BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KERANGKA ACUAN KERJA ( TERM OF REFERENCE TOR )

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya pertumbuhan penduduk dan kebutuhan manusia seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia terletak di daerah tropis merupakan negara yang mempunyai ketersediaan air yang cukup.

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.2 Perumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. modern ini, baik untuk kebutuhan sehari-hari yang bersifat individu maupun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Studi Hidrogeologi dan Identifikasi Intrusi Air asin pada Airtanah di Daerah Samas, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 4 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH BUPATI KULON PROGO,

BAB I PENDAHULUAN. - Bagian barat dengan Kabupaten Jayapura. - Bagian selatan dengan Kecamatan Arso, Kabupaten Jayapura

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV. KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

Tanah di Provinsi Banten ini adalah untuk : Potensi Air Tanah di Provinsi Banten ini adalah sebagai berikut :

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. ini. Terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard Km 3 air dengan persentase 97,5%

UNIVERSITAS DIPONEGORO PERENCANAAN SUMUR DALAM DI KELURAHAN PADANGSARI, KECAMATAN BANYUMANIK, KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Daerah penelitian saat ini sedang mengalami perkembangan pemukiman

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Ahli Hidrogeologi Muda. Ahli Hidrogeologi Tingkat Muda. Tenaga ahli yang mempunyai keahlian dalam Hidrogeologi Tingkat Muda

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR TABEL... vii. DAFTAR GAMBAR... ix. A Latar Belakang...1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan mahkluk hidup. Kebutuhan

BAB III METODOLOGI BAB III METODOLOGI

MENGELOLA AIR AGAR TAK BANJIR (Dimuat di Harian JOGLOSEMAR, Kamis Kliwon 3 Nopember 2011)

DAFTAR ISI. BAB II. GEOLOGI REGIONAL...12 II.1. Geomorfologi Regional...12 II.2. Geologi Regional...13 II.3. Hidrogeologi Regional...16.

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan - 1 -

BAB I PENDAHULUAN. Desa Tinapan, Kecamatan Todanan, Kabupaten Blora, Provinsi Jawa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 7 TAHUN TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH

BAB I PENDAHULUAN. Muka bumi yang luasnya ± juta Km 2 ditutupi oleh daratan seluas

3.2. METODOLOGI PERENCANAAN

DAFTAR ISI... RINGKASAN... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I. PENDAHULUAN

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Air Tanah;

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Perkembangan jumlah penduduk dan industri pada CAT Karanganyar-Boyolali

BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN

EDUKASI FENOMENA AMBLESAN-INTRUSI AIR LAUT DAN PENANGGULANGANNYA DI SEMARANG UTARA

BAB I PENDAHULUAN. konstruksi yang baik dan tahan lama. Bandara merupakan salah satu prasarana

BAB I PENDAHULUAN. Cekungan Air Tanah Magelang Temanggung meliputi beberapa wilayah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah 1.3 Maksud dan Tujuan

Prosiding Seminar Nasional XII Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi 2017 Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. air bersih semakin meningkat dan sumber-sumber air konvensional yang berupa

Oleh : Tyas Putri Maharani ( ABSTRACT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DAN AIR PERMUKAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

3.2. METODOLOGI PERENCANAAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hal yang esensial bagi kebutuhan rumah tangga, pertanian,

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI

1. Alur Siklus Geohidrologi. dari struktur bahasa Inggris, maka tulisan hydrogeology dapat diurai menjadi

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DI PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN I.1

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DI PROVINSI JAWA TENGAH

BAB III METODOLOGI Tinjauan Umum

4.3 METODE PENGUMPULAN DATA

POTENSI AIRTANAH DI CEKUNGAN AIRTANAH (CAT) PALU BERDASARKAN SATUAN HIDROMORFOLOGI DAN HIDROGEOLOGI. Zeffitni *)

SALINAN. Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN KAWASAN KARS DI JAWA BARAT GUBERNUR JAWA BARAT

PROGRAM PERENCANAAN PENDAYAGUNAAN AIRTANAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 3 SERI E

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MANUSIA. Cekungan. Air Tanah. Penyusunan. Pedoman.

