BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan suatu anugerah terbesar yang diterima orang tua, dan sangat berarti dalam keluarga. Namun apabila terjadi sesuatu pada anak terutama di umur balita tentu akan memberikan dampak yang besar bagi kedua orang tuanya, yang akan mempengaruhi kehidupannya baik pribadi maupun sosial. Menghadapi dan merawat klien yang sedang sakit dan berada dalam kondisi yang kritis merupakan hal yang berat dan sulit untuk dihadapi oleh orang tua / nuclear family (keluarga inti ). Menurut teori stress keluarga, stress merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dan dihindarkan dari kehidupan keluarga dari peristiwa apapun, bahkan kejadian positif pun dapat mengakibatkan stress bagi anggota keluarga yang memiliki empat komponen salah satunya perilaku atau stress koping yang dapat digunakan oleh anggota keluarga untuk mempertahankan keluarga tetapi berfungsi sebagai suatu unit menurunkan ketegangan, ansietas dan stress anggota keluarga dan dapat meningkatkan pemahaman tentang situasi tertentu (McCubbin dan McCubbin, 1989). Seorang klien dengan kasus yang mengancam keselamatan jiwa klien diindikasikan sebagai kriteria klien masuk ruang Pediatric Intensive Care Unit (PICU). Pediatric Intensive Care Unit (PICU) adalah suatu ruangan khusus dengan staf yang terlatih dan perlengkapan serta alat-alat khusus yang digunakan untuk mengelola penderita dengan penyakit yang mengancam jiwa (Prijanto Poerjoto, 1993). Peran keluarga yang sangat terbatas karena kondisi ruangan yang tertutup, klien butuh perawatan yang lebih ekstra dan waktu untuk berkunjung yang terbatasi menjadikan akses komunikasi antara klien dan keluarga menjadi berkurang. Disamping juga kondisi klien dalam keadaan kritis sehingga membuat semacam kecemasan tersendiri bagi keluarga klien apabila karena keadaan penyakitnya diharuskan untuk perawatan di ruang intensif. 1
Kecemasan merupakan pengalaman manusia yang universal dan merupakan suatu perasaan yang tidak terekspresikan dan tidak terarah karena suatu sumber ancaman atau pikiran yang tidak jelas dan tidak teridentifikasi. Cemas sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya (Struat & Sundeen,1998). Kecemasan adalah keadaan dimana pasien mengalami perasaan gelisah terhadap ancaman yang tak jelas dan dimanifestasikan dengan gejala fisiologis, emosional dan kognitif (Carpenito.2001). Kecemasan dapat timbul dari masalah masalah dalam hubungan interpersonal. Semakin tinggi tingkat kecemasannya maka semakin rendah kemampuan untuk mengkomunikasikan dan menyelesaikan masalah dan semakin besar pula kesempatan untuk terjadinya gangguan kecemasan (Sullivan,1952). Faktor faktor yang mempengaruhi kecemasan keluarga klien dapat berasal dari faktor eksternal maupun internal. Faktor internal berupa usia, jenis kelamin, pekerjaan, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan tipe kepribadian. Sedangkan faktor eksternal berupa ancaman terhadap integritas biologis dan ancaman terhadap konsep diri (Struart & Sunnden, 1998). Berdasarkan faktor interpersonal, munculnya rasa cemas/ ketakutan yang dialami oleh keluarga klien yang dirawat diruang PICU dipicu oleh rasa takut akan perpisahan / kehilangan. Kecemasan merupakan masalah yang umum dialami oleh keluarga klien terutama ibu, dimana adanya ikatan batin terhadap klien yang akhirnya akan memunculkan reaksi emosional. James (1968) mengatakan bahwa perempuan lebih mudah dipengaruhi oleh tekanan dan lingkungan sekitar daripada laki-laki. Perempuan lebih cemas, kurang sabar dan mudah mengeluarkan air mata. (Cattel, dalam Smith 1968). Morris (dalam Leary, 1983) mengatakan bahwa perempuan memiliki skor yang lebih tinggi pada pengukuran ketakutan dalam situasi sosial dibandingkan laki-laki (disadur oleh Triasmiati). Selain itu dari faktor keluarga, terjadi suatu pola komunikasi yang tidak efektif, hal ini juga termasuk salah satu faktor yang menyumbang terhadap terjadinya respon strees yang didukung masalah sosial ekonomi yang akhirnya dapat memberikan dampak tidak optimalnya proses pelayanan keperawatan, bila tidak dikelola dengan baik. 2
