Petunjuk Praktis Nikon Digital Theodolite

dokumen-dokumen yang mirip
PRINSIP KERJA DAN PROSEDUR PENGGUNAAN THEODOLITE. Prinsip kerja optis theodolite

PENGERTIAN ALAT UKUR TANAH DAN ALAT SURVEY PEMETAAN

PANDUAN PENYETELAN THEODOLIT DAN PEMBACAAN SUDUT (Latihan per-individu dengan pengawasan Teknisi Laboratorium)

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH

MODUL AJAR PRAKTIKUM POLIGON & TACHIMETRI DAFTAR ISI BUKU MODUL PRAKTIKUM POLIGON DAN TACHIMETRI PENYETELAN THEODOLITH DAN PEMBACAAN SUDUT

MODUL KULIAH ILMU UKUR TANAH JURUSAN TEKNIK SIPIL POLIBAN

dimana, Ba = Benang atas (mm) Bb = Benang bawah (mm) Bt = Benang tengah (mm) D = Jarak optis (m) b) hitung beda tinggi ( h) dengan rumus

BAB VII PENGUKURAN JARAK OPTIS

MODUL III WATERPASS MEMANJANG DAN MELINTANG

Pengukuran Poligon Tertutup Terikat Koordinat

BAB II LANDASAN TEORI

Pengukuran Tachymetri Untuk Bidikan Miring

Civil Engineering Diploma Program Vocational School Gadjah Mada University. Nursyamsu Hidayat, Ph.D.

LAPORAN PEMETAAN DIGITAL

Ilmu Ukur Tanah (Plan Survaying)

Gambar 1. Skema sederhana pesawat Theodolit.

CONTOH LAPORAN PRAKTIKUM SURVEY PENGUKURAN MENGGUNAKAN ALAT WATERPAS

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan secara matematis untuk meratakan kesalahan (koreksi), kemudian

BAB. XVI. THEODOLIT 16.1 Pengertian 16.2 Bagian Theodolit

Pemetaan Situasi dengan Metode Koordinat Kutub di Desa Banyuripan, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten

LAPORAN PRAKTIKUM PENGUKURAN BEDA TINGGI MENGGUNAKAN ALAT THEODOLIT Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Dasar Teknik

Pemetaan situasi dan detail adalah pemetaan suatu daerah atau wilayah ukur

DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Pita ukur... 2 Gambar 2. Bak ukur... 3 Gambar 3. Pembacaan rambu ukur... 4 Gambar 4. Tripod... 5 Gambar 5. Unting-unting...

TIM PENYUSUN LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH DENGAN WATERPASS MEI 2014

Pengukuran dan Pemetaan Hutan : PrinsipAlat Ukur Tanah

SURVEYING (CIV-104) PERTEMUAN 7 : PENGUKURAN DENGAN TOTAL STATION

MAKALAH SURVEY DAN PEMETAAN

SURVEYING (CIV-104) PERTEMUAN 4-5 : METODE PENGUKURAN SIPAT DATAR

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 1 SENTERING, PENGATURAN SUMBU I VERTIKAL DAN PEMBACAAN SUDUT PADA TEODOLIT FENNEL KASSEL

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

PEMETAAN SITUASI DENGAN PLANE TABLE

Bahan ajar On The Job Training. Penggunaan Alat Total Station

METODA-METODA PENGUKURAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Deskripsi. B. Prasyarat. C. Petunjuk Penggunaan Modul

4.2 Diagonal Eyepiece Program D3/D4 Teknik Sipil ITS Mata Kuliah : Ilmu Ukur Tanah

TACHIMETRI. Pengukuran titik detil tachimetri adalah suatu pemetaan detil. lengkap (situasi) yaitu pengukuran dengan menggunakan prinsip

TUGAS ILMU UKUR TANAH 2 TENTANG THEODOLIT. Disusun Oleh : URLY SAFRU Dosen : Ir. Jonizar, M.T / Natawira Hadi Kusuma, S.

PENGENALAN MATA KULIAH SURVEY DIGITAL

alat ukur waterpass dan theodolit

PENGUKURAN WATERPASS

Can be accessed on:

Tujuan Khusus. Tujuan Umum

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG STAKE OUT DAN MONITORING

3.4 PEMBUATAN. Program D3/D4 Teknik Sipil FTSP ITS Mata Kuliah : Ilmu Ukur Tanah

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Peta merupakan gambaran dari permukaan bumi yang diproyeksikan

SURVEYING (CIV -104)

BAB I PEMETAAN 1. PENDAHULUAN 2. MAKSUD DAN TUJUAN 3. TEORI a. Skala

Sipat datar / Levelling/ Waterpassing

Ir. Atut Widhi Karono APA PERANAN GEODESI DIAREA OILFIELD- ONSHORE PROJECT. Penerbit Ganesha Ilmu Persada

