digilib.uns.ac.id 137 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN Pada bagian ini akan dibahas mengenai kesimpulan hasil penelitian berjudul Analisis Kesantunan Berbahasa dalam Kegiatan Berdiskusi Siswa Kelas XI SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar, implikasi penelitian ini bagi pembelajaran Bahasa Indonesia dan saran yang berkaitan dengan kesantunan berbahasa. A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis data yang telah dibahas di bab IV, diperoleh simpulan sebagai berikut. 1. Pematuhan prinsip kasantunan pada kegiatan diskusi kelas siswa kelas XI SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar diperoleh data sebagai berikut. Pematuhan prinsip kesopanan yang mendominasi adalah maksim penerimaan, yang berjumlah 9 data dengan persentase. Maksim kemurahan berada di urutan kedua yang berjumlah 7 data dengan persentase. Sedangkan di urutan ketiga ada dua maksim yakni maksim kebijaksanaan dan maksim kecocokan dengan jumlah 6 data dan dengan persentase. Urutan keempat yakni maksim kerendahan hati dengan jumlah data 4 data dan dengan persentase. Di urutan terakhir adalah maksim kesimpatian dengan jumlah data 3 data dan dengan persentase. Total keseluruhan data berjumlah 35 data. 2. Pelanggaran prinsip kesantunan pada kegiatan diskusi kelas siswa kelas XI SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar diperoleh data sebagai berikut. Pelanggaran prinsip kesopanan yang mendominasi adalah maksim 137
digilib.uns.ac.id 138 kecocokan, yang berjumlah 8 data dengan persentase. Maksim kebijaksanaan berada di urutan kedua yang berjumlah 7 data dengan persentase. Sedangkan di urutan ketiga yakni maksim penerimaan dengan jumlah data 6 data dan dengan persentase. Pada urutan keempat ditempati maksim kemurahan dengan jumlah data 5 data dan dengan presentase. Di urutan terakhir adalah maksim kerendahan hati dan maksim kesimpatian yang masing-masing berjumlah 3 data dan dengan persentase. Total keseluruhan data berjumlah 32. 3. Penyebab pelanggaran prinsip kesantunan mengacu pada pendapat Pranowo (2012 : 68-73) menyebutkan ada beberapa faktor penyebab sebuah pertuturan itu menjadi tidak santun. Penyebab ketidaksantunan itu antara lain adalah (a) mengeritik secara langsung dengan menggunakan kata-kata kasar, (b) dorongan emosi penutur, (c) secara sengaja menuduh lawan tutur, (d) protektif terhada pendapat sendiri, dan (e) sengaja memojokkan lawan tutur. 4. Siswa kelas dua SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar telah mampu berbahasa dengan sopan sesuai dengan prinsip kesantunan berbahasa. Hal tersebut dibuktikan dengan jumlah data pematuhan prinsip kesantunan lebih banyak dari pada data pelanggaran prinsip kesantunan. Ditemukan bahwa secara umum siswa di telah mampu berbicara secara sopan pada saat diskusi kelompok besar atau disebut diskusi kelas. Sedangkan pada situasi diskusi kelompok kecil banyak ditemui siswa berbicara dengan kurang sopan dan warnai penggunaan bahasa daerah.
digilib.uns.ac.id 139 B. Implikasi Implikasi yang dapat diperoleh berdasarkan simpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut. Tuturan yang santun hendaknya dimiliki oleh semua orang agar terjadi komunikasi yang lancar. Hal ini berarti terjadinya kesepakatan antarpenutur pada saat berkomunikasi. Ketika dua orang atau lebih melakukan komunikasi pasti tidak luput dengan adanya kesepakatan dan perbedaan pendapat. Kesepakatan berarti menyetujui ide atau gagasan yang disampaikan lawan tutur. Hal ini bila dikaitkan dengan prinsip kesantunan maka pada saat terjadinya kesepakatan berarti pada umumnya terjadi pematuhan prinsip kesantunan. Begitupun sebaliknya bila terjadi perbedaan pendapat pada umumnya terjadi pelanggaran kesantunan. Kedua pernyataan tersebut tidak selamanya dapat dikatakan benar, bisa saja pada saat terjadinya pelanggaran kesantunan berbahasa terjadi kesetujuan pendapat. Hal ini dimungkinkan, sebab salah satu peserta pertuturan tidak menghendaki terjadinya perdebatan yang penjang. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sarana pertama menuju pemahaman atas tujuan, peran, dan fungsi pendidikan secara umum dengan mengambil nilai-nilai pendidikan karater (nilai prinsip kesantunan). Tujuan pendidikan secara umum mengarahkan pada terwujudnya menusia yang berkepribadian. Sosok manusia yang dapat timpil secara nyata melalui bahasa santun yang dipilihnya dalam berkomunikasi. Pemilihan strategi-strategi untuk merealisasian kesantunan berbahasa seperti yang ditunjukkan dari hasil penelitian ini setidaknya dapat diaplikasikan secara nyata dalam kehidupan untuk mencapau tujuan yang dimaksud.
