BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Tinjauan Tentang Metode Pembelajaran. memungkinkan peserta didik dapat belajar secara optimal. Ridwan Abdullah Sani

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Deskripsi Model Pembelajaran Kooperatif

BAB II KAJIAN PUSTAKA. membutuhkan media untuk membantu menyampaikan pesan-pesan belajar

BAB II KAJIAN TEORI. ini sejalan dengan pendapat yang mengatakan bahwa: dengan menggunakan kartu yang dipasangkan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. suku kata yaitu Metha berarti melalui dan Hodos artinya cara atau jalan. 1

PENGGUNAAN STRATEGI PEMBELAJARAN INDEX CARD MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS

BAB II MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN HASIL BELAJAR MEMBACA SURAH AN NASR. Make a Match akan riuh, tetapi sangat asik dan menyenangkan.

BAB I PENDAHULUAN. (Bandung: Sinar Baru Al Gensindo, 2005), hlm. 2. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD, MI, dan SDLB, hlm.

Diyah Ayu Intan Sari Universitas PGRI Yogyakarta

MAKALAH KELOMPOK INDEX CARD MATCH (MENCARI PASANGAN) Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Metode Pembelajaran Dosen Pengampu: Ahmad Nasir Aribowo.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 2009), hlm tentang Guru dan Dosen, UU Guru dan Dosen, (Bandung : Nuansa Indah, 2006), hlm. 2.

METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

PENGARUH PENGGUNAAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE INDEX CARD MATCH

BAB II KAJIAN TEORI. mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian

BAB I PENDAHULUAN. setelah siswa menerima pengalaman belajarnya. Sejumlah pengalaman yang. dapat menyusun dan membina kegiatan-kegiatan peserta didik.

PENGGUNAAN METODE INDEX CARD MATCH PADA MATA PELAJARAN IPS POKOK BAHASAN MENGENAL SEJARAH UANG

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AKTIF TIPE INDEX CARD MATCH DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS V SD

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Metode merupakan cara kerja yang bersistem untuk memudahkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kecerdasan, berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia tahun 1991 dalam fasli

BAB II KAJIAN TEORI. a. Pengertian Komunikasi Matematika. manuisa baik individu maupun kelompok 1. Dalam kehidupan seharihari

BAB II KAJIAN TEORITIS. 1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Prediction Guide. bersama adalah cooperative learning, dalam hal ini belajar bersama

BAB II KAJIAN TEORI. berarti mereka yang mendominasi aktifitas pembelajaran. 1 Dengan ini mereka

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF PEMILAHAN KARTU TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN IPS DI SMP NEGERI 1 TANJUNG RAJA.

BAB II KAJIAN TEORI. Pada mulanya istilah strategi digunakan dalam dunia militer yang

BAB II KAJIAN TEORI. 1 Tinjauan Tentang Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Kartu-Kartu. a. Pengertian Strategi Pembelajaran Aktif

BAB I PENDAHULUAN. berhasilnya suatu pendidikan yang berada di negara tersebut. Berhasilnya

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia, 2008), hlm Ibid, hlm

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diamati. Kegiatan fisik yang dapat diamati diantaranya dalam bentuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika. a. Pengertian Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa

BAB II KAJIAN TEORI. pengetahuan dan kemampuan di bidang lain, suatu transfer belajar. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan senantiasa menjadi topik yang menarik pada saat ini.

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Tinjauan Tentang Strategi Pebelajaran Secara Umum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KERANGKA TEORITIS. 1. Belajar dan Pembelajaran Matematika. memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Slameto (2003:

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan siswa dalam mengikuti pembelajaran. kualitas interaksi siswa dengan guru di kelas. Untuk itu, guru harus memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah konsep Pembelajaran Berbasis Kecedasan, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2009, hlm. 108.

