BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Atmosfer Kelas 1. Pengertian atmosfer/iklim kelas Menurut Adelman dan Taylor (Lee,2005 : WWW://psychologymania.com) atmosfer kelas merupakan kualitas lingkungan yang dirasakan, yang muncul dari adanya interaksi dari berbagai faktor seperti aspek fisik, materi, organisasi, operasional dan sosial. Sedangkan menurut Wilson (Khine & Chiew, 2001: WWW://psychologymania.com) atmosfer kelas adalah tempat dimana siswa dan guru saling berinteraksi satu sama lain dengan menggunakan beberapa sumber infomasi dalam usaha pencarian ilmu dalam aktifitas belajar. Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan atmosfer kelas adalah segala situasi yang muncul akibat hubungan antara guru dan siswa atau hubungan antar siswa yang menjadi ciri khusus dari kelas yang mempengaruhi proses belajar dan mengajar dengan menggunakan sumber informasi dalam aktifitas belajar serta penerimaan penghargaan antara guru dengan siswa. Menurut Darmansyah (2010:26) lingkungan fisik kelas sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran. Lingkungan kelas yang kondusif, nyaman, menyenangkan, dan bersih berperan penting dalam menunjang keefektifan belajar. Lingkungan juga akan mempengaruhi mental siswa secara psikologis dalam menerima informasi dari guru di dalam kelas. Dengan memahami keinginan 10
11 siswa terhadap lingkungan yang bagaimana yang dapat meningkatkan meningkatkan motivasi belajar mereka, mengatur kondisi kelas yang rapi dan nyaman yang dapat menyegarkan pikiran mereka dan memotivasi mereka untuk menerima pelajaran. Siswa akan lebih terbuka pikirannya untuk menerima pelajaran. Usaha guru dalam menciptakan kondisi yang diharapkan akan efektif apabila diketahui secara tepat faktor-faktor yang dapat menunjang terciptanya kondisi yang menguntungkan dalam proses belajar-mengajar, dikenal masalahmasalah yang diperkirakan dan biasanya timbul dan dapat merusak iklim belajarmengajar dan dikuasainya berbagai pendekatan dalam pengelolaan kelas dan diketahui kapan dan untuk masalah mana suatu pendekatan digunakan. Suasana kelas yang kondusif akan mampu mengantarkan pada prestasi akademik dan non-akademik peserta didik, maupun kelasnya secara keseluruhan. Kelas yang kondusif di antaranya memiliki ciri-ciri; tenang, dinamis, tertib, suasana saling menghargai, saling mendorong, kreativitas tinggi, persaudaraan yang kuat, saling berinteraksi dengan baik, dan bersaing sehat untuk kemajuan. Hal yang diperlukan dalam menumbuhkan kedisiplinan adalah suasana yang kondusif dan terjaga dengan baik secara terus-menerus di setiap kelas sebagai komunitas inti dari sekolah. Suasana kondusif sebagai prasarana terciptanya kedisiplinan bisa terjadi melalui cara-cara yang dapat dilakukan, yaitu pertama, menciptakan dan menerapkan kesepakatan kelas.
