PENDAHULUAN Latar Belakang Sumber daya pertanian di Indonesia merupakan salah satu keunggulan yang secara sadar telah dijadikan salah satu pilar pembangunan dalam bentuk agroindustri, baik pada era orde baru, reformasi dan saat ini. Pertanian akan mampu menjadi penyelamat bila dilihat sebagai sebuah sistem yang terkait dengan industri dan jasa. Jika pertanian hanya berhenti sebagai aktifitas budidaya (on farm agribusiness) nilai tambahnya kecil. Nilai tambah pertanian dapat ditingkatkan melalui kegiatan hilir (off farm agribusiness), berupa agroindustri dan jasa berbasis pertanian (Mangunwidjaja dan Illah, 2005). Pembangunan industri di Indonesia dimulai sejak Pelita II, bersamaan dengan masuknya penanaman modal dari luar negeri (PMA). Kebijakan ini terutama untuk mendorong terciptanya struktur perekonomian yang seimbang, sehingga diharapkan terjadi transformasi struktural dari sektor pertanian ke sektor industri. Karena selama ini sektor pertanian cenderung mengalami laju pertumbuhan yang menurun, sedangkan sektor industri termasuk industri pengolahan hasil pertanian, terjadi laju pertumbuhan yang meningkat (Departemen Perindustrian dan Perdagangan, 2000). Transformasi sektor pertanian ke sektor industri bagi negara sedang berkembang seperti Indonesia ini, tidaklah dapat dihindarkan. Karena Indonesia beranjak dari negara agraris menuju negara industri yang maju, maka peranan sektor pertanian masih tetap mewarnai kemajuan di sektor industri, karena itulah
diperlukan suatu kondisi struktur ekonomi yang seimbang antara bidang industri yang kuat dengan dukungan pertanian yang tangguh (Soekartawi (c), 1999). Di Sumatera Utara sektor pertanian yang bersinergi dengan sektor industri didominasi oleh agroindustri yang mengelola hasil-hasil pertanian yang berbasis kelapa sawit, karet, pengolahan ubi kayu, pengolahan hasil laut, serta industri kecil dan rumah tangga pangan. Agroindustri ini baik formal maupun non formal tersebar di berbagai kabupaten/kota di Sumatera Utara. Salah satunya adalah kabupaten Deli Serdang. Di kabupaten ini potensi agroindustri yang berkembang cukup baik antara lain : mebel rotan, kerupuk opak, dodol, emping melinjo, makanan ternak, dan lain-lain (Badan Informasi dan Komunikasi Pemerintah Propinsi Sumatera Utara, 2007). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Wahyudin (2007) diperoleh sembilan komoditi andalan Kabupaten Deli Serdang yang telah mampu menopang dan memberikan kontribusi produk dari industri pengolahan berskala kecil dan menengah terhadap perekonomian di seputar kawasan kabupaten ini. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1 : Tabel 1. Komoditi Andalan Produk Industri Kecil Menengah di Kabupaten Deli Serdang No Jenis Komoditi Unit Usaha Jumlah Tenaga Nilai Investasi Kapasitas Produksi Nilai Produksi (Rp. 000) Kerja (Rp. 000) 1 Kerupuk Opak 41 398 320.400 2.654 Ton 6.635.000 2 Sapu Ijuk 73 410 236.000 1.215.000 Batang 5.467.500 3 Meubel Kayu 16 340 172.000 10.100 Pcs 2.020.000 4 Emping Melinjo 204 391 46.050 156 Ton 2.808.000 5 Keramik Gerabah 12 89 374.500 6.000 Pcs 985.000 6 Sabut Kelapa 3 76 489.000 240 Ton 1.440.000 7 Pandai Besi 19 76 205.000 144.500 Buah 3.612.500 8 Sulaman Bordir 53 188 231.100 19.000 Potong 950.000 9 Gula Aren 154 154 52.000 200 Ton 1.400.000 Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Deli Serdang, 2007
Pemilihan sembilan komoditi diatas menjadi produk unggulan di Kabupaten Deli Serdang didasarkan pada kriteria : penggunaan tenaga kerja, keterampilan, kualitas rasa, manajemen distribusi pemasaran, desain dan inovasi. Dari kriteria-kriteria tersebut kemudian diperoleh bahwa kerupuk opak menjadi Produk Unggulan Prioritas (PUP) peringkat pertama, yang kemudian disusul oleh produk sapu ijuk dan meubel kayu pada peringkat kedua dan ketiga (Wahyudin, 2007). Terpilihnya kerupuk opak sebagai Produk Unggulan Prioritas (PUP) peringkat pertama diantara kesembilan produk unggulan Kabupaten Deli Serdang karena kerupuk opak memiliki keunggulan-keunggulan seperti cita rasa (taste) yang spesifik dan unik dibandingkan produk sejenis, bahkan kerupuk opak produksi Kabupaten Deli Serdang ini mulai merambah negara tetangga Malaysia. Kemungkinan kerupuk opak produksi Kabupaten Deli Serdang ini digemari masyarakat tetangga di Malaysia karena adanya faktor serumpun - Melayu. Selain itu, harga kerupuk opak yang relatif murah dan kompetitif membuat jaringan pemasaran produk ini telah menembus pasar domestik dan internasional (Wahyudin, 2007). Berdasarkan keunggulan-keunggulan yang dimiliki kerupuk opak tersebut, maka diperlukan suatu analisis untuk mengetahui sejauh mana kemampuan industri pembuatan kerupuk opak layak diusahakan secara finansial.
Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana ketersediaan bahan baku, modal dan tenaga kerja pada industri pembuatan kerupuk opak cukup di daerah penelitian? 2. Bagaimana penerimaan yang diperoleh dari industri pembuatan kerupuk opak di daerah penelitian? 3. Bagaimana pendapatan yang diperoleh dari industri pembuatan kerupuk opak di daerah penelitian? 4. Berapa besar nilai tambah (value added) produk yang diperoleh dari industri pembuatan kerupuk opak di daerah penelitian? 5. Berapakah volume produksi dan harga jual minimal agar industri pembuatan kerupuk opak di daerah penelitian dapat memberikan keuntungan atau melampaui titik impas? 6. Apakah industri pembuatan kerupuk opak di daerah penelitian layak diusahakan secara finansial? Tujuan Penelitian 1. Untuk mengidentifikasi ketersediaan bahan baku, modal dan tenaga kerja industri pembuatan kerupuk opak di daerah penelitian 2. Untuk mengidentifikasi penerimaan yang diperoleh dari industri pembuatan kerupuk opak di daerah penelitian 3. Untuk mengidentifikasi pendapatan yang diperoleh dari industri pembuatan kerupuk opak di daerah penelitian
4. Untuk mengidentifikasi nilai tambah (value added) produk yang diperoleh dari industri pembuatan kerupuk opak di daerah penelitian 5. Untuk mengidentifikasi volume produksi dan harga jual minimal agar industri pembuatan kerupuk opak di daerah penelitian dapat memberikan keuntungan atau melampaui titik impas 6. Untuk mengidentifikasi kelayakan usaha secara finansial dari industri pembuatan kerupuk opak di daerah penelitian Kegunaan Penelitian 1. Sebagai bahan informasi bagi pengusaha industri pembuatan kerupuk opak untuk meningkatkan usahanya supaya lebih efisien 2. Sebagai bahan informasi bagi para pengambil keputusan untuk perbaikan industri pembuatan kerupuk opak 3. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi pihak yang membutuhkan