I. PENDAHULUAN. Pengembangan agroindustri ubi kayu di Lampung didukung oleh ketersediaan

dokumen-dokumen yang mirip
XI. PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI UBI KAYU

PENDAHULUAN. Peranan studi kelayakan dan analisis proyek dalam kegiatan pembangunan. keterbatasan sumberdaya dalam melihat prospek usaha/proyek yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian

Pengembangan strategi industri tepung tapioka

I. PENDAHULUAN. penyebarannya terbanyak di pulau Jawa dan Sumatera, masing-masing 50% dan

cair (Djarwati et al., 1993) dan 0,114 ton onggok (Chardialani, 2008). Ciptadi dan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan terigu dicukupi dari impor gandum. Hal tersebut akan berdampak

I. PENDAHULUAN. yang dimiliki oleh suatu negara. Indonesia merupakan negara berkembang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan bagian integral dari. pembangunan Nasional yang bertujuan untuk mewujudkan

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

Pi sang termasuk komoditas hortikultura yang penting dan sudah sejak. lama menjadi mata dagangan yang memliki reputasi internasional.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Penelitian. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian.

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup dari

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB VI STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN. 6.1 Konsep Pengembangan Kawasan Agropolitan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Agribisnis merupakan serangkaian kegiatan yang terkait dengan upaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis

Terwujudnya Ketahanan Pangan Berbasis Usahatani Sebagai. Andalan dan Penggerak Pembangunan Ekonomi Kerakyatan"

I. PENDAHULUAN. maupun ekspor. Hal ini karena propinsi Lampung memiliki potensi lahan

RINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI SETIADI DJOHAR IDQAN FAHMI

BAB I PENDAHULUAN. 1960, namun sampai sekarang ketergantungan terhadap beras dan terigu

I. PENDAHULUAN. serealia, umbi-umbian, dan buah-buahan (Kementan RI, 2012). keunggulan yang sangat penting sebagai salah satu pilar pembangunan dalam

I. PENDAHULUAN. pelestarian keseimbangan lingkungan. Namun pada masa yang akan datang,

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. besar dari pemerintah dikarenakan peranannya yang sangat penting dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kegiatan agroindustri atau industri hasil pertanian merupakan bagian integral

I. PENDAHULUAN. Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan

I. PENDAHULUAN. banyak menghadapi tantangan dan peluang terutama dipacu oleh proses

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki sekitar pulau

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. tinggi secara langsung dalam pemasaran barang dan jasa, baik di pasar domestik

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting. dalam pembangunan ekonomi, baik untuk jangka panjang maupun jangka

agribisnis untuk mencapai kesejahteraan wilayah pedesaan (prospherity oriented) (Bappeda Kabupaten Lampung Barat, 2002). Lebih lanjut Bappeda

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN , , ,99. Total PDRB , , ,92

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. menjadi produk yaitu pabrik perakitan dan pabrik kimia. Perubahan bahan baku menjadi produk pada pabrik perakitan bukan merupakan

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

1. PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari beberapa peranan sektor pertanian

LAPORAN AKHIR ANALISIS PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI BERBASIS PANGAN LOKAL DALAM MENINGKATKAN KEANEKARAGAMAN PANGAN DAN PENGEMBANGAN EKONOMI PEDESAAN

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

perluasan kesempatan kerja di pedesaan, meningkatkan devisa melalui ekspor dan menekan impor, serta menunjang pembangunan wilayah.