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG PENGUASAAN PERALATAN UKUR

5/16/2011 SIPAT DATAR. 1

PENGUKURAN SUDUT, BEDA TINGGI DAN JARAK

PENGENALAN MACAM-MACAM PENGUKURAN SITUASI

Gambar Penentuan sudut dalam pada poligon tertutup tak. terikat titik tetap P 3 P 2 P 5 P 6 P 7

PROPOSAL KEGIATAN SURVEI PENGUKURAN DAN PEMETAAN

Metode Ilmu Ukur Tanah

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. B. Tujuan Praktikum

Pengukuran Sipat Datar Memanjang dan Melintang A. LATAR BELAKANG

4.1.3 PERALATAN PENDUKUNG SURVEY UKUR TANAH

PERHITUNGAN KETELITIAN RELATIF POLIGON TERTUTUP PADA PENGUKURAN BATAS PERUMAHAN BUMI RINDANG LUHUR

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Geodesi mempunyai dua maksud yaitu:

ba - bb j Gambar Pembacaan benang jarak pada bak ukur

KAJIAN PENENTUAN LUAS TANAH DENGAN BERBAGAI METODE. Seno Aji 1) Dosen Fakultas Teknik Universitas Merdeka Madiun

BUKU BAHAN AJAR SURVEYING 1

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

PENGUKURAN BEDA TINGGI / SIPAT DATAR

Gambar 2.1. Gambar Garis Kontur Dari Suatu Permukaan Bumi

Materi Praktikum PSDHL Sem Awal 2012/2013

BAB IV METODE PENELITIAN

PENGKURAN JARAK DAN SUDUT

TEORI SIPAT DATAR (LEVELLING)

LAPORAN PRAKTIKUM PEMETAAN SUMBERDAYA LAHAN (Pengukuran Beda Tinggi dengan Sipat Ukur Datar Profil Memanjang)

BAB I PENDAHULUAN. Kelompok 2 1

VISUALISASI 3D LAHAN RENCANA PROYEK UNTUK PERHITUNGAN VOLUME GALIAN DAN TIMBUNAN

Definisi, notasi, glossary. Program D3/D4 Teknik Sipil FTSP ITS. Kode Nama Mata Kuliah 1

ILMU UKUR TANAH. Oleh: IDI SUTARDI

Gambar Sket posisi sudut di sebelah kanan arah jalur ukuran polygon terbuka terikat

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Ukur Tanah adalah suatu ilmu yang mempelajari cara-cara pengukuran yang

MAKALAH ILMU UKUR TANAH

METODE PENENTUAN ARAH KIBLAT DENGAN TEODOLIT

LEVELLING 3 SIPAT DATAR MEMANJANG & MELINTANG (UNTUK MENDAPATKAN BENTUK PROFIL POT.TANAH) Salmani,, ST, MS, MT 2012

Contoh soal : Hitung Beda Tinggi dan Jarak Psw-Titik Horisontal apabila diketahui : TITIK A BA= 1,691 BT = 1,480 BB = 1,296 ta = 1,530 Z = 90'51'02"

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Tinjauan Umum Deformasi

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

ILMU UKUR TANAH. Oleh: IDI SUTARDI

KATA PENGANTAR. Surabaya, 31 Mei Penulis

PRAKTIKUM PERALATAN SURVEY

BAB III PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pengukuran Detail Rehabilitasi Jaringan Irigasi tersier Pada UPTD. Purbolinggo

BAB VI PERALATAN UKUR SUDUT/ ARAH

ALAT UKUR SIFAT RUANG (THEODOLITE)

MENGENAL GERAK LANGIT DAN TATA KOORDINAT BENDA LANGIT BY AMBOINA ASTRONOMY CLUB

MODUL RDE - 05: DASAR-DASAR PENGUKURAN TOPOGRAFI

Kesalahan Sistematis ( Systhematical error ) Kesalahan acak ( Random error ) Kesalahan besar ( Blunder )

BAB III PENENTUAN ARAH KIBLAT DENGAN THEODOLIT DALAM BUKU EPHEMERIS HISAB RUKYAH 2013

PENGUKURAN POLIGOON. by Salmani, ST.,MS.,MT.

