BAB I PENDAHULUAN. Memberikan makanan pendam ping ASI (MP-ASI) mulai umur enam bulan,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan pertama dan utama bagi bayi adalah air susu ibu (ASI). Air susu ibu sangat cocok untuk memenuhi kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. Program peningkatan penggunaan ASI menjadi prioritas karena

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan 2010 bahwa kejadian diare pada bayi terus meningkat dan

BAB I PENDAHULUAN. satu-satunya makanan yang terbaik untuk bayi, karena memiliki. komposisi gizi yang paling lengkap untuk pertumbuhan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari United Nations Children's Fund (UNICEF) pada tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. biskuit, bubur nasi dan nasi tim. Setelah 6 bulan baru dimulai diberikan. berusia 2 tahun atau lebih. ( Weni, 2009 : 23 )

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman lain atau disebut dengan ASI Eksklusif dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. dinilai memberikan hasil yang lebih baik. Keputusan Menteri Kesehatan. eksklusif pada bayi sampai usia 6 bulan (Riksani, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. otak dimulai dalam kandungan sampai dengan usia 7 tahun (Menteri Negara

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan seorang anak selain memperoleh nutrisi yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. sedini mungkin, bahkan sejak masih dalam kandungan. Usaha untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. enam bulan pertama kehidupan bayi (Saleha, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. ASI eksklusif menurut World Health Organization (WHO, 2011) adalah

BAB I PENDAHULUAN. angka kesakitan dan kematian anak, United Nation Children Fund (UNICEF) dan

I. PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk air putih, selain menyusui selama 6 bulan sejak dilahirkan. 3 Cara

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal serta melindungi anak dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Air susu ibu (ASI) merupakan makanan pertama yang paling esensial

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu, ASI juga dapat melindungi kesehatan Ibu mengurangi

BAB I PENDAHULUAN. terbaik yang bersifat alamiah. Menurut World Health Organization (WHO),

BAB I PENDAHULUAN. menyusui bayinya, meyakinkan ibu akan keuntungan Air Susu Ibu (ASI) dan

BAB I PENDAHULUAN. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) (Kementrian Kesehatan RI, juga mengacu kepada Resolusi World Health Assembly (WHA),

BAB 1 PENDAHULUAN. dan sudah tercantum dalam Firman Allah SWT Al-Qur an, QS. Al- penyusuan dan apabila keduanya ingin menyapih (sebelum 2 tahun)

BAB I PENDAHULUAN. hanya sekitar 36% selama periode Berdasarkan hasil Riskesdas. Provinsi Maluku sebesar 25,2% (Balitbangkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dan WHO, 2009). Pemberian ASI Ekslusif harus terinisiasi dini ASI saja dengan 1

BAB I PENDAHULUAN. bagi bayi, ibu maupun lingkungan. Bayi yang diberikan ASI eksklusif akan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai makanan utama bayi. Pada awal kehidupan, seorang bayi sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. rendah. Berdasarkan Data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)

BAB I PENDAHULUAN. protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah

BAB I PENDAHULUAN. garam-garam organik yang di sekresikan oleh kedua kelenjar payudara ibu, serta

BAB I PENDAHULUAN. Akibatnya, program pemberian ASI ekslusif tidak berlansung secara optimal

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting diperhatikan oleh ibu. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) padabayi

BAB I PENDAHULUAN. jumlah angka kematian bayi (AKB) di Indonesia sebanyak 25 kematian

BAB I PENDAHULUAN. menyelamatkan kehidupan seorang anak, tetapi kurang dari setengah anak di

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemberian ASI (Air Susu Ibu) secara eksklusif sampai usia 6 bulan pertama

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan pertumbuhan, juga mengandung sel-sel darah putih, antibodi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) merupakan satu-satunya makanan yang sempurna dan

DUKUNGAN SUAMI TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA KORIPAN KECAMATAN SUSUKAN

BAB I PENDAHULUAN. penuhi. Alasan yang menerangkan pernyataan tersebut adalah ASI merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat,

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare masih sering menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa)

BAB 1 PENDAHULUAN. Eksklusif dan praktik menyusui selama 2 tahun. Pemberian ASI Eksklusif merupakan

BAB I PENDAHULUAN. ini terjadi terutama di negara berkembang. Diantara kematian pada anak-anak

I. PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu 98 kematian per kelahiran hidup. Tingginya angka kematian bayi

KONTRIBUSI PERSEPSI DAN MOTIVASI IBU DALAM MENINGKATKAN KEBERHASILAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH PEDESAAN. Lilik Hidayanti 1, Nur Lina

