BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi yang dilaksanakan secara bertahap, berencana dan berkesinambungan, pada dasarnya ditujukan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Tujuan pembangunan demikian pada prinsipnya dapat dicapai apabila strategi pembangunan memadukan antara pencapaian pertumbuhan yang tinggi dengan terciptanya pemerataan pembangunan di segala bidang. Pemerataan pembangunan dapat diwujudkan dalam bentuk pemerataan lapangan kerja dan kesempatan berusaha sebagai usaha untuk menciptakan pemerataan pendapatan Pemerataan pembangunan melalui usaha pemberdayaan masyarakat, dapat dilihat dari sisi sebagai berikut: Pertama, menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat untuk berkembang (enabling). Titik tolaknya bahwa pemberdayaan merupakan upaya membangun potensi dan kekuatan yang dimiliki masyarakat dengan mendorong, memotivasi, dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki serta berupaya mengembangkannya. Kedua, memperkuat potensi atau sumberdaya yang dimiliki oleh masyarakat (empowering). Dalam kerangka ini, diperlukan langkah-langkah positif selain menciptakan iklim dan suasana yang kondusif. Ketiga, proses pemberdayaan harus melindungi dan mencegah yang lemah bertambah lemah disebabkan kekurangberdayaan dalam menghadapi yang 1
2 kuat. Melindungi harus dilihat sebagai upaya untuk mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang, dan eksploitasi yang kuat atas yang lemah. Dalam sistem perekonomian sekarang ini, perbankan memang bukan merupakan satu-satunya sumber permodalan utama bagi investasi nasional. Tetapi bagi Indonesia perbankan merupakan sumber permodalan utama dan peranan itu masih relatif besar dan diandalkan dibandingkan dengan pasar modal dan sumber-sumber permodalan lainnya. Bagi bank umum, kredit merupakan sumber utama penghasilan, sekaligus sumber resiko operasi bisnis terbesar. Sebagian dana operasional bank diputarkan dalam kredit, maka kredit akan mempunyai suatu kedudukan yang istimewa (Sutoyo, 1995). Dan dapat dianggap Kredit sebagai salah satu sumber dana yang penting dari setiap jenis kegiatan usaha dan dapat diibaratkan sebagai darah bagi makhluk hidup Sebagaimana umumnya negara berkembang, sumber utama pembiayaan investasi di Indonesia masih didominasi oleh penyaluran kredit perbankan. Dengan demikian wajar apabila melambatnya penyaluran kredit perbankan di Indonesia setelah krisis 1997 dituding sebagai salah satu penyebab lambatnya pemulihan ekonomi Indonesia dibandingkan negara Asia lainnya yang terkena krisis (Korea Selatan dan Thailand). Krisis ekonomi nasional saat ini sangat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat. Bahkan saat ini krisis yang bersifat multidimensional dapat melumpuhkan hamper semua sector, baik sector moneter dan sector rill. Untuk mengatasi krisis tersebut, berbagai kebijakan telah ditempuh oleh pemerintah seperti penurunan suku bunga dan mempertahankan inflasi agar relative rendah.
3 Perubahan suku bunga yang telah disosialisasikan tersebut oleh berbagai lembaga pembiayaan bank atau non bank berpengaruh terhadap perubahan harga barang yang dikonsumsi oleh masyarakat. (Mankiw,2003) secara teori tingkat bunga yang dibayarkan bank adalah tingkat bunga nominal yang merupakan penjumlahan tingkat bunga rill ditambah inflasi. Adanya kenaikan atau penurunan inflasi akan berdampak pada kenaikan atau penurunan tingkat bunga kredit. Bank Indonesia (BI) sebagai penentu kebijakan moneter langsung merespon laju inflasi dengan menaikkan BI-Rate. Kondisi tersebut tentunya dapat berpengaruh pada system perbankan nasional karena BI-Rate sebagai tingkat bunga panduan ke depan tentunya akan direspon oleh system perbankan dengan melakukan penyesuaian terhadap tingkat bunga yang akan ditawarkan kepada nasabah. Kenaikan tingkat bunga perbankan tersebut, tetntunya dapat berdampak negative terhadap fungsi intermediasi yang mulai bergairah dan kenaikan kredit macet. Suku bunga kredit yang ditawarkan oleh bank umum di wilayah kerja BI Malang pada saat ini dianggap beberapa kalangan baik dari pelaku bisnis maupun pakar ekonomi belum optimal. Mereka menuntut agar bank Indonesia selaku penguasa moneter mempengaruhi suku bunga deposito dan suku bunga krediy berkaitan dengan turunya SBI agar dapat meningkatkan atau mengembangkan sector rill lewat kegiatan investasinya. Namun tuntutan itu belum atau baru sedikit yang dipenuhi.