Wayan Nurkancana, dkk. Evaluasi Pendidikan (Surabaya: Usaha Nasional 1982) hlm.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan. semua pihak dapat memperoleh informasi dengan melimpah, cepat, dan

BAB II KAJIAN TEORI. yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam

BAB II KAJIAN TEORI. pembelajaran tim pendengar. Pemahaman berasal dari kata paham yang berarti

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MELALUI STRATEGI INDEX CARD MATCH

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 1. belajar yang menunjukkan bahwa siswa telah melakukan perbuatan belajar, yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pembelajaran diambil dari terjemahan kata "Instructional". Seringkali orang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Departemen Pendidikan Nasional RI, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Pengertian Strategi Pembelajaran Aktif. adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar

BAB I PENDAHULUAN. dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang. memungkinkan berfungsi untuk memenuhi dalam kehidupan, masyarakat,

BAB II KAJIAN TEORI. belajar mengajar yang melibatkan penggunaan kelompok-kelompok kecil yang

Volume 17, Nomor 2, Hal ISSN: Juli Desember 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORI. Sesuai yang dikatakan Slameto bahwa belajar ialah suatu proses atau

Penerapan Pembelajaran Kooperatif

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. bernilai edukatif.interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar

BAB II LANDASAN TEORI. emosional atau bisa disebut sebagai proses berfikir dan merasakan.

BAB II KAJIAN TEORI. berlainan sesuai dengan bidang keahlian mereka masing-masing tentang hasil

Eli Santana Siregar. Dosen FKIP Univeristas Muhammadiyah Tapanuli Selatan. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. belajar memerlukan keterlibatan mental dan kerja sendiri. 1 Artinya bahwa proses

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match 1

Kata Kunci: Index Card Match, Peningkatan Pembelajaran, Bilangan Romawi

Peningkatan Motivasi Belajar IPA Siswa Melalui Model Pembelajaran Index Card Match Kelas VI Di SDN 35 Padang Sarai Kecamatan Koto Tangah

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk selalu berfikir dan mencari hal-hal yang baru. Pendidikan tidak

BAB II KAJIAN TEORI. yang terarah pada penyelesaian tugas-tugas belajar) yang dilakukan oleh anak. 2

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Program Program Studi Pendidikan Matematika, FKIP Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta 1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian baik jasmani maupun rohani ke arah yang lebih baik dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGGUNAAN MODEL KOOPERATIF TIPE INDEX CARD MATCH DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI KARANGRENA 01 MAOS TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. terwujud jika pendidikan mampu melahirkan peserta didik yang cakap dan

BAB II KAJIAN TEORI. pengertian dari belajar itu sendiri. Belajar merupakan suatu. aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. pada BAB IV dapat dikemukakan simpulan penelitian yaitu penerapan metode

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Tri Muah ABSTRAK. SMP Negeri 2 Tuntang Kabupaten Semarang

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran IPS melalui penerapan metode

BAB I PENDAHULUAN. (Depok: Intuisi Press,1998) Cet 2, hlm. 2-3

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. telah menciptakan manusia dari segumpal darah. 3. Bacalah, dan Tuhanmulah. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Kencana,

BAB I PENDAHULUAN. cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan. 1. tingkah laku, kecakapan, keterampilan, dan kemampuan, serta perubahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI. strategi pembelajaran itu adalah harus menguasai teknik-teknik penyajian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menamabah jumlah alokasi dana untuk pendidikan, jumlah jam pelajaran, dan

BAB II KAJIAN TEORI. siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya

BAB II KAJIAN TEORI. dapat memberikan hasil belajar yang optimal. 1. strategi pembelajaran itu ialah harus menguasai teknik-teknik penyajian, atau

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia handal dan mampu berkompetensi. Selain itu

II.TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN PARADIGMA

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATERI MEMAHAMI DAN MENANGKAP PESAN DALAM LAGU MELALUI METODE DEMONSTRASI. Endah Sulistiowati

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sebagai suatu segmen kurikulum, strategi pembelajaran, media. pengajaran, dan evaluasi pembelajaran.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. belajar. Belajar adalah usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu

BAB II KAJIAN TEORI. dapat diajarkan dengan pola selangkah demi selangkah. dasar itu khususnya adalah pengetahuan prosedural yaitu pengetahuan tentang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Metode Index card match 1. Tinjauan Tentang Metode Pembelajaran Pembelajaran hakikatnya adalah usaha menciptakan situasi yang memungkinkan peserta didik dapat belajar secara optimal. Ridwan Abdullah Sani mendefinisikan pembelajaran sebagai penyediaan kondisi yang mengakibatkan terjadinya proses belajar pada diri peserta didik. 1 Demikian pula, Jamali Sahrodi mendefinisikan pembelajaran sebagai proses atau aktivitas yang melibatkan peserta didik dan pendidik dalam waktu dan ruang yang kondusif untuk terjadinya sebuah komunikasi dalam berbagai arah. 2 Usaha menciptakan situasi belajar yang kondusif tersebut dilakukan dengan jalan merekayasa lingkungan belajar siswa agar siswa tertarik untuk belajar dan kegiatan belajarnya dapat berjalan efektif. Rangkaian tindakan yang dilakukan oleh guru dalam usaha menciptakan situasi pembelajaran yang kondusif tersebut, kemudian dikenal dengan istilah metode pembelajaran. Pada dasarnya istilah metode bukan lagi sesuatu yang asing karena sudah seringkali digunakan dalam banyak konteks, ketika membahas proses pembelajaran di kelas. Istilah metode pembelajaran selalu disandingkan dengan 1 Ridwan Abdullah Sani, Inovasi Pembelajaran, Cet. I (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), h. 40 2 Jamali Sahrodi, Strategi Pembelajaran: Sebuah Ikhtiar Menuju perubahan Perilaku dalam proses pendidikan, (Jakarta: Quantum, 2005), h. 37 8

9 strategi pembelajaran, bahkan kedua istilah tersebut acapkali digunakan dalam pengertian yang sama. Strategi pembelajaran memang memiliki keterkaitan makna dengan metode pembelajaran. Ridwan Abdullah Sani mengemukakan pengertian strategi dan metode pembelajaran sebagai berikut: Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya dalam pembelajaran. Strategi pembelajaran merupakan suatu konsep yang dipilih untuk mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Langkah operasional atau cara yang digunakan untuk menerapkan strategi pembelajaran yang dipilih disebut metode pembelajaran 3 Dari definisi yang dikemukakan di atas dapat dipahami bahwa metode adalah bagian dari strategi pembelajaran. Strategi adalah rencana tindakan yang didalamnya tercakup metode sebagai langkah operasional dari rencana tersebut. Lebih jauh dapat dijelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu pola umum tindakan guru-peserta didik dalam manifestasi aktifitas pengajaran, sedangkan metode sebagai langkah operasional adalah cara guru dalam mengkomunikasikan materi pelajaran kepada peserta didik dalam rangka membantu peserta didik memahami dan menguasai kompetensi dari mata pelajaran yang diajarkan. Abdullah Sani menjelaskan bahwa metode pembelajaran adalah cara menyampaikan materi pelajaran dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran. 4 Demikian pula, Sofan Amri mendefinisikan metode pembelajaran sebagai cara mengajar secara umum yang dapat diterapkan pada semua mata pelajaran, 3 Ridwan Abdullah Sani, Inovasi Pembelajaran., h. 89 4 Ibid., h. 90

10 misalnya mengajar dengan metode ceramah, ekspositori, tanya jawab, penemuan terbimbing, dan sebagainya. 5 Mengacu pada pengertian di atas, metode pembelajaran merupakan serangkaian tindakan guru dalam proses pembelajaran di kelas. Penggunaan metode dalam pembelajaran bertujuan agar dapat mengantarkan guru dan peserta didik pada proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang dapat mengantarkan peserta didik pada proses belajar yang sesungguhnya. Karena itu, penggunaan metode dalam pembelajaran harus senantiasa diarahkan pada upaya mengantarkan peserta didik belajar. Dalam konteks ini, metode pembelajaran yang efektif dapat dilihat dari terciptanya iklim belajar yang kondusif dan ketercapaian tujuan-tujuan pembelajaran. Dengan kata lain, bahwa efektifitas suatu metode diukur pada seberapa besar mengantarkan peserta didik mencapai tujuan-tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Demikian pula, suatu metode pembelajaran dapat dikatakan efisien bila proses pencapaian tujuan-tujuan tersebut dapat terjadi sesuai dengan waktu yang ditentukan. Dengan mengacu pada definisi yang dikemukakan oleh para ahli di atas, maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa metode pembelajaran adalah serangkaian tindakan yang dilakukan guru dalam proses belajar mengajar dalam upaya mengantarkan peserta didik mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. 5 Sofan Amri, Pengembangan dan Model Pembelajaran Dalam Kurikulum 2013, h. 4