MODUL PROGRAM KEAHLIAN MEKANISASI PERTANIAN KODE MODUL SMKP2K01MKP

EVALUASI TITIK KONTROL TINGGI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG DENGAN METODE PENGUKURAN KERANGKA DASAR VERTIKAL BENCH MARK (BM)

PEMETAAN TOPOGRAFI PENGUKURAN TITIK-TITIK DETAIL. Oleh : Dr Ir Drs H Iskandar Muda Purwaamijaya, MT

PENGUKURAN POLIGOON. by Salmani, ST.,MT.,MS. POLYGON

Transkripsi:

Petunjuk Praktis Nikon Digital Theodolite

KERANGKA DASAR PEMETAAN Kerangka dasar pemetaan untuk pekerjaan rekayasa sipil pada kawasan yang tidak luas, sehingga bumi masih bisa dianggap sebagai bidang datar, umumnya merupakan bagian pekerjaan pengukuran dan pemetaan dari satu kesatuan paket pekerjaan perencanaan dan atau perancangan bangunan teknik sipil. Titiktitik kerangka dasar pemetaan yang akan ditentukan lebih dahulu koordinat dan ketinggiannya itu dibuat tersebar merata dengan kerapatan teretentu, permanen, mudah dikenali dan didokumentasikan secara baik sehingga memudahkan penggunaan selanjutnya. Titik-titik ikat dan pemeriksaan ukuran untuk pembuatan kerangka dasar pemetaan pada pekerjaan rekayasa sipil adalah titik-titik kerangka dasar pemetaan nasional yang sekarang ini menjadi tugas dan wewenang BAKOSURTANAL. Pada tempat-tempat yang belum tersedia titik-titik kerangka dasar pemetaan nasional, koordinat dan ketinggian titik-titik kerangka dasar pemetaan ditentukan menggunakan sistem lokal. Pembuatan titik-titik kerangka dasar pemetaan nasional direncanakan dan dirancang berjenjang berdasarkan cakupan terluas dan terteliti turun berulang memeperbanyak atau merapatkannya pada sub-sub cakupan kawasan dengan ketelitian lebih rendah. Bahasan kerangka dasar pemetaan berikut lebih mengutamakan teknik dan cara pengukuran titik kerangka dasar pemetaan teristris, utamanya cara polygon dan sipat datar.

Pengukuran Menggunakan Digital Theodolite 1 CENTRING ALAT & PENGENALAN RAMBU UKUR 2.1 CENTERING ALAT Centring alat merupakan pekerjaan untuk menyeimbangkan alat agar tepat di atas titik/patok yang digunakan sebagai acuan. Langkah-langkahnya : 1. Dirikan tripod/statif di atas patok acuan, usahakan kepala tripod datar. Pasang alat diatas di kepala tripod dan kencangkan sekrupnya. Bidik titik/patok melalui teropong centring alat dan tepatkan titik di lingkaran teropong. Caranya dengan mengangkat dua kaki statif dan satu kaki statif sebagai tumpuan, usahakan kepala tripod tetap datar/ horizontal. 2. Seimbangkan gelembung nivo kotak dengan merubah ketinggian ketiga kaki statif bergantian. 3. Seimbangkan nivo tabung dengan menggunakan skrup A, B dan C, setelah itu cek lagi lingkaran centering, jika bergeser dari paku geserlah sedikit alat dengan mengendorkan sekrup alatnya. Setelah itu seimbangkan lagi nivo tabung dengan sekrup A-B-C. Lakukan berulang-ulang hingga alat benar-benar tegak di atas titik. 2.2 BACAAN RAMBU Rambu merupakan mistar ukur yang umumnya mempunyai satuan panjang terkecilnya adalah centimeter dan digunakan sebagai target yang dibidik dari alat ukur. Dari rambu ini diperoleh data bacaan benang atas (ba), benang tengah (bt) dan benang bawah (bb). Selanjutnya dari data bacaan ini diolah secara matematis sehingga dapat memperoleh informasi jarak dan tinggi Contoh bentuk rambu : Pembaacan rambu : Benang tengah (bt) : 0.770 m Benang atas (ba) : 0.845 m Benang bawah (bb) : 0.695 m

2 PENGUKURAN SUDUT 3.1 PENGUKURAN SUDUT HORIZONTAL DAN ERTIKAL A B 1. Sentring alat di titik C dan target di titik A dan B 2. Tekan Power ON hingga tampil : C 1. Bidik target A, tekan [0SET] : 2. Bidik target B maka sudut horizotal dan vertikal langsung ditampilkan di layar 120 25 30 0 00 00 50 30 15 3.2 Setting Sudut Horizontal Kanan/Kiri (R/L) Tampilan di layar berarti: - Bacaan horizontal membesar jika teropong diputar searah jarum jam dan sebaliknya. Tampilan HL di layar berarti: - Bacaan horizontal mengecil jika teropong diputar searah jarum jam dan sebaliknya 3.3 Set pembacaan tertentu pada Arah Horizontal 1. Gerakkan teropong pada bacaan yang diinginkan Pembacaan tertentu : 2. Tekan tombol HOLD agar jika teropong diputar ke arah yang diinginkan pembacaan horizontal tidak berubah. 3. Untuk menormalkan kembali bacaan arah horizontal tekan HOLD. 3.4 Pengukuran Kemiringan (%) 120 25 30 120 25 30-0.30 % 120 25 30 Tekan tombol [%]