Dari hasil penelitian yang dilakukan, faktor usia, pendidikan, tingkat sosial ekonomi, penampilan fisik ruangan, hubungan antar personel, bising alat dan pembatasan interaksi merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan pasien di ruang ICU (Sasmirah,2007). Dalam penelitian lainnya, Cassem (1971) menemukan bahwa kecemasan merupakan peringkat pertama dari respon psikologis pasien ketika diharuskan untuk dirawat di ruang rawat intensif. Pada penelitian Kurniawan (2008) ada banyak factor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan yang dialami oleh orang tua terhadap hospitalisasi anak usia toddler. Selain itu beberapa peneliti berpendapat bahwa respon kecemasan dapat berhubungan dengan faktor-faktor pasien itu sendiri dan dapat juga berhubungan dengan keadaan dari lingkungan di ruang Instalasi Rawat Intensif (Ballard,1981). Dapat dikatakan faktor kebijaksanaan dalam ruangan serta suasana personil ruangan itu sendiri dapat merupakan pencetus terjadinya krisis bagi klien dan keluarganya sehingga diperlukan adaptasi dengan cara yang berbeda dengan hasil proses adaptasi yang mereka alami sebelumnya. Pada angka kematian bayi pada tahun 2008 di kota Semarang menurut data berjumlah 18 orang pertahun, dan meningkat pada tahun 2009 menjadi berjumlah 43 anak karena kasus DBD. Tahun 2009 angka kematian balita di PICU RSUD Kota Semarang yaitu berjumlah 19 anak. Kasus yang banyak di PICU RSUD Kota Semarang adalah kasus kejang demam sekitar 35% dan ada sebagian yang harus dirujuk karena keadaan yang memburuk. Fenomena yang ada di RSUD Kota Semarang kebanyakan penderita PICU banyak berasal dari daerah yang berbasis dengan pabrik, ekonomi menengah kebawah dan pedesaan sekitar 45 % dengan nilai budaya yang masih kuat sehingga sangat mempengaruhi tingkat kecemasan keluarga klien. Berdasarkan hal tersebut diatas maka perlu diketahui faktor faktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan keluarga klien selama dirawat di ruang intensif serta sejauh mana faktor-faktor tersebut mempunyai hubungan dengan tingkat kecemasan pada nuclear family klien di ruang Pediatric Intensif Care Unit (PICU) 3
B. Perumusan Masalah Menghadapi dan merawat klien yang sedang sakit dan berada dalam kondisi yang kritis merupakan hal yang berat dan sulit untuk dihadapi oleh orang tua. Apalagi menghadapi suatu kondisi dimana anak kritis dan dirawat di ruang PICU akan mudah memicu munculnya respon stress dan tekanan pada keluarga terutama keluarga inti. Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka permasalahan yang akan diangkat pada penelitian ini adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan nuclear family klien di ruang Pediatric Intensif Care Unit (PICU) RSUD Kota Semarang. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan nuclear family klien di ruang PICU RSUD Kota Semarang. 2. Tujuan Khusus a) Memperoleh gambaran usia nuclear family klien b) Memperoleh gambaran tingkat pendidikan nuclear family klien c) Memperoleh gambaran tingkat sosial ekonomi nuclear family klien d) Memperoleh gambaran pembatasan interaksi nuclear family klien e) Memperoleh gambaran penolakan interpersonal nuclear family klien f) Memperoleh gambaran tingkat kecemasan nuclear family klien di ruang Pediatric Intensif Care Unit (PICU) RSUD Kota Semarang. g) Memperoleh hubungan antara usia dengan tingkat kecemasan pada nuclear family klien di ruang Pediatric Intensif Care Unit (PICU) RSUD Kota Semarang. 4
h) Memperoleh hubungan antara pendidikan dengan tingkat kecemasan pada nuclear family klien di ruang Pediatric Intensif Care Unit (PICU) RSUD Kota Semarang. i) Memperoleh hubungan antara interaksi mal adaptif terhadap Care Unit (PICU) RSUD Kota Semarang. j) Memperoleh hubungan antara tingkat sosial ekonomi terhadap Care Unit (PICU) RSUD Kota Semarang.. k) Memperoleh hubungan antara penolakan interpersonal terhadap Care Unit (PICU) RSUD Kota Semarang D. Manfaat penelitian Diharapkan dengan adanya penelitian ini akan memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Mengetahui dan memahami faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan nuclear family klien diruang Pediatric Intensif Care Unit (PICU). 2. Memberikan informasi tentang faktor yang yang mempengaruihi kecemasan bagi nuclear family klien di ruang Pediatric Intensif Care Unit (PICU). 3. Nuclear family klien dapat mengelola kecemasan yang timbul. 4. Diharapkan dapat memberikan kostribusi kepada pemerintah dalam keberhasilan pelayanan keperawatan pada klien kritis di ruang Pediatric Intensif Care Unit (PICU) dengan melibatkan peran serta keluarga. 5