I. PENDAHULUAN. pemerintah yang konsisten yang mendukung pembangunan pertanian. Sasaran pembangunan di sektor pertanian diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap wilayah di permukaan bumi memiliki karakteristik dan ciri khasnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional pada masa sebelum

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhannya meningkat, sementara sektor lain mengalami pertumbuhan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. terus bermunculannya berbagai jenis industri yang mengolah bahan baku yang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat

VII. FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT PENGEMBANGAN PERKEBUNAN KARET

BAB I PENDAHULUAN. petani, mengisyaratkan bahwa produk pertanian yang dihasilkan harus memenuhi

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong

BAB I PENDAHULUAN. Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia,

I. PENDAHULUAN. meningkatkan produksi pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan dan

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Nenas diyakini berasal di Selatan Brazil dan Paraguay kemudian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

I. PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura yang terdiri dari tanaman buah-buahan dan sayuran,

BAB VI PERANCANGAN KEBIJAKAN

I PENDAHULUAN. tersebut antara lain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, menyumbang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

memenuhi kebutuhan warga negaranya. Kemampuan produksi pangan dalam negeri dari tahun ke tahun semakin terbatas. Agar kecukupan pangan nasional bisa

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

3 KERANGKA PEMIKIRAN

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Kementerian Pertanian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I PENDAHULUAN. (bisnis) di bidang pertanian (dalam arti luas) dan bidang-bidang yang berkaitan

PERENCANAAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI KRIPIK SINGKONG PRESTO DI CASSAVA GEDONGAN, KELURAHAN LEDOK, SALATIGA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal ini dikarenakan banyaknya industri pertanian baik skala kecil

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. Pembangunan peternakan pada subsistem budidaya (on farm) di Indonesia

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif,

VII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN. 1. Baik pada daerah dataran rendah maupun dataran tinggi, rendahnya

C. Program. Berdasarkan klaim khasiat, jumlah serapan oleh industri obat tradisional, jumlah petani dan tenaga

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan

VII. IMPLEMENTASI MODEL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANDRI HELMI M, SE., MM. SISTEM EKONOMI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Agroindustri merupakan kegiatan pemanfaatan hasil pertanian menjadi produk

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi suatu negara, terutama negara

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pengembangan agroindustri ubi kayu di Lampung didukung oleh ketersediaan lahan, prospek yang menguntungkan, ketersediaan industri pengolahan skala besar dan kecil, peningkatan permintaan ubi kayu untuk kebutuhan lokal dan ekspor, ketersediaan sumber daya manusia, serta pengalaman bertani yang cukup lama (Tim Fakultas Pertanian Unila, 2006). Sejalan dengan hal tersebut, maka sejak tahun 1990 Pemerintah Kabupaten Lampung Timur sebagai wilayah penghasil ubi kayu telah menggalakkan upaya pengembangan kawasan agroindustri ubi kayu berbasis petani perdesaan. Upaya tersebut dilaksanakan melalui program pengembangan Industri Tepung Tapioka Rakyat (ITTARA). Industri Tepung Tapioka Rakyat merupakan industri pengolahan tapioka berskala kecil dengan kapasitas 1 5 ton tapioka per satu kali penggilingan (Anonim, 2000). Sebagai sebuah kebijakan yang didasarkan pada konsep ekonomi kerakyatan, ITTARA pada tahun 1990-an berkembang pesat dengan berbagai kebijakan yang diberikan oleh Pemerintah Provinsi Lampung, antara lain bantuan anggaran, kemudahan perizinan serta bimbingan. Melalui berbagai kebijakan tersebut, pada tahun 1998 telah berdiri 128 unit ITTARA dari berbagai sumber dana, antara lain dari APBD I, APBD II, kerja sama dengan bank, serta swadaya masyarakat

