BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah World Health Organizatiom (WHO) menetapkan empat Standar Emas Nutrisi Bayi, yaitu 1) Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada satu jam pertama segera setelah bayi lahir dilanjutkan dengan rawat gabung, 2) Memberikan hanya ASI saja sejak lahir sampai bayi berumur enam bulan, 3) Memberikan makanan pendam ping ASI (MP-ASI) mulai umur enam bulan, dan 4) Menyusui dilanjutkan sampai anak berumur 24 bulan. 13 United Nation Childrens Fund (UNICEF) dan World Health Organization (WHO) juga merekomendasikan sebaiknya anak hanya disusui air susu ibu (ASI) selama paling sedikit enam bulan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian anak. Pada tahun 2003, pemerintah Indonesia mengubah rekomendasi pemberian ASI eksklusif dari empat bulan menjadi enam bulan. 7 Pemberian ASI secara eksklusif adalah ketika bayi hanya diberi ASI tanpa pemberian cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air putih, serta tanpa tambahan makanan lain contohnya bubur susu, pepaya, biskuit, bubur nasi, tim, pisang, dan nasi tim. 10 Perlu diketahui bahwa semakin lama bayi mendapatkan ASI saja maka semakin menguntungkan bayi. 1
2 Di dalam ASI terkandung zat kekebalan tubuh, oleh karena itu bayi yang tidak diberikan ASI secara eksklusif akan memiliki sistem imun yang lebih rendah daripada bayi yang diberikan ASI eksklusif. Dari hasil penelitian dr. Lucas pada tahun 1993 terhadap 300 bayi prematur membuktikan bahwa bayi prematur yang diberi ASI eksklusif mempunyai IQ yang lebih tinggi secara bermakna yaitu 8,3 poin lebih tinggi dibanding bayi prematur yang tidak diberi ASI. Selain itu, dari penelitia n dr. Riva pada tahun 1997 menemukan fakta bahwa bayi yang diberi ASI eksklusif ketika telah berusia 9,5 tahun mempunyai tingkat IQ yang lebih tinggi yaitu 12,9 poin dibanding anak yang ketika bayi tidak diberi ASI eksklusif. 10 Bayi yang tidak diberi ASI eksklusif akan mendapat nutrisi yang kurang seim bang, bayi juga akan mudah sakit karena lebih mudah terkena infeksi, kemungkinan besar bayi akan mengalami masalah pencernaan jika diberi susu formula sejak dini, serta bayi akan mudah mengalami alergi. Buruknya kondisi kesehatan bayi sering terjadi apabila bayi tidak diberikan ASI eksklusif. 8 Pengenalan makanan yang rendah gizi atau yang dibuat dalam kondisi tidak higienis terlalu dini pada bayi dapat menyebabkan bayi mengalami kurang gizi dan terinfeksi organisme asing yang menjadikan bayi mempunyai daya tahan tubuh yang lebih rendah terhadap penyakit yang biasa muncul pada usianya. 7 Kegagalan praktek Pemberian ASI eksklusif disebabkan oleh bermacam-macam hal seperti pemberian makanan prelakteal, ibu harus bekerja, ibu lelah/sakit, dan lain-lain.
3 Berbagai faktor juga telah dihubungkan dengan rendahnya pengetahuan ibu. Terdapat penelitian yang menunjukkan bahwa bukan hanya faktor pengetahuan ibu yang mempengaruhi keberhasilan pemberian ASI eksklusif, tetapi ada faktor-faktor di luar pengetahuan ibu yang berpengaruh, salah satunya adalah ibu yang akan kembali bekerja. 15 Studi kualitatif yang dilakukan oleh Fikawati dan Syafiq menunjukkan bahwa kegagalan Pemberian ASI eksklusif juga disebabkan karena faktor predisposisi yaitu pengetahuan dan pengalaman ibu yang kurang. 28 Selain faktor internal ibu, faktor eksternal atau faktor dari luar diri ibu juga dapat berpengaruh, antara lain keyakinan yang keliru yang berkembang dalam masyarakat, faktor sosial ekonomi, maupun kurangnya dukungan terhadap ibu dari tenaga kesehatan, petugas penolong persalinan, lingkungan ketika ibu bekerja, maupun orang-orang terdekat ibu seperti keluarga atau suami. Dalam penelitian ini, yang diteliti adalah faktor dari luar diri ibu yaitu dukungan dari suami dan dukungan tempat bekerja, serta faktor dari dalam diri ibu yaitu pengetahuan dan sikap ibu terhadap pemberian ASI. Dikutip dari Kemalasari, 2009, hasil penelitian yang dilakukan oleh Owens menunjukkan bahwa kurangnya dukungan suami berpengaruh dalam pemberian ASI eksklusif karena terkadang muncul anggapan bahwa menyusui membuat ibu tidak menarik, dapat menghambat hubungan seksual antara ibu dan suami, serta menyebabkan berubahnya bentuk payudara.