BAB I PENDAHULUAN. lebih selama tahun kedua. ASI juga menyediakan perlindungan terhadap

Disusun Oleh: Wiwiningsih

BAB I PENDAHULUAN. perhatian serius pemerintah dan masyarakat, mengingat bahwa ASI sangat

BAB 5 HASIL PENELITIAN. 5.1 Gambaran Umum Pemberian ASI Eksklusif Di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) adalah makanan atau minuman

BAB I PENDAHULUAN. Fun (UNICEF), dan Departemen Kesehatan Republik Indonesia melalui. SK.Menkes No.450/Menkes./SK/IV/2004 tanggal 7 April 2004 telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Makanan utama bayi adalah air susu ibu (ASI) sehingga perlu

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PENGHASILAN IBU MENYUSUI DENGAN KETEPATAN WAKTU PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI)

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu (AKI), angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian balita. jangkauan maupun kualitas pelayanan (Novia ika, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) eksklusif adalah air susu yang diberikan kepada bayi sejak

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan generasi yang berkualitas. Modal dasar pembentukan manusia

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. penuh perjuangan bagi ibu yang menyusui dan bayinya (Roesli, 2003).

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia tercatat angka kematian bayi masih sangat tinggi yaitu 2%

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X. Prodi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bnadung 2

BAB I PENDAHULUAN.


BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) merupakan anugerah dari Tuhan yang diberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu dari delapan target Millenium Development Goals (MDGs). yang mesti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan zat gizi bagi bayi usia sampai 2 tahun merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. seorang ibu yang baru saja melahirkan dan diberikan kepada bayi langsung

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. ikatan kasih sayang (bonding) antara ibu dan anak. Proses menyusui secara alami

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat sebagai makanan bayi (Maryunani, 2012). diberikan sampai usia bayi 2 tahun atau lebih (Wiji, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. anak yang kemudian diterapkan diseluruh belahan dunia yang berisi tentang

BAB I PENDAHULUAN. lapangan kerja pada undang-undang yang mengatur tentang ibu menyusui.

BAB I PENDAHULUAN. Target dari Millennium Development Goals yang keempat adalah

BAB I PENDAHULUAN. (AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR). Angka Kematian Bayi tidak berdiri sendiri,

MP - ASI dini kepada bayi adalah ASI PENDAHULUAN. Secara nasional cakupan ASI. belum keluar dan alasan tradisi dan. untuk bayi sampai umur 6 bulan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Bab 10. Penutup. Simpulan

HUBUNGAN ANTARA SIKAP IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDAWUNG II SRAGEN

PENGARUH IMPLEMENTASI 10 LANGKAH MENUJU KEBERHASILAN MENYUSUI TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DALAM PEMBERIAN ASI PADA BAYI USIA 0-3 BULAN

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan zat gizi bagi bayi sampai usia dua tahun merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. ASI merupakan nutrisi alamiah terbaik bagi bayi karena mengandung

BAB I PENDAHULUAN. dilanjutkan dengan makanan pendamping sampai usia 2 tahun. American

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Anak merupakan generasi penerus bangsa untuk melanjutkan

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DAN STATUS PEKERJAAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASI ESKLUSIF DI PUSKESMAS 7 ULU PALEMBANG TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Diare merupakan penyakit dengan tanda - tanda perubahan frekuensi buang air

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian. Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan bayi. Kebutuhan gizi secara kuantitatif

BAB I PENDAHULUAN. operasional, pertanyaan penelitian dan hipotesis serta manfaat penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN. pertama. Pemberian ASI secara eksklusif pada bayi penting untuk. meningkatkan kelangsungan hidup dan kualitas bayi.

BAB I PENDAHULUAN. secara eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan (IDAI, 2008).

BAB I PENDAHULUAN Millennium Develepment Goals (MDG s) Indonesia menargetkan


UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian. Air susu ibu (ASI) adalah cairan hasil sekresi kelenjar payudara ibu, yang

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) tahun 2013 diare. merupakan penyebab mortalitas kedua pada anak usia