4 Kekuatan ekonomi suatu negara memiliki korelasi positif dengan konstribusi usaha kecil terhadap perekonomian suatu negara. Semakin besar konstribusi usaha kecil terhadap perekonomian maka makin kuat ekonomi negara tersebut. Potensi keunggulan ekonomi dan sosial dari usaha kecil ditandai dengan kapasitasnya dalam : (1) penciptaan lapangan kerja pada tingkat biaya modal yang rendah, (2) perbaikan dalam forward dan backward linkage antara berbagai sektor, (3) penciptaan kesempatan kerja bagi pengembangan dan adaptasi teknologi yang tepat guna, (4) sebagai pool of skill dan semi skill workers, (5) mengisi market niche yang tidak efisien bagi perusahaan besar, (6) sebagai pendukung perusahaan berskala besar (Sih Darmi Astuti dan J.Widiatmoko, 2003) Salah satu kesulitan yang dialami pengusaha kecil dalam upaya mengembangkan usahanya adalah kesulitan permodalan. Hal ini terutama disebabkan karena kesulitan mendapatkan dana investasi dan modal kerja dari lembaga keuangan perbankan, karena hingga saat ini lembaga perbankan yang ada belum mampu menjangkau pengusaha kecil (Widiyanto 2000). Meskipun ekspansi jaringan kantor bank umum cukup pesat, tetapi lokasinya hanya terkonsentrasi di daerah tertentu saja, sehingga penghimpunan dana maupun penyaluran kreditnya juga terpusat di daerah tertentu saja. Kondisi itu terjadi karena motif pendirian bank akan mengikuti perkembangan aktivitas perdagangan atau perekonomian suatu daerah. Penyebab kesulitan lain adalah upaya penyaluran kredit bank menggunakan
5 penilaian 5C yaitu Caracter, Capasity, Capital. Collateral dan Condition, yang mana persyaratan ini sulit dipenuhi oleh pengusaha-pengusaha kecil. Dana pihak ketiga bagi bank merupakan sumber dana yang cukup besar, khususnya untuk penyaluran kredit. Dana ini juga merupakan mobilisasi dana yang diperlukan untuk pembangunan, disamping juga sebagai salah satu pengaturan jumlah uang beredar. Mobilissi Dana Pihak ketiga bagi perbankan banyak faktor penentu yang mempengaruhi diantaranya inflasi, suku bunga, keamanan, pelayanan, marketing dan manajemen. Salah satu daya tarik seseorang untuk menabung dan mengajukan kredit adalah suku bunga yang ditawarkan. Naik turunya suku bunga biasanya ditentukan oleh berbagai faktor ekonomi salah satunya dalah inflasi. Tingkat inflasi akan mengakibatkan kenaikan biaya hidup. Kenaikan biaya hidup masyarakat tentunya akan mengurangi pendapatan riilnya,. Dengan semakin kecilnya sisa pendapatan setelah dikurangi pengeluaran maka pihak bank akan menaikkan tingkat suku bunga. Di lain sisi control BI atas inflasi juga sangat terbatas, karena inflasi dipengaruhi oleh banyak factor. Oleh karena itu BI selalu melakukan assesmen terhadap perkembangan perekonomian, khususnya terhadap kemungkinan tekanan inflasi. Selanjutnya respon kebijakan moneter didasarkan kepada hasil assesmen tersebut. Jika suku bunga yang diberikan Bank kepada nasabah tinggi, berarti suku bunga yang diberikan para peminjam juga tinggi. Peminjam kredit yang juga merupakan produsen, tentunya akan terbebani oleh suku bunga yang
6 tinggi tersebut. Maka untuk menanggulangi permasalahan tesebut produsen akan menaikkan harga produknya. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas maka penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Seberapa besar tingkat permintaan kredit Usaha Kecil pada Bank Umum di Wilayah Kerja Bank Indonesia Malang? 2. Seberapa besar pengaruh tingkat inflasi dan PDRB terhadap tingkat permintaan kredit Usaha Kecil pada Bank Umum di Wilayah Kerja Bank Indonesia Malang? C. Pembatasan Masalah Untuk menghindari meluasnya permasalahan yang ada, maka penulis membatasi hanya pada tingkat permintaan kredit usaha kecil, tingkat inflasi dan PDRB untuk periode 2000 dan periode 2010 pada Wilayah Kerja BI Malang yaitu meliputi Kota Malang, Kabupaten Malang, Kota Probolinggo, Kota Pasuruan, Kabupaten Pasuruan dan Kabupaten Lumajang. Dari data survei oleh Biro Pusat Statistik Indonesia, maka dipilih 66 kota kota besar di Indonesia (terlampir) sebagai representasi perhitungan Inflasi di Indonesia (Sumber : BPS 2010 hal 8). Sehingga rata rata data Inflasi Kota Malang dan Kota Probolinggo telah dapat mewakili inflasi di kota kota Wilayah Kerja Bank Indonesia Malang, dengan selisih inflasi kota Malang dan Kota Probolinggo sangat kecil yaitu sekitar 0,0015.
7 D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui tingkat permintaan kredit Usaha Kecil pada Bank Umum di Wilayah Kerja Bank Indonesia Malang periode Januari 2000-Desember 2010 b. Untuk mengetahui pengaruh tingkat inflasi dan PDRB terhadap tingkat permintaan kredit Usaha Kecil pada Bank Umum di Wilayah Kerja Bank Indonesia Malang. 2. Kegunaan Penelitian a. Bagi Lembaga Keuangan Perbankan Sebagai suatu bahan masukan untuk dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan pemberian kredit usaha kecil. b. Bagi Bank Indonesia Sebagai suatu bahan pertimbangan dalam memberikan kebijakan berkaitan dengan kredit usaha c. Bagi Peneliti Selanjutnya Sebagai bahan referensi untuk penelitian lebih lanjut yang relevan dengan penelitian ini.