2 (Anonim, 2000). Akan tetapi kondisi tersebut tidaklah bertahan lama, dan saat ini cenderung banyak yang sudah tidak aktif lagi. Sebagian besar ITTARA, terutama yang pembangunannya difasilitasi oleh Pemerintah, saat ini tidak lagi mampu berproduksi secara optimal, bahkan sebagian sudah tidak beroperasi lagi. Berdasarkan data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Lampung Timur, pada tahun 2008 terdapat 12 unit ITTARA yang masih beroperasi di Kabupaten Lampung Timur. Menurut Tim Fakultas Pertanian Unila (2006), secara umum permasalahan yang dihadapi ITTARA adalah permasalahan pada subsistem on farm (budidaya), dan off farm (subsistem pengolahan dan subsistem pemasaran). Keadaan ini menyebabkan tidak adanya keuntungan sehingga berujung pada penutupan usaha. Permasalahan utama pada subsistem on farm adalah masih rendahnya produktivitas lahan (15-25 ton/ha) dan kadar pati. Rendahnya produktivitas tersebut disebabkan oleh teknik budidaya yang semi intensif, sedangkan rendahnya kadar pati disebabkan oleh pemanenan ubi kayu yang dilakukan saat tanaman belum mencapai umur optimum. Hal tersebut menyebabkan usaha ITTARA kesulitan untuk berproduksi secara efisien pada kapasitas terpasang normal (20-50 ton/hari) dan hanya mampu mencapai 40% dari kapasitas tersebut. Permasalahan pada subsistem off farm antara lain adalah teknologi pengolahan masih sederhana, ketersediaan ubi kayu berfluktuasi sepanjang tahun, kemitraan antara ITTARA dengan petani hanya sebatas transaksi jual beli ubi kayu, serta belum dikembangkannya teknologi pemanfaatan hasil samping (limbah) menjadi produk yang lebih bernilai dalam rangka meningkatkan nilai tambah bagi

3 pengusaha. Kendala lain pada subsistem off farm terjadi pada sistem pemasaran, antara lain belum adanya bantuan pemasaran produk dari pemerintah, masih terbatasnya pengetahuan tentang manajemen agribisnis dan agroindustri, masih kurangnya keberanian dalam mengambil resiko usaha serta persaingan dengan industri tapioka skala menengah dan besar dalam memperoleh bahan baku ubi kayu. Kajian terhadap sisi off farm (subsistem pengolahan) sangat diperlukan, karena pengolahan memiliki dampak yang signifikan bagi pengembangan usaha ITTARA karena dapat memberikan nilai tambah bagi suatu bahan baku. Menurut Soekartawi (1991), peranan agroindustri pengolahan hasil pertanian mampu meningkatkan pendapatan masyarakat perdesaan, menyerap tenaga kerja, dan meningkatkan devisa negara. Untuk membangkitkan kembali kejayaan usaha ITTARA dibutuhkan upaya terobosan baru yang prospektif agar ITTARA tetap dapat berkembang dan memperoleh keuntungan secara ekonomis. Salah satunya adalah melalui diversifikasi usaha bernilai tambah melalui proses pengolahan. Strategi yang dikembangkan harus tetap memperhatikan keunggulan ITTARA di antaranya menggunakan teknologi dan proses yang sederhana, modal investasi yang relatif kecil serta manajemen usaha yang tidak rumit. Penerapan strategi tersebut harus pula memperhatikan kondisi internal dan eksternal ITTARA, mengingat strategi ini diterapkan dalam rangka memperbaiki kondisi ITTARA, sehingga faktor internal dan eksternal menjadi faktor penting yang dapat mempengaruhi keberhasilan penerapan strategi tersebut. Faktor yang

4 perlu diperhatikan adalah kekuatan (strength) yang dimiliki, kelemahan (weakness) yang dihadapi, peluang atau kesempatan (opportunity) yang seharusnya diraih dan ancaman (threat) yang mungkin berpengaruh pada masa depan ITTARA. Dengan mengetahui faktor kekuatan, kelemahan, peluang serta ancaman, maka strategi yang disusun dapat mewakili kondisi ITTARA yang sebenarnya. Strategi yang diterapkan dititikberatkan pada pengolahan dengan tujuan mendapatkan nilai tambah. Strategi ini diuraikan dalam beberapa konsep yang akan dipilih melalui metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Penggunaan metode ini diharapkan dapat menghasilkan satu konsep terbaik yang pemilihannya dilakukan dengan melibatkan beberapa orang pakar yang terlibat, baik secara langsung maupun tidak langsung, terhadap ITTARA. Beberapa konsep yang dipilih melalui metode Analytical Hierarchy Process (AHP) adalah pengolahan tepung tapioka dengan dua kali penggilingan, pengelolaan limbah padat tapioka serta pengolahan tepung tapioka basah. Penelitian ini akan mengkaji pengembangan alternatif usaha ITTARA dengan memperhatikan berbagai aspek serta melalui serangkaian analisis, meliputi pengkajian faktor eksternal dan internal (analisis SWOT), penentuan konsep pengembangan ITTARA (metode Analytical Hierarchy Process), analisis nilai tambah terhadap berbagai konsep strategi pengembangn usaha ITTARA, serta analisis kelayakan pengembangannya ditinjau dari aspek bahan baku, pasar dan teknologi, serta finansial. Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi para pengambil kebijakan dalam upaya mempertahankan dan mengembangkan

