BAB I PENDAHULUAN. dan pelaksanaan program-program yang di biayai dengan uang publik. Instrumen ini

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. secara mandiri. Masing-masing daerah telah diberikan kekuasaan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Anggaran merupakan rencana yang dinyatakan dalam unit moneter yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. yaitu fungsi perencanaan (planning), fungsi pelaksanaan (actuating), dan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan yang baik karena merupakan proses penentuan kebijakan dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. untuk menerapkan akuntabilitas publik. Akuntabilitas publik dapat diartikan sebagai bentuk

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal. daerah, yang dikenal sebagai era otonomi daerah.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Anggaran sektor publik merupakan suatu instrumen perencanaan,

BAB I PENDAHULUAN. negara, tidak terkecuali di Indonesia. Baik pada sektor publik maupun pada sektor

Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Tahun Anggaran 2012

PENGANGGARAN SEKTOR PUBLIK

BAB I PENDAHULUAN. Suatu rencana mengidentifikasi tujuan dan tindakan yang akan dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. bentuk angka atau yang kita kenal sebagai anggaran. Tanpa adanya anggaran,

BAB II DASAR TEORI Anggaran Definisi Anggaran. Anggaran menurut Henry Simamora (1999) merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. direvisi menjadi Undang-Undang No. 32 tahun 2004 serta Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. 1977; Nori, 1996) dalam (Putu Novia, dkk: 2015). Mardiasmo (2002) dalam (Putu

BAB I PENDAHULUAN. yang berfungsi sebagai alat perencanaan dan pengendalian agar manajer dapat

BAB I PENDAHULUAN. peraturan organisasi yang berlaku. Pada organisasi pemerintahan di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi termasuk institusi pendidikan dalam melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. tertentu berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat

BAB I PENDAHULUAN. yang dibiayai dari uang publik. Melalui anggaran, akan diketahui

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Alat utama kebijakan fiskal adalah anggaran. Deddi et al. (2007)

LAPORAN REALISASI ANGGARAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan. daerah sebagai penyelenggara pemerintah daerah.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai kontrak atau dokumen untuk komitmen dan kesepakatan yang telah dibuat

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang, rumusan masalah,

BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No. 32 tahun 2004 Pasal 1 ayat (5) tentang Pemerintah

INTERAKSI BUDAYA ORGANISASI, INFORMASI ASIMETRI, DAN GROUP COHESIVENESS DALAM HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI PENGANGGARAN DAN BUDGETARY SLACK

LAPORAN REALISASI ANGGARAN

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 02 LAPORAN REALISASI ANGGARAN

LAPORAN REALISASI ANGGARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan perundangundangan.

LAPORAN REALISASI ANGGARAN (LRA) Oleh : Nathasia dan Susanti

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN REALISASI ANGGARAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 14 TAHUN 2008 SERI A PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 14 TAHUN 2008 TENTANG

LAPORAN REALISASI ANGGARAN BERBASIS KAS

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Organisasi pemerintah daerah merupakan lembaga yang menjalankan roda

BAB I PENDAHULUAN. karena entitas ini bekerja berdasarkan sebuah anggaran dan realisasi anggaran

BAB I PENDAHULUAN. politik sangat dominan dalam proses pengambilan keputusan penetapan

BAB I PENDAHULUAN. bidang. Kinerja yang dicapai oleh organisasi pada dasarnya adalah prestasi para

BAB II KAJIAN PUSTAKA

suatu kegiatan/ program/ kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi digunakan dalam pengendalian disiapkan dalam rangka menjamin bahwa

PENDAHULUAN. Laporan Keuangan Kabupaten Sidoarjo. Page 1. D a t a K e u a n g a n K a b u p a t e n S i d o a r j o T a h u n s.

LAPORAN REALISASI ANGGARAN BERBASIS KAS

Rina Ismawati B

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

KEBIJAKAN AKUNTANSI PELAPORAN KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan harus diimbangi dengan kinerja yang baik, sehingga pelayanan

Keuangan telah melakukan perubahan kelembagaan yaitu. peningkat- an efisiensi, efektivitas, dan produktivitas kinerja birokrasi dalam

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi sektor publik merupakan organisasi yang menjalankan

BAB II LANDASAN TEORI. perhatian tersendiri bagi sebuah organisasi sektor publik. Pendekatan-pendekatan

BAB II LANDASAN TEORI. informasi tentang realisasi dan anggaran entitas pelaporan secara

PENGARUH KARAKTERISTIK TUJUAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA APARAT PEMERINTAH DAERAH DI KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. secara terus-menerus berpartisipasi dalam mewujudkan kepemerintahan yang baik (good

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini memuat latar belakang masalah, rumusan masalah penelitian, tujuan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Reformasi di berbagai bidang yang berlangsung di Indonesia telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemerintahan Kota Surakarta) dalam penelitiannya menyimpulkan sebagai berikut

LAPORAN REALISASI ANGGARAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB I PENDAHULUAN. keterkaitannya dengan pencapaian arah organisasi di masa yang akan. datang yang dinyatakan dalam visi dan misi organisasi.

SIKLUS ANGGARAN PEMERINTAH DAERAH

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN JEMBRANA BUPATI JEMBRANA,

- 1 - PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARRU NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori Keagenan merupakan sebuah teori yang membahas mengenai hubungan

MANAJEMEN KEUANGAN PASAR

PENGARUH NILAI KONSUMEN TERHADAP MINAT MEREFERENSIKAN PRODUK NOTEBOOK ACER (Studi Kasus di Hi-Tech Mall Surabaya) SKRIPSI

STRUKTUR APBD DAN KODE REKENING

BAB I PENDAHULUAN. dan mendasar yang dimaksudkan untuk memperbaiki kelemahan dan kekurangan

1.1 MAKSUD DAN TUJUAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Otonomi daerah merupakan upaya pemberdayaan daerah dalam pengambilan

BAB II TINJAUAN/KAJIAN PUSTAKA. mencapai tujuan penyelenggaraan negara. dilakukan oleh badan eksekutif dan jajaranya dalam rangka mencapai tujuan

PROFIL KEUANGAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. pembagiaan dan pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan indonesia

BAB I PENDAHULUAN. No.12 Tahun Menurut Undang-Undang Nomer 23 Tahun 2014 yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. situasi atau organisasi (perusahaan) tertentu. Dalam partisipasi penyusunan anggaran,

Analisis Kinerja Belanja Pemerintah daerah Kotamobagu dan Bolaang Mongondow Timur tahun Herman Karamoy

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS

Tinjauan Atas Laporan Penerimaan Dan Pengeluaran Kegiatan APBD Pada Dinas Pertanian, Tanaman Dan Pangan Provinsi Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN. anggaran. Pemerintah pusat maupun daerah mempunyai rencana-rencana

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk mencapai tujuannya, yaitu memperoleh laba.

BAB I PENDAHULUAN. Hakekat dari otonomi daerah adalah adanya kewenangan daerah yang lebih

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. Hubungan agensi muncul ketika salah satu pihak (prinsipal) menyewa pihak

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2015 PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP SENJANGAN ANGGARAN DENGAN BUDGET EMPHASIS SEBAGAI VARIABEL MODERASI

LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. kesinambungan, dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat (Mardiasmo,

Catatan Atas Laporan Keuangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan ini 1

BAB 1 PENDAHULUAN. diartikan sebagai hak, wewenwang, dan kewajiban daerah otonom untuk

BAB I PENDAHULUAN. anggaran. Anggaran merupakan sebuah rencana tentang kegiatan di masa datang yang

BAB III PENGELOLAAN KEUANGAN DAN KERANGKA PENDANAAN

Kata Kunci :partisipasi penyusunan anggaran, budgetary slack, komitmen organisasi, etika

BAB I PENDAHULUAN. keuangan negara. Hal ini diindikasikan dengan telah diterbitkannya Undangundang

BAB I PENDAHULUAN 1.2. MAKSUD DAN TUJUAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. arah dan tujuan yang jelas. Hak dan wewenang yang diberikan kepada daerah,

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori agensi merupakan kondisi dimana prinsipal (pemilik atau manajemen

LAPORAN KEUANGAN 2014

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anggaran merupakan suatu pernyataan mengenai estimasi kinerja yang akan di capai oleh suatu organisasi dalam periode tertentu yang dinyatakan dalam ukuran moneter. Anggaran merupakan instrumen akuntabilitas atas pengelolaan dana publik dan pelaksanaan program-program yang di biayai dengan uang publik. Instrumen ini penting karena berkaitan dengan proses penentuan alokasi dana untuk setiap program. Instrumen anggaran ini mempunyai fungsi sebagai perencanaan, pengendalian, membuat kebijakan fiskal, melihat suatu komitmen yang disepakati oleh eksekutif dan legislatif, menghasilkan pekerjaan yang efektif dan efisien, menampung aspirasi rakyat, dan penilaian terhadap tim eksekutif sebagai pertanggungjawaban pencapaian target anggaran serta efisiensi pelaksanaannya kepada tim legislatif. Penyusunan anggaran ini akan melalui beberapa dari persiapan, pengajuan untuk diratifikasi/pengesahan, pelaksanaan anggaran, serta proses pelaporan dan evaluasi anggaran (Mahsun, dkk, 2015:68). Terdapat dua proses penyusunan anggaran, yaitu: top-down atau bottom-up. Penyusunan secara top-down, dimana manajer senior menetapkan anggaran kepada tingkat yang lebih rendah sebagai pelaksana. Sedangkan Penyusunan secara bottomup, manajer level bawah setiap bidang/entitas menetapkan anggaran kemudian disahkan oleh manajer senior. Proses ini terjadi karena semua informasi terbaik itu 1 Universitas Kristen Maranatha

diketahui oleh manajer sehingga mampu mempengaruhi pendapatan dan beban suatu organisasi (Anthony dan Govindarajan, 2005:86). Anggaran yang disusun harus menantang namun dapat dicapai (achieveable). Jika target anggaran mudah dicapai akan timbul respon positif, sedangkan jika target yang dicapai oleh anggaran terlampau sulit untuk dicapai akan menimbulkan respon negatif. Dampak dari respon negatif pada penyusunan anggaran, akan timbul tindakan-tindakan jangka pendek yang tidak sesuai dengan kepentingan jangka panjang perusahaan. Proses anggaran akan dibuat dengan menciptakan pendapatan yang lebih rendah dan pengeluaran yang lebih tinggi, dari estimasi terbaik mengenai jumlah-jumlah seharusnya. Oleh karena itu anggaran yang dicapai adalah target yang lebih mudah bagi manusia dalam entitas untuk dicapai. Perbedaan antara jumlah anggaran disebut dengan Budgetary Slack (Anthony dan Govindarajan, 2005:87). Proses penyusunan anggaran ini juga dialami oleh sektor publik/pemerintahan di Indonesia. Anggaran ini memuat segala rincian penerimaan Negara, pengeluaran/belanja negara, serta pembiayaan yang ditetapkan dengan undangundang selama satu tahun, mulai dari tanggal 1 Januari sampai 31 Desember tahun fiskal. Biasa tertuang dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)/Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). APBN/APBD disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan negara/daerah dan kemampuan dalam menghimpun pendapatan negara/daerah. Tentunya penyusunan APBN/APBD ini berpedoman pada Rencana Kerja Pemerintah (RKP) dalam rangka mewujudkan tujuan negara. Dalam APBN/APBD ini juga Universitas Kristen Maranatha 2

dilampirkan secara menyeluruh mengenai laporan-laporan keuangan sektor publik. Laporan keuangan ini terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, Catatan atas Laporan Keuangan, Laporan Kinerja Keuangan, dan Laporan Perubahan Ekuitas. Salah satu aspek untuk melihat keberhasilan APBN/APBD suatu daerah, yaitu Laporan Realisasi Anggaran. Laporan ini yang mengisi informasi mengenai realisasi anggaran pendapatan, belanja, dan pembiayaan oleh suatu entitas. Laporan realisasi ini berisi perbandingan aktual/realisasi dengan anggaran yang sudah ditentukan untuk tahun fiskal. Dari perbandingan ini akan timbul variance dalam laporan yang dikenal dalam sektor publik dengan SILPA. Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 13 tahun 2006, SILPA merupakan sisa dana yang diperoleh dari aktualisasi penerimaan serta pengeluaran anggaran daerah selama satu periode (Sughiarti dan Supadmi, 2014:481). Berikut ini menunjukkan perbandingan anggaran dan realisasi anggaran Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang akan menunjukkan jumlah SILPA yang sudah di audit di tahun 2014, sebagai berikut : Universitas Kristen Maranatha 3

Uraian PENDAPATAN DAERAH Tabel 1.1 Laporan Realisasi Anggaran Tahun 2014 (Audited) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) Tahun Anggaran 2014 (Audited) Anggaran Realisasi Berlebih (berkurang) % Realisasi thd Anggaran Pendapatan Asli Daerah 734,805,391,648 763,300,806,702 28,495,415,054 103.88 Dana Perimbangan 1,279,158,719,520 1,282,745,347,275 3,586,627,755 100.28 Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah 734,402,126,000 741,467,166,700 7,065,040,700 100.96 Jumlah Pendapatan 2,748,366,237,168 2,787,513,320,677 39,147,083,509 101.42 BELANJA DAERAH Belanja Tidak Langsung 1,809,053,974,572 1,733,924,105,031-75,129,869,541 95.85 Belanja Langsung 1,090,229,901,356 955,008,639,251-135,221,262,105 87.6 Jumlah Belanja 2,899,283,875,928 2,688,932,744,282-210,351,131,646 92.74 Surplus (Defisit) Anggaran PEMBIAYAAN (150,917,638,760) 98,580,576,395 249,498,215,155-65.32 Penerimaan Daerah 236,731,163,760 235,104,723,833-1,626,439,927 99.31 Pengeluaran Daerah 85,813,525,000 85,562,085,000-251,440,000 99.71 Pembiayaan Netto 150,917,638,760 149,542,638,833-1,374,999,927 99.09 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) 248,123,215,228 248,123,215,228 Sumber : Dispenda, NTT Universitas Kristen Maranatha 4

Sedangkan tabel berikut menunjukkan perbandingan anggaran dan realisasinya pada tahun berikut yang telah di audit, yang akan menunjukkan jumlah SILPA di tahun 2015, sebagai berikut : Tabel 1.2 Laporan Realisasi Anggaran Tahun 2015 (Audited) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) TAHUN ANGGARAN 2015 (AUDITED) % URAIAN REALISASI ANGGARAN REALISASI 2015 2014 THD ANGGARAN PENDAPATAN DAERAH Pendapatan Asli 872,546,745,800 882,315,240,378 101.12 763,300,806,702 Daerah Pendapatan Transfer Daerah 2,467,465,080,000 2,425,707,837,989 98.31 2,016,666,627,275 Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah 13,161,648,000 7,646,336,929 58.10 7,545,886,700 Jumlah Pendapatan 3,353,173,473,800 3,315,669,415,296 2,787,513,320,677 BELANJA DAERAH Belanja Operasi 2,487,718,196,681 2,403,062,103,301 96.60 1,995,462,822,960 Belanja Modal 696,852,477,347 606,702,214,577 87.06 407,600,788,970 Belanja Tidak Terduga 7,500,000,000 1,050,797,527 14.01 18,769,507,737 Jumlah Belanja 3,192,070,674,028 3,010,815,115,405 94.32 2,421,833,119,667 Transfer 331,907,887,000 317,680,998,260 95.71 267,099,624,615 Jumlah Belanja + Transfer Surplus (Defisit) Anggaran PEMBIAYAAN 3,523,978,561,028 3,328,496,113,665 94.45 2,688,932,744,282 (170,805,087,228) (12,826,698,369) 7.51 98,580,576,395 Penerimaan Daerah 255,505,087,228 254,559,322,158 99.63 235,104,723,833 Pengeluaran Daerah 84,700,000,000 83,006,600,000 98.00 85,562,085,000 Pembiayaan Netto 170,805,087,228 171,552,722,158 100.44 149,542,638,833 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) 158,726,023,789 248,123,215,228 Sumber : Dispenda, NTT Universitas Kristen Maranatha 5

Jika dilihat dari tabel 1.1 dan tabel 1.2 di atas, tertera jumlah pendapatan yang merupakan hak daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak perlu dibayar kembali oleh daerah. Pendapatan ini terdiri dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Penerimaan Dana Perimbangan, Serta Pendapatan lain-lain yang sifatnya sah. Sedangkan Belanja meliputi semua pengeluaran dari rekening kas umum daerah yang mengurangi ekuitas dana, merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak diperoleh pembayaran kembali. Terdiri dari Belanja yang langsung, tidak langsung, operasi, modal dan tidak terduga. Termasuk Pembiayaan yang meliputi semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik tahun anggaran bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya. Pembiayaan terdiri dari Penerimaan yang tunjuk untuk menutupi defisit APBD dan Pengeluaran yang dimanfaatkan untuk surplus APBD. Uraian inilah yang akan diperhitungkan sehingga akhirnya ketidaksesuaian antara aktual dan anggaran yang menimbulkan SILPA. Dalam Laporan Realisasi Anggaran harus memperhatikan setiap proposi kebutuhan dan pendapatan suatu daerah dalam menetapkan target anggaran suatu daerah (Abdullah dan Nazry, 2014:275). Proposi kebutuhan seharusnya dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana perimbangan yang sudah diatur dalam UU No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah & PP No. 55 Tahun 2005 Tentang Dana Perimbangan, serta Pendapatan lain-lain daerah yang sah. Apabila dalam suatu daerah menganggarkan tidak sesuai dengan potensi kebutuhan yang sudah dialokasikan, maka akan tercipta Universitas Kristen Maranatha 6

suatu kesenjangan anggaran/budgetary Slack yang tercemin oleh variance anggaran yang merupakan selisih antara setiap uraian yang dianggarkan dan realisasinya, hasil ini menunjukkan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Provinsi NTT masih kurang optimal. Berdasarkan hasil penelitian terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi, diantaranya adalah Penekanan Anggaran (Budget Emphasis), Tingkat Kohesivitas Kelompok (Group Cohesiveness), dan Perilaku Disfungsional (Dysfunctional Behavior). Budget Emphasis adalah pemberian reward atau penilaian kinerja bagi para manajer menengah ke bawah berdasarkan pada pencapain target anggaran, atau apabila para manajer mempersepsikan bahwa kinerja dan penghargaannya di nilai berdasarkan pada target anggaran yang dicapai (Dunk, 1993:36). Penilaian kinerja merupakan penentuan secara periodik efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi, dan karyawannya berdasarkan atas sasaran, standar, dan kinerja yang telah ditetapkan sebelumnya (Siegel dam Marconi, 1989:199). Jika suatu anggaran dijadikan faktor dominan dalam penilaian kinerja bawahan suatu organisasi. Jika realisasinya memuaskan akan diberikan reward, sedangkan hasil tidak memuaskan akan diberikan sanksi. Oleh karena itu bawahan suatu organisasi bisa menciptakan slack, dengan menciptakan mark up (meninggikan biaya) dan mark down (menurunkan penerimaan). Hasil penelitian Muh Irfan, Budi Santoso, dan Lukman Effendi (2016:173) menyatakan bahwa Penekanan Anggaran tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap Slack Budget, namun penelitian yang dilakukan oleh Universitas Kristen Maranatha 7

Maya Triana, Yuliusman, Wirmie Eka Putra (2012:55) menunjukkan hasil yang signifikan mengenai pengaruh Budget Emphasis terhadap Slack Budget. Group Cohesiveness adalah kelompok formal dan informal yang memiliki kedekatan atau kesamaan dalam sikap, perilaku, dan prestasi. Group Cohesiveness ini dikaitkan dengan dorongan anggota yang sifatnya tetap bersama dibandingkan dorongan untuk mendesak anggota keluar dari kelompok (Gibson dkk, 1993:251). Dalam suatu organisasi baik pemerintahan/perusahaan, jika memiliki kelompok dengan tingkat kohesivitas tinggi dimana tujuan kelompok tidak sesuai dengan tujuan organisasi, akan tercipta suatu kesenjangan (slack). Tentunya terjadi pada saat proses penyusunan anggaran juga. Hasil penelitian Putranto (2012:124) menyatakan bahwa Variabel Group Cohesiveness juga tidak berpengaruh secara signifikan terhadap hubungan partisipasi anggaran dan Budgetary Slack, sehingga group cohesiveness bukan merupakan variabel moderat. Sedangkan penelitian Putri Rahmi, Siti Khairani, dan Kathryn Sugara (2015:9) menyatakan bahwa Group Cohesiveness berpengaruh terhadap Slack Budget. Dysfunctional Behaviour ini berarti melakukan suatu perilaku yang tidak sesuai dengan standar organisasi sehingga mengurangi kualitas yang tercipta. Dalam suatu organisasi harus tercipta keserasian yang terjadi antara manajer senior maupun bawahan, jika tidak ada keserasian akan menimbulkan suatu tindakan Dysfunctional Behaviour (Sujana, 2010:3). Anggaran memiliki hubungan dan dampak yang secara langsung terhadap perilaku individu, yang terkadang membuat individu bersifat cemas. Adanya sikap ini akan menimbulkan suatu sifat yang bias untuk informasi Universitas Kristen Maranatha 8

yang diberikan. Informasi yang bias didefinisikan sebagai perilaku disfungsional, karena kualitas tidak sesuai standar. Akhirnya menimbulkan suatu slack, yang terjadi pada anggaran. Salah satu faktor mempengaruhi kecenderungan akuntansi hal ini berhubungan dengan penyusunan anggaran terhadap perilaku menyimpang yaitu pengendalian internal, penghargaan, informasi asimetri, kepatuhan terhadap aturan akuntansi, dan moralitas management (Kusumastuti, dkk, 2012:2). Penelitian yang berhubungan dengan Dysfunctional Behaviour terhadap Budgetary Slack yang merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi Dysfunctional Behaviour, yaitu Informasi Asimetri. Hasil Penelitian menurut Nurainun, Kurniati, Wendy (2012:590) menyatakan Information Asymmetry tidak berpengaruh terhadap Budgetary Slack, namun penelitian Sujana (2010:23) menyatakan bahwa Informasi Asimetri berpengaruh secara signifikan terhadap Budgetary Slack. Berdasarkan uraian sebagaimana telah dijelaskan diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti Pengaruh Budget Emphasis, Group Cohesiveness, dan Dysfunctional Behaviour terhadap Budgetary Slack (Studi Pada Badan Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Pengelolaan Aset Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur). 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan pokok permasalahan dalam penelitian ini, yaitu : 1. Apakah terdapat pengaruh Budget Emphasis terhadap Budgetary Slack? 2. Apakah terdapat pengaruh Group Cohesiveness terhadap Budgetary Slack? Universitas Kristen Maranatha 9

3. Apakah terdapat pengaruh Dysfunctional Behavior terhadap Budgetary Slack? 4. Apakah Budget Emphasis, Group Cohesiveness, dan Dysfunctional Behavior berpengaruh secara simultan terhadap Budgetary Slack? 1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian Berdasarkan identifikasi masala yang ada, maka maksud dan tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk menguji besarnya pengaruh Budget Emphasis terhadap Budgetary Slack. 2. Untuk menguji besarnya pengaruh Group Cohesiveness terhadap Budgetary Slack. 3. Untuk menguji besarnya pengaruh Dysfunctional Behavior terhadap Budgetary Slack. 4. Untuk menguji besarnya pengaruh Budget Emphasis, Group Cohesiveness, dan Dysfunctional Behavior secara simultan terhadap Budgetary Slack. 1.4. Manfaat Penelitian Setiap penelitian diharapkan bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya maupun yang secara langsung terkait di dalamnya. Adapun manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis Mampu memperkaya konsep atau teori yang mampu berkontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan dalam pembuktian suatu teori bahwa Budget Emphasis, Group Cohesiveness, dan Dysfunctional Behavior dapat mempengaruhi Budgetary Slack. Universitas Kristen Maranatha 10

2. Manfaat Praktis Dapat memberikan masukan kepada perusahaan yang akan diteliti sehingga mampu mempertimbangkan setiap faktor-faktor sehingga mampu mencegah terjadinya kesenjangan saat menyusun anggaran. Universitas Kristen Maranatha 11