BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tekstil telah dikenal dan dibuat oleh manusia sejak zaman sebelum neolitik, sebagai alat pelindung tubuh. Kemudian hingga sekarang berkembang menjadi suatu produk industri yang dapat memenuhi berbagai fungsi dan kebutuhan (Rizali, 2006: 36). Tekstil merupakan kebutuhan pokok manusia yang dulunya berfungsi sebagai penutup tubuh, kemudian tekstil terus berkembang hingga sekarang beralih fungsi tidak lagi hanya sebagai penutup tubuh namun juga sebagai penambah nilai pencitraan, prestise dan gaya-mode. Pada awal kemunculannya tekstil dibuat dengan jumlah terbatas untuk memenuhi kebutuhan sendiri, keluarga dan upacara ritual, kemudian tekstil berkembang dan dibuat secara massal untuk diperdagangkan. Tekstil sendiri merupakan kerajinan yang terbuat dari serat, baik ditenun (woven) maupun tidak ditenun (non woven). Ada dua teknik dasar dalam pembuatan tekstil yaitu teknik struktur dan teknik permukaan. Di Nusantara yang terkenal dengan tekstil tradisinya, salah satu teknik yang digunakan dalam membuat tekstil tradisi adalah teknik permukaan dengan menggunakan cara tutup celup. Tekstil tersebut banyak dikenal oleh masyarakat Indonesia sebagai batik. Batik sebagai tekstil tradisi di Nusantara pada awal kemunculannya merupakan kerajinan yang bersifat eksklusif, dibuat dengan jumlah sedikit untuk 1
2 memenuhi kebutuhan sendiri. Biasanya pembuatannya membutuhkan waktu cukup lama karena hanya sebagai pekerjaan pengisi waktu. Ketika batik mulai berkembang menjadi komoditi perdagangan, diupayakan berbagai cara agar waktu pembuatannya lebih singkat. Salah satunya dengan teknik cap. Teknik cap pertama kali muncul pada tahun 1815 dengan dibuat stampel dari tembaga untuk membuat lukisan lilin pada kain dengan cara mencapkan stempel yang sudah dibubuhi malam ke kain. Pada tahun 1902 pernah dibuat stampel cap dari kayu, namun alat ini tidak dapat berkembang dalam pembatikan Jawa, tetapi di Sumatera dan Bukit Tinggi cap ini masih digunakan (Soesanto, 1980: 306). Kepopuleran batik semakin meningkat setelah United Nations Educational, Scientific, and Culture Organization (UNESCO) memberikan pengakuan dan mengesahkan secara resmi Batik Indonesia sebagai warisan budaya dunia (World Heritage) yang digolongkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Non Bendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) pada tanggal 2 Oktober 2009 lalu. Pengakuan UNESCO ini meliputi teknik, teknologi serta motif Batik Indonesia (Lisbijanto, 2013: 6). Sejak saat itu permintaan akan batik menjadi semakin meningkat, sehingga para produsen batik harus mampu memenuhi permintaan pasar akan batik dengan waktu yang lebih singkat dan dengan jumlah yang banyak. Dengan adanya desakan tersebut akhirnya para produsen batik membuat batik dengan cara yang lebih praktis dengan berbagai teknik baru, salah satunya teknik penutupan dengan apa yang disebut malam dingin.
3 Batik malam dingin merupakan salah satu jenis teknik batik yang kini menghasilkan batik dengan jumlah paling banyak jika dibanding batik cap apalagi batik tulis. Metode batik malam dingin ini dapat dikatakan perpaduan antara sablon dan batik. Metode ini juga sering disebut dengan metode print (sablon) malam, dimana pada proses produksinya hampir sama seperti pada proses sablon atau printing biasanya yaitu screen sablon digunakan untuk pembuat motif dengan teknik cetak saring. Pada batik malam dingin, materi yang di sablonkan pada kain adalah malam (lilin) dingin berbentuk cair dan bukan pasta warna seperti batik print konvensional. Setelah malam menempel, kemudian kain tersebut melalui proses pencoletan, pencelupan hingga pelorodan seperti pembuatan batik pada umumnya. Teknik printing atau sablon adalah menyaring zat pewarna melalui motif diatas kain hingga menghasilkan motif tertentu. Namun pada teknik sablon malam yang dilakukan bukan menyaring zat pewarna, melainkan menyaring malam cair ke atas lembaran kain. Selanjutnya kain tersebut mengalami proses pewarnaan dan penghilangan lilin malam seperti teknik batik lain (Wijayanti. 2013: 7-8). Penemuan dan perkembangan teknologi malam dingin ini diperkirakan sejak tahun 1970an-1980an dan dikembangkan sampai sekarang, teknik malam dingin kemudian menyebar ke wilayah-wilayah yang merupakan sentra pembatikan seperti Pekalongan, Jogja dan Solo hingga ke Sragen. Di Soloraya sendiri persebaran teknik batik malam dingin tidak diketahui secara pasti sejak kapan, namun semenjak tahun 2009 batik gencar diakui oleh UNESCO, produk
4 batik malam dingin ini semakin berkembang pesat diproduksi di wilayah Soloraya dengan rata-rata produksi 100 meter hingga 300 meter setiap harinya. Penelitian tentang batik memang seperti tidak ada hentinya, namun khususnya mengenai batik dengan teknik malam dingin belum banyak diangkat sebagai bahan penelitian. Sebelumnya penelitian mengenai malam dingin pernah beberapa kali dilakukan oleh Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB) Yogyakarta, salah satunya pada tahun 2004 dengan judul Pengembangan Sistem Pembatikan dengan Metode Screen yang membahas tentang komposisi bahan malam dingin, screen printing yang dapat digunakan pada teknik malam dingin dan tahapan singkat mengenai pembatikan malam dingin. Pada tahun 2016 BBKB kembali melakukan penelitian dengan judul Ratio Komposisi Penggunaan Lilin Batik Dingin Cair pada Pembatikan Kain Katun Dengan Zat Warna Naphtol yang membahas tentang pengujian pembuatan berbagai variasi komposisi malam dingin dan pelarutnya, kelancaran proses pembatikan sablon, waktu pengeringan dan daya tolak warna terhadap zat warna batik dengan berbagai bahan. Sedangkan pada penelitian ini akan lebih berfokus mengkaji mengenai desain dan daya saing produk batik dengan teknik malam dingin. Selain itu dalam penelitian ini juga diharapkan mampu mengurai dan menjelaskan bagaimana latar belakang kemunculan batik malam dingin dipasaran khususnya di wilayah Soloraya, karakter teknik dan visual seperti apa yang dimiliki produk batik malam dingin dan bagaimana daya saing batik malam dingin terhadap batik konvensional.