12 Pengelolaan kelas adalah proses seleksi dan penggunaan alat-alat yang tepat terhadap problem dan situasi kelas. Pengelolaan kelas dilakukan dengan kegiatan-kegiatan yang menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar. Tindakan pengelolaan kelas seorang guru akan efektif apabila ia dapat mengidentifikasi dengan tepat hakikat masalah yang sedang dihadapi, sehingga pada gilirannya ia dapat memilih strategi penanggulangan yang tepat pula. Pengelola kelas dalam hal ini adalah guru dan manajemen sekolah, sementara warganya adalah peserta didik yang ada di kelas tersebut. Banyak sekolah yang telah membatasi jumlah peserta didik dalam satu kelas. Sekolah juga menambah jumlah guru yang ada di kelas menjadi dua orang. Jika di lingkungan masyarakat, keluarga merupakan komunitas terkecil maka di lingkungan sekolah, kelas merupakan kesatuan sosial sekolah terkecil. Kelas merupakan kumpulan peserta didik dalam jumlah tertentu di bawah bimbingan ibu atau bapak guru wali kelas. Jumlah peserta didik setiap kelas, berkisar antara 20 s/d 40 orang. Para peserta didik akan menetap di kelasnya (berinteraksi dengan teman-teman sekelasnya) paling tidak satu tahun. Kelas sebagai komunitas sekolah terkecil dapat memengaruhi suasana kelasnya dalam berinteraksi dan kegiatan pembelajaran yang pada gilirannya dapat berpengaruh terhadap suasana dan prestasi belajarnya. Lingkungan kelas yang kondusif dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu fisik dan non fisik. Hal-hal yang dapat dilakukan terkait dengan faktor fisik dari sebuah kelas adalah Pengaturan ruang kelas, menjaga kebersihan kelas, pengaturan
13 dinding kelas, atur meja dan kursi peserta didik dengan formasi yang berubahubah, paling tidak setiap 2 hari sekali, buatlah sudut baca/perpustakaan kelas yang menjamin peserta didik untuk aktif membaca dan menelusuri informasi, menghindari kebisingan. Sediakan tempat besosialisasi. Sedangkan untuk factor nonfisik antara lain: interaksi peserta didik dengan guru serta peserta didik dengan peserta didik lainnya, buatlah aturan tata tertib, etika, yang disepakati oleh semua peserta didik, kenyamanan kelas sebagai tanggung jawab bersama. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi atmosfer kelas Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi atmosfer kelas adalah : 1. Kekompakan siswa Aspek ini mengukur sejauh mana siswa saling mengenal, membantu dan mendukung satu sama lain. 2. Dukungan guru Aspek ini mengukur sejauh mana guru membantu siswa, mampu bersahabat dengan siswa, memberikan perhatian dan percaya pada siswa. 3. Keterlibatan siswa dalam pelajaran Aspek ini mengukur sejauh mana siswa menaruh perhatian dan tertarik pada kegiatan belajar, berpartisipasi dalam diskusi, mampu mengerjakan tugas tambahan, dan merasa nyaman dalam kelas.
14 4. Kegiatan penyelidikan Aspek ini mengukur sejauh mana siswa mampu melakukan proses penyelidikan (investigasi) dalam menyelesaikan masalah. 5. Orientasi tugas Aspek ini mengukur sejauh mana siswa mampu menyelesaikan suatu tugas dan mampu untuk tetap fokus pada pelajaran. 6. Kerjasama siswa Aspek ini mengukur sejauh mana siswa lebih memilih untuk saling bekerja sama daripada berkompetisi dalam belajar 7. Kesetaraan Aspek ini mengukur sejauh mana siswa diperlakukan sama oleh guru Ada beberapa hal yang perlu dibangun untuk menciptakan suasana / atmosfir kelas yang menyenangkan adalah sebagai berikut : 1. Niat/keyakinan Niat kuat / keyakinan seorang guru, atau kepercayaannya akan kemampuannya dan motivasi siswa haruslah terlihat jelas saat pembelajaran berlangsung. Guru harus beranggapan bahwa anak didiknya adalah anak anak jenius dan pintar dan dirinyapun adalah guru yang top. Hal ini sangat perlu agar sang guru termotivasi untuk semangat mengajar. Karena dalam kebiasaan sehari hari, sikap guru jelas tampak berlawanan ketika ia berhadapan dengan siswa kelompok pintar dan kelompok yang kurang pintar.
