beberapa keranjang penuh bunga didepan figur-figur wanita tersebut selain

dokumen-dokumen yang mirip
pribadi pada masa remaja, tentang kebiasaan berkumpul di kamar tidur salah seorang teman

DESKRIPSI KARYA SENI LUKIS BERJUDUL: KELUARGA NELAYAN

DESKRIPSI KARYA SENI LUKIS BERJUDUL: HOME SWEET HOME Karya: Dwi Retno Sri Ambarwati, MSn

DESKRIPSI KARYA SENI KRIYA BERJUDUL: PRADA

DESKRIPSI KARYA SENI KRIYA BERJUDUL: DINAMIKA KAYU. : Dinamika Kayu. : Ukir di atas kayu Tahun Pembuatan : 2005

PERNYATAAN TENTANG KEASLIAN KARYA ILMIAH. Saya yang bertandatangan di bawah ini,

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN

DISKRIPSI LUKISAN DUA PENARI

III. METODE PENCIPTAAN

Gambar: 5. 5a. Pasar Bali

III. METODE PENCIPTAAN TOPENG SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA. A. Implementasi Teoritis

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN. kebenaran, hal ini terkait sekali dengan realitas.

DISKRIPSI CIPTAAN LUKISAN JALAN KE CANDI

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, ekspresi atau ide pada bidang dua dimensi.

PERNYATAAN TENTANG KEASLIAN KARYA ILMIAH. Saya yang bertandatangan di bawah ini,

BAB III PROSES PENCIPTAAN KARYA. memberikan ingatan segar kembali akan pengalaman-pengalaman kita dimasa

III. METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritis

BAB III CELENG SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI LUKIS. A. Implementasi Teoritis

Bagan 3.1 Proses Berkarya Penulis

BAB III METODE PENCIPTAAN

II. KAJIAN PUSTAKA. A. Sumber Pustaka. sangat cemerlang dan sangat indah. Untuk menjadi kupu-kupu yang. Kupu-kupu memiliki banyak jenis dan memiliki

BAB III PROSES PEMBENTUKAN

III. METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik

BAB III. A. Implementasi Teoritis. yang menarik dan umumnya tampak cantik. Selain fungsi alamiah sebagai

BAB III METODE PENCIPTAAN. Batik Lukis (Batik Tulis) diajukan konsep berkarya. Pada dasarnya, manusia baik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Impressionisme adalah aliran seni yang pada mulanya melakukan

B. Jumlah Peserta Pameran Guru yang diikutkan dalam kegiatan pameran secara keseluruhan akan

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya. telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN

BAB V PENUTUP. oleh pemahaman dari aneka referensi. Bagi penulis, sebuah lukisan tetap memiliki

I. PENDAHULUAN A. Penjelasan Tema / Ide /Judul Perancangan B. Latar Belakang Perancangan

BAB III METODE PENCIPTAAN

BAB I PENDAHULUAN. Jika kita berbicara tentang peradaban manusia, tidaklah akan lepas dari persoalan seni dan

BAB III METODE PENCIPTAAN

BAB V PENUTUP. masyarakat umum sehingga lebih bermanfaat dan tidak hanya menjadi penghias semata.

III. METODE PENCIPTAAN

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN

BAB III METODE PENCIPTAAN

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik

SINOLEWAH HOPING TREE

BAB I PENDAHULUAN. maupun lisan. Namun fungsi ini sudah mencakup lima fungsi dasar yakni expression,

SENI RUPA 2 DIMENSI DAN 3 DIMENSI

BAB I PENDAHULUAN. datang dari dalam maupun luar individu itu sendiri. Sebagai contoh, ketika

BAB III METODE PENCIPTAAN. keluar dari kegelisahan tersebut. Ide/gagasan itu muncul didorong oleh keinginan

I. PENDAHULUAN. pengalaman dan pengamatan penulis dalam melihat peristiwa yang terjadi

BAB III. METODE PENCIPTAAN

2 Berkarya Seni Rupa. Bab. Tiga Dimensi (3D) Peta Materi. Di unduh dari : Bukupaket.com. Jenis Karya. Berkarya Seni Rupa 3 D.