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 17 TAHUN 2003 TENTANG PENGENDALIAN AIR BAWAH TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. dengan tidak mengorbankan kelestarian sumberdaya alam itu sendiri.

HIDROSFER I. Tujuan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan

KERANGKA ACUAN KERJA ( TERM OF REFERENCE TOR )

BAB 4 PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR TANAH KASUS WILAYAH JABODETABEK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM 1.2 LATAR BELAKANG

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR GORONTALO,

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. terus berkembang bukan hanya dalam hal kuantitas, namun juga terkait kualitas

Jurnal APLIKASI ISSN X

Gambar 2.1. Peta administrasi kota Semarang (Citra Ikonos, 2012)

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

PEMETAAN AKUIFER AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS TUGAS AKHIR. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan terhadap barang ini pun kian meningkat seiring bertambahnya jumlah

BAB I PENDAHULUAN. lereng, hidrologi dan hidrogeologi perlu dilakukan untuk mendapatkan desain

TATA CARA PEMBUATAN STUDI KELAYAKAN DRAINASE PERKOTAAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Semarang merupakan ibukota Provinsi Jawa Tengah yang mengalami perkembangan cukup pesat di berbagai kawasan industri, bangunan perkotaan dan kenaikan laju pertumbuhan penduduk dari tahun ke tahun. Salah satu dari 16 kecamatan di wilayah Kota Semarang yang memiliki situasi demikian adalah Kecamatan Banyumanik. Kecamatan Banyumanik sering dikenal sebagai Kota Semarang atas, karena berada pada ketinggian rata-rata 300 m di atas permukaan laut. Kecamatan tersebut merupakan daerah ekonomi baru yang memiliki perkembangan suatu kawasan cukup strategis di Kota Semarang, dikarenakan kawasan Kota Semarang bawah sering terjadi banjir akibat luapan air laut (rob). Beberapa bidang yang telah berkembang di wilayah Kecamatan Banyumanik, maka kebutuhan air bersih juga akan meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan daerah pemukiman/perindustrian yang semakin meluas. Bentuk alami kebutuhan air yang dapat tersalurkan ke permukaan bumi adalah mataair. Akan tetapi, keberadaan mataair di beberapa tempat tidak cukup untuk mengatasi permasalahan kebutuhan air di Kecamatan Banyumanik karena kondisi faktor hidrogeologi di setiap batas lokasi administrasi berbeda-beda. Selain itu, Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) sebagai badan usaha milik daerah yang bertugas untuk mengelola dan mendistribusikan air bersih kepada masyarakat juga belum dapat menjangkau ke seluruh lokasi di Kecamatan Banyumanik. Oleh karena itu, memanfaatkan airtanah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari telah banyak dilakukan masyarakat setempat. Airtanah adalah sebagian dari air yang jatuh ke bumi, lalu meresap ke dalam tanah. Di bawah muka airtanah terdapat kandungan airtanah yang tertahan di dalam pori-pori tanah jenuh air karena adanya lapisan tanah rembes air yang disebut akuifer. Pada proses pengalirannya melalui pori tanah, air mengalami hambatan oleh lapisan tanah yang berbeda-beda sifat dan jenisnya. Dengan sifat permeabilitas yang relatif besar dan adanya air 1

