BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Adelman dan Taylor (Lee,2005 : WWW://psychologymania.com)

dokumen-dokumen yang mirip
ARTIKEL ILMIAH HUBUNGAN ATMOSFER KELAS DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DI SMA NEGERI 8 KOTA JAMBI. Oleh : SRI ARFINA YULIA NENGSIH ERA1D010025

BAB II KAJIAN TEORETIS. Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang baik, yang sesuai dengan martabat manusia. Pendidikan akan

II. KERANGKA TEORETIS. kebiasaan yang rutin dilakukan. Oleh karena itu diperlukan adanya sesuatu

BAB II KAJIAN TEORETIS

II TINJAUAN PUSTAKA. dan harus ditempuh oleh mahasiswa dengan sungguh-sungguh, keuletan dan. ketabahan. Sudjana (1989 : 5) menyatakan bahwa :

MODEL PEMBERIAN MOTIVASI DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN KELAS

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. mengadakan hubungan atau memerlukan bantuan orang lain. Tanpa bantuan,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun

BAB V PEMBAHASAN. A. Upaya Guru Meningkatkan Motivasi Ekstrinsik Menghafal Juz Amma. SD Islam Miftahul Huda Plosokandang Tulungagung

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS. seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya

BAB II KAJIAN PUSTAKA. belajar. Sedangkan mengajar merujuk pada apa yang seharusnya dilakukan

II. TINJAUAN PUSTAKA. tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai kebutuhan sangat dirasakan

BAB II KAJIAN TEORETIK

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2003, h. 16), menjelaskan bahwa

BAB II LANDASAN TEORI

PENTINGNYA PENGELOLAAN KELAS DALAM PEMBELAJARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sistem Pengembangan Manajemen Kinerja Klinis (SPMKK) bagi perawat dan

BAB 2 KAJIAN TEORI A. Prestasi Belajar Matematika 1. Pengertian Prestasi Belajar

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan yang baik. Pendidikan menjadi pilar pembangunan bagi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. pembawaan, atau kebiasaan yang di miliki oleh individu yang relatif tetap.

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS

TINJAUAN PUSTAKA. sesuatu yang menarik minatnya. Minat akan semakin bertambah jika

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kelekatan. melekat pada diri individu meskipun figur lekatnya itu tidak tampak secara fisik.

PENGARUH MOTIVASI MEMILIH PROGRAM STUDI ILMU SOSIAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI PROGRAM STUDI ILMU SOSIAL DI SMA NEGERI 10 SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan bahwa proses yang dilakukan guru dan siswa merupakan kunci

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pengaruh dari keluarga, sekolah, dan masyarakat luas.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Profil Motivasi Belajar Siswa SMA Kelas XI pada Setiap Indikator Motivasi Belajar

BAB II KAJIAN TEORITIS. Motivasi berasal dari kata motif yang diartikan sebagai daya yang penggerak dari dalam

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Evaluasi menurut Edwind dan Gerald W. Brown (1986) dalam Anas

INSTRUMEN KULIAH KERJA LAPANGAN-I (MAGANG I) Semester Ganjil 2016/2017 A. BUDAYA MADRASAH/SEKOLAH. : Observasi/wawancara/dokumentasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan menurut udang-undang No 20 tahun 2003 pasal 1 tentang sistem

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dibangkitkan, dipertahankan dan selalu dikontrol baik oleh siswa itu sendiri, guru

BAB 1 PENDAHULUAN. dinamis dalam diri (inner drive) yang mendorong seseorang. arti tidak memerlukan rangsangan (stimulus) dari luar dirinya,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia tergerak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang perlu mendapat

BAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Upaya Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa

II. KERANGKA TEORETIS. pembelajaran fisika masalah dipandang sebagai suatu kondisi yang sengaja

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penggerak belajar. Kekuatan penggerak tersebut berasal dari berbagai