4 Suatu teori lain yang dikembangkan oleh Lawrence Green menyatakan bahwa kesehatan individu atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor perilaku dan faktor di luar perilaku (non-perilaku). Faktor perilaku ditentukan oleh tiga macam faktor, yaitu faktor pendukung, pendorong, dan predisposisi. Faktor predisposisi (predidposing factors) mencakup tentang pengetahuan individu, sikap, kepercayaan, dan unsurunsur lain yang terdapat dalam diri individu dan masyarakat. Faktor pendukung (enabling factors) adalah kondisi tersedianya sarana pelayanan kesehatan dan kemudahan untuk mencapainya, sedangkan faktor pendorong (reinforcing factors) adalah sikap dan perilaku dari petugas kesehatan. Menurut data dari Badan Pusat Statistik terbaru, tingkat partisipasi pekerja perempuan meningkat menjadi 51,09% dari tahun sebelumnya yang berada di angka 48,90% dan saat ini pekerja perempuan mencapai 86,7 juta orang. Masih terdapat banyak ibu menyusui yang bekerja sehingga hal tersebut menyebabkan pemberian ASI eksklusif kurang optimal. 21 Menurut Nugroho, tenaga kerja perempuan yang meningkat menjadi salah satu kendala dalam meningkatkan keberhasilan program ASI Eksklusif karena cuti melahirkan hanya 12 minggu, dimana empat minggu diantaranya sering harus diambil sebelum melahirkan. Dengan demikian, ibu yang bekerja hanya dapat menemani bayinya secara intensif hanya dua bulan termasuk dalam penyusuan bayinya. Setelah itu ibu harus kembali bekerja dan sering ibu terpaksa berhenti menyusui. 12
5 Menyeimbangkan antara karir dengan menyusui sebenarnya tergantung dari manajemen waktu ibu. Jika ibu dapat mengatur waktunya dengan baik dan tidak mengganggu operasional kantor maka hal tersebut tidak menjadi masalah. Keadaan tersebut juga dimudahkan dengan adanya kemajuan teknologi dan kemajuan di bidang kedokteran, serta adanya pengetahuan tentang ASI yang semakin baik. Jika demikian maka tidak ada alasan apapun bagi ibu untuk tidak dapat menyeimbangkan antara karir dan menyusui. 8 Saat ini banyak tempat-tempat penitipan anak yang telah tersedia. Tempat-tempat penitipan tersebut menerima anak-anak sejak bayi yang menyebabkan para orang tua memutuskan untuk memiliki anak sambil berusaha mencari uang yang salah satunya adalah untuk membayar orang yang mengasuh anak-anak mereka. Di lingkungan kita sekarang tidak jarang para ibu yang memiliki suami berpenghasilan rendah atau bahkan menganggur. Keadaan tersebut memaksa ibu harus bekerja untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari meskipun sebenarnya ibu sangat ingin berada dirumah untuk mengasuh anaknya. Terdapat beberapa alasan mengapa para orang tua memilih menitipkan anaknya ke tempat penitipan/pengasuhan anak, yaitu 1) Keadaan yang memaksa ibu harus bekerja agar mereka dan keluarga dapat bertahan hidup, 2) Keadaan saat sebenarnya kebutuhan finansial tidak begitu mendesak yaitu ketika pasangan suami istri sudah terbiasa bekerja yang pada awalnya menunda menikah dan ketika sudah memiliki anak mereka tidak ingin meninggalkan
6 pekerjaan mereka, 3) Tekanan dari lingkungan yang beranggapan bahwa memang seharusnya seorang wanita tetap bekerja dan jika tidak bekerja akan dianggap bahwa dirinya tidak berguna, serta 4) Keadaan ketika para ibu sudah merasa puas dan sangat menikmati kegiatan berkarier sehingga mereka tidak memprioritaskan anak-anaknya. 32 Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi D.I.Yogyakarta tahun 2014, cakupan pemberian ASI eksklusif paling tinggi berada di Kabupaten Sleman yaitu 81,2 %, diikuti Kabupaten Kulonprogo 74,1 %, Kabupaten Bantul 72 %, Kabupaten Gunung Kidul 59,5 %, dan cakupan paling rendah berada di Kota Yogyakarta yaitu 54,9 %. 22 Selain itu, menurut studi pendahuluan yang dilakukan di Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Provinsi D.I.Yogyakarta didapatkan hasil bahwa cakupan Tempat Penitipan Anak (TPA) paling tinggi berada di Kota Yogyakarta yaitu 63 TPA, diikuti Sleman 52 TPA, Bantul 30 TPA, Gunung kidul 22 TPA, serta jumlah paling sedikit adalah di Kulonprogo yaitu 14 TPA. Hal ini disebabkan karena warga Kota Yogyakarta mayoritas adalah seorang pekerja sehingga adanya TPA tersebut dapat memudahkan orang tua, terutama para wanita karier untuk tetap menjalankan pekerjaannya disamping memiliki anak. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti ingin mengetahui faktorfaktor apa saja yang berhubungan dengan pemberian ASI Eksklusif pada para ibu bekerja yang telah memiliki pengalaman memberikan ASI kepada bayinya yang menitipkan anaknya di TPA wilayah Kota Yogyakarta.