11 2. Pengertian Metode Index card match Pada dasarnya index card match dikembangkan sebagai alternatif metode pembelajaran untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran di kelas melalui teknik permainan kartu pasangan. Hal itu sebagaimana dikemukakan oleh Melvin L. Silberman bahwa metode index card match dapat digunakan sebagai cara menyenangkan lagi aktif untuk meninjau ulang materi pelajaran. Metode ini memperbolehkan peserta didik untuk berpasangan dan memainkan kuis dengan kawan sekelas. 6 Jadi menurut pendapat Silberman bahwa melalui pembelajaran dengan metode Index card match, siswa dapat belajar secara aktif dan mandiri dengan melakukan permainan tukar-menukar kartu. Melalui permainan dengan metode ini juga siswa diharapkan dapat mengikuti kegiatan pembelajaran dalam suasana santai dan menyenangkan karena pembelajaran dengan metode ini memadukan kegiatan belajar dengan kegiatan bermain. Dalam perkembangannya metode index card match dimasukkan sebagai salah satu dari model pembelajaran aktif berbasis PAIKEM. Ismail mengemukakan bahwa index card match adalah suatu metode alternatif yang dapat digunakan oleh guru untuk dapat menambah keaktifan peserta didik, baik secara individu maupun kelompok. 7 6 Ibid., 7 Ismail SM, Strategi pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, (Semarang: Rasail Media Group, 2008), h. 72

12 Secara bahasa, index card match berasal dari ungkapan dalam bahasa Inggris yang artinya mencari jodoh kartu tanya jawab. 8 Melalui teknik penjodohan kartu inilah, metode index card match dapat memupuk kerja sama antar siswa, dimana salah satu siswa membacakan kartu pertanyaan sedang pasangannya membacakan kartu jawaban. Proses pembelajaran ini lebih menarik karena siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Suwarno menjelaskan metode Index card match dikenal juga dengan istilah mencari pasangan kartu metode ini digunakan untuk mengulang materi pembelajaran yang telah diberikan sebelumnya dan berpotensi membuat siswa senang. 9 Lebih lanjut, Marwan Bona menjelaskan model pembelajaran kooperatif tipe Index card match adalah model pemecahan masalah yang digunakan dalam meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa. 10 Metode ini tepat digunakan untuk melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran karena melalui model pembelajaran kooperatif tipe Index card match dapat membangun interaksi aktif antara siswa dengan guru, maupun antar siswa dengan siswa lainnya. Selain itu, melalui model pembelajaran ini, siswa juga dapat menggali kembali pengetahuan yang diperolehnya selama mengikuti pembelajaran. 8 Melvin L. Silberman, op.cit., h. 240 9 Agus Suwarno. Index Card Match Metode Mencari Pasangan Kartu. (Http://Goeswarno.Blogspot.Com. Diaksses 17 Oktober 2015) 2015 10 Marwan Bona. Pengertian Metode Pembelajaran Index Card Match Metode Index Card Match. (http://nongkrongplus.wordpress.com. Diakses tgl. 14 November 2015) 2015

13 Metode Index card match juga berhubungan dengan cara-cara untuk mengingat kembali apa yang telah dipelajari dan menguji pengetahuan serta kemampuan siswa dengan teknik mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban atau soal sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana menyenangkan. Siberman menyatakan Index card match adalah salah satu teknik instruksional dari belajar aktif yang termasuk dalam berbagai reviewing strategis (strategi pengulangan). 11 Biasanya guru dalam kegiatan belajar mengajar memberikan banyak informasi kepada siswa agar materi atau pun topik dalam program pembelajaran dapat terselesaikan tepat waktu, namun guru terkadang lupa bahwa tujuan pembelajaran bukan hanya materi yang selesai tepat waktu tetapi sejauh mana materi telah disampaikan dapat diingat oleh siswa. Karena itu dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakan peninjauan ulang atau review untuk mengetahui apakah materi yang disampaikan dapat dipahami oleh siswa. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Silberman bahwa salah satu cara yang pasti untuk membuat pembelajaran tetap melekat dalam pikiran adalah dengan mengalokasikan waktu untuk meninjau kembali apa yang telah dipelajari. Materi yang telah dibahas oleh siswa cenderung lima kali lebih melekat di dalam pikiran ketimbang materi yang tidak. 12 Kurniawati dalam Siberman juga mengatakan bahwa : 11 Siberman, op.cit., h. 250 12 Ibid., h. 249

