BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit merupakan keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit dan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan fungsi yang luas sehingga harus memiliki sumberdaya, baik modal

BAB I PENDAHULUAN. operasi/pembedahan (misalnya takut sakit waktu operasi, takut terjadi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB l PENDAHULUAN. peningkatan jumlah anak di Indonesia. Hal ini memberi konsekuensi

BAB I PENDAHULUAN. penyebab yang tidak jelas, dihubungkan dengan perasaan tidak menentu dan. menekan sistem kekebalan tubuh (Wardhana, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. pembedahan yang dilakukan adalah pembedahan besar. Tindakan operasi atau

BAB I PENDAHULUAN. pengertian antara pemberi informasi dengan penerima informasi. mendapatkan pengetahuan (Taylor, 1993 dalam Uripni, dkk. 2003).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN STRES KERJA DENGAN ADAPTASI PADA PERAWAT DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat kompleks. Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut Maslow adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pekerja kesehatan rumah sakit yang terbanyak adalah perawat yang berjumlah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. gagal bisa juga berakibat buruk. Hal ini sangat tergantung kapan, bagaimana,

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan upaya yang dapat mendatangkan stres karena terdapat ancaman

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perawat dalam pelayanan kesehatan dapat diartikan sebagai tenaga

PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung terhadap sistem pendidikan dan pelayanan kepada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan yang menjadi pintu layanan terdepan dalam. hubungan dengan masyarakat adalah di rumah sakit.

BAB I PENDAHULUAN. perilaku, komunikasi dan interaksi sosial (Mardiyono, 2010). Autisme adalah

BAB I PENDAHULUAN. Bagi sebagian besar pasien, masuk rumah sakit karena sakitnya dan harus

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB 1 PENDAHULUAN. deskriminasi meningkatkan risiko terjadinya gangguan jiwa (Suliswati, 2005).

BAB 1 PENDAHULUAN. Keluarga merupakan orang terdekat dari seseorang yang mengalami

BAB I PENDAHULUAN. tersebut menjadi faktor stressor bagi anak baik terhadap anak maupun orang tua

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. operasi melalui tiga fase yaitu pre operasi, intraoperasi dan post. kerja dan tanggung jawab mendukung keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. yang menyeluruh dalam menjalankan fungsi-fungsinya, karena keluarga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRES PADA PERAWAT PELAKSANA DI RUANG PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT WILLIAM BOOTH SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan seseorang yang memiliki rentang usia sejak anak dilahirkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. beban penyakit global dan lazim ditemukan pada masyarakat negara maju maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, dan merupakan bagian integral dari sistem kesehatan Nasional.

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehamilan adalah suatu krisis maturitas yang dapat menimbulkan stres,

BAB 1 PENDAHULUAN. Perawatan anak telah mengalami pergeseran yang sangat mendasar, anak sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan motorik, verbal, dan ketrampilan sosial secara. terhadap kebersihan dan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan prima dalam bidang kesehatan kepada masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. emosional dan fisik yang bersifat mengganggu, merugikan dan terjadi pada

yang disampaikan perawat dapat diterima dengan baik oleh pasien (Alex, 2010). Sasongko (2010), dalam penelitiannya yang berjudul perbedaan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Hospitalisasi anak merupakan suatu proses karena suatu alasan yang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu proses yang dapat diprediksi. Proses

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. S DENGAN GANGGUAN MENARIK DIRI DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi fisiologis dan psikososial secara bertahap. Setiap tahap psikososial

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Nasional (Susenas) tahun 2010 di daerah perkotaan menurut kelompok usia 0-4

BAB I PENDAHULUAN. bagi perkembangan suatu rumah sakit. Penampilan fisik termasuk bangunan,

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungannya dengan upaya stimulasi yang dapat dilakukan, sekalipun anak

HUBUNGAN ANTARA SUPPORT SYSTEM KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN ANAK SEBELUM TINDAKAN SIRKUMSISI DI BALAI PENGOBATAN ADHIA TUNGGUR SLOGOHIMO WONOGIRI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketersediaan sumber dukungan yang berperan sebagai penahan gejala dan

BAB I PENDAHULUAN. keliru dan juga afek datar yang tidak sesuai serta gangguan aktivitas motorik

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sakit kritis adalah kejadian tiba-tiba dan tidak diharapkan serta

BAB 1 PENDAHULUAN. mandiri untuk menangani kegawatan yang mengancam jiwa, sebelum dokter

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi stres kerja yang dihadapinya. Berdasarkan hasil penelitian yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasien di ruang ICU (Intensive Care Unit) adalah pasien dalam keadaan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Wong (2009) Masa kanak-kanak awal yaitu pada usia 3 6 tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. stress yang mungkin ia sudah tidak mampu mengatasinya (Keliat, 1998). Sebagai

MEKANISME KOPING BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN KEMOTERAPI DI RUANG KEMOTERAPI RS URIP SUMOHARJO LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. perubahan lingkungan internal (psikologis, intelektual, spirituial dan penyakit)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Wongkaditi, Kecamatan Kota Utara, Kota Gorontalo. Rumah Sakit ini

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. diagnosa menderita kanker leher rahim (Groom,2007). Kanker leher rahim ini menduduki

BAB I PENDAHULUAN. tidak lagi dipandang sebagai miniatur orang dewasa, melainkan sebagai

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kecemasan Keluarga di Ruang High Care Unit (HCU) Rumah Sakit Immanuel Bandung

BAB I PENDAHULUAN. perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah (Supartini, 2004). Hospitalisasi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Februari 2017 terhadap 82

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan fisik yang tidak sehat, dan stress (Widyanto, 2014).

BAB 1 PENDAHULUAN. mengiris anggota tubuh yang sakit. Biasanya dilaksanakan dengan anastesi,

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa dan merupakan periode kehidupan yang paling banyak terjadi

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) di dalam satu atau lebih. fungsi yang penting dari manusia (Komarudin, 2009).

Setiap bayi memiliki pola temperamen yang berbeda beda. Dimana

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN DENGAN KATEGORI MODERATE CARE DI RUANG PERAWATAN KELAS VIP KELAS I DAN KELAS II DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan oleh pemerintah atau masyarakat yang berfungsi untuk

BAB I PENDAHULUAN. kematian nomor dua di dunia setelah penyakit jantung. Di tahun 2008, stroke dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada pasien kanker amputasi dilakukan sebagai prosedur menyelamatkan jiwa

BAB I PENDAHULUAN. TBC, AIDS, leukemia, dan sebagainya (Fitria, 2010). ketakutan, ansietas, kesedihan yang menyeluruh (Potter & Perry, 2005).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SKRIPSI. Diajukan Oleh : PARYANTO J

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses yang dapat diprediksi. Proses pertumbuhan dan. tumbuh dan kembang sejak awal yaitu pada masa kanak-kanak (Potter &

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Hospitalisasi merupakan kebutuhan klien untuk dirawat karena adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. organisme hidup saling berinteraksi. Dalam memberikan asuhan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. upaya-upaya dalam rangka mendapatkan kebebasan itu. (Abdullah, 2007

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Manusia adalah mahkluk biologis, psikologis, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan akan sumber daya yang berkualitas. Setiap perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengalaman rawat inap merupakan suatu hal yang traumatik dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. genetik, faktor organo-biologis, faktor psikologis serta faktor sosio-kultural.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan suatu anugerah terbesar yang diterima orang tua, dan sangat berarti dalam keluarga. Namun apabila terjadi sesuatu pada anak terutama di umur balita tentu akan memberikan dampak yang besar bagi kedua orang tuanya, yang akan mempengaruhi kehidupannya baik pribadi maupun sosial. Menghadapi dan merawat klien yang sedang sakit dan berada dalam kondisi yang kritis merupakan hal yang berat dan sulit untuk dihadapi oleh orang tua / nuclear family (keluarga inti ). Menurut teori stress keluarga, stress merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dan dihindarkan dari kehidupan keluarga dari peristiwa apapun, bahkan kejadian positif pun dapat mengakibatkan stress bagi anggota keluarga yang memiliki empat komponen salah satunya perilaku atau stress koping yang dapat digunakan oleh anggota keluarga untuk mempertahankan keluarga tetapi berfungsi sebagai suatu unit menurunkan ketegangan, ansietas dan stress anggota keluarga dan dapat meningkatkan pemahaman tentang situasi tertentu (McCubbin dan McCubbin, 1989). Seorang klien dengan kasus yang mengancam keselamatan jiwa klien diindikasikan sebagai kriteria klien masuk ruang Pediatric Intensive Care Unit (PICU). Pediatric Intensive Care Unit (PICU) adalah suatu ruangan khusus dengan staf yang terlatih dan perlengkapan serta alat-alat khusus yang digunakan untuk mengelola penderita dengan penyakit yang mengancam jiwa (Prijanto Poerjoto, 1993). Peran keluarga yang sangat terbatas karena kondisi ruangan yang tertutup, klien butuh perawatan yang lebih ekstra dan waktu untuk berkunjung yang terbatasi menjadikan akses komunikasi antara klien dan keluarga menjadi berkurang. Disamping juga kondisi klien dalam keadaan kritis sehingga membuat semacam kecemasan tersendiri bagi keluarga klien apabila karena keadaan penyakitnya diharuskan untuk perawatan di ruang intensif. 1

Kecemasan merupakan pengalaman manusia yang universal dan merupakan suatu perasaan yang tidak terekspresikan dan tidak terarah karena suatu sumber ancaman atau pikiran yang tidak jelas dan tidak teridentifikasi. Cemas sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya (Struat & Sundeen,1998). Kecemasan adalah keadaan dimana pasien mengalami perasaan gelisah terhadap ancaman yang tak jelas dan dimanifestasikan dengan gejala fisiologis, emosional dan kognitif (Carpenito.2001). Kecemasan dapat timbul dari masalah masalah dalam hubungan interpersonal. Semakin tinggi tingkat kecemasannya maka semakin rendah kemampuan untuk mengkomunikasikan dan menyelesaikan masalah dan semakin besar pula kesempatan untuk terjadinya gangguan kecemasan (Sullivan,1952). Faktor faktor yang mempengaruhi kecemasan keluarga klien dapat berasal dari faktor eksternal maupun internal. Faktor internal berupa usia, jenis kelamin, pekerjaan, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan tipe kepribadian. Sedangkan faktor eksternal berupa ancaman terhadap integritas biologis dan ancaman terhadap konsep diri (Struart & Sunnden, 1998). Berdasarkan faktor interpersonal, munculnya rasa cemas/ ketakutan yang dialami oleh keluarga klien yang dirawat diruang PICU dipicu oleh rasa takut akan perpisahan / kehilangan. Kecemasan merupakan masalah yang umum dialami oleh keluarga klien terutama ibu, dimana adanya ikatan batin terhadap klien yang akhirnya akan memunculkan reaksi emosional. James (1968) mengatakan bahwa perempuan lebih mudah dipengaruhi oleh tekanan dan lingkungan sekitar daripada laki-laki. Perempuan lebih cemas, kurang sabar dan mudah mengeluarkan air mata. (Cattel, dalam Smith 1968). Morris (dalam Leary, 1983) mengatakan bahwa perempuan memiliki skor yang lebih tinggi pada pengukuran ketakutan dalam situasi sosial dibandingkan laki-laki (disadur oleh Triasmiati). Selain itu dari faktor keluarga, terjadi suatu pola komunikasi yang tidak efektif, hal ini juga termasuk salah satu faktor yang menyumbang terhadap terjadinya respon strees yang didukung masalah sosial ekonomi yang akhirnya dapat memberikan dampak tidak optimalnya proses pelayanan keperawatan, bila tidak dikelola dengan baik. 2

Dari hasil penelitian yang dilakukan, faktor usia, pendidikan, tingkat sosial ekonomi, penampilan fisik ruangan, hubungan antar personel, bising alat dan pembatasan interaksi merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan pasien di ruang ICU (Sasmirah,2007). Dalam penelitian lainnya, Cassem (1971) menemukan bahwa kecemasan merupakan peringkat pertama dari respon psikologis pasien ketika diharuskan untuk dirawat di ruang rawat intensif. Pada penelitian Kurniawan (2008) ada banyak factor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan yang dialami oleh orang tua terhadap hospitalisasi anak usia toddler. Selain itu beberapa peneliti berpendapat bahwa respon kecemasan dapat berhubungan dengan faktor-faktor pasien itu sendiri dan dapat juga berhubungan dengan keadaan dari lingkungan di ruang Instalasi Rawat Intensif (Ballard,1981). Dapat dikatakan faktor kebijaksanaan dalam ruangan serta suasana personil ruangan itu sendiri dapat merupakan pencetus terjadinya krisis bagi klien dan keluarganya sehingga diperlukan adaptasi dengan cara yang berbeda dengan hasil proses adaptasi yang mereka alami sebelumnya. Pada angka kematian bayi pada tahun 2008 di kota Semarang menurut data berjumlah 18 orang pertahun, dan meningkat pada tahun 2009 menjadi berjumlah 43 anak karena kasus DBD. Tahun 2009 angka kematian balita di PICU RSUD Kota Semarang yaitu berjumlah 19 anak. Kasus yang banyak di PICU RSUD Kota Semarang adalah kasus kejang demam sekitar 35% dan ada sebagian yang harus dirujuk karena keadaan yang memburuk. Fenomena yang ada di RSUD Kota Semarang kebanyakan penderita PICU banyak berasal dari daerah yang berbasis dengan pabrik, ekonomi menengah kebawah dan pedesaan sekitar 45 % dengan nilai budaya yang masih kuat sehingga sangat mempengaruhi tingkat kecemasan keluarga klien. Berdasarkan hal tersebut diatas maka perlu diketahui faktor faktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan keluarga klien selama dirawat di ruang intensif serta sejauh mana faktor-faktor tersebut mempunyai hubungan dengan tingkat kecemasan pada nuclear family klien di ruang Pediatric Intensif Care Unit (PICU) 3

B. Perumusan Masalah Menghadapi dan merawat klien yang sedang sakit dan berada dalam kondisi yang kritis merupakan hal yang berat dan sulit untuk dihadapi oleh orang tua. Apalagi menghadapi suatu kondisi dimana anak kritis dan dirawat di ruang PICU akan mudah memicu munculnya respon stress dan tekanan pada keluarga terutama keluarga inti. Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka permasalahan yang akan diangkat pada penelitian ini adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan nuclear family klien di ruang Pediatric Intensif Care Unit (PICU) RSUD Kota Semarang. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan nuclear family klien di ruang PICU RSUD Kota Semarang. 2. Tujuan Khusus a) Memperoleh gambaran usia nuclear family klien b) Memperoleh gambaran tingkat pendidikan nuclear family klien c) Memperoleh gambaran tingkat sosial ekonomi nuclear family klien d) Memperoleh gambaran pembatasan interaksi nuclear family klien e) Memperoleh gambaran penolakan interpersonal nuclear family klien f) Memperoleh gambaran tingkat kecemasan nuclear family klien di ruang Pediatric Intensif Care Unit (PICU) RSUD Kota Semarang. g) Memperoleh hubungan antara usia dengan tingkat kecemasan pada nuclear family klien di ruang Pediatric Intensif Care Unit (PICU) RSUD Kota Semarang. 4

h) Memperoleh hubungan antara pendidikan dengan tingkat kecemasan pada nuclear family klien di ruang Pediatric Intensif Care Unit (PICU) RSUD Kota Semarang. i) Memperoleh hubungan antara interaksi mal adaptif terhadap Care Unit (PICU) RSUD Kota Semarang. j) Memperoleh hubungan antara tingkat sosial ekonomi terhadap Care Unit (PICU) RSUD Kota Semarang.. k) Memperoleh hubungan antara penolakan interpersonal terhadap Care Unit (PICU) RSUD Kota Semarang D. Manfaat penelitian Diharapkan dengan adanya penelitian ini akan memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Mengetahui dan memahami faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan nuclear family klien diruang Pediatric Intensif Care Unit (PICU). 2. Memberikan informasi tentang faktor yang yang mempengaruihi kecemasan bagi nuclear family klien di ruang Pediatric Intensif Care Unit (PICU). 3. Nuclear family klien dapat mengelola kecemasan yang timbul. 4. Diharapkan dapat memberikan kostribusi kepada pemerintah dalam keberhasilan pelayanan keperawatan pada klien kritis di ruang Pediatric Intensif Care Unit (PICU) dengan melibatkan peran serta keluarga. 5