BAB I PENDAHULUAN. oleh perangkat reproduksi yang dimilikinya, yaitu rahim dan semua bagiannya, untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal untuk meningkatkan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah World Health Organizatiom (WHO) menetapkan empat Standar Emas Nutrisi Bayi, yaitu 1) Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada satu jam pertama segera setelah bayi lahir dilanjutkan dengan rawat gabung, 2) Memberikan hanya ASI saja sejak lahir sampai bayi berumur enam bulan, 3) Memberikan makanan pendam ping ASI (MP-ASI) mulai umur enam bulan, dan 4) Menyusui dilanjutkan sampai anak berumur 24 bulan. 13 United Nation Childrens Fund (UNICEF) dan World Health Organization (WHO) juga merekomendasikan sebaiknya anak hanya disusui air susu ibu (ASI) selama paling sedikit enam bulan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian anak. Pada tahun 2003, pemerintah Indonesia mengubah rekomendasi pemberian ASI eksklusif dari empat bulan menjadi enam bulan. 7 Pemberian ASI secara eksklusif adalah ketika bayi hanya diberi ASI tanpa pemberian cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air putih, serta tanpa tambahan makanan lain contohnya bubur susu, pepaya, biskuit, bubur nasi, tim, pisang, dan nasi tim. 10 Perlu diketahui bahwa semakin lama bayi mendapatkan ASI saja maka semakin menguntungkan bayi. 1

2 Di dalam ASI terkandung zat kekebalan tubuh, oleh karena itu bayi yang tidak diberikan ASI secara eksklusif akan memiliki sistem imun yang lebih rendah daripada bayi yang diberikan ASI eksklusif. Dari hasil penelitian dr. Lucas pada tahun 1993 terhadap 300 bayi prematur membuktikan bahwa bayi prematur yang diberi ASI eksklusif mempunyai IQ yang lebih tinggi secara bermakna yaitu 8,3 poin lebih tinggi dibanding bayi prematur yang tidak diberi ASI. Selain itu, dari penelitia n dr. Riva pada tahun 1997 menemukan fakta bahwa bayi yang diberi ASI eksklusif ketika telah berusia 9,5 tahun mempunyai tingkat IQ yang lebih tinggi yaitu 12,9 poin dibanding anak yang ketika bayi tidak diberi ASI eksklusif. 10 Bayi yang tidak diberi ASI eksklusif akan mendapat nutrisi yang kurang seim bang, bayi juga akan mudah sakit karena lebih mudah terkena infeksi, kemungkinan besar bayi akan mengalami masalah pencernaan jika diberi susu formula sejak dini, serta bayi akan mudah mengalami alergi. Buruknya kondisi kesehatan bayi sering terjadi apabila bayi tidak diberikan ASI eksklusif. 8 Pengenalan makanan yang rendah gizi atau yang dibuat dalam kondisi tidak higienis terlalu dini pada bayi dapat menyebabkan bayi mengalami kurang gizi dan terinfeksi organisme asing yang menjadikan bayi mempunyai daya tahan tubuh yang lebih rendah terhadap penyakit yang biasa muncul pada usianya. 7 Kegagalan praktek Pemberian ASI eksklusif disebabkan oleh bermacam-macam hal seperti pemberian makanan prelakteal, ibu harus bekerja, ibu lelah/sakit, dan lain-lain.

3 Berbagai faktor juga telah dihubungkan dengan rendahnya pengetahuan ibu. Terdapat penelitian yang menunjukkan bahwa bukan hanya faktor pengetahuan ibu yang mempengaruhi keberhasilan pemberian ASI eksklusif, tetapi ada faktor-faktor di luar pengetahuan ibu yang berpengaruh, salah satunya adalah ibu yang akan kembali bekerja. 15 Studi kualitatif yang dilakukan oleh Fikawati dan Syafiq menunjukkan bahwa kegagalan Pemberian ASI eksklusif juga disebabkan karena faktor predisposisi yaitu pengetahuan dan pengalaman ibu yang kurang. 28 Selain faktor internal ibu, faktor eksternal atau faktor dari luar diri ibu juga dapat berpengaruh, antara lain keyakinan yang keliru yang berkembang dalam masyarakat, faktor sosial ekonomi, maupun kurangnya dukungan terhadap ibu dari tenaga kesehatan, petugas penolong persalinan, lingkungan ketika ibu bekerja, maupun orang-orang terdekat ibu seperti keluarga atau suami. Dalam penelitian ini, yang diteliti adalah faktor dari luar diri ibu yaitu dukungan dari suami dan dukungan tempat bekerja, serta faktor dari dalam diri ibu yaitu pengetahuan dan sikap ibu terhadap pemberian ASI. Dikutip dari Kemalasari, 2009, hasil penelitian yang dilakukan oleh Owens menunjukkan bahwa kurangnya dukungan suami berpengaruh dalam pemberian ASI eksklusif karena terkadang muncul anggapan bahwa menyusui membuat ibu tidak menarik, dapat menghambat hubungan seksual antara ibu dan suami, serta menyebabkan berubahnya bentuk payudara.