UPAYA GURU DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dukungan keluarga menurut Friedman (2010) adalah sikap, tindakan penerimaan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia 2.2. Pengertian Motivasi

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Belajar Pengertian Belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

BAB II KAJIAN TEORI. dan berbuat. Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang. tema sesuai dengan motivasi yang mendasarinya.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Anak didik dalam dunia pendidikan merupakan subjek utama. Dialah

BAB IV PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, KARANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan

BAB II KAJIAN TEORETIS. mencapai sesuatu yang dicita - citakan.. Hal ini menggambarkan bahwa seseorang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal dimana tempat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUATAKA. tujuan (Mc. Donald dalam Sardiman A.M, 2001:73-74). Menurut Mc. Donald. motivasi mengandung 3 elemen penting, yaitu:

BAB II KAJIAN TEORI. penelitian. Kajian teori ini membuat tentang motivasi belajar, model pembelajaran

MOTIVASI BELAJAR ANAK JALANAN DI RUMAH SINGGAH DILTS FOUNDATION

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. mengajar guru, sebab dilingkungan sekolah guru pemeran utama dalam upaya

V. KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Pertama, terdapat kecenderungan semakin tinggi motivasi belajar, aktivitas belajar

PSIKOLOGI BELAJAR DAPAT MEMBANTU PARA GURU MEMBANGUN MOTIVASI DAN MINAT BELAJAR SISWA Oleh Drs. Rusli, M.Si. Abstrak

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PEBDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB II KAJIAN TEORI. pembangkit tenaga munculnya satu tingkah laku tertentu 8. motivation dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Latin motivum yang

POKOK BAHASAN MATA - KULIAH BK PRIBADI SOSIAL (2 SKS) :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah

2.1.2 Tipe-Tipe Kepemimpinan Menurut Hasibuan (2009: ) ada tiga tipe kepemimpinan masing-masing dengan ciri-cirinya, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. membimbing, mengasuh dan memberikan kegiatan pembelajaran yang mampu

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. A. Strategi Pembelajaran Increasing the Capacity to Think (ICT)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan untuk meningkatkan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu pendidikan ada yang disebut sebagai pendidik dan sebagai. sebagai peserta didik mendapatkan haknya sepenuhnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Robiah Adawiyah, 2014 Usaha Instruktur Dalam Optimalisasi Motivasi Belajar Bahasa Inggris

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan negara di segala bidang. Agar mendapatkan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. disengaja, ada istilah interaksi edukatif. Interaksi edukatif ini adalah interaksi

I. PENDAHULUAN. penelitian, kegunaan penelitian dan diakhiri dengan ruang lingkup penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Kemampuan Pemahaman Matematis. pemahamannya melalui tes. Sedangkan pemahaman (understanding)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tantangan berat bangsa Indonesia adalah menyiapkan sumber

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam UU No.20/2003

BAB V PEMBAHASAN. A. Strategi Yang Dilakukan Guru PAI Dalam Menciptakan Kelas Yang

BAB II KAJIAN TEORI. digunakan untuk mendapatkan umpan balik pembelajaran. 1. designed to achieves a particular educational goal.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya teknologi

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu wahana berkumpul dan belajar para. komunitas insan untuk memperoleh ilmu pengetahuan.

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting dalam berbagai disiplin ilmu serta memajukan daya pikir manusia.

BAB V PEMBAHASAN. dua bagian yaitu kegiatan intrakurikuler dan kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan

Sesuai dengan tujuan pendidikan yang berbunyi :

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagaian Tugas Dan Syarat-syarat Guna. Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.

BAB I PENDAHULUAN. dan siswa. Pola umum ini oleh Lapp et al. (1975) diistilahkan Gaya

II. KERANGKA TEORITIS. Belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah. Belajar merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. kuantitas hal tersebut dapat tercapai apabila peserta didik dapat. manusia indonesia seutuhnya melalui proses pendidikan.