5 ITTARA, sehingga dapat kembali berjaya, khususnya di Kabupaten Lampung Timur. B. Tujuan Penelitian Penelitian dilakukan dengan tujuan : 1. Memperoleh konsep strategi yang potensial sehingga usaha ITTARA di Lampung Timur tetap dapat berkembang dan memperoleh keuntungan secara ekonomis. 2. Mengetahui nilai tambah terhadap berbagai konsep strategi pengembangn usaha ITTARA di Lampung Timur. 3. Mengetahui kelayakan penerapan konsep tersebut pada usaha ITTARA ditinjau dari aspek pasar, teknis, teknologi, dan finansial. C. Kerangka Pemikiran Latar belakang yang mendasari Pemerintah Kabupaten Lampung Timur mengembangkan proyek Industri Tepung Tapioka Rakyat (ITTARA) adalah dalam rangka meningkatkan nilai tambah dengan menggalakkan industri pengolahan ubi kayu menjadi tapioka di tingkat petani (skala perdesaan). Fakta di lapangan saat ini menunjukkan bahwa sebagian besar ITTARA yang pembangunannya difasilitasi oleh pemerintah tersebut justru tidak beroperasi secara efektif. Faktor penyebabnya pun saling berkaitan, mulai dari budidaya, pasca panen, pengolahan, pemasaran hingga kelembagaan.

6 Upaya mengembalikan kejayaan ITTARA diperlukan perbaikan kebijakan lintas sektoral. Setiap lini yang mempengaruhi keberhasilan pengembangan kembali ITTARA harus memberikan pengaruhnya sehingga terjadi upaya perbaikan dari semua lini. Oleh sebab itu dibutuhkan upaya perbaikan terintegrasi dengan melibatkan semua stakeholder. Perbaikan dari sisi teknologi pengolahan merupakan salah satu upaya perbaikan untuk mengembalikan tujuan dasar pendirian ITTARA, yaitu dalam rangka peningkatan nilai tambah dengan menggalakkan industri pengolahan ubi kayu menjadi tapioka berbasis perdesaan. Pada umumnya ITTARA masih menerapkan metode tradisional dengan teknologi sederhana tanpa penerapan GHP (Good Handling Practices) dan GMP (Good Manufacturing Practices) dalam proses pengolahannya, sehingga mutu produk yang dihasilkan pun rendah dan tidak konsisten (Trijaya, 2005). Di sisi lain, industri pengolahan ubi kayu skala besar relatif terbatas, sedangkan industri pengolahan makanan dan minuman maupun non pangan berbahan baku olahan ubi kayu cukup berkembang. Kondisi ini berdampak pada meningkatnya permintaan olahan ubi kayu seperti pati dan tepung tapioka. Produk utama usaha ITTARA berupa tepung tapioka memiliki peluang pasar yang cukup potensial, baik dalam maupun luar negeri. Permintaan dalam negeri berasal dari Surabaya, Bogor, Tasikmalaya, Indramayu serta Sumatera Selatan, sedangkan permintaan pasar luar negeri berasal dari negara-negara Asia dan Eropa (Tim Fakultas Pertanian Unila, 2006). Menurut BPS (2012), produksi tepung tapioka lokal hanya mampu memenuhi 25% dari total kebutuhan, sedangkan 75% kekurangannya

