1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Penduduk lansia diseluruh dunia tumbuh dengan sangat cepat bahkan tercepat dibanding kelompok usia lainnya, hasil prediksi menunjukkan bahwa persentase penduduk lanjut usia mencapai 9,77% dari total penduduk pada tahun 2010 dan akan menjadi 11,34% pada tahun 2020 (BPS, 2007). Di negara maju, pertambahan populasi/penduduk lanjut usia telah di antisipasi sejak awal abad ke- 20. Tidak heran bila masyarakat di negara maju sudah lebih siap menghadapi pertambahan populasi lanjut usia dengan aneka tantangannya. Namun saat ini, negara berkembang pun mulai menghadapi masalah yang sama. Fenomena ini jelas mendatangkan sejumlah konsekuensi, antara lain timbulnya masalah fisik, mental, sosial, serta kebutuhan pelayanan kesehatan dan keperawatan, terutama kelainan degeneratif. Sering kali keberadaan lanjut usia dipersepsikan secara negatif, dianggap sebagai beban keluarga dan masyarakat sekitarnya. Kenyataan ini mendorong semakin berkembangnya anggapan bahwa menjadi tua itu identik dengan semakin banyaknya masalah kesehatan yang dialami oleh lanjut usia (Nugroho, 2008). Berdasarkan data yang ada menunjukkan jumlah penduduk lansia (usia 60 tahun keatas) tahun 2003 sebanyak 16,1 juta jiwa dan pada tahun 2004 sebanyak 17,7 juta dan diestimasikan pada 2020 jumlah lansia Indonesia sekitar 35 juta jiwa. Dari 17,7 juta jiwa penduduk lansia saat ini, sekitar 3 juta orang diantaranya terlantar ditandai mereka tergolong miskin dan tidak memiliki anggota keluarga dan 4,6 juta jiwa lansia diantaranya rawan terlantar yakni tergolong miskin, tetapi 1
2 masih memiliki keluarga (Darmojo, 2006). Badan Pusat Statistik (BPS) juga memperkirakan, tahun 2020 lanjut usia di Indonesia akan berjumlah 28,8 juta atau 11,34% dari jumlah penduduk Indonesia (Kemensos, 2012). Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi di mulainya sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis maupun psikologis (Nugroho, 2008). Proses menua yang dialami oleh lansia menyebabkan mereka mengalami berbagai macam perasaan seperti sedih, cemas, kesepian, dan mudah tersinggung. Perasaan tersebut merupakan masalah gangguan kesehatan jiwa mulai dialami oleh golongan lansia pada saat mereka mulai merasakan adanya tanda-tanda terjadinya proses penuaan pada dirinya. Ada beberapa faktor resiko yang mendukung terjadinya masalah kesehatan jiwa pada lansia yaitu keadaan fisik yang buruk, perpisahan dengan pasangan, pemahaman dan transportasi yang tidak memadai, sumber finansi berkurang, dukungan sosial berkurang dan lain sebagainya (Maryam, 2008). Perubahan-perubahan secara fisik maupun mental banyak terjadi saat seseorang memasuki usia senja. Hal ini akan memberikan pengaruh pada seluruh aspek kehidupan, termasuk kesehatannya. Penyakit-penyakit mental akibat penuaan seperti depresi, demensia, delirium, ansietas, paranoid dan sebagainya. Pada lansia depresi merupakan salah satu problem yang sering ditemukan
3 (Wirakusumah, 2000). Prevalensi kejadian depresi cukup tinggi hampir lebih dari 350 juta penduduk dunia mengalami depresi dan merupakan penyakit dengan peringkatke-4 di dunia (WHO, 2013 ). Data berbagai penelitian ahli psikiatri di luar negeri menunjukkan, prevalensi umum yang mencakup semua kelompok depresi baik ringan maupun berat adalah 24% pada wanita dan 15% pada pria (Pranowo, 2004). Umumnya angka depresi terjadi dua kali lebih tinggi di kalangan lansia daripada orang dewasa (Alexopoulus, Bruce Hull, Sirey & Kakuma, 1998). Penelitian menunjukkan bahwa tingkat depresi meningkat pada usia lanjut, 15% orang-orang di atas usia 60 tahun menderita depresi. Ada hubungan antara depresi pada orang-orang yang lebih tua dan orang-orang yang tinggal