15 2. Menjalin rasa simpati dan pengertian Guru harus membangun hubungan, yaitu dengan menjalin rasa simpati dan saling pengertian. Hubungan yang didasari rasa simpati akan membangun jembatan menuju kehidupan bergairah siswa, membuka jalan memasuki dunia baru mereka, mengetahui kekuatan minat mereka, dan berbicara dengan bahasa hati mereka. Membina hubungan dapat memudahkan guru melibatkan siswa, memudahkan pengelolaan kelas, memperpanjang waktu fokus, dan meningkatkan kegembiraan. 3. Membangun kegembiraan Jika guru secara sadar mau menciptakan kesempatan suasana kegembiraan dalam kegiatan belajar mengajar, maka kegiatan belajar akan lebih menyenangkan dan refresh. Kegembiraan akan membuat siswa siap belajar dengan lebih mudah, mengusir rasa kebosanan, bahkan dapat mengubah sikap negatif siswa terhadap guru maupun mata pelajaran yang kurang disukainya. 4. Membangun Rasa Saling Memiliki Manusia adalah makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, semua siswa ingin saling memiliki. Dengan mengasah perasaan siswa untuk saling memiliki, guru memberi kepaduan kepada suasana kelas yang dapat mempercepat proses belajar siswa dan mengajar guru. Jika seorang guru mampu membangun rasa saling memiliki, berarti guru juga telah berhasil menyingkirkan ancaman ( rasa ketakutan / cemas ), yang
16 dapat membangun suasana mengizinkan otak siswa untuk bersantai, emosi siswa terlibat sepenuhnya dalam belajar, dan proses belajarpun dapat dimaksimalkan. Rasa saling memiliki menciptakan rasa kebersamaan, kesatuan, kesepakatan, dan dukungan dalam belajar. Rasa ini juga dapat mempercepat proses belajar mengajar dan meningkatkan rasa kepemilikan belajar. 5. Keteladanan Guru adalah sosok penting yang dapat digugu dan ditiru. Siswa sering mencari cari alasan untuk tidak tertarik dengan jalan mencari ketidaksesuaian antara kata kata guru dengan semua perbuatan guru. Tetapi, semakin banyak guru memberi keteladanan, maka siswa semakin tertarik dan mulai mencontoh guru. Karena, mereka menemukan dan merasakan kesebangunan, kecocokan antara keyakinan dan perkataan guru dengan perbuatannya. Jadi, memberi teladan adalah salah satu cara ampuh untuk membangun hubungan serta menambah kekuatan pada proses pembelajaran siswa. Satu hal yang perlu diingat ingat oleh guru, semuanya berbicara. Pakaian, penampilan, senyuman, dan sebagainya akan dinilai oleh siswa dan, tidak ada yang berbicara lebih keras dari pada tindakan.
17 B. Motivasi belajar 1. Pengertian Motivasi belajar Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006 : 80) mengatakan bahwa siswa belajar karena didorong kekuatan mental, kekuatan mental itu berupa keinginan dan perhatian, kemauan, cita-cita di dalam diri seorang terkadang adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan dan mengarahkan sikap dan perilaku individu dalam belajar. Selain itu motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan Mc. Donald (sardiman, 2014 : 74) mengandung tiga elemen penting. 1. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia. 2. Motivasi ditandai dengan munculnya rasa seseorang. 3. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Dengan ke tiga elemen diatas, maka dapat dikatakan bahwa motivasi itu sebagai sesuatu yang kompleks. Motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia. Dalam kegiatan belajar mengajar, motivasi belajar memegang peranan penting dalam memberikan gairah dan semangat dalam kegiatan belajar. Sehingga siswa yang mempunyai motivasi yang tinggi, mempunyai energi yang banyak
18 dalam kegiatan belajar. Sebaliknya siswa yang mempunyai energi rendah maka gairah belajarnya akan sangat sedikit dalam kegiatan belajar. Dalam kaitan itu perlu diketahui bahwa cara dan jenis menumbuhkan motivasi adalah bermacammacam. Tetapi untuk motivasi ekstrinsik kadang-kadang tepat, dan kadangkadang juga bisa kurang sesuai. Hal ini guru harus hati-hati dalam menumbuhkan dan memberi motivasi bagi kegiatan belajar para anak didik. Sebab mungkin maksudnya memberikan motivasi tetapi justru tidak menguntungkan perkembangan belajar siswa. Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relative permanen dan secara potensial terjadi sebagi hasil dari praktek atau penguatan yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu. Motivasi pada dasarnya dapat membantu dalam memahami dan menjelaskan perilaku individu, termasuk perilaku individu yang sedang belajar. Motivasi dapat berperan dalam penguatan belajar apabila seorang anak yang belajar dihadapkan pada suatu masalah yang memerlukan pemecahan, dan hanya dapat dipecahkan berkat bantuan hal-hal yang pernah dilaluinya. Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar erat kaitannya dengan kemaknaan belajar anak akan tertarik untuk belajar sesuatu, jika yang dipelajari itu sedikitnya sudah dapat diketahui atau dinikmati manfaatnya bagi anak. Seorang anak yang telah termotivasi untuk belajar sesuatu, akan berusaha mempelajarinya dengan baik dan tekun, dengan harapan memperoleh hasil yang baik. Dalam hal ini, tampak bahwa motivasi untuk belajar menyebabkan seseorang tekun belajar.
