian yang diberi judul Nilai Kearifan Lokal Masyarakat Jawa dalam Novel Nun Pada Sebuah Cermin Karya Afifa Afra ini membahas mengenai bentuk kearifan lokal Jawa yang berkaitan dengan religi dan yang berwujud kesenian. Selain bentuk kearifan lokal, penelitian ini juga membahas nilai kearifan lokal budaya Jawa seperti nilai religius, nilai filosofis, nilai etis, dan nilai estetis yang ada di dalam novel.

4 Hubungan kebudayaan dan karya sastra yang begitu dekat, dapat diteliti menggunakan pendekatan antropologi sastra untuk mengkaji mengenai kearifan lokal sebagai kebudayaan yang ada di dalam novel. Pendekatan antropologi sastra digunakan karena penelitian ini menyangkut tentang kebudayaan dalam kajian karya sastra. Menurut Ratna (2004: 351), antropologi sastra adalah studi mengenai karya sastra dengan relevansi manusia (anthropos). Antropologi sastra dibicarakan berkaitan dengan antropologi kultural, dengan karya-karya yang dihasilkan oleh manusia, seperti: bahasa, religi, mitos, sejarah, hukum, adatistiadat, dan karya seni, khususnya karya sastra. Antropologi sastra memberikan ilmu untuk mengkaji sastra dari sisi kebudayaan. Dalam kebudayaan terdapat nilai-nilai untuk dijadikan pedoman masyarakat. Adanya nilai yang terdapat dalam kebudayaan memberi dampak positif bagi masyarakat agar terhindar dari pebuatan yang tidak baik. Nilai sebagai salah satu unsur dasar pembentukan orientasi budaya, nilai melibatkan konsep budaya yang menganggap sesuatu itu sebagai baik atau buruk, benar atau salah, adil atau tidak adil, cantik atau jelek, bersih atau kotor, berharga atau tidak berharga, cocok atau tidak cocok, dan baik atau kejam (Rokeach dalam Liliweri, 2014:55). Nilai kearifan lokal Jawa yang ada di dalam masyarakat Jawa terdiri dari beberapa nilai, yaitu nilai religius, nilai filosofis, nilai etis, dan nilai estetis. Nilai tersebut yang menjadi dasar individu dan juga kelompok masyarakat Jawa untuk melakukan kegiatan sebagai masyarakat yang berbudaya. Kehidupan masyarakat yang selalu berkembang seharusnya tidak melupakan nilai-nilai kearifan lokal. Seperti masyarakat Jawa, masyarakat Jawa sepatutnya tetap berpegang pada nilai-

5 nilai budaya Jawa yang telah ada di tengah perkembangan teknolgi dan kebudayaan asing yang masuk di tanah Jawa. Novel Nun Pada Sebuah Cermin karya Afifah Afra ini terdapat kearifan Jawa seperti kepercayaan, kesenian, bahasa, dan sikap yang di bangun oleh tokohtokoh dan peristiwa yang ada di dalam novel yang memiliki nilai-nilai budaya yang adhiluhung. Karya sastra yang baik akan membawa dampak yang baik bagi pembaca dan juga sebagai individu yang berbudaya. Kebudayaan memampukan masyarakat maupun individu untuk membuat keputusan lebih mudah terhadap setiap masalah yang dihadapi dan juga sebagai cerminan kebaikan yang dapat dilakukan untuk menjalankan hidup sebagai masyarakat yang berbudaya. Berdasarkan uraian di atas, maka judul penelitian ini yaitu Nilai Kearifan Jawa dalam Novel Nun Pada Sebuah Cermin Karya Afifa Afra. Berdasarkan judul tersebut kajian ini akan memfokuskan pada bentuk kearifan lokal seperti kepercayaan, kesenian, dan mata pencaharian juga nilai kearifan lokal Jawa seperti nilai religius, nilai filosofis, nilai etis, dan nilai estetis. 1.2 Fokus Penelitian Penelitian ini difokuskan pada bentuk kearifan lokal Jawa seperti kepercayaan, mata pencaharian, dan berkesenian yang di dalamnya terdapat nilai kearifan masyarakat Jawa yang meliputi nilai religius, nilai filosofis, nilai etis, dan nilai estetis.