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Atmosfer Kelas 1. Pengertian atmosfer/iklim kelas Menurut Adelman dan Taylor (Lee,2005 : WWW://psychologymania.com) atmosfer kelas merupakan kualitas lingkungan yang dirasakan, yang muncul dari adanya interaksi dari berbagai faktor seperti aspek fisik, materi, organisasi, operasional dan sosial. Sedangkan menurut Wilson (Khine & Chiew, 2001: WWW://psychologymania.com) atmosfer kelas adalah tempat dimana siswa dan guru saling berinteraksi satu sama lain dengan menggunakan beberapa sumber infomasi dalam usaha pencarian ilmu dalam aktifitas belajar. Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan atmosfer kelas adalah segala situasi yang muncul akibat hubungan antara guru dan siswa atau hubungan antar siswa yang menjadi ciri khusus dari kelas yang mempengaruhi proses belajar dan mengajar dengan menggunakan sumber informasi dalam aktifitas belajar serta penerimaan penghargaan antara guru dengan siswa. Menurut Darmansyah (2010:26) lingkungan fisik kelas sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran. Lingkungan kelas yang kondusif, nyaman, menyenangkan, dan bersih berperan penting dalam menunjang keefektifan belajar. Lingkungan juga akan mempengaruhi mental siswa secara psikologis dalam menerima informasi dari guru di dalam kelas. Dengan memahami keinginan 10

11 siswa terhadap lingkungan yang bagaimana yang dapat meningkatkan meningkatkan motivasi belajar mereka, mengatur kondisi kelas yang rapi dan nyaman yang dapat menyegarkan pikiran mereka dan memotivasi mereka untuk menerima pelajaran. Siswa akan lebih terbuka pikirannya untuk menerima pelajaran. Usaha guru dalam menciptakan kondisi yang diharapkan akan efektif apabila diketahui secara tepat faktor-faktor yang dapat menunjang terciptanya kondisi yang menguntungkan dalam proses belajar-mengajar, dikenal masalahmasalah yang diperkirakan dan biasanya timbul dan dapat merusak iklim belajarmengajar dan dikuasainya berbagai pendekatan dalam pengelolaan kelas dan diketahui kapan dan untuk masalah mana suatu pendekatan digunakan. Suasana kelas yang kondusif akan mampu mengantarkan pada prestasi akademik dan non-akademik peserta didik, maupun kelasnya secara keseluruhan. Kelas yang kondusif di antaranya memiliki ciri-ciri; tenang, dinamis, tertib, suasana saling menghargai, saling mendorong, kreativitas tinggi, persaudaraan yang kuat, saling berinteraksi dengan baik, dan bersaing sehat untuk kemajuan. Hal yang diperlukan dalam menumbuhkan kedisiplinan adalah suasana yang kondusif dan terjaga dengan baik secara terus-menerus di setiap kelas sebagai komunitas inti dari sekolah. Suasana kondusif sebagai prasarana terciptanya kedisiplinan bisa terjadi melalui cara-cara yang dapat dilakukan, yaitu pertama, menciptakan dan menerapkan kesepakatan kelas.