19 Sebaliknya, apabila seseorang kurang atau tidak memiliki motivasi untuk belajar, maka dia tidak tahan lama belajar. Motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang memiliki motivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah, dan bertahan lama. Dalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai. Siswa yang memiliki motivasi belajar akan bergantung pada apakah aktivitas tersebut memiliki isi yang menarik atau proses yang menyenangkan. Intinya, motivasi belajar melibatkan tujuan-tujuan belajar dan strategi yang berkaitan dalam mencapai tujuan belajar tersebut. Menurut sifatnya motivasi dibagi dua yaitu : 1. Motivasi intrinsik Motivasi intrinsik adalah motivasi yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu ada perangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Dengan demikian, tingkah laku yang dilakukan seseorang disebabkan oleh kemauan sendiri bukan dorongan dari luar. Adapun bentuk motivasi intrinsik yaitu : a. Intelegensi Dalam situasi yang sama, siswa mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil kendatipun begitu, siswa yang mempunyai
20 tingkat intelegensi yang tinggi belum tentu berhasil dalam belajar. Hal ini disebabkan belajar adalah suatu proses yang kompleks dengan banyak faktor yang mempengaruhinya. Siswa yang memiliki tingkat intelegensi normal dapat berhasil dengan baik dalam belajar jika kondisi yang diciptakan mendukung terjadi pembelajaran yang efektif dan efisien. b. Perhatian Untuk menjamin hasil belajar yang baik. Siswa harus mempunyai perhatian yang penuh terhadap bahan yang dipelajarinya. Untuk tumbuh perhatian maka bahan pelajaran itu harus baik. c. Minat Minat besar pengaruhnya terhadap belajar anak. Bila pelajaran tidak sesuai dengan minat siswa, maka siswa tidak dapat belajar dengan sebaik-baiknya minat anak dapat ditumbuhkan dengan berbagai macam cara yaitu dengan memvariasikan media pembelajaran. Mengembangkan metode pembelajaran, menjelaskan hal-hal yang menarik dan berguna bagi kehidupan dan lain-lain. d. Bakat Jika bahan pelajaran yang dipelajari oleh siswa berbakat maka pelajaran itu akan cepat dikuasai, sehingga hasil pelajaran nya pun akan baik, lain terhadap anak yang kurang berbakat, guru harus bersabar dan telaten melayani mereka yaitu dengan sering
21 mengulangi/menjelaskan bahan, akhirnya siswa/i itu diharapkan akan dengan menguasai bahan yang diajarkan 2. Motivasi ekstrinsik Motivasi ekstrinsik merupakan motif yang aktif dan berfungsi karena adanya dorongan atau rangsangan dari luar. Tujuan yang diinginkan dari tingkah laku yang digerakkan oleh motivasi ekstrinsik terletak diluar tingkah laku tersebut. Adapun bentuk motivasi ektrinsik yaitu : a. Memberi angka Angka dalam hal ini sebagai symbol dari nilai kegiatan belajarnya. Banyak siswa belajar, yang utama justru untuk mencapai angka/nilai yang baik. Sehingga siswa biasanya yang dikejar adalah nilai ulangan atau nilai-nilai pada raport angkanya baik-baik. b. Hadiah Hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidaklah selalu demikian. Karena hadiah untuk suatu pekerjaan, mungkin tidak akan menarik bagi seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat untuk sesuatu pekerjaan tersebut. c. Saingan/kompetisi Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong belajar siswa. Persaingan, baik persaingan individual maupun persaingan kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. d. Kerjasama