6 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, permasalahan-permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini dirumuskan dalam pertanyaan-pertanyaan, berikut: 1. Bagaimana bentuk kearifan lokal masyarakat Jawa yang terdapat dalam novel Nun Pada Sebuah Cermin karya Afifah Afra? 2. Bagaimana nilai-nilai kearifan lokal masyarakat Jawa yang terdapat dalam novel Nun Pada Sebuah Cermin karya Afifah Afra? 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah rumusan kalimat yang menunjukan suatu hal yang diperoleh setelah penelitian selesai. Pada penelitian ini, peneliti mempunyai tujuan sebagai berikut: 1. Untuk mengidentifikasi bentuk kearifan lokal masyarakat Jawa yang terdapat dalam novel Nun Pada Sebuah Cermin karya Afifah Afra. 2. Untuk mengidentifikasi nilai kearifan lokal masyarakat Jawa yang terdapat dalam novel Nun Pada Sebuah Cermin karya Afifah Afra. 1.5 Manfaat penelitian Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka diharapkan manfaat dari tujuan penelitian tersebut seperti. 1.5.1 Manfaat Teoretis Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan pengetahuan terhadap perkembangan kearifan lokal dan nilai kearifan lokal dalam kontruk antropologi sastra.

7 1.5.2 Manfaat Praktis Diharapkan hasil dari penelitian ini mampu menjadi sumber bacaan yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mampu menghasilkan generasi penerus yang sederhana dan semangat guna membentuk karakter pembaca. Sebagai pedoman dalam kehidupan bermasyarakat, sebab nilai-nilai religius, nilai filosofis, nilai estetis, dan nilai etis memberi dampak yang positif untuk diterapkan di lingkungan masyarakat Jawa. 1.6 Penegasan Istilah Penegasan istilah merupankan hal yang harus dijelaskan, karena dalam suatu penelitian, kata kunci merupakan suatu pemahan untuk mempermudah peneliti mempertangungjawabkan suatu penelitian. 1) Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar (Koentjaraningrat, 2009:144) 2) Kearifan lokal merupakan bagian dari budaya suatu masyarakat yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat itu sendiri. Kearifan lokal adalah keseluruhan atau total pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh sekolompok orang di geografis tertentu, sebagian besar pengetahuan dan keterampilan itu telah diwariskan dari generasi sebelumnya ke generasi selanjutnya meskipun lingkungan terus berubah (Marrewijk dalam liliweri, 2014:223). 3) Nilai sebagai salah satu unsur dasar pembentukan orientasi budaya, nilai melibatkan konsep budaya yang menganggap sesuatu itu sebagai baik atau buruk, benar atau salah, adil atau tidak adil, cantik atau jelek, bersih atau

8 kotor, berharga atau tidak berharga, cocok atau tidak cocok, dan baik atau kejam (Rokeach dalam Liliweri, 2014:55). 4) Nilai kearifan lokal Jawa adalah nilai yang dimiliki oleh masyarakat Jawa yang memiliki kandungan nilai kebenaran, nilai kebaikan, nilai yang dapat memperkaya rasa keadilan, kemampuan bertanggung jawab, kemandirian, kerukunan, kejujuran, dan keteladanan, serta budi pekerti. (Sartini, 2004:2) 5) Nilai religius adalah nilai mengenai kepercayaan manusia Jawa terhadap Tuhan Yang Maha Esa untuk mengatasi segala permasalahan kehidupan dunia dalam pandangan manusia Jawa (Saryono, 2011:42). 6) Nilai filosofis Jawa lebih condong sebagai panduan praktis hidup daripada sebagai nalar semata yang menawarkan jalan mencapai tujuan hidup manusia; jalan keselamatan dan kesempurnaan manusia. Falsafah Jawa berbicara mengenai perkara yang benar dan tepat, berdasarkan hal tersebut kebenaran dan ketepatan adalah kemapanan, keselarasan, dan kebersamaan (Saryono, 2011:72). 7) Nilai etis merupakan nilai yang berkaitan dengan sikap dan perilaku manusia Jawa untuk dijadikan dasar individu berbuat dalam lingkungannya, nilai etis menimbang perbuatan baik yang dilakukan oleh manusia Jawa. 8) Nilai estetis adalah nilai yang berkenaan dengan keindahan dan keelokan dalam pandangan manusia Jawa atau menurut manusia Jawa yang mengarah pada kesenian Jawa (Saryono, 2011:212).