BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hakekat olahraga merupakan kegiatan teknik yang mengandung sifat permainan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bulutangkis merupakan salah satu olahraga yang terkenal di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. dimainkan oleh berbagai kelompok umur, dari anak-anak, pemula, remaja, dewasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengadakan pembinaan dan pengembangan olahraga, seperti

BAB I PENDAHULUAN. populer juga permainan yang menyenangkan dan menggairahkan, Tidak adanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. waktu ke waktu baik tingkat daerah propinsi maupun nasional dan internasional. Hal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. watak serta peradaban bangsa yang bermatabat, dan merupakan salah satu tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Permainan sepakbola adalah suatu permainan yang dimainkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga bulutangkis di Indonesia telah menempatkan diri sebagai

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tingkat keterampilan, pria maupun wanita memainkan olahraga ini di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belanda pada awal abad 20. Sebelum PELTI (Persatuan Tenis Lapangan Seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat pada zaman sekarang umumnya disibukkan dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Erpan Herdiana, 2013

2015 LATIHAN SHADOW BADMINTON DAN LATIHAN LADDER DALAM MENINGKATKAN KELINCAHAN ATLET BULUTANGKIS

I. PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan pendidikan melalui. aktivitas jasmani yang dijadikan sebagai media untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Tenis Meja merupakan salah satu cabang olahraga yang digemari oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENGARUH LATIHAN SKIPPING TERHADAP KEMAMPUAN JUMP SMASH DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS PADA SISWA KELAS VII SMP SANTA MARIA KOTA SELATAN TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional di bidang pendidikan adalah upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. istilah Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Pendidikan jasmani

BAB I PENDAHULUAN. kota hingga desa hampir selalu ada sarana bermain tenis meja. Sekarang ini,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia dewasa ini. Dalam era modernisasi tenis lapangan

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud adalah passing, shooting, controlling, dan heading. Untuk memperoleh

PERBEDAAN EFEKTIFITAS TENDANGAN PENALTI DENGAN MENGGUNAKAN KAKI BAGIAN DALAM DAN PUNGGUNG TIM SEPAK BOLA UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI TAHUN 2015

PERBEDAAN PUKULAN TOP SPIN DAN FLAT TERHADAP AKURASI BACKHAND GROUNDSTROKE TENIS LAPANGAN JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga bulutangkis di Indonesia berkembang seiring dengan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. dengan banyaknya yang bermain bulutangkis baik di ruangan tertutup (indoor)

2015 PERBANDINGAN FOREHAND DRIVE ANTARA SKILLED DAN UNSKILLED DALAM CABANG OLAHRAGA TENIS LAPANGAN

PROFIL VO2MAX DAN DENYUT NADI MAKSIMAL PEMAIN DIKLAT PERSIB U-21

BAB I PENDAHULUAN. bidang ilmu dan teknologi serta bidang lainnya, termasuk olahraga. Olahraga

BAB I PENDAHULUAN. gerakan badan. Jadi, olahraga berarti gerak badan atau aktivitas jasmani. Olahraga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menghadapi era globalisasi, tantangan yang dihadapi akan semakin berat, hal ini disebabkan karena semakin

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan olahraga sepak takraw, sehingga sangatlah wajar kalau daerah

2015 KONSTRUKSI TES KELINCAHAN D ALAM CABANG OLAHRAGA BULUTANGKIS

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat menyenangkan dan sangat menggairahkan, tidak ada batasan. menunjang permainan tenis menjadi lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN. dan berkembang di Indonesia.Permainan bolavoli dikenal di Indonesia sejak

BAB I PENDAHULUAN. berubah mengikuti perkembangan jaman. Naluri manusia yang selalu ingin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rukita Ramdan, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dijadikan sebagai sarana atau media untuk berekreasi, mata pencaharian, pendidikan, kesehatan,

JURNAL SKRIPSI PENGARUH METODE LATIHAN DRILL DAN BERPASANGAN TERHADAP KETEPATAN PUKULAN SMASH PADA PERSATUAN BULUTANGKIS THOKEWOH KLATEN TAHUN 2016

JURNAL ILMIAH OLAHRAGA. Hikmah Nindya Putri/

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rahmat Hidayatuloh, 2013

BAB I PENDAHULUAN. internasional dan membangkitkan rasa kebangaan nasional. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga telah menjadi sarana rekreasi, pendidikan, prestasi, dan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat dunia saat ini. Tujuan seseorang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Sepakbola merupakan olahraga yang merakyat dan telah dikenal ditanah

BAB I PENDAHULUAN. tenis lapangan jarang digemari oleh masyarakat di pelosok-pelosok daerah.