yang berkumpul di lapisan tersebut, sehingga disebut dengan lapisan akuifer (Hindarko, 2002). Di kalangan masyarakat, untuk mendapatkan pasokan air bersih yang cukup, pemanfaatan airtanah dapat dilakukan dengan cara pembuatan sumur dangkal/sumur gali dan sumur dalam/sumur artesis. Tipe sumur tersebut, dibedakan berdasarkan potensi pengambilan airtanah dangkal dan airtanah dalam. Airtanah dangkal adalah airtanah yang terjadi karena adanya proses peresapan air pada permukaan tanah dan terkumpul pada bagian di atas lapisan rapat/kedap air dan dimanfaatkan sebagai sumber air minum melalui sumur-sumur dangkal. Airtanah dalam adalah air yang berada di bawah lapisan tanah rapat/kedap air (Joko, 2010). Sebagian masyarakat masih mengeluhkan kebutuhan air mereka karena tidak mendapatkan suplai air walaupun pembuatan sumur dangkal telah dilakukan. Hal ini dikarenakan aspek hidrogeologi di beberapa tempat tidak merata, sehingga masyarakat tidak sedikit yang memilih menggunakan sumur dalam, karena hal tersebut dianggap sebagai alternatif yang baik untuk mengatasi pasokan air, mengingat airtanah pada sumur dalam memiliki sumber air yang cukup prospektif. Untuk memprediksi keberadaan airtanah yang sering digunakan adalah metode tahanan jenis. Metode tersebut merupakan salah satu penyelidikan permukaan secara tidak langsung yang diterapkan berdasarkan ilmu Geofisika. Metode tahanan jenis atau Geolistrik adalah metode pengukuran nilai tahanan jenis dari lapisan batuan di lokasi tertentu. Nilai tahanan jenis batuan ditentukan oleh material penyusun, densitas, porositas batuan, kandungan air, sifat air dan suhu (Asmaranto, 2012). Akibat sering terjadinya kekurangan suplai air dan ketidakstabilan tekanan pada daerah tertentu, maka perlu adanya perencanaan pekerjaan konstruksi yang matang, sehingga kapasitas produksi yang diharapkan dapat berjalan optimal. Berkaitan dengan perencanaan, untuk penentuan spesifikasi/kriteria bahan konstruksi harus disesuaikan dengan perhitungan biaya anggaran karena berhubungan dengan produktivitas air bersih yang akan dikonsumsi oleh masyarakat. Oleh karena itu, perencanaan biaya juga diperlukan dalam upaya 2

pembangunan sarana tersebut. Kemudian, teknis pelaksanaan pembuatan sumur dapat dilakukan setelah adanya pemilihan Rencana Sumur Dalam yang mengacu pada analisa pengolahan data metode Geolistrik tahanan jenis, spesifikasi alat/bahan konstruksi dan RAB, dimana uraian Rencana Sumur tersebut telah direncanakan oleh pihak perencana. 1.2 Rumusan Masalah Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana kondisi batuan bawah permukaan dan lapisan akuifer daerah penelitian berdasarkan hasil penyelidikan Geolistrik? 2. Bagaimana desain gambar dan RAB konstruksi sebagai bentuk penyajian suatu perencanaan dari 2 jenis Rencana Sumur Dalam di daerah penelitian? 3. Bagaimana aspek penilaian kekuatan, kelemahan, peluang/keuntungan dan ancaman berdasarkan 2 jenis Rencana Sumur terhadap spesifikasi/kriteria alat/bahan dan bahan, serta jumlah harga RAB yang disajikan oleh perencana di daerah penelitian? 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian Maksud dari penelitian ini antara lain : 1. Melakukan pengukuran nilai tahanan jenis batuan daerah penelitian. 2. Melakukan tahapan perencanaan konstruksi sumur dalam yang layak. 3. Melakukan penilaian terhadap perbandingan kriteria/spesifikasi perlengkapan konstruksi sumur dalam berdasarkan jenis bahan/material peralatan, serta biaya perkiraan total pengeluaran konstruksi yang ekonomis. 3

1.3.2 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini antara lain : 1. Mengetahui nilai tahanan jenis, kondisi batuan bawah permukaan dan kedalaman lapisan akuifer daerah penelitian. 2. Mengetahui desain gambar konstruksi dan RAB sumur dalam dari 2 Rencana Sumur. 3. Memberikan penilaian 2 Rencana Sumur untuk pengajuan penawaran Rencana Sumur kepada pihak penyedia jasa pelaksanaan/kontraktor berdasarkan aspek kekuatan, kelemahan, peluang/keuntungan dan ancaman dari spesifikasi/kriteria alat/bahan dan bahan, serta jumlah harga RAB