14 Metode pembelajaran Index card match merupakan suatu metode yang cukup menyenangkan yang digunakan untuk mengulang materi yang telah diberikan sebelumnya. Namun demikian, materi baru pun tetap bisa diajarkan dengan metode ini dengan catatan, peserta didik diberi tugas mempelajari topik yang akan diajarkan terlebih dahulu, sehingga ketika masuk kelas mereka sudah memiliki bekal pengetahuan. 13 Dari pandangan di atas, dapat dipahami bahwa diantara tujuan penerapan metode index card match adalah agar siswa lebih mudah mengingat materi pelajaran. Ismail bahwa tujuan penerapan strategi index card match adalah untuk melatih peserta didik agar lebih cermat dan lebih kuat pemahamannya terhadap suatu materi pokok. 14 Agus Suprijono juga mengemukakan bahwa penerapan index card match untuk mengarahkan atensi siswa terhadap materi yang dipelajarinya dan cukup menyenangkan digunakan untuk mengulangi materi pembelajaran yang telah diberikan sebelumnya. 15 Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa index card match merupakan salah satu alternatif metode pembelajaran yang dapat diterapkan untuk meningkatkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran di kelas melalui teknik permainan kartu pasangan. 3. Langkah-Langkah Metode Index Card Match Setiap metode pembelajaran pasti memiliki langkah-langkah dalam penerapannya. Begitupula dengan model pembelajaran aktif tipe Index card 13 Ibid., 252 14 Ismail, op.cit, h. 82 15 Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. (Surabaya: Pustaka Pelajar, 2009), h. 120

15 match juga memiliki langkah-langkah saat penerapannya di kelas. Ada beberapa ahli mengemukakan pendapatnya mengenai langkah-langkah penerapan strategi pembelajaran Index card match, antara lain akan dipaparkan pada uraian berikut. Hisyam Zaini mengemukakan langkah-langkah penerapan pembelajaran dengan metode index card match adalah sebagai berikut: 1. Guru mempersiapakan potongan-potongan kertas sebanyak separuh siswa dalam kelas yang akan diajar. 2. Potongan-potongan kertas tersebut dibagi lagi menjadi dua bagian yang sama. 3. Pada separuh bagian ditulis pertanyaan tentang materi yang diajarakan. Setiap kertas berisi satu pertanyaan. 4. Pada separuh bagian yang lain, ditulis jawaban dari pertanyaanpertanyaan yang telah dibuat. 5. Kemudian potongan-potongan tersebut dicampur aduk secara acak, sehingga tercampur antara soal dengan jawaban. 6. Kertas-kertas tersebut kemudian dibagikan kepada setiap siswa, satu siswa satu kertas. Diterangkan aturan main bahwa siswa yang mendapat soal harus mencari temannya yang mendapat jawaban dari soal yang diperolehnya, demikian pula sebaliknya. 7. Setelah siswa menemukan pasangannya, siswa diminta untuk duduk sesuai dengan pasangan yang diperolehnya. Antar pasangan satu dengan yang lain diminta untuk tidak memberitahukan materi yang diperolehnya. 8. Setelah semua siswa menemukan pasangannya dan duduk berdekatan, setiap pasangan diminta untuk membacakan soal yang diperoleh dengan suara keras secara bergantian agar didengar oleh teman-teman yang lain, kemudian pasangannya membacakan jawaban juga dengan suara keras. 9. Setelah semua pasangan telah membaca soal dan jawaban yang diperoleh kemudian guru membuat klarifikasi. Bersama-sama siswa guru membuat kesimpulan hasil belajar yang telah dilakukan. 16 h. 69-70 16 Hisyam Zaini, dkk. Strategi Pembelajaran Aktif. (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2008),