sendirian. Dalam Gallo dan Gonzales (2001) disebutkan bahwa angka depresi pada pasien lansia dengan penyakit medis serius adalah lebih tinggi. Depresi dialami oleh sekitar 40% pasien dengan stroke, 35% pasien dengan kanker, 25% pasien dengan penyakit Parkinson, 20% pasien dengan penyakit kardiovaskular, dan 10% pasien dengan diabetes. Depresi merupakan suatu pengalaman yang menyakitkan, suatu perasaaan tidak ada harapan lagi. Depresi adalah suatu perasaan sendu atau sedih yang biasanya disertai dengan diperlambatnya gerak dan fungsi tubuh, mulai dari perasaan murung sampai pada keadaan tak berdaya (Pranowo, 2004). Depresi merupakan masalah kesehatan jiwa yang utama dewasa ini. Hal ini amat penting karena orang dengan depresi produktivitasnya akan menurun dan ini amat buruk akibatnya bagi suatu masyarakat, bangsa dan negara yang sedang membangun. Orang yang mengalami depresi adalah orang yang amat menderita. Depresi adalah
4 penyebab utama tindakan bunuh diri, dan tindakan ini menduduki urutan ke-6 dari penyebab kematian utama di Amerika Serikat (Hawari, 2013). Pada lansia yang mengalami depresi yang berkelanjutan akan mengalami krisis mental, bilamana tidak teratasi maka individu yang bersangkutan akan jatuh dalam keadaan yang lebih buruk lagi (bunuh diri) (Maramis, 2004). Oleh karena itu, kesehatan manusia usia lanjut perlu mendapatkan perhatian khusus dengan tetap dipelihara dan ditingkatkan agar selama mungkin dapat hidup secara produktif sesuai dengan kemampuannya sehingga dapat ikut serta berperan aktif dalam pembangunan (UU kesehatan No. 23 tahun 1992, pasal 19 ayat 1), (Fatimah, 2010). Berdasarkan survei awal yang diperoleh penulis bahwa di desa Ulunuwih jumlah penduduk yang lanjut usia berjumlah 77 orang dari 419 jiwa penduduk. Penduduk lansia tersebut banyak mengalami perubahan disebabkan karena faktor psikososial seperti kehilangan peran sosial akibat pensiun, kehilangan mata pencaharian, kehilangan teman-teman dan orang-orang yang dicintai seperti kehilangan anak, atau yang lebih sering kehilangan pasangan, ketidakmampuan fisik akibat penyakit kronis yang dapat menyebabkan keterbatasan untuk melakukan aktivitas sosial atau aktivitas di waktu luang (leisure activities) yang bermakna, isolasi, dan berkurangnya kualitas dukungan sosial. Dengan keadaan yang demikian, akan dapat menimbulkan tanda-tanda depresi pada lansia di Desa Ulunuwih tersebut. Berdasarkan fenomena di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian kepada para lansia yang tinggal di Desa Ulunuwih
5 Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah untuk mengetahui gambaran tingkat depresi pada lansia tersebut. 1.2 Tujuan Penelitian Mengetahui gambaran tingkat depresi pada lansia di Desa Ulunuwih Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah 1.3 Pertanyaan Penelitian Bagaimana gambaran tingkat depresi pada lansia di Desa Ulunuwih Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah? 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Pendidikan Keperawatan Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan di bidang keperawatan khususnya tentang tingkat depresi pada lansia 1.4.2 Pelayanan Keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi tenaga perawat professional sebagai salah satu wacana dalam memberikan konseling tentang perawatan gerontik, khususnya tentang tingkat depresi pada lansia yang ada di keluarga maupun lansia yang ada di panti
6 1.4.3 Penelitian Keperawatan Dengan adanya penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi tambahan yang berhubungan dengan depresi pada lansia 1.4.4 Lanjut Usia Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dan menambah pengetahuan kepada lansia sebagai pencegahan timbulnya depresi