4 Suatu teori lain yang dikembangkan oleh Lawrence Green menyatakan bahwa kesehatan individu atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor perilaku dan faktor di luar perilaku (non-perilaku). Faktor perilaku ditentukan oleh tiga macam faktor, yaitu faktor pendukung, pendorong, dan predisposisi. Faktor predisposisi (predidposing factors) mencakup tentang pengetahuan individu, sikap, kepercayaan, dan unsurunsur lain yang terdapat dalam diri individu dan masyarakat. Faktor pendukung (enabling factors) adalah kondisi tersedianya sarana pelayanan kesehatan dan kemudahan untuk mencapainya, sedangkan faktor pendorong (reinforcing factors) adalah sikap dan perilaku dari petugas kesehatan. Menurut data dari Badan Pusat Statistik terbaru, tingkat partisipasi pekerja perempuan meningkat menjadi 51,09% dari tahun sebelumnya yang berada di angka 48,90% dan saat ini pekerja perempuan mencapai 86,7 juta orang. Masih terdapat banyak ibu menyusui yang bekerja sehingga hal tersebut menyebabkan pemberian ASI eksklusif kurang optimal. 21 Menurut Nugroho, tenaga kerja perempuan yang meningkat menjadi salah satu kendala dalam meningkatkan keberhasilan program ASI Eksklusif karena cuti melahirkan hanya 12 minggu, dimana empat minggu diantaranya sering harus diambil sebelum melahirkan. Dengan demikian, ibu yang bekerja hanya dapat menemani bayinya secara intensif hanya dua bulan termasuk dalam penyusuan bayinya. Setelah itu ibu harus kembali bekerja dan sering ibu terpaksa berhenti menyusui. 12

5 Menyeimbangkan antara karir dengan menyusui sebenarnya tergantung dari manajemen waktu ibu. Jika ibu dapat mengatur waktunya dengan baik dan tidak mengganggu operasional kantor maka hal tersebut tidak menjadi masalah. Keadaan tersebut juga dimudahkan dengan adanya kemajuan teknologi dan kemajuan di bidang kedokteran, serta adanya pengetahuan tentang ASI yang semakin baik. Jika demikian maka tidak ada alasan apapun bagi ibu untuk tidak dapat menyeimbangkan antara karir dan menyusui. 8 Saat ini banyak tempat-tempat penitipan anak yang telah tersedia. Tempat-tempat penitipan tersebut menerima anak-anak sejak bayi yang menyebabkan para orang tua memutuskan untuk memiliki anak sambil berusaha mencari uang yang salah satunya adalah untuk membayar orang yang mengasuh anak-anak mereka. Di lingkungan kita sekarang tidak jarang para ibu yang memiliki suami berpenghasilan rendah atau bahkan menganggur. Keadaan tersebut memaksa ibu harus bekerja untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari meskipun sebenarnya ibu sangat ingin berada dirumah untuk mengasuh anaknya. Terdapat beberapa alasan mengapa para orang tua memilih menitipkan anaknya ke tempat penitipan/pengasuhan anak, yaitu 1) Keadaan yang memaksa ibu harus bekerja agar mereka dan keluarga dapat bertahan hidup, 2) Keadaan saat sebenarnya kebutuhan finansial tidak begitu mendesak yaitu ketika pasangan suami istri sudah terbiasa bekerja yang pada awalnya menunda menikah dan ketika sudah memiliki anak mereka tidak ingin meninggalkan

6 pekerjaan mereka, 3) Tekanan dari lingkungan yang beranggapan bahwa memang seharusnya seorang wanita tetap bekerja dan jika tidak bekerja akan dianggap bahwa dirinya tidak berguna, serta 4) Keadaan ketika para ibu sudah merasa puas dan sangat menikmati kegiatan berkarier sehingga mereka tidak memprioritaskan anak-anaknya. 32 Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi D.I.Yogyakarta tahun 2014, cakupan pemberian ASI eksklusif paling tinggi berada di Kabupaten Sleman yaitu 81,2 %, diikuti Kabupaten Kulonprogo 74,1 %, Kabupaten Bantul 72 %, Kabupaten Gunung Kidul 59,5 %, dan cakupan paling rendah berada di Kota Yogyakarta yaitu 54,9 %. 22 Selain itu, menurut studi pendahuluan yang dilakukan di Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Provinsi D.I.Yogyakarta didapatkan hasil bahwa cakupan Tempat Penitipan Anak (TPA) paling tinggi berada di Kota Yogyakarta yaitu 63 TPA, diikuti Sleman 52 TPA, Bantul 30 TPA, Gunung kidul 22 TPA, serta jumlah paling sedikit adalah di Kulonprogo yaitu 14 TPA. Hal ini disebabkan karena warga Kota Yogyakarta mayoritas adalah seorang pekerja sehingga adanya TPA tersebut dapat memudahkan orang tua, terutama para wanita karier untuk tetap menjalankan pekerjaannya disamping memiliki anak. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti ingin mengetahui faktorfaktor apa saja yang berhubungan dengan pemberian ASI Eksklusif pada para ibu bekerja yang telah memiliki pengalaman memberikan ASI kepada bayinya yang menitipkan anaknya di TPA wilayah Kota Yogyakarta.