16 Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Agus Suprijono, langkahlangkah pembelajaran model pembelajaran kooperatif tipe Index card match adalah sebagai berikut: 1. Buatlah potongan-potongan kertas sebanyak jumlah siswa yang ada di dalam kelas 2. Bagilah kertas-kertas tersebut menjadi dua bagian yang sama 3. Pada separuh bagian, tulis pertanyaan tentang materi yang akan dibelajarkan. setiap kertas berisi satu pertanyaan 4. Pada separuh kertas lain, tulis jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang telah dibuat 5. Kocoklah semua kertas sehingga akan tercampur antara soal dan jawaban 6. Setiap siswa diberi satu kertas. Jelaskan bahwa ini adalah aktivitas yang dilakukan berpasangan. Separuh siswa akan mendapatkan soal dan separuh yang lain mendapatkan jawaban 7. Mintalah kepada siswa untuk menemukan pasangan mereka. Jika ada yang sudah menemukan pasangan, jelaskan kepada mereka untuk duduk berdekatan. Jelaskan juga agar mereka tidak memberitahu materi yang mereka dapatkan kepada teman yang lain. 8. Setelah semua siswa menemukan pasangan dan duduk berdekatan, mintalah kepada setiap pasangan secara bergantian untuk membacakan soal yang diperoleh dengan keras kepada teman-teman yang lain. Selanjutnya soal tersebut dijawab oleh pasangannya 9. Akhiri proses ini dengan membuat klarifikasi dan kesimpulan 17 Sementara itu, Silberman mengemukakan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe Index card match dengan formula yang sedikit berbeda dengan kedua tokoh sebelumnya. Menurut Silberman langkah index card match adalah sebagai berikut: 1. Pada kartu index yang terpisah, tulislah pertanyaan tentang apapun yang diajarkan di kelas. Buatlah kartu pertanyaan dengan jumlah yang sama dengan setengah jumlah siswa. 17 Agus Suprijono, op.cit., h. 120

17 2. Pada kartu yang terpisah, tulislah jawaban atas masing-masing pertanyaan itu 3. Campurlah dua kumpulan kartu itu dan kocoklah beberapa kali agar benar-benar tercampur 4. Berikan satu kartu untuk satu siswa. Jelaskan bahwa ini merupakan latihan pencocokan. Sebagian siswa mendapatkan pertanyaan tinjauandari sebagian siswa mendapatkan pertanyaan tinjauan dan sebagian lain mendapatkan kartu jawabannya 5. Perintahkan siswa untuk mencari kartu pasangan mereka. Bila sudah terbentuk pasangan, perintahkan siswa yang berpasangan itu untuk mencari tempat duduk bersama. (katakan pada mereka untuk tidak mengungkapkan kepada pasangan lain apa yang ada di kartu mereka) 6. Bila semua pasangan yang cocok telah duduk bersama, perintahkan tiap pasangan untuk memberikan kuis pada siswa lain dengan membacakan kertas kertas pertanyaan mereka dan menantang siswa lain untuk memberikan jawabannya. 18 Dari pandangan beberapa tokoh di atas dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah penerapan metode index card match dapat diuraikan sebagai berikut: a. Guru menyiapkan potongan-potongan kertas atau kartu sejumlah peserta didik dalam kelas. b. Separuh dari jumlah kartu diisi dengan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran yang telah diajarkan dan separuhnya lagi diisi jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut c. Kertas tersebut dikocok sehingga akan tercampur antara kartu pertanyaan dan kartu jawaban. 18 Silberman, op.cit., h. 241

18 d. Guru membagi setiap siswa satu kartu sambil menjelaskan bahwa ini adalah aktifitas yang dilakukan berpasangan. Sebagian peserta akan mendapatkan soal, dan sebagian yang lain akan mendapatkan jawaban. e. Siswa diberikan waktu untuk memikirkan jawaban dari pertanyaan yang diterimanya, dan sebaliknya. f. Selanjutnya setiap siswa diarahkan untuk mencari pasangannya, dan bila siswa sudah menemukan pasangannya, maka mereka diminta duduk berdekatan. g. Selanjutnya dilakukan pembahasan, dengan cara setiap pasangan membacakan kartu pertanyaannya, kemudian dijawab oleh pasangannya yang memegang kartu jawaban. B. Hakikat Hasil Belajar Siswa 1. Pengertian Hasil Belajar Belajar merupakan proses pemerolehan pengetahuan atau kecakapan melalui interaksi dengan lingkungan. Pengetahuan dan kecakapan yang diperoleh melalui aktivitas belajar tersebut selanjutnya disebut sebagai hasil belajar. Dengan demikian, hasil belajar adalah segala bentuk perubahan yang diperoleh siswa, baik itu pengetahuan, keterampilan, maupun sikap dan perilaku yang diperoleh melalui kegiatan belajar. Nana Sudjana mengatakan bahwa hasil