I. PENDAHULUAN. Sepakbola adalah salah satu cabang olahraga yang sangat digemari. masyarakat, di desa maupun di kota sering kali dijumpai orang yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Permainan bulutangkis adalah cabang olahraga yang banyak digemari oleh

2015 UJI VALIDITAS DAN REABILITAS INSTRUMEN TES FOREHAND SMASH DARI JAMES POOLE UNTUK CABANG OLAHRAGA BULUTANGKIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah )

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan olahraga. Dalam menjalani kehidupan sehari-hari setiap

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang menggeluti olahraga tenis lapangan atau menjadi sumber mata

I. PENDAHULUAN. banyak digemari orang, dari usia anak-anak sampai orang dewasa bahkan

BAB I PENDAHULUAN. oleh masyarakat di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Munculnya klub-klub

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga saat ini perlu mendapatkan perhatian yang besar, baik untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam permainan sepakbola banyak faktor-faktor yang dibutuhkan sesuai

baik dan benar. Para pemain sebaiknya berlatih dengan rutin dan penuh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

KONTRIBUSI DAYA LEDAK OTOT LENGAN DAN KELENTUKAN TERHADAP PUKULAN LOB ATLET BULUTANGKIS PB. MERAH PUTIH KOTA PADANG

OLEH DILLA FARID W. T

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Arief Sabar Mulyana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Dan Motivasi Berprestasi Terhadap Keterampilan Teknik Dasar Lapangan

BAB I PENDAHULUAN. dipertanggungjawabkan adalah melalui pendekatan ilmiah. Menurut Cholik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bambang Sugandi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. banyak digemari orang, dari usia anak-anak sampai orang dewasa bahkan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan bakat dan potensi menjadi seorang atlet yang berprestasi.

BAB I PENDAHULUAN. kalangan masyarakat dan sekarang ini banyak pemain yang berlomba-lomba

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Jurusan PENJASKESREK OLEH:

BAB I PENDAHULUAN. yang telah dipelajari dari berbagai mata pelajaran. dalam pembinaan dan peningkatan olahraga khususnya cabang bolavoli.

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini permainan hockey sudah menyebar luas di Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN. penguasaan teknik dasar awalnya. Karena itu penguasan teknik dasar dalam

BAB I PENDAHULUAN. demikian itu berolahraga dapat dilakukan dimana saja. Salah satu olahraga yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

JURNAL. Oleh: AINU ROHMAT HAFIDI Dibimbing oleh : 1. Drs. Sugito, M.Pd. 2. Mokhammad Firdaus, M.Or.

BAB I PENDAHULUAN. ruangan untuk rekreasi juga sebagai ajang persaingan. Shuttlecock bulutangkis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga merupakan sebuah aktivitas fisik yang memiliki aspek yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa sekarang sepak bola bagi sebahagian orang tidak hanya