12 Pengelolaan kelas adalah proses seleksi dan penggunaan alat-alat yang tepat terhadap problem dan situasi kelas. Pengelolaan kelas dilakukan dengan kegiatan-kegiatan yang menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar. Tindakan pengelolaan kelas seorang guru akan efektif apabila ia dapat mengidentifikasi dengan tepat hakikat masalah yang sedang dihadapi, sehingga pada gilirannya ia dapat memilih strategi penanggulangan yang tepat pula. Pengelola kelas dalam hal ini adalah guru dan manajemen sekolah, sementara warganya adalah peserta didik yang ada di kelas tersebut. Banyak sekolah yang telah membatasi jumlah peserta didik dalam satu kelas. Sekolah juga menambah jumlah guru yang ada di kelas menjadi dua orang. Jika di lingkungan masyarakat, keluarga merupakan komunitas terkecil maka di lingkungan sekolah, kelas merupakan kesatuan sosial sekolah terkecil. Kelas merupakan kumpulan peserta didik dalam jumlah tertentu di bawah bimbingan ibu atau bapak guru wali kelas. Jumlah peserta didik setiap kelas, berkisar antara 20 s/d 40 orang. Para peserta didik akan menetap di kelasnya (berinteraksi dengan teman-teman sekelasnya) paling tidak satu tahun. Kelas sebagai komunitas sekolah terkecil dapat memengaruhi suasana kelasnya dalam berinteraksi dan kegiatan pembelajaran yang pada gilirannya dapat berpengaruh terhadap suasana dan prestasi belajarnya. Lingkungan kelas yang kondusif dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu fisik dan non fisik. Hal-hal yang dapat dilakukan terkait dengan faktor fisik dari sebuah kelas adalah Pengaturan ruang kelas, menjaga kebersihan kelas, pengaturan

13 dinding kelas, atur meja dan kursi peserta didik dengan formasi yang berubahubah, paling tidak setiap 2 hari sekali, buatlah sudut baca/perpustakaan kelas yang menjamin peserta didik untuk aktif membaca dan menelusuri informasi, menghindari kebisingan. Sediakan tempat besosialisasi. Sedangkan untuk factor nonfisik antara lain: interaksi peserta didik dengan guru serta peserta didik dengan peserta didik lainnya, buatlah aturan tata tertib, etika, yang disepakati oleh semua peserta didik, kenyamanan kelas sebagai tanggung jawab bersama. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi atmosfer kelas Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi atmosfer kelas adalah : 1. Kekompakan siswa Aspek ini mengukur sejauh mana siswa saling mengenal, membantu dan mendukung satu sama lain. 2. Dukungan guru Aspek ini mengukur sejauh mana guru membantu siswa, mampu bersahabat dengan siswa, memberikan perhatian dan percaya pada siswa. 3. Keterlibatan siswa dalam pelajaran Aspek ini mengukur sejauh mana siswa menaruh perhatian dan tertarik pada kegiatan belajar, berpartisipasi dalam diskusi, mampu mengerjakan tugas tambahan, dan merasa nyaman dalam kelas.

14 4. Kegiatan penyelidikan Aspek ini mengukur sejauh mana siswa mampu melakukan proses penyelidikan (investigasi) dalam menyelesaikan masalah. 5. Orientasi tugas Aspek ini mengukur sejauh mana siswa mampu menyelesaikan suatu tugas dan mampu untuk tetap fokus pada pelajaran. 6. Kerjasama siswa Aspek ini mengukur sejauh mana siswa lebih memilih untuk saling bekerja sama daripada berkompetisi dalam belajar 7. Kesetaraan Aspek ini mengukur sejauh mana siswa diperlakukan sama oleh guru Ada beberapa hal yang perlu dibangun untuk menciptakan suasana / atmosfir kelas yang menyenangkan adalah sebagai berikut : 1. Niat/keyakinan Niat kuat / keyakinan seorang guru, atau kepercayaannya akan kemampuannya dan motivasi siswa haruslah terlihat jelas saat pembelajaran berlangsung. Guru harus beranggapan bahwa anak didiknya adalah anak anak jenius dan pintar dan dirinyapun adalah guru yang top. Hal ini sangat perlu agar sang guru termotivasi untuk semangat mengajar. Karena dalam kebiasaan sehari hari, sikap guru jelas tampak berlawanan ketika ia berhadapan dengan siswa kelompok pintar dan kelompok yang kurang pintar.