22 Bersama-sama melakukan tugas, bantu membantu dalam menunaikan tugas, mempertinggi kegiatan belajar. Kerjasama yang dilakukan dalam mata pelajaran juga dapat kita cari pokok-pokok yang dapat memupuk hubungan sosial yang sehat. e. Pujian Apabila ada siswa yang sukses yang berhasil menyelesaikan tugas dengan baik, perlu diberikan pujian. Pujian ini adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang baik. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa : a. Cita-cita atau aspirasi siswa Cita-cita dapat berlangsung dalam waktu sangat lama, bahkan sepanjang hayat. Setiap siswa pasti ingin mewujudkan cita-citanya dan untuk mewujudkan cita-cita tersebut siswa tentu akan memdorong siswa untuk belajar dengan baik. b. Kemampuan siswa Keinginan seseorang perlu dibarengi dengan kemampuan atau kecakapan untuk mencapainya. Keberhasilan dalam mencapai sesuatu akan menambah kekayaan dan pengalaman hidup. Secara nyata kemampuan akan memperkuat motivasi anak untuk melaksanakan tugas-tugas dalam pendidikan. c. Kondisi siswa
23 Kondisi siswa meliputi kondisi jasmani dan rohani mempengaruhi motivasi belajar. Seorang siswa yang sedang sakit, lapar, atau marahmarah akan mengganggu perhatian belajar. Sebaliknya seseoran siswa yang sehat, kenyang dan gembira akan mudah memusatkan perhatian. d. Kondisi lingkungan siswa Lingkungan siswa dapat berupa keadaan alam, lingkungan tempat tinggal, pergaulan teman sebaya, dan kehidupan kemasyarakatan. e. Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran Siswa memiliki perasaan, perhatian, kemauan, ingatan, dan pikiran yang mengalami perubahan berkat pengalaman hidup. Pengalaman dengan teman sebayanya berpengaruh pada motivasi dan belajar. Lingkungan siswa yang berupa lingkungan alam, lingkungan tempat tinggal, dan pergaulan juga mengalami perubahan. Lingkungan budaya siswa dan lain-lain mendinamiskan motivasi belajar. Guru professional diharapkan mampu memanfaatkan semua lingkungan untuk memotivasi belajar. f. Upaya guru dalam membelajarkan siswa Upaya guru membelajarkan siswa terjadi di sekolah dan di luar sekolah. Upaya pembelajaran di sekolah meliputi : membina disiplin belajar dalam tiap kesempatan, seperti pemanfaatan waktu dan pemeliharaan fasilitas sekolah, membina belajar tertib pergaulan, dan membina belajar tertib lingkungan sekolah. C. Hubungan Atmosfer Kelas dengan Motivasi Belajar
24 Atmosfer kelas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa. Atmosfer kelas tidak hanya berupa fisik saja tapi juga non fisik. Sarana dan fasilitas sekolah mempunyai arti penting di dalam proses belajar mengajar. Menurut Djamarah ( 2011:183) suatu sekolah yang kekurangan kelas sementara jumlah anak didik yang dimiliki dalam jumlah yang banyak melebihi daya tampung kelas akan mempengaruhi proses belajar mengajar.