7 B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apa saja faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI Eksklusif pada ibu bekerja di Kota Yogyakarta? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif pada ibu bekerja. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui hubungan dukungan suami dengan pemberian ASI eksklusif. b. Mengetahui hubungan dukungan tempat kerja dengan pemberian ASI eksklusif. c. Mengetahui hubungan pengetahuan ibu mengenai manajemen ASI selama bekerja dengan pemberian ASI eksklusif. d. Mengetahui hubungan sikap ibu dalam memberikan ASI selama bekerja dengan pemberian ASI eksklusif.
8 D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Sebagai bahan untuk mengembangkan atau merumuskan ilmu tentang faktor apa saja yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif pada ibu-ibu bekerja. b. Sebagai bahan kajian, wacana serta bahan referensi bagi mahasiswa maupun tenaga kesehatan tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif sehingga perlu suatu alat evaluasi yang didesain dengan baik. 2. Manfaat Praktis a. Sebagai masukan untuk tenaga kesehatan dalam meningkatkan cakupan pemberian ASI eksklusif khususnya pada ibu-ibu yang bekerja. b. Sebagai motivasi bagi ibu bekerja untuk tetap memberikan ASI eksklusif terhadap bayinya. c. Sebagai bahan pertimbangan bagi tenaga kesehatan untuk melakukan promosi kesehatan di masyarakat sekitarnya mengenai pemberian ASI eksklusif pada ibu bekerja. E. Keaslian Penelitian Penelitian sebelumnya yang serupa dengan penelitian ini pernah dilakukan oleh Wuri Kathleen Herningsih pada tahun 2014 dengan judul Perilaku yang mendorong keberhasilan ASI eksklusif pada wanita bekerja di FK UGM : Studi Positive Desain. Responden yang digunakan adalah ibu
9 bekerja di FK UGM yang telah berhasil menjalani ASI eksklusif dalam dua tahun terakhir. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan positive deviance. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa responden memberikan ASI pada bayinya dengan memberikan ASI perah yang sebelumnya diperah di tempat kerja atau menyusui bayi secara langsung saat jam istirahat. Selain itu pada penelitian ini menyebutka n bahwa dukungan suami, keluarga, rekan kerja, penyediaan ruang laktasi, tempat penitipan anak, serta toleransi waktu bekerja menjadi hal yang dapat mempermudah pemberian ASI sehingga ibu yang bekerja tetap dapat memberikan ASI secara eksklusif pada bayinya. Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder serta pengambilan data hanya menggunakan wawancara secara mendalam yang dilakukan oleh peneliti. Sedangkan penelitian yang dilakukan adalah penelitian kuantitatif survei analitik menggunakan pendekatan cross sectional yang hanya menggunakan data primer. Penelitian yang dilakukan menggunakan angket dalam pengambilan data. Penelitian kedua yang serupa dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Intan A. Anggraeni pada tahun 2014 denga n judul Keberhasilan Ibu Bekerja Memberikan ASI Eksklusif. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Responden yang digunakan adalah ibu bekerja yang berhasil memberikan ASI eksklusif. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa niat untuk memberikan ASI secara eksklusif dipengaruhi oleh sikap positif dan efikasi diri ibu, serta
10 terdapat berbagai macam permasalahan yang muncul ketika memberikan ASI seperti budaya menyusui, keterampilan manajemen laktasi, serta hambatan lingkungan. Penelitian dilakukan di daerah Sedayu, Bantul dan penelitian digunakan untuk mengeksplorasi pengalaman ibu bekerja yang berhasil memberikan ASI eksklusif. Sedangkan penelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif dan dilakukan di beberapa Tempat Penitipan A nak di wilayah Kota Yogyakarta.