I. PENDAHULUAN. UU RI NO 3 tahun 2005 BAB II pasal 4 sistem keolahragaan nasional

PERBANDINGAN KONDISI FISIK DAN TEKNIK DASAR PEMAIN TUNGGAL DENGAN PEMAIN GANDA DALAM CABOR BULUTANGKIS

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan suatu bidang kajian yang menarik sehingga banyak kalangan olahraga mencurahkan perhatiannya terhadap upaya-upaya peningkatan kebugaran dan prestasi olahraga. Penemuan metode latihan yang dapat diaplikasikan dalam proses latihan sehari-hari dapat terlihat dengan jelas dalam ilmu keolahragaan secara keseluruhan telah berkembang secara pesat yang semula hanya berupa penjelasan yang bersifat alamiah, sekarang ini menjadi sebuah pengetahuan mutakhir yang ilmiah sehingga diharapkan dapat mengikuti perubahan-perubahan yang terjadi dalam dunia keolahragaan teutama pemanfaatan IPTEK untuk pencapaian prestasi olahraga secara maksimal. Melakukan aktivitas olahraga serta mengembangkan bakat dalam olahraga dapat dilakukan dengan berbagai cara serta di berbagai tempat. Salah satu contoh peningkatan kemampuan dalam olahraga bulutangkis dapat dilakukan dengan mengikuti klub atau persatuan bulutangkis yang ada, mulai pada tingkatan yang paling sederhana hingga menuju pada tingkatan profesional. Klub atau persatuan bulutangkis adalah salah satu wadah pembinaan prestasi atlet usia dini hingga dewasa. Klub atau persatuan bulutangkis akan memberikan suatu latihan untuk penguasaan keterampilan bermain bulutangkis dengan program latihan yang sudah tersusun sehingga memungkinkan bagi seseorang menguasai keterampilan bermain bulutangkis dengan baik. Dalam latihan untuk pembinaan prestasi bulutangkis perlu adanya penguasaan serta penerapan teknik dasar bulutangkis yang baik. Pada saat ini untuk bertanding bulutangkis diperlukan persiapan-persiapan yang matang. Seorang pemain harus matang teknik pukulannya, kondisi fisiknya, harus mengerti taktik dan strategi, dapat membaca kekuatan lawan, dan dimana letak kelemahan lawan. Guna mendukung peningkatan prestasi di klub-klub olahraga bulutangkis maka tidak akan lepas dari proses pembinaan seorang atlet terutama dalam hal 1

2 kondisi fisik, teknik dan psikologi pemain bulutangkis. Pembinaan olahraga bulutangkis seharusnya terprogram secara khusus, disamping mengandalkan keterampilan bermain juga mempertimbangkan kondisi fisik para atlet. Melalui proses pelatihan yang terprogram baik, pebulutangkis harus memiliki kualitas kebugaran jasmani yang berdampak positif pada kebugaran mental, psikis, yang akhirnya berpengaruh langsung pada penampilan teknik bermain. Menurut Sadoso Sumosardjuno (1984:8) juara tidak dilahirkan tetapi harus dibentuk dan diciptakan meskipun bakat merupakan faktor yang dominan. Bakat dapat diketahui dari faktor intern atlet yang merupakan pembawaan sejak lahir. Prestasi bulutangkis tidak akan terlepas dari unsur-unsur taktik, teknik dan kualitas kondisi fisik. Teknik dasar merupakan unsur yang sangat penting agar dapat bermain bulutangkis seseorang perlu untuk berlatih teknik-teknik dasar dengan baik dalam permainan bulutangkis. Menurut Pudjianto (1978:17) teknik dasar bulutangkis adalah forehand clear, servis, dropshot, drive, forehand clear dan netting. Teknik dasar bulutangkis merupakan unsur yang sangat penting dalam permainan bulutangkis, tanpa penguasaan teknik dasar yang baik, maka permainan tidak dapat dimainkan dengan baik. Teknik dasar bulutangkis mempunyai fungsi masing-masing, misalnya forehand clear. Pukulan forehand clear merupakan pukulan yang sangat mendasar, apabila seseorang bisa melakukan pukulan forehand clear dengan benar maka untuk melakukan pukulan yang lain seperti semes dan dropshot akan lebih mudah, dan pukulan forehand clear ini merupakan pukulan yang paling sering dilakukan oleh setiap pemain bulutangkis. Pukulan forehand clear sangat penting dalam mengendalikan permainan bulutangkis, sangat baik untuk mempersiapkan serangan atau untuk membenahi posisi sulit saat mendapat tekanan dari lawan. Berdasarkan hasil wawancara dengan pelatih bulutangkis di Kabupaten Pacitan dan observasi langsung terhadap proses latihan dan pertandingan Kejurkab 2013 1 dan 2, pada anak putra usia dibawah 11 tahun (tingkat pemula) di klub bulutangkis yang ada di Kabupaten Pacitan, hasil wawancara dapat disimpulkan perencanaan dan pelaksanaan latihan forehand clear tidak terpogram dan hanya disisipkan ketika latihan, latihan banyak terfokus pada