19 belajar adalah terjadinya perubahan pada diri sendiri ditinjau dari 3 aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik siswa. 19 Apa yang dikemukakan Sudjana di atas menunnjukkan bahwa hasil belajar tidak hanya berkaitan dengan aspek pengetahuan (kognitif) semata, namun secara menyeluruh mencakup perkembangan dan kemajuan siswa dalam aspek pengetahuan, keterampilan, perkembangan sikap dan perilaku. Nasrun Harahap sebagaimana dikutip Djamarah mengemukakan definisi hasil belajar sebagai berikut: "penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan siswa berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada siswa. 20 Senada dengan itu, hasil belajar juga didefinisikan sebagai "penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. 21 Kedua definisi di atas, pada prinsipnya menekankan bahwa hasil belajar merupakan suatu kemajuan dalam perkembangan siswa setelah ia mengikuti kegiatan belajar dalam waktu tertentu. Kemajuan tersebut dapat mewujud dalam bentuk pengetahuan, keterampilan, maupun sikap dan perilaku sebagai akibat dari proses belajar. Nana Sudjana dalam Kunandar mengemukakan bahwa hasil 19 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1989), h. 49 20 Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, (Cet. I; Surabaya: Usaha Nasional, 1994), h. 20-21 21 Yamin., op. cit., h. 787

20 belajar adalah suatu akibat dari proses belajar yang diukur dengan menggunakan alat pengukuran yaitu berupa tes yang disusun secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan maupun tes perbutan. 22 Apa yang dikemukakan oleh Sudjana di atas menunjukkan bahwa hasil belajar dapat diketahui setelah dilakukan pengukuran dengan menggunakan tes, baik tes tertulis, lisan, maupun tes perbuatan. Masran Sri Muliani mengemukakan bahwa hasil belajar adalah hasil penelitian atau pengukuran untuk mengetahui apakah guru dalam menyajikan bahan pelajaran telah berhasil dengan baik. Disamping itu juga, untuk mengukur seberapa jauh siswa menangkap dan mengerti yang telah dipelajari. 23 Pengertian hasil belajar yang dikemukakan Muliani di atas menekankan dua hal pokok yaitu bahwa hasil belajar adalah parameter keberhasilan guru dalam mengajar sekaligus juga menunjukkan tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran. Kedua hal pokok di atas saling terkait, dimana tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran pada dasarnya sangat bergantung pada kepiawaian guru dalam mengajar. Hasil belajar sebagai parameter keberhasilan belajar siswa membutuhkan suatu standar untuk dijadikan acuan dalam menentukan apakah siswa telah berhasil dalam belajarnya atau tidak. Dalam rangka itu, Saiful Djamarah dan 22 Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru, (Jakarta: Rajawali Pers, 2008), h. 276 23 Masran Sri Muliani, Psikologi Pendidikan,(Yogyakarta: UGM, 1983), h. 12

21 Asman Zain merumuskan acuan dasar yang dapat dijadikan kriteria dalam menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa yaitu: a) Apabila daya serap terhadap bahan pelajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individu maupun secara kelompok b) Apabila perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran/instruksional khusus (TIK) telah dicapai siswa secara individu maupun kelompok. 24 Dari uraian dan penjelasan dari beberapa tokoh di atas, dapat disarikan beberapa hal terkait dengan hasil belajar siswa, antara lain bahwa: hasil belajar merupakan buah dari kegiatan belajar yang dilakukan siswa. Hasil belajar dapat diketahui melalui kegiatan pengukuran dengan menggunakan tes baik tes tertulis, tes lisan, maupun tes perilaku. Hasil dari tes tersebut selanjutnya dijadikan bahan evaluasi untuk mengetahui sejauhmana tingkat keberhasilan guru dalam mengajar, sekaligus juga menunjukkan sejauhmana siswa mampu menyerap materi pelajaran yang telah disajikan. 2. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar Pencapaian hasil belajar dipengaruhi oleh banyak faktor, sehingga tidaklah mengherankan apabila hasil belajar dari setiap siswa dalam satu kelas mempunyai nilai yang bervariasi. Keragaman tingkat prestasi siswa seiring dengan perbedaan siswa dalam faktor-faktor tersebut, baik secara secara internal maupun eksternal. Nana Sudjana mengemukakan ada lima faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu: 24 Saiful Bahri Djamarah dan Aswin Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 106