5 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana latar belakang munculnya batik malam dingin? 2. Bagaimana karakter teknik dan visual batik malam dingin? 3. Bagaimana daya saing batik malam dingin terhadap batik konvensional? C. Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah: 1. Mengetahui latar belakang munculnya batik malam dingin. 2. Mengetahui karakter teknik dan visual batik malam dingin. 3. Mengetahui daya saing batik malam dingin terhadap batik konvensional. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah: 1. Bagi Keilmuan. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih dalam pengembangan ilmu pengetahuan dibidang seni rupa dan desain, sebagai referensi bagi yang akan melakukan penelitian serupa, serta sebagai bahan bacaan yang diharapkan bisa menambah wawasan khususnya dibidang kriya tekstil.
6 2. Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan serta pengalaman bagi peneliti untuk bekal terjun dalam dunia pertekstilan yang lebih luas kelak. 3. Bagi Pihak Terkait. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih bagi pihak pengembang batik malam dingin untuk kemudian meningkatkan inovasi lebih jauh lagi, dan juga membantu untuk menyebarkan informasi mengenai batik dengan teknik malam dingin kepada masyarakat luas, khususnya masyarakat yang berkecimpung dalam usaha batik. E. Susunan Penulisan Penulisan Skripsi ini dibagi menjadi lima bab, yakni sebagai berikut: BAB I, Pendahuluan, berisi latar belakang mengenai kemunculan teknik pembatikan baru yang disebut dengan Batik Malam Dingin, perumusan masalah, tujuan pengkajian, manfaat pengkajian yang memuat manfaat bagi keilmuan, peneliti, serta pihak terkait. Tujuan dari penelitian ini untuk Mengetahui latar belakang munculnya batik malam dingin, karakter teknik dan visual batik malam dingin, dan daya saing batik malam dingin terhadap batik konvensional. BAB II, Kajian Pustaka, berisi tinjauan pustaka dan penjelasan teori dan kerangka pikir yang digunakan sebagai acuan dalam menganalisis hasil penelitian. Pada sub bab tinjauan pustaka berisi tentang jenis dan perkembangan teknik batik, struktur dan jenis motif batik. Pada sub bab teori dan kerangka pikir menjelaskan
7 tentang teori desain yang dikemukakan oleh Agus Sachari tentang desain sebagai kegiatan manusia yang berhubungan dengan Sains, Teknologi dan Seni Rupa. BAB III, Metode Penelitian, berisi tentang metode penelitian yang digunakan untuk menjawab permasalahan yang mencakup jenis penelitian yang diterapkan yaitu kualitatif deskriptif. Lokasi penelitian di Masaran Sragen tepatnya di Sidodadi dan Pilang, Kadokan Telukan Sukoharjo dan BBKB Yogyakarta. Sumber data diperoleh dari informan, tempat & aktifitas, benda, serta dokumen dan arsip. Teknik pengumpulan data yang digunakan dengan cara wawancara, observasi, dan content analysis. Teknik sampling yang digunakan yaitu purposive sampling. Untuk meningkatkan validitas data dengan trianggulasi data dan teknik analisis data dilakukan dengan menggunakan model analisis interaktif. BAB IV, Hasil Penelitian dan Sajian data, berisi tentang hasil penelitian mengenai latar belakang kemunculan batik dengan teknik malam dingin yang meliputi awal kemunculan dan perkembangannya. Teknik proses produksi dan karakter visual yang mampu dihasilkan dengan teknik malam dingin. Daya saing batik malam dingin terhadap batik konvensional. BAB V, Penutup, berisi tentang kesimpulan hasil penelitian dan saran yang diperoleh setelah melakukan pengkajian terhadap Produk Batik Malam Dingin