3 latihan servis, netting dan footwork, hasil wawancara tersebut diperkuat dengan temuan peneliti saat observasi langsung pelaksanaan latihan Rendahnya penguasaan teknik forehand clear pada atlet putra putra tingkat pemula di Kabupaten Pacitan, hal ini dapat terlihat masih banyaknya atlet putra melakukan kesalahan saat forehand clear misalnya siku masih ditekuk saat melakukan pukulan, badan tidak miring, tumpuan kaki yang salah, banyak bola yang tidak sampai baseline hasil dari pukulan forehand clear. Hal ini menjadi masalah untuk penguasaan forehand clear karena belum adanya bentuk latihan yang terencana dan sistematis untuk latihan forehand clear, karena forehand clear merupakan teknik dasar yang harus dikuasai dengan baik oleh atlet putra. Peserta klub atau persatuan bulutangkis di Kabupaten Pacitan di dominasi oleh anak berusia antara 6 sampai 11 tahun. Menurut Induk organisasi bulutangkis Indonesia atau PBSI (2010:1) usia tersebut masuk dalam kategori pemain usia dini. Pada anak-anak masa pertumbuhan dan perkembangan anak dibagi menjadi dua tahapan yaitu : 1) pertumbuhan dan perkembangan pada anak-anak awal pada usia 2-6 tahun dan, 2) pertumbuhan dan perkembangan pada anak-anak akhir pada usia 6-10 tahun (Gallahue dan Ozmun, 1998:267). Sedangkan menurut Sugiyanto (1991:8) anak-anak dibagi menjadi : 1) masa anak kecil (usia 1 atau 2 tahun sampai 6 tahun) dan, 2) masa anak besar (usia 6 sampai dengan 12 tahun). Perkembangan yang terjadi pada masa anak besar meliputi perkembangan kemampuan fisik dan perkembangan koordinasi gerak. Pada masa anak-anak perkembangan fisik terjadi seiring dengan pertumbuhan fisik. Kemampuan fisik yang berkembang adalah kekuatan, fleksibilitas dan kesimbangan. Sedangkan perkembangan koordinasi gerak. Menurut Sugiyanto (1991:118) koordinasi adalah kemampuan untuk mengontrol gerakan tubuh. Kemampuan ini berhubungan dengan kemampuan kontrol tubuh. Individu yang koordinasi geraknya baik mampu mengendalikan gerak tubuhnya sesuai dengan kemauannya. Kemampuan koordinasi gerak dinilai berdasarkan kemampuan melakukan gerak-gerak keterampilan. Pada masa anak besar kemampuan ini berkembang dengan baik. Pertumbuhan fisik yang relatif lambat pada masa tersebut justru menguntungkan dalam hal meningkatkan koordinasi. Latihan yang

4 diberikan untuk usia anak-anak yang paling utama adalah latihan koordinasi gerak yang sesuai dengan prinsip biomekanika. Karena biomekanika mempelajari macam-macam bentuk gerakan sesuai dengan prinsip-prinsipnya dan menganalisa bentuk-bentuk gerakan untuk dipahami. Tujuan dari dilakukannya latihan adalah akan terlaksananya gerak yang efektif dan efisien sehingga tercipta gerakan dengan baik dan maksimal. Seperti latihan kekuatan belum dianjurkan untuk diberikan kepada anak-anak karena akan menghambat pertumbuhan yang optimal, mengingat usia anak-anak adalah masa pertumbuhan. Permasalahan yang telah dipaparkan diharapkan ada suatu pemecahan masalah sehingga kesenjangan antara harapan dan kenyataan dapat diminimalkan. Untuk itu peneliti akan mengangkat judul: Pengembangan Model Latihan Teknik Forehand Clear Bulutangkis Ditinjau dari Analisis Biomekanika (Studi pada Atlet Putra Bulutangkis Tingkat Pemula di Kabupaten Pacitan). B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut: 1. Kurangnya penguasaan teknik forehand clear yang dimiliki oleh atlet putra tingkat pemula. 2. Latihan penguasaan teknik forehand clear masih disisipkan ketika pemain latihan permainan sehingga penguasaanya belum maksimal. 3. Latihan penguasaan teknik dasar forehand clear masih dilakukan secara konvesional. 4. Belum adanya model latihan teknik forehand clear yang memudahkan atlet putra untuk menguasai teknik forehand clear. C. Rumusan Masalah Berdasarkan dari latar belakang yang telah dipaparkan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimakah hasil pelaksanaan tahap 1 pendahuluan untuk mengindetifikasi permasalahan penguasaan teknik bulutangkis dan untuk pengembangan

