1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia (the largest archipelago state in the world) dengan pulau berjumlah 13.466 dan garis pantai (coastal lines) sepanjang 96.181 km (Bakosurtanal,2015). Hal tersebut juga dinyatakan oleh PBB lewat badan Ocean and Islands. Luas wilayah laut nusantara 75,3% dari jumlah total luas wilayah Indonesia, secara kuantiatif perairan laut Indonesia seluas 5,8 juta km 2, didalamnya terkandung bahan hayati dan non hayati. Kekayaan yang terkandung di laut Nusantara meliputi: Minyak dan gas yang ada di wilayah lepas pantai (offshore); Perikanan; Mineral yang ada di dasar laut dan tanah di bawah dasar laut; Energi laut bersumber dari arus, ombak, angin dan OTEC(Ocean Thermal Energy Convertion) dan bioenergi dari alga, perbedaan pasang surut(pasut); Sumber obat (drugs from the sea) dan makanan/ nutrisi; jasa lingkungan seperti pelayaran, indahnya alam permukaan laut, dibawah air dan pantai yang indah dan mampu menyerap emisi gas karbon dioksida yang menyebabkan perubahan iklim. Secara de factonegara Indonesia mendominasi kawasan Asia Tenggara, tetapi realitanya negara kita saat ini belum berpengaruh pada kawasan Asia, karena kekuatan ekonomi belum begitu kuat dan masih banyak rakyat dililit kemiskinan. Apalagi dewasa ini berhembus berbagai krisis yang melanda kehidupan manusia : (1) Krisis Pangan dan Energi, (2) Krisis Iklim, (3) Krisis Keuangan. Aspek lain, menyadarkan para pengambil kebijakan di negeri ini sudah saatnya segala potensi dan kekayaan yang ada di alam laut nusantara diperhatikan untuk dikembangkan sebagai pilar utama ekonomi nasional. Indonesia memiliki beragam potensi sumber daya ikan yang bernilai ekonomis tinggi. Keragaman sumber daya hayati melimpah dan keragaman tipe perairan Indonesia disebabkan oleh proses fisik yang terjadi baik dalam skala lokal maupun global. 2
Perikanan di Indonesia mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan nasional (Suyasa,2003). Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya: 1. Sekitar 2.274.629 jiwa masyarakat Indonesia adalah nelayan, dan 1.063.140 adalah masyarakat yang bergerak di bidang usaha budidaya perikanan; 2. Besarnya sumbangan devisa negara dari sektor perikanan; 3. Mulai terpenuhinya kebutuhan sumber protein hewani bagi sebagian masyarakat. Dengan adanya kesadaran masyarakat akan kesehatan mengubah pola makan dari yang bersifat red meal(daging merah seperti sapi, kambing) ke white meal (daging ikan). Perkembangan teknologi satelit mulai banyak digunakan dalam sistem penginderaan jauh di bidang kelautan dan telah berkembang berbagai jenis sensor untuk mendeteksi berbagai parameter lingkungan yang penting dalam proses kelautan baik fisika, kimia, dan biologi. Jenis sensor yang telah dikembangkan untuk pengembangan penginderaan jauh kelautan salah satunya CZCS(Coastal Zone Color Scanner) pada satelit NOAA AVNIRR, Aqua/Terra MODIS, Adeos/OCTS. Aplikasi teknologi satelit tersebut antara lain untuk menggambarkan mangrove, konsentrasi klorofil-a dan produktifitas primer laut, suhu dan arus permukaan laut, kedalam air, terumbu karang, angin yang bertiup di permukaan perairan, serta aplikasi pendugaan lokasi daerah penangkapan ikan. Menurut Khulifah(1999) pendugaan lokasi daerah penangkapan ikan dapat diidentifikasi secara tidak langsung yaitu melalui faktor ekologis yang berpengaruh terhadap ikan misalnya suhu perairan, plankton, salinitas, dan materi