7 B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apa saja faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI Eksklusif pada ibu bekerja di Kota Yogyakarta? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif pada ibu bekerja. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui hubungan dukungan suami dengan pemberian ASI eksklusif. b. Mengetahui hubungan dukungan tempat kerja dengan pemberian ASI eksklusif. c. Mengetahui hubungan pengetahuan ibu mengenai manajemen ASI selama bekerja dengan pemberian ASI eksklusif. d. Mengetahui hubungan sikap ibu dalam memberikan ASI selama bekerja dengan pemberian ASI eksklusif.

8 D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Sebagai bahan untuk mengembangkan atau merumuskan ilmu tentang faktor apa saja yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif pada ibu-ibu bekerja. b. Sebagai bahan kajian, wacana serta bahan referensi bagi mahasiswa maupun tenaga kesehatan tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif sehingga perlu suatu alat evaluasi yang didesain dengan baik. 2. Manfaat Praktis a. Sebagai masukan untuk tenaga kesehatan dalam meningkatkan cakupan pemberian ASI eksklusif khususnya pada ibu-ibu yang bekerja. b. Sebagai motivasi bagi ibu bekerja untuk tetap memberikan ASI eksklusif terhadap bayinya. c. Sebagai bahan pertimbangan bagi tenaga kesehatan untuk melakukan promosi kesehatan di masyarakat sekitarnya mengenai pemberian ASI eksklusif pada ibu bekerja. E. Keaslian Penelitian Penelitian sebelumnya yang serupa dengan penelitian ini pernah dilakukan oleh Wuri Kathleen Herningsih pada tahun 2014 dengan judul Perilaku yang mendorong keberhasilan ASI eksklusif pada wanita bekerja di FK UGM : Studi Positive Desain. Responden yang digunakan adalah ibu

9 bekerja di FK UGM yang telah berhasil menjalani ASI eksklusif dalam dua tahun terakhir. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan positive deviance. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa responden memberikan ASI pada bayinya dengan memberikan ASI perah yang sebelumnya diperah di tempat kerja atau menyusui bayi secara langsung saat jam istirahat. Selain itu pada penelitian ini menyebutka n bahwa dukungan suami, keluarga, rekan kerja, penyediaan ruang laktasi, tempat penitipan anak, serta toleransi waktu bekerja menjadi hal yang dapat mempermudah pemberian ASI sehingga ibu yang bekerja tetap dapat memberikan ASI secara eksklusif pada bayinya. Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder serta pengambilan data hanya menggunakan wawancara secara mendalam yang dilakukan oleh peneliti. Sedangkan penelitian yang dilakukan adalah penelitian kuantitatif survei analitik menggunakan pendekatan cross sectional yang hanya menggunakan data primer. Penelitian yang dilakukan menggunakan angket dalam pengambilan data. Penelitian kedua yang serupa dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Intan A. Anggraeni pada tahun 2014 denga n judul Keberhasilan Ibu Bekerja Memberikan ASI Eksklusif. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Responden yang digunakan adalah ibu bekerja yang berhasil memberikan ASI eksklusif. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa niat untuk memberikan ASI secara eksklusif dipengaruhi oleh sikap positif dan efikasi diri ibu, serta

10 terdapat berbagai macam permasalahan yang muncul ketika memberikan ASI seperti budaya menyusui, keterampilan manajemen laktasi, serta hambatan lingkungan. Penelitian dilakukan di daerah Sedayu, Bantul dan penelitian digunakan untuk mengeksplorasi pengalaman ibu bekerja yang berhasil memberikan ASI eksklusif. Sedangkan penelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif dan dilakukan di beberapa Tempat Penitipan A nak di wilayah Kota Yogyakarta.