3 PENGUKURAN JARAK 4. PENGUKURAN JARAK PENGUKURAN JARAK SISTEM STADIA (TACHIMETRI) Yang dimaksud dengan sistem stadia yaitu apabila pada teropong terdapat benang stadianya, yaitu benang atas (ba), benang tengah (bt) dan benang bawah (bb). Pada pengukuran dilapangan teropong digunakan dalam keadaan miring dengan kemiringan a terhadap bidang mendatar yang melalui sumbu II teropong. Dengan bantuan pembacaan rambu ukur dan metode stadia maka jarak alat dengan rambu ukur dapat diketahui. Rumus yang digunakan untuk mengetahui jarak datar : D = 100.(Ba Bb).cos 2 Z D : Jarak alat ke rambu ukur 100 : Konstanta alat Ba : Pembacaan benang atas rambu ukur Bb : Pembacaan benang bawah rambu ukur Z : 90 - Pembacaan sudut vertikal Contoh : Pembacaan benang atas : 1,500 meter Pembacaan benang bawah : 1,300 Pembacaan sudut vertikal : 30 00 00 Maka jarak datar dari alat ke rambu ukur : D = (1,500 1,300).100 cos 2 (90-30 00 00 ) = 20. 0.25 = 5 meter

Pada bacaan yang kita baca pada piringan vertikal yang terbaca adalah sudut zenith, sehingga sudut helling didapat dengan mengurangkan bacaan sudut zenith tersebut sebagai berikut, lihat ilustrasi : Tapi apabila kita menggunakan langsung sudut zenith terhadap hitungan maka rumusnya menjadi : D = 100 (BA-BB). Sin 2 z D : Jarak alat ke rambu ukur 101 : Konstanta alat Ba : Pembacaan benang atas rambu ukur Bb : Pembacaan benang bawah rambu ukur Z : Pembacaan sudut vertikal Contoh : Pembacaan benang atas : 1,500 meter Pembacaan benang bawah : 1,300 Pembacaan sudut vertikal : 30 00 00 D = (1,500 1,300).100 sin 2 (30 00 00 ) = 20. 0.25 = 5 meter

4 PENGUKURAN BEDA TINGGI Alat Digital Theodolit ini juga bisa digunakan untuk pengukuran beda tinggi, walaupun hasil yang diperoleh tidak seakurat auto level / Digital Level. Adapun perhutungan untuk pengukuran beda tinggi secara optis yaitu : Pengukuran beda tinggi : dh(ab) = D(AB) tan + ta-bt dimana : H(B) = H(A) + dh(ab) Keterangan : D(AB) : jarak datar titik A ke B ba : bacaan benang silang atas bb : bacaan benang silang bawah bt : bacaan benang silang tengah : bacaan heling (sudut vertikal) dh(ab) : beda tinggi titik A dan B H(A), H(B) : tinggi titik A dan B

5 SETTING ALAT Setting mempunyai maksud untuk mengatur konfigurasi alat yang digunakan. Setting ini hanya dilakukan sekali dan tidak berubah walaupun alat dimatikan. Setting dapat dilakukan dengan cara menekan tombo Power dan tombol Reset secara bersamaan. Setting alat ini meliputi : 1. Minimum Angle Unit Selection Untuk merubah minimum angle yang digunakan yaitu dengan cara menekan tombol Reset. Bacaan Terkecil alat yang digunakan yaitu 5 / 10 ( untuk tipe NE 101/102/103 ) atau 10 / 20 ( untuk tipe NE 100 ). 2. ertikal 0º Orientation selection Untuk merubah ertikal 0º Orientation selection tersebut dilakukan dengan cara menekan tombol Reset. Pilihannya meliputi Z-0 ( Zenith 0 ), H-0 ( Horizon 0 ) dan Compass ( Horison 0, Zenith 90, nadir 90 ). Yang biasa dipakai dalam pengukuran yaitu Z-0 ( Zenith 0 ). 3. Angle Unit selection ( DEG, GON, MIL ) Gunakan tombol Reset untuk merubah bacaan sudut yang digunakan. Di dalam pengukuran biasa menggunakan DEG ( Degree ). 4. Automatic ertical Compensation ( ON / OFF ) Settingan ini hanya dapat dilakukan di alat Nikon seri NE 103 5. Automatic Power Cut-Off Selection Alat bisa diset menjadi otomatis akan mati apabila tidak digunakan dalam beberapa waktu ( 10 menit / 30 menit )