7 dipenuhi dari impor terutama dari Jerman dan Amerika Serikat. Dengan demikian kemampuan produsen tepung tapioka lokal dalam memenuhi permintaan pasar belum optimal dan merupakan peluang pasar yang besar bagi ITTARA. Upaya peningkatan nilai tambah dapat dioptimalkan dengan cara meningkatkan grade produk tapioka yang dihasilkan atau dengan cara melakukan pengolahan pada limbah yang dihasilkan. Pengelolaan limbah industri tapioka yang dilakukan dengan baik, selain dapat mengatasi masalah pencemaran lingkungan juga mampu memberikan nilai tambah, karena menghasilkan suatu produk baru. Konsep inilah yang akan dikaji dalam rangka upaya pengembalian kembali kejayaan ITTARA ditinjau dari sisi teknologi pengolahan. Konsep perbaikan ITTARA harus mengadaptasi dari kondisi terkini ITTARA yang ada dengan menyertakan kondisi internal dan eksternal melalui analisis SWOT (strength, weakness, opportunity, and threat). Analisis SWOT akan melahirkan sejumlah alternatif usaha perbaikan ITTARA, yang selanjutnya dianalisis menggunakan bantuan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dengan bantuan beberapa pakar. Berbagai alternatif usaha perbaikan ITTARA selanjutnya diuji nilai tambahnya, kemudian alternatif yang terpilih diuji kelayakannya melalui serangkaian analisis meliputi analisis pasar, teknis dan teknologi serta dikaji analisis finansialnya mengingat tujuan akhir penerapan konsep perbaikan adalah meningkatkan pendapatan pemilik ITTARA ditinjau dari sisi ekonomi. Skema kerangka pikir penelitian disajikan dalam Gambar 1.

8 Latar belakang & rumusan Pengelolaan ITTARA di Kabupaten Lampung Timur belum optimal, cenderung stagnan, tidak menguntungkan secara finansial bahkan sebagian tidak beroperasi lagi Permasalahan utama terjadi pada sektor off farm Diperlukan upaya perbaikan pengelolaan ITTARA di Lampung Timur ditinjau dari sisi teknologi pengolahan Tujuan & sasaran (1). Analisis kondisi eksternal dan internal ITTARA melalui analisis SWOT (strength, weakness, opportunity, threat) Alternatif upaya perbaikan pengelolaan ITTARA di Lampung Timur (2). Penentuan alternatif usaha perbaikan ITTARA melalui AHP (3). Analisis nilai tambah (2). Analisis kelayakan penerapan alternatif terpilih meliputi aspek pasar, bahan baku, teknologi, serta finansial Hasil yang ingin dicapai Perbaikan kondisi ITTARA di Lampung Timur secara ekonomis dan finansial Gambar 1. Skema kerangka pikir penelitian Kajian Pengembangan Alternatif Usaha Produktif pada ITTARA di Kabupaten Lampung Timur, tahun 2012 D. Hipotesis Alternatif usaha perbaikan ITTARA yang terpilih layak dilaksanakan di Lampung Timur, ditinjau dari aspek pasar, teknis, teknologi, dan finansial.

9 E. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian Penelitian dilakukan terhadap beberapa alternatif usaha yang dilakukan oleh pengusaha ITTARA di Lampung Timur dalam upaya meningkatkan pendapatan guna mempertahankan usaha utamanya, yaitu produksi tapioka, meliputi : 1. Usaha produksi tepung tapioka dengan proses dua kali giling 2. Usaha produksi tepung tapioka basah 3. Usaha pengelolaan limbah padat. Penelitian tidak dilakukan terhadap usaha pengelolaan limbah cair mengingat usaha tersebut belum mampu dilakukan oleh pengusaha ITTARA di Lampung Timur, karena adanya kendala dari sisi teknologi dan modal.