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL

III. PROSES PENCIPTAAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MODUL PERKULIAHAN RUPA DASAR 2 DIMENSI

BAB I PENDAHULUAN TESA APRILIANI, 2015 APLIKASI TEKNIK SABLON DENGAN OBJEK SIMBOL NAVAJO SEBAGAI ELEMENT ESTETIK RUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penciptaan

DESKRIPSI KARYA SENI LUKIS CRASH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik.

IV. ANALISIS KARYA. suasana pertunjukan sirkus. Gajah yang seakan-akan muncul dari dalam

BAB I PENDAHULUAN. Selain unsur visualisasi, teknik sapuan kuas yang ada di atas kanvas juga

LUKISAN BASUKI ABDULLAH DAN MAKNANYA

BAB III ELABORASI TEMA

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: ENERJIK. PENCIPTA : IDA AYU GEDE ARTAYANI. S.Sn, M. Sn

BAB V PENUTUP. proses transformasi puisi-puisi Suminto A Sayuti menjadi lukisan. Pada

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik

DOKUMENTASI KARYA SENI RUPA (KRIYA KERAMIK) BOTOL DAN TEKSTUR

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA DAN PRAKARYA SEKOLAH DASAR KELAS I - VI

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB IV KAJIAN ILUSTRASI MANUAL BERWARNA KARYA RUKMUNAL HAKIM

BAB III KONSEP PERANCANGAN A.

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang

PERSEMBAHAN. Karya Tugas Akhir ini kupersembahkan. kepada: 1. Tuhan Yang Maha Esa yang selalu. memberikan berkat. 2. Ayah dan Ibu tercinta.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Suryohadiprojo (1982: ), rakyat Jepang pada dasarnya

Gambar 1. GUSTAVE COURBET. Anak Pemecah Batu. (1849). Kapur. Gambar 2. GUSTAVE COURBET. Pemecah Batu. (Detail) (1849). Cat Minyak di atas Kanvas.

BAB I PENDAHULUAN. Kelebihan yang utama adalah memiliki akal budi. psikis. Perbedaan yang paling terlihat antara perempuan dan laki-laki terutama

PELATIHAN MEMBUAT RAGAM HIAS KERAJINAN KERAMIK DI DESA SANDI KECAMATAN PATTALASSANG KABUPATEN TAKALAR

BAB III METODE DAN PROSES PENCIPTAAN

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta BAB V PENUTUP. Melalui uraian yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya, dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. B. Tujuan Tujuan kami menulis makalah ini ialah untuk menginformasikan lebih dalam mengenai karya seni rupa dua dimensi.

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa kecil perupa hingga dewasa banyak terinspirasi oleh informasi yang di

LEMBARAN SOAL TRYOUT UJIAN SEKOLAH. Hari/Tanggal : Waktu :

BAB. III PROSES PENCIPTAAN. kriya tekstil berupa kain panjang, dalam hal ini data data yang dijadikan acuan

BAB III METODE PENCIPTAAN. cm, karya ke dua berukuran 120 cm X 135 cm, karya ke tiga berukuran 100 cm X

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mata pencaharian dengan hormat dan jujur. Dalam versi yang lain seni disebut. mempunyai unsur transendental atau spiritual.

BAB II SENI TARI DAN UNSUR VISUAL

BAB I PENDAHULUAN. Berekspresi adalah ungkapan perasaan berdasarkan pada imijinasi,

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah hasil karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan

BAB III PROSES BERKREASI BATIK GEOMETRIS. Banyak teknik yang digunakan para seniman untuk menunjang pembuatan

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritis

AKTIVITAS SEHARI-HARI DI RUMAH SEBAGAI SUMBER IDE PENCIPTAAN KARYA SENI LUKIS

02FDSK. Studio Desain 1. Denta Mandra Pradipta Budiastomo, S.Ds, M.Si. Hapiz Islamsyah, S.Sn

pendidikan seni tersebut adalah pendidikan seni rupa yang mempelajari seni mengolah kepekaan rasa, estetik, kreativitas, dan unsur-unsur rupa menjadi

BAB III METODE PENCIPTAAN

BAB I PENDAHULUAN. Batik buatan Indonesia sudah terkenal ke seluruh penjuru dunia. Artis

MANFAAT HASIL BELAJAR SULAMAN BERWARNA PADA PEMBUATAN HIASAN BUSANA PESTA WANITA

AURELIA SARI PUTRI WIRANANDA. Impession of Rock Mountain (2017) Acrylic on Canvas 40 x 40 Cm. Deskripsi:

Transkripsi:

DESKRIPSI KARYA SENI LUKIS BERJUDUL: GADIS PEMETIK BUNGA Judul : Gadis Pemetik Bunga Ukuran : 100x70 cm Tahun : 2007 Media : Oil on canvas Dipamerkan pada acara: Pameran Nasional Seni Rupa Nusantara tingkat Nasional dalam Rangka Dies Natalis ke-43 UNY di Gedung Auditorium UNY, Yogyakarta tanggal: 7-12 Mei 2007 A. LATAR BELAKANG PENCIPTAAN KARYA Penciptaan karya seni ini dilatarbelakangi oleh pengamatan serta ketertarikan saya pribadi pada penggambaran figur-figur wanita dengan kostum yang feminin-tradisional, seperti pemakaian kain, kemben, selendang dan sebagainya. Bagi saya, pakaian sejenis itu akan menambah estetika dari perwujudan lukisan figur wanita yang menjadi obyek lukisan saya. Hadirnya beberapa keranjang penuh bunga didepan figur-figur wanita tersebut selain disesuaikan dengan tema lukisan yakni Gadis pemetik Bunga, juga dimaksudkan untuk menambah keartistikan lukisan secara keseluruhan, dengan

memperbandingkan kecantikan bunga-bunga yang bermekaran dengan wajahwajah cantik dari gadis-gadis pemetiknya. Setelah saya mengamati dan membayangkan obyek tersebut timbullah stimulus/rangsangan pada diri saya, selanjutnya saya menangkap suatu makna pada obyek tersebut secara pribadi. Biasanya obyek-obyek lukisan saya adalah suatu benda atau hal yang menimbulkan imajinasi, ide atau gagasan yang membuat saya tertarik untuk menciptakan suatu karya seni. Selanjutnya imajinasi tersebut saya ekspresikan dalam bentuk lukisan. B. KONSEP KARYA Secara umum, pada awal proses penciptaaan karya seni, seniman bersentuhan dengan rangsangan yang sengaja ditentukannya maupun tak sengaja disentuhnya. Dalam persentuhan dengan rangsangan tersebut terjadi suatu gambaran bentuk ataupun suatu bentuk pemahaman dalam pemikirannya. Gambaran ataupun bentuk pemahaman itu adalah apa yang biasa disebut ide atau konsep. 1. Tema Tema dalam seni rupa menurut The Lexicon Webster Dictionary (1978:1019) berarti suatu hal yang yang menjadikan isi dari suatu ciptaan, hal ini biasanya dikutip dari dunia kenyataan, tetapi dilukiskan dengan memakai alatalat kesenian semata-mata. Sesuai dengan pengertian di atas, maka pengertian tema adalah ide-ide yang mendasari atau yang menjadikan isi dalam penciptaan suatu lukisan. Jadi

tema tema yang dimaksudkan adalah kehidupan sehari-hari yang terdiri dari motif berbagai bentuk manusia yang disusun sedemikian rupa sehingga menjadi suatu tema. Motif dalam hal ini merupakan bentuk-bentuk yang mendukung suatu tema. Adapun ide dasar penciptaan karya lukis ini terinspirasi figur-figur wanita pemetik bunga dengan keranjang penuh bunga sebagai hasil perolehan panennya. Tema sangat dipengaruhi oleh pengalaman pelukis sendiri serta diharapkan dapat mempengaruhi dan menyentuh perasaan orang yang menikmati atau melihatnya. 1. Gaya Penciptaan karya seni lukis merupakan kegiatan yang bersifat pribadi, dimana lukisan merupakan cerminan dari perasaan, kreativitas, individualitas atau kepribadian pelukisnya, sehingga sehubungan dengan hal ini dalam seni lukis dikenal adanya istilah gaya pribadi, sebagaimana pendapat Sudarmadji (1979:29), bahwa suatu karya seni merupakan karya perseorangan dan harus mencerminkan perseorangan. Terkait dengan pendapat di atas, gaya lukisan ini pun menganut gaya perseorangan seniman sendiri atau gaya pribadi yang didasari konsep gaya Dekoratif, dimana setiap detail dari bidang gambar digarap sempurna dan bertujuan untuk menghias seindah-indahnya. Tidak ada bagian yang lebih menonjol atau difokuskan, karena semua memiliki penonjolan yang sama dan dengan intensitas warna yang setara pula. Dalam upaya memperindah setiap detail, latar belakang dihias bentuk-bentuk dekoratif sesuai dengan gaya lukisan.