15 2. Menjalin rasa simpati dan pengertian Guru harus membangun hubungan, yaitu dengan menjalin rasa simpati dan saling pengertian. Hubungan yang didasari rasa simpati akan membangun jembatan menuju kehidupan bergairah siswa, membuka jalan memasuki dunia baru mereka, mengetahui kekuatan minat mereka, dan berbicara dengan bahasa hati mereka. Membina hubungan dapat memudahkan guru melibatkan siswa, memudahkan pengelolaan kelas, memperpanjang waktu fokus, dan meningkatkan kegembiraan. 3. Membangun kegembiraan Jika guru secara sadar mau menciptakan kesempatan suasana kegembiraan dalam kegiatan belajar mengajar, maka kegiatan belajar akan lebih menyenangkan dan refresh. Kegembiraan akan membuat siswa siap belajar dengan lebih mudah, mengusir rasa kebosanan, bahkan dapat mengubah sikap negatif siswa terhadap guru maupun mata pelajaran yang kurang disukainya. 4. Membangun Rasa Saling Memiliki Manusia adalah makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, semua siswa ingin saling memiliki. Dengan mengasah perasaan siswa untuk saling memiliki, guru memberi kepaduan kepada suasana kelas yang dapat mempercepat proses belajar siswa dan mengajar guru. Jika seorang guru mampu membangun rasa saling memiliki, berarti guru juga telah berhasil menyingkirkan ancaman ( rasa ketakutan / cemas ), yang

16 dapat membangun suasana mengizinkan otak siswa untuk bersantai, emosi siswa terlibat sepenuhnya dalam belajar, dan proses belajarpun dapat dimaksimalkan. Rasa saling memiliki menciptakan rasa kebersamaan, kesatuan, kesepakatan, dan dukungan dalam belajar. Rasa ini juga dapat mempercepat proses belajar mengajar dan meningkatkan rasa kepemilikan belajar. 5. Keteladanan Guru adalah sosok penting yang dapat digugu dan ditiru. Siswa sering mencari cari alasan untuk tidak tertarik dengan jalan mencari ketidaksesuaian antara kata kata guru dengan semua perbuatan guru. Tetapi, semakin banyak guru memberi keteladanan, maka siswa semakin tertarik dan mulai mencontoh guru. Karena, mereka menemukan dan merasakan kesebangunan, kecocokan antara keyakinan dan perkataan guru dengan perbuatannya. Jadi, memberi teladan adalah salah satu cara ampuh untuk membangun hubungan serta menambah kekuatan pada proses pembelajaran siswa. Satu hal yang perlu diingat ingat oleh guru, semuanya berbicara. Pakaian, penampilan, senyuman, dan sebagainya akan dinilai oleh siswa dan, tidak ada yang berbicara lebih keras dari pada tindakan.

17 B. Motivasi belajar 1. Pengertian Motivasi belajar Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006 : 80) mengatakan bahwa siswa belajar karena didorong kekuatan mental, kekuatan mental itu berupa keinginan dan perhatian, kemauan, cita-cita di dalam diri seorang terkadang adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan dan mengarahkan sikap dan perilaku individu dalam belajar. Selain itu motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan Mc. Donald (sardiman, 2014 : 74) mengandung tiga elemen penting. 1. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia. 2. Motivasi ditandai dengan munculnya rasa seseorang. 3. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Dengan ke tiga elemen diatas, maka dapat dikatakan bahwa motivasi itu sebagai sesuatu yang kompleks. Motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia. Dalam kegiatan belajar mengajar, motivasi belajar memegang peranan penting dalam memberikan gairah dan semangat dalam kegiatan belajar. Sehingga siswa yang mempunyai motivasi yang tinggi, mempunyai energi yang banyak