digilib.uns.ac.id 140 Siswa kelas XI SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar dapat menerapkan prinsip kesantunan berbahasa dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya pada saat melakukan kegiatan diskusi. Dengan penerapan prinsip kesantunan ini, kegiatan komunikasi dalam pembelajaran di kelas antara guru dengan siswa, maupun siswa dengan siswa menjadi lebih santun. Kegiatan diskusi kelas pada umumnya diwarnai dengan perbedaan pendapat dan kesamaan atau kesepakatan pandapat. Perbedaan pendapat antarpeserta diskusi dapat berbentuk bantahan, eyelan, celaan, kadang bisa jadi dengan umpatan, dan lain-lain. Begitupan pada saat peserta diskusi menyampaikan kesetujuan pendapat yang disampaikan peserta diskusi, tentunya ada pujian, kesetujuan, senyum, dan lain-lain. Hal yang sekiranya dapat menimbulkan perdabatan yang panjang dapat dihindarkan dengan menerapkan prinsip kesantunan berbahasa. Bagi siswa berlatih berbiacara dengan santun dapat dimulai dari dini. Misalnya ketika berbicara dengan orang yang lebih tua, nada bicaranya lebih halus, santun, dan menghormati. Didikkan yang demikian hendaknya tidak hanya diterapkan kepada orang yang lebih tua, dapat pula diterapkan kepada teman sebaya. Ketika berbicara dengan teman sebaya diusahakan berbicara dengan halus, meskipun tidak disertai sapaan penghormatan seperti bapak, ibu, beliau, atau dalam bahasa Jawa ada sapaan panjenengan, sampean, bapa, dan lainlainnya. Siswa yang telah terbiasa untuk berbicara dengan santun kepada teman sebaya pada umumnya bicaranya lebih terkontrol. Dalam hal ini, prinsip
digilib.uns.ac.id 141 kesantunan memberikan batasan kontrol diri bagi siapa saja. Mulanya bila terjadi ketidaksepahaman anatarlawan tutur, dapat diredam dengan ujaran yang santun, bernada merendah, dan diiringi permohonan maaf. Dengan demikian perdebatan panjang yang kurang perlu dapat terhindarkan. Ujaran yang terkontrol memberikan banyak keuntungan bagi siswa. Masa sekolah adalah masa dimana siswa dapat mencari teman sebanyak-banyaknya. Bila siswa terbiasa berujar secara santun, maka akan memberi manfaat berupa mudah mencari teman. Selain itu, orang akan lebih merasa nyaman dan merasa mampu menghormati lawan tutur, bila lawan tutur bertutur kata dengan santun dan saling menghormati. Siswa yang berujar santun, biasanya akan berlaku bijaksana dan disegani oleh siswa lain. Maka tidak jarang siswa yang santun dapat terpilih menjadi ketua kelas, ketua diskusi, ketua osis, atau menempati jabatan tertentu. Pemberian penghormatan kepada lawan tutur dapat memberikan nilai tambah rasa yang lebih. Misalnya saat siswa hendak menyampaikan hasil diskusi, dibuka dengan memberikan salam, kemudian menyapa guru dan peserta diskusi mampu memberikan respon yang baik. Respon yang dapat diterima dapat berupa lawan bicara akan bersemangat mendengarkan hasil diskusi, lawan bicara merasa dirinya dianggap penting, sehingga bila tidak mendengarkan hasil diskusi akan merasa rugi. Keenam maksim dalam prinsip kesantuan berbahasa mempu memberikan kontrol diri yang luar biasa bagi siswa. Siswa akan terbiasa berlaku secara bijaksana, mau menerima, mudah menyetujui pendapat lawan tutur, memiliki rasa