2. Material Menurut W.J.S. Poerwadarminta (1950:58) material berarti bahan, bakal, barang yang akan dijadikan atau untuk membuat barang yang lain. Dalam mengekspresikan ide, dituntut kepiawaian dalam memilih material yang cocok, agar ide yang akan diekspresikan sesuai dengan yang direncanakan, seperti pendapat Fajar Sidik (1978:10) bahwa antara material dan seniman selalu terjaga semacam proses dialektik yang bisa berbeda-beda sehubungan dengan material yang berbeda-beda. Seringkali untuk mewujudkan maksud sebulatbulatnya diperlukan material setepat-tepatnya.lukisan ini menggunakan bahan kanvas berukuran 100 cm x 90 cm dan cat minyak. 3. Teknik Dalam Encyclopedy of World Art (1967:965) dijelaskan bahwa teknik merupakan suatu pedoman untuk mengerjakan dengan atau tanpa bantuan alat-alat yang dilakukan seniman dalam mengolah berbagai macam material menjadi suatu bentuk karya seni.adapun teknik yang digunakan dalam lukisan ini adalah cat minyak dengan teknik opaque sebagaimana pendapat Rasmussen (1950:16) yakni cat dikuaskan secara tipis, akan tetapi warna-warna yang dihasilkan bersifat menutup bidang, artinya apabila diletakkan pada warna yang lain maka warna yang ditumpangi menjadi tidak nampak. 4. Warna Warna yang digunakan cukup banyak, yakni merah, kuning, hijau, ungu, biru dan warna campuran dari beberapa warna. Penggunaan banyak warna ini

memang sudah menjadi ciri khas pelukis yang selalu selalu menggunakan warna yang berwarna- warni dalam setiap karya. 5. Proses Penciptaan Karya Adapun prosesnya terlebih dahulu dibuat semacam rancangan lukisan menggunakan pensil. Tahap ini bertujuan untuk menghindari kesalahan pada saat penyapuan warna. Setelah desain dengan pensil jadi kemudian diberi warna sesuai keinginan dengan menggunakan cat minyak yang diencerkan dengan oil/minyak cat kemudian dikuaskan pada obyek secara menyeluruh. Terlebih dulu warna cat minyak yang diinginkan dituangkan secukupnya ke atas palet, kemudian diolah dengan mencampurkan warna lain sesuai hasil yang diharapkan dan diencerkan dengan minyak. Warna-warna seperti merah, kuning, hijau, secara intensif digunakan karena merupakan perpaduan warna harmonis dan berkesan sejuk. Proses selanjutnya adalah penyelesaian setiap detail pada setiap obyek dengan menggunakan cat minyak. Kontur pada lukisan ini tidak secara intensif diterapkan, karena dengan penerapan latar belakang figur dengan warna hitam telah mampu mempertajam bentuk sehingga perbedaan antara obyek dengan latar belakang menjadi jelas. C. PENUTUP 1. Kesimpulan Berdasarkan uraian didepan, dapat disimpulkan bahwa ide dasar penciptaan karya lukis ini adalah kebiasaan para gadis saling bertukar cerita

bersama teman-temannya di ruang tidur. Gaya yang diterapkan bisa disebut Gaya Dekoratif dengan mengembangkannya sesuai gaya pribadi pelukis sendiri, sedangkan bahan yang digunakan kanvas dan cat akrilik dengan teknik opaque. 2. Harapan Diharapkan karya lukisan ini bisa diapresiasi oleh segenap lapisan masyarakat dan mampu menambah khasanah lukisan yang bertemakan wanita di tanah air kita. DAFTAR PUSTAKA (1967) Encyclopedy of World Art Vol. XIII, New York; Mc Graw Hill Book Company Fajar Sidik, (1978), Diktat Kritik Seni, STSRI-ASRI, Yogyakarta Poerwodarminto, W.J.S, (1950), Ensiklopedia Indonesia Rasmussen,Henry N (1950), Art Structure, New York: Mc Graw Hill Book Company Sudarmadji (1979), Dasar-dasar Kritik Seni Rupa, Jakarta; Dinas Museum dan Sejarah, Pemerintah DKI (1978) The Lexicon Webster Dictionary, The English Language Institute of America