5 produk awal teknik bulutangkis pada atlet putra bulutangkis tingkat pemula di Kabupaten Pacitan? a. Bagaimanakah hasil analisis kebutuhan untuk mengindetifikasi permasalahan penguasaan teknik bulutangkis pada atlet putra bulutangkis tingkat pemula di Kabupaten Pacitan? b. Bagaimanakah pengembangan produk awal model latihan forehand clear yang baik untuk meningkatkan penguasaan keterampilan forehand clear atlet putra bulutangkis tingkat pemula di Kabupaten Pacitan? 2. Bagaimanakah hasil pelaksanaan tahap 2 uji coba produk model latihan teknik forehand clear dalam bulutangkis untuk meningkatkan penguasaan keterampilan forehand clear atlet putra bulutangkis tingkat pemula di Kabupaten Pacitan? a. Bagaimanakah pelaksanaan uji coba ahli terhadap produk pengembangan model latihan teknik forehand clear atlet putra bulutangkis tingkat pemula di Kabupaten Pacitan? b. Bagaimanakah pelaksanaan uji coba kelompok kecil dan uji coba kelompok besar terhadap produk pengembangan model latihan teknik forehand clear atlet putra bulutangkis tingkat pemula di Kabupaten Pacitan? 3. Bagaimanakah hasil tahap 3 uji efektivitas produk model latihan teknik forehand clear untuk meningkatkan penguasaan keterampilan teknik forehand clear atlet putra bulutangkis tingkat pemula di Kabupaten Pacitan? a. Bagaimanakah signifikasi perbedaan penguasaan keterampilan teknik forehand clear atlet putra bulutangkis tingkat pemula antara kelompok coba dengan kelompok kontrol? b. Bagaimanakah perbandingan penguasaan keterampilan teknik forehand clear atlet putra bulutangkis tingkat pemula berdasarkan perbedaan skor tes akhir tes awal kelompok coba dengan perbedaan skortes akhir tes awal kelompok kontrol?

6 D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian pada pengembangan model latihan teknik forehand clear dalam bulutangkis pada atlet putra tingkat pemula di Kabupaten Pacitan adalah sebagai berikut: 1. Melaksanakan dan mengetahui hasil pelaksanaan tahap 1 pendahuluan untuk mengindetifikasi permasalahan penguasaan teknik bulutangkis dan untuk pengembangan produk awal teknik bulutangkis pada atlet putra bulutangkis tingkat pemula di Kabupaten Pacitan. a. Melaksanakan dan mengetahui hasil analisis kebutuhan untuk mengindetifikasi permasalahan penguasaan teknik bulutangkis pada atlet putra bulutangkis tingkat pemula di Kabupaten Pacitan. b. Melaksanakan dan mengetahui pengembangan produk model latihan forehand clear yang baik untuk meningkatkan penguasaan keterampilan atlet putra bulutangkis tingkat pemula di Kabupaten Pacitan. 2. Melaksanakan dan mengetahui hasil pelaksanaan tahap 2 uji coba produk model latihan teknik forehand clear dalam bulutangkis untuk meningkatkan penguasaan keterampilan forehand clear atlet putra bulutangkis tingkat pemula di Kabupaten Pacitan. a. Melaksanakan dan mengetahui pelaksanaan uji coba ahli terhadap produk pengembangan model latihan teknik forehand clear atlet putra bulutangkis tingkat pemula di Kabupaten Pacitan. b. Melaksanakan dan mengetahui pelaksanaan uji coba kelompok kecil dan uji coba kelompok besar terhadap produk pengembangan model latihan teknik forehand clear atlet putra bulutangkis tingkat pemula di Kabupaten Pacitan. 3. Melaksanakan dan mengetahui hasil tahap 3 uji efektivitas produk model latihan teknik forehand clear untuk meningkatkan penguasaan keterampilan teknik forehand clear atlet putra bulutangkis tingkat pemula di Kabupaten Pacitan.