digilib.uns.ac.id 142 rendah hati, dan memiliki rasa simpati. Siswa yang memiliki tutur bahasa yang demikian sudah pasti memiliki pribadi yang baik. Berdasarkan hasil penelitian, yang menunjukkan bahwa siswa kelas XI SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar sebagian besar sudah menerapkan prinsip kesantunan, yang dapat digunakan sebagai contoh bagi sekolah-sekolah lainnya dalam mengembangkan kesantunan berbahasa siswa. Bagi guru Bahasa Indonesia kelas XI SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar dapat memberikan peningkatan materi prinsip kesantunan berbahasa pada maksim kebijaksanaan dalam hal membantah pendapat peserta diskusi menggunakan kata maaf, maksim kedermawanan dalam hal menolak pendapat orang lain menggunakan kalimat pertanyaan, serta pada maksim penghargaan dalam hal berpendapat, menyanggah, maupun memberikan kritikan kepada orang lain dengan tuturan panjang dan tidak langsung. Bagi guru Bahasa Indonesia kelas XII Sekolah Mengengah Atas, penelitian ini memberikan kontribusi berupa sumbangan materi. Sebab pada silabus buku peminatan kelas XII SMA ditemukan adanya salah satu materi yang berisi tentang Memahami Prinsip Kesantunan Berbahasa. Hasil penelitian ini juga dapat dijasikan sebagai contoh pengajaran keterampilan berbicara dan keterampilan berdiskusi di sekolah menengah dan perguruan tinggi, khususnya melalui aspek sosioprakmatik. Aspek sosiopragmatik tersebut berkaitan dengan prinsip penggunaan bahasa yang bergantung pada konteks. Tujuannya adalah untuk mencapai pemahaman terhadap tuturan seseorang dalam berdiskusi di kelas. Dengan kata lain, peserta diskusi dapat
digilib.uns.ac.id 143 mengerti, menangkap, dan merasakan apa yang didengar dari tuturan lisan dari lawan tutur. Kesadaran akan dimensi sosioprakmatik ini diharapkan akan berpengaruh pada ketajaman analisis kebahasaan sehingga tidak menimbulkan salah tafsir. Bagi dosen bahasa Indonesia, hasil penelitian ini memberikan kontribusi materi khususnya pada bidang kajian sosiopragmatik. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pelengkap materi dan contoh pematuhan dan pelanggaran berbahasa di lingkungan pendidikan formal. Dengan memahami beberapa contoh data yang telah dijelaskan pada bab IV, bagi dosen dapat pula digunakan sebagai reverensi penelitian yang relevan, agar hasil penelitian mendatang tidak terjadi pengulangan penelitian yang sama. Bagi pemakai dan pengembang bahasa Indonesia, penelitian ini dapat dijadikan contoh beberapa pemakain bahasa Indonesia yang santun. Hasil penelitan ini dapat juga dijadikan sumber inspirasi untuk menambah khasanah kabahasaan bahasa Indonesia. Selain itu, hasil kajian ini dapat dijadikan sarana pertama menuju pemahaman atas tujuan, peran, dan fungsi pensisikan secara umum dengan mengambil nilai-nilai moral, agama, dan budaya. Tujuan pendidikan secara umum mengarah pada terwujudnya manusia yang berkepribadian. Pribadi berkarakter luhur diantaranya adalah santun. Sosok manusia yang demikian dapat ditampilkan secara nyata melalui bahasa santun yang dipilihnya dalam berkomunikasi. Pemilihan modus-modus untuk menerapkan kesantunan berbahasa seperti yang
digilib.uns.ac.id 144 ditunjukkan dari jasil penelitian ini setidaknya dapat diaplikasikan secara nyata dalam kehidupan untuk mencapai tujuan yang dimaksud. Dengan adanya penelitian mengenai prinsip kesantunan berbahasa ini, guru bahasa Indonesia mengetahui tentang sosiopragmatik yang dapat dimasukkan ke dalam kurikulum pelajaran bahasa Indonesia, khususnya dalam keterampilan berbicara di jenjang sekolah menengah atas. C. Saran Berdasarkan simpulan dan implikasi penelitian di atas, peneliti mengajukan saran sebagi berikut. 1. Bagi siswa, penerapan prinsip kesantunan berbahasa perlu ditingkatkan, baik dalam kehidupan di sekolah maupun di masyarakat karena akan berpengaruh dengan perkembangan kebahasaan dan tingkah laku anak. 2. Bagi peneliti, penelitian tentang kesantunan berbahasa perlu ditingkatkan, karena sangat berguna dalam proses komunikasi dengan orang lain. 3. Bagi guru, materi prinsip kesantunan berbahasa ini dapat digunakan sebagai materi tambahan yang diimplementasikan dalam pembelajaran dan dapat dikaitkan dalam muatan pendidikan karakter.