22 1) Bakat siswa 2) Waktu yang tersedia untuk belajar 3) Waktu yang diperlukan siswa untuk menjelaskan pelajaran 4) Kualitas pengajaran 5) Kemampuan individu 25. Hasil belajar sangat bergantung pada kualitas belajar. Kualitas belajar dipengaruhi oleh faktor-faktor individual (faktor internal) dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi intelegensi, bakat, minat, motivasi, dan lain-lain sedangkan faktor eksternal adalah segala hal yang berada di luar individu siswa yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa seperti lingkungan belajar, kemampuan guru mengajar, waktu belajar, dan lain-lain. Faktor internal merupakan faktor yang paling penting dan dominan dalam mempengaruhi kualitas belajar seseorang. Burhanuddin Salam menjelaskan bahwa: Kegagalan mencapai prestasi akademik di sekolah bersumber dari emosi, baik gangguan yang tergolong abnormalitas, maupun normal dalam bentuk antara lain frustasi, kemarahan, tekanan, persaingan, dan ketegangan dalam masa kritik. 26 Demikian juga, Djamarah menjelaskan bahwa dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tak mungkin melakukan aktifitas belajar 27. Disamping faktor motivasi juga ada faktor lain, seperti minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, faktor fisik dan psikis. 25 Nana Sudjana, op.cit, h. 40 26 Burhanuddin Salam, Cara Belajar yang Sukses di Perguruan Tinggi, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004), h. 9 27 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), h. 114

23 Selain faktor internal, terdapat pula faktor eksternal yaitu faktor-faktor yang berada di luar individu yang ikut mempengaruhi proses belajar siswa. Faktor eksternal tersebut meliputi faktor environmental (lingkungan) dan faktor instrument input. Faktor enviromental input atau faktor yang berasal dari lingkungan terdiri dari faktor lingkungan fisik dan faktor lingkungan sosial. Kedua bentuk lingkungan ini saling berinteraksi, saling mendukung dan secara simultan mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa. Faktor-faktor tersebut meliputi: 1) Faktor lingkungan fisik, yakni meliputi keadaan lingkungan yang berwujud keadaan suhu, kelembaban, termaksud kesehatan lingkungan alam di sekitar sekolah. Belajar pada suhu udara yang normal akan memberikan hasil yang lebih baik dari belajar pada keadaan suhu yang terlampau panas atau terlampau dingin. 2) Faktor lingkungan sosial yakni manusia dan lainnya seperti lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat di mana anak bertempat tinggal dan melakukan interaksi sosialnya. Anak yang bertempat tinggal pada daerah kawasan yang tidak hiruk pikuk akan lebih baik proses belajarnya dari anak yang tinggal di lingkugan keributan atau kekacauan (tidak kondusif). 28 Dari uraian di atas, dapat diasumsikan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas belajar seseorang dapat dikatagorikan pada dua aspek yaitu faktor internal baik secara fisik maupun psiskis yang terjadi dalam diri seseorang dan faktor eksternal berupa kualitas mengajar guru, keadaan lingkungan, fasilitas pendukung, dll. Terdapat pula tiga unsur dalam kualitas pengajaran yang berpengaruh terhadap hasil belajar siswa yakni kompetensi guru, karakteristik kelas, karakteristik sekolah dan proses interaksi sosial siswa. 28 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2002), h. 237

24 Dalam konteks ini selain faktor guru juga terdapat faktor interaksi sosial merupakan komponen yang sangat berpengaruhi terhadap hasil balajar siswa. Berdasarkan berbagai penjelasan di atas, dapat simpulkan bahwa sejatinya hasil belajar adalah hasil yang diperoleh dari suatu proses belajar tertentu dan dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni minat, kecerdasan, bakat, motivasi, dan kemampuan-kemampuan kognitif. Secara spesifik indikator hasil belajar siswa dapat dilihat secara nyata dari kemampuan kognitif yang biasanya ditunjukkan dalam nilai rapor atau ujian akhir. C. Hipotesis Tindakan Hipotesis adalah dugaan sementara terhadap masalah penelitian. Berdasarkan hasil telaah teoritik pada pokok bahasan sebelumnya, maka penulis mengemukakan hipotesis sebagai berikut: penerapan metode index card match dapat meningkatkan hasil belajar Siswa pada mata pelajaran PAI DI Kelas IV SD Negeri 2 Laosu.