7 a. Melaksanakan dan mengetahui signifikasi perbedaan penguasaan keterampilan teknik forehand clear atlet putra bulutangkis tingkat pemula antara kelompok coba dengan kelompok kontrol. b. Melaksanakan mengetahui perbandingan penguasaan keterampilan teknik forehand clear atlet putra bulutangkis tingkat pemula berdasarkan perbedaan skor tes akhir tes awal kelompok coba dengan perbedaan skor tes akhir tes awal kelompok kontrol. E. Manfaat Penelitian Model-model latihan penguasaan teknik forehand clear dapat mempermudah pembelajaran untuk penguasaan teknik dasar forehand clear. Teknik dasar forehand clear merupakan salah satu hal yang penting dan sangat mendasar pada permainan bulutangkis. Adapun beberapa manfaat yang dapat diperoleh dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Penelitian pengembangan model latihan teknik forehand clear dilakukan untuk memberikan model latihan yang baru atau untuk menambah perbendaharaan model-model latihan-latihan yang sudah ada sebelumnya. Variasi-variasi model baru sangat diperlukan untuk memberi kemudahan dan peningkatan hasil penguasaan keterampilan teknik forehand clear. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi baru tentang model-model latihan teknik forehand clear bulutangkis. Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan panduan untuk pemberian latihan-latihan berikutnya pada tim-tim bulutangkis yang membina atlet putra tingkat pemula. 2. Manfaat Praktis a. Bagi peneliti Penerapan teori yang didapat selama menempuh kuliah, penelitian ini juga dapat memberikan tambahan wawasan tentang olahraga bulutangkis secara menyeluruh sehingga dapat melakukan penerapan ilmu yang telah diperoleh dengan baik. b. Bagi klub atau sekolah bulutangkis di Kabupaten Pacitan

8 Sebagai bahan pustaka dan tambahan model latihan yang bisa diterapkan.dan tambahan referensi belajar untuk peningkatan prestasi bulutangkis. c. Bagi pelatih bulutangkis Sebagai bahan pustaka dan referensi tentang penerapan model-model latihan forehand clear selanjutnya. d. Bagi program studi Ilmu Keolahragaan Universitas Sebelas Maret Sebagai bahan pustaka dan tambahan referensi tentang model-model latihan teknik bulutangkis. Serta dapat digunakan sebagai tambahan referensi metodologi penelitian agar lebih bervariatif dalam pembuatan penelitian dimasa mendatang. F. Asumsi Penelitian Pemikiran awal untuk merencanakan langkah-langkah dalam penelitian sangat penting, sebagai acuan melaksanakan penelitian. asumsi penelitian adalah anggapan-anggapan dasar tentang suatu hal yang dijadikan pijakan berfikir dan bertindak dalam melaksanakan penelitian (Winarno; 2007:11). Asumsi penelitian ada dua, yaitu: 1. Asumsi Substantive Asumsi substantive adalah asumsi yang berhubungan dengan kesenjangan antara kenyataan dan harapan yang diangkat menjadi masalah penelitian dan akan diteliti perlu diberikan asumsi terkait masalah tersebut yang merupakan kesimpulan dari tujuan penelitian yang direncanakan. Asumsi substantive penelitian ini adalah kemampuan teknik forehand clear bulutangkis dapat ditingkatkan menggunakan model latihan forehand clear dalam bulutangkis. 2. Asumsi Metodologis Asumsi metodologis adalah asumsi yang berhubungan dengan metodologi penelitian yang digunakan untuk penelitian. Pemilihan metodologi yang tepat dan sesuai dengan masalah yang diangkat sangat penting sehingga diperlukan rancangan metodologi awal untuk memberi batasan ruang lingkup penelitian dan memudahkan pelaksanaan dan analisis hasil penelitian. Asumsi metodologis peneletian ini adalah metodologi penelitian pengembangan karena dinilai cocok

9 dengan masalah penelitian yaitu rendahnya kemampuan forehand clear, dikembangkan model latihan forehand clear bulutangkis ditinjau dari analisis biomekanika untuk meningkatkan kemampuan forehand clear.