18 dalam kegiatan belajar. Sebaliknya siswa yang mempunyai energi rendah maka gairah belajarnya akan sangat sedikit dalam kegiatan belajar. Dalam kaitan itu perlu diketahui bahwa cara dan jenis menumbuhkan motivasi adalah bermacammacam. Tetapi untuk motivasi ekstrinsik kadang-kadang tepat, dan kadangkadang juga bisa kurang sesuai. Hal ini guru harus hati-hati dalam menumbuhkan dan memberi motivasi bagi kegiatan belajar para anak didik. Sebab mungkin maksudnya memberikan motivasi tetapi justru tidak menguntungkan perkembangan belajar siswa. Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relative permanen dan secara potensial terjadi sebagi hasil dari praktek atau penguatan yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu. Motivasi pada dasarnya dapat membantu dalam memahami dan menjelaskan perilaku individu, termasuk perilaku individu yang sedang belajar. Motivasi dapat berperan dalam penguatan belajar apabila seorang anak yang belajar dihadapkan pada suatu masalah yang memerlukan pemecahan, dan hanya dapat dipecahkan berkat bantuan hal-hal yang pernah dilaluinya. Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar erat kaitannya dengan kemaknaan belajar anak akan tertarik untuk belajar sesuatu, jika yang dipelajari itu sedikitnya sudah dapat diketahui atau dinikmati manfaatnya bagi anak. Seorang anak yang telah termotivasi untuk belajar sesuatu, akan berusaha mempelajarinya dengan baik dan tekun, dengan harapan memperoleh hasil yang baik. Dalam hal ini, tampak bahwa motivasi untuk belajar menyebabkan seseorang tekun belajar.

19 Sebaliknya, apabila seseorang kurang atau tidak memiliki motivasi untuk belajar, maka dia tidak tahan lama belajar. Motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang memiliki motivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah, dan bertahan lama. Dalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai. Siswa yang memiliki motivasi belajar akan bergantung pada apakah aktivitas tersebut memiliki isi yang menarik atau proses yang menyenangkan. Intinya, motivasi belajar melibatkan tujuan-tujuan belajar dan strategi yang berkaitan dalam mencapai tujuan belajar tersebut. Menurut sifatnya motivasi dibagi dua yaitu : 1. Motivasi intrinsik Motivasi intrinsik adalah motivasi yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu ada perangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Dengan demikian, tingkah laku yang dilakukan seseorang disebabkan oleh kemauan sendiri bukan dorongan dari luar. Adapun bentuk motivasi intrinsik yaitu : a. Intelegensi Dalam situasi yang sama, siswa mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil kendatipun begitu, siswa yang mempunyai

20 tingkat intelegensi yang tinggi belum tentu berhasil dalam belajar. Hal ini disebabkan belajar adalah suatu proses yang kompleks dengan banyak faktor yang mempengaruhinya. Siswa yang memiliki tingkat intelegensi normal dapat berhasil dengan baik dalam belajar jika kondisi yang diciptakan mendukung terjadi pembelajaran yang efektif dan efisien. b. Perhatian Untuk menjamin hasil belajar yang baik. Siswa harus mempunyai perhatian yang penuh terhadap bahan yang dipelajarinya. Untuk tumbuh perhatian maka bahan pelajaran itu harus baik. c. Minat Minat besar pengaruhnya terhadap belajar anak. Bila pelajaran tidak sesuai dengan minat siswa, maka siswa tidak dapat belajar dengan sebaik-baiknya minat anak dapat ditumbuhkan dengan berbagai macam cara yaitu dengan memvariasikan media pembelajaran. Mengembangkan metode pembelajaran, menjelaskan hal-hal yang menarik dan berguna bagi kehidupan dan lain-lain. d. Bakat Jika bahan pelajaran yang dipelajari oleh siswa berbakat maka pelajaran itu akan cepat dikuasai, sehingga hasil pelajaran nya pun akan baik, lain terhadap anak yang kurang berbakat, guru harus bersabar dan telaten melayani mereka yaitu dengan sering

21 mengulangi/menjelaskan bahan, akhirnya siswa/i itu diharapkan akan dengan menguasai bahan yang diajarkan 2. Motivasi ekstrinsik Motivasi ekstrinsik merupakan motif yang aktif dan berfungsi karena adanya dorongan atau rangsangan dari luar. Tujuan yang diinginkan dari tingkah laku yang digerakkan oleh motivasi ekstrinsik terletak diluar tingkah laku tersebut. Adapun bentuk motivasi ektrinsik yaitu : a. Memberi angka Angka dalam hal ini sebagai symbol dari nilai kegiatan belajarnya. Banyak siswa belajar, yang utama justru untuk mencapai angka/nilai yang baik. Sehingga siswa biasanya yang dikejar adalah nilai ulangan atau nilai-nilai pada raport angkanya baik-baik. b. Hadiah Hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidaklah selalu demikian. Karena hadiah untuk suatu pekerjaan, mungkin tidak akan menarik bagi seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat untuk sesuatu pekerjaan tersebut. c. Saingan/kompetisi Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong belajar siswa. Persaingan, baik persaingan individual maupun persaingan kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. d. Kerjasama

22 Bersama-sama melakukan tugas, bantu membantu dalam menunaikan tugas, mempertinggi kegiatan belajar. Kerjasama yang dilakukan dalam mata pelajaran juga dapat kita cari pokok-pokok yang dapat memupuk hubungan sosial yang sehat. e. Pujian Apabila ada siswa yang sukses yang berhasil menyelesaikan tugas dengan baik, perlu diberikan pujian. Pujian ini adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang baik. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa : a. Cita-cita atau aspirasi siswa Cita-cita dapat berlangsung dalam waktu sangat lama, bahkan sepanjang hayat. Setiap siswa pasti ingin mewujudkan cita-citanya dan untuk mewujudkan cita-cita tersebut siswa tentu akan memdorong siswa untuk belajar dengan baik. b. Kemampuan siswa Keinginan seseorang perlu dibarengi dengan kemampuan atau kecakapan untuk mencapainya. Keberhasilan dalam mencapai sesuatu akan menambah kekayaan dan pengalaman hidup. Secara nyata kemampuan akan memperkuat motivasi anak untuk melaksanakan tugas-tugas dalam pendidikan. c. Kondisi siswa

23 Kondisi siswa meliputi kondisi jasmani dan rohani mempengaruhi motivasi belajar. Seorang siswa yang sedang sakit, lapar, atau marahmarah akan mengganggu perhatian belajar. Sebaliknya seseoran siswa yang sehat, kenyang dan gembira akan mudah memusatkan perhatian. d. Kondisi lingkungan siswa Lingkungan siswa dapat berupa keadaan alam, lingkungan tempat tinggal, pergaulan teman sebaya, dan kehidupan kemasyarakatan. e. Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran Siswa memiliki perasaan, perhatian, kemauan, ingatan, dan pikiran yang mengalami perubahan berkat pengalaman hidup. Pengalaman dengan teman sebayanya berpengaruh pada motivasi dan belajar. Lingkungan siswa yang berupa lingkungan alam, lingkungan tempat tinggal, dan pergaulan juga mengalami perubahan. Lingkungan budaya siswa dan lain-lain mendinamiskan motivasi belajar. Guru professional diharapkan mampu memanfaatkan semua lingkungan untuk memotivasi belajar. f. Upaya guru dalam membelajarkan siswa Upaya guru membelajarkan siswa terjadi di sekolah dan di luar sekolah. Upaya pembelajaran di sekolah meliputi : membina disiplin belajar dalam tiap kesempatan, seperti pemanfaatan waktu dan pemeliharaan fasilitas sekolah, membina belajar tertib pergaulan, dan membina belajar tertib lingkungan sekolah. C. Hubungan Atmosfer Kelas dengan Motivasi Belajar

24 Atmosfer kelas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa. Atmosfer kelas tidak hanya berupa fisik saja tapi juga non fisik. Sarana dan fasilitas sekolah mempunyai arti penting di dalam proses belajar mengajar. Menurut Djamarah ( 2011:183) suatu sekolah yang kekurangan kelas sementara jumlah anak didik yang dimiliki dalam jumlah yang banyak melebihi daya tampung kelas akan mempengaruhi proses belajar mengajar.