dasar perairan. Dengan menggunakan data penginderaan jauh untuk identifikasi daerah penangkapan ikan akan sangat menguntungkan karena observasi wilayah laut yang luas memerlukan usaha, waktu dan biaya operasional yang mahal. Pembuatan PPDPI(Peta Potensi Penangkapan Daerah Perikanan) sudah digunakan oleh nelayan dengan akurasi ±40% (BPOL, 2015).PPDPI dibagi menjadi duayaitu PPDPIpelabuhan dan PPDPI nasional yang dibedakan berdasarkan skala. PPDPI Pelabuhan mempunyai skala yang lebih besar daripada PPDPI Nasional, sehingga hasil lebih detail. Skala PPDPI Pelabuhan 3
±1:2.500.000 dengan sumber data Aqua MODIS yang mempunyai resolusi spasial 250,500,dan 1000 meter. 1.2 Rumusan Masalah - Selama ini PPDPI Pelabuhan yang dikeluarkan oleh BPOL belum dapat memberikan informasi daerah penangkapan ikan di perairan yang sempit seperti selat karena menggunakan data citra Aqua MODIS yang beresolusi spasial rendah, padahal terdapat data citra Landsat 8 OLI dan memungkinkan untk pembuatan PPDPI dengan resolusi spasial yang lebih baik. - Belum terdapat penelitian mengenai aplikasi citra Landsat 8 OLI untuk pembuatan PPDPI Pelabuhan sehingga diperlukan uji akurasi. - Penerapan algoritma untuk ekstraksi SPL dan klorofil-a pada Landsat 8 OLI bersifat global dan belum dilakukan uji lapangan oleh karena itu dibutuhkan suatu pembanding yaitu citra Aqua MODIS dimana algoritma yang digunakan memang dirancang khusus untuk menurunkan informasi tersebut. 1.3 Pertanyaan Penelitian - Apakah citra Landsat 8 OLI dapat digunakan dalam pembuatan PPDPI Pelabuhan? - Bagaimana hasil uji akurasiperbandingan antara PPDPI Pelabuhan hasil pengolahan citra Landsat 8 OLI dan Aqua MODIS (buatan BPOL)? - Bagaimana hubungan korelasi parameter SPL dan klorofil-a hasil pengolahan satelit Landsat 8 OLI dan Aqua MODIS? 1.4 Tujuan Penelitian a) Membuat Peta Prakiraan Daerah Penangkapan Ikan (PPDPI) dengan menggunakan citra Landat 8 OLI. b) Membandingandaerah sebaran ikan antarappdpi Pelabuhan hasil olahan Landsat 8 OLI dan AquaMODIS(BPOL). c) Mengkaji hubungan parameter SPL dan klorofil-a antara Landsat 8 OLI dan Aqua MODIS. 4
1.5 Manfaat - Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan aplikasi satelit Landsat 8 OLI dalam bidang kelautan. - Memberikan informasi tambahan daerah sebaran penangkapan ikan bagi nelayan atau pihak terkait. 1.6 Ruang Lingkup atau Batasan - Penelitian ini tidak menggunakan data antara bulan Desember 2014 - April 2015 dikarenakan adanya proses rekalibrasi radiometrik pada sensor TIRS pada Landsat 8 OLI. - Informasi angin dan gelombang tidak disajikan dalam penelitian karena data tersebut dimiliki oleh BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika) sehingga data mentahnya tidak bisa disebarluasakan secara umum. 1.7 Lokasi Penelitian Selat Bali (koordinat 8 0 9 0 LS, 114,2 0 115,4 0 ) menguhubungkan dua perairan, yaitu Laut Bali di bagian utara dan Samudra Hindia di bagian selatan. Selat Bali termasuk daerah perairan yang relatif sempit sekitar 860mil. Mulut selat di bagian utara lebih sempit (1 mil) dan dangkal, sedangkan mulut selat di bagian selatan lebih lebar (28 mil) dan dalam, dengan demikian perairan Selat Bali dipengaruhi oleh massa air dari Samudra Hindia. Dengan adanya pertemuan dua perairan tersebut dimungkinkan kondisi perairan yang subur disebabkan kelimpahan fitoplankon. 5
Gambar 1.1Citra Landsat 8 OLI wilayah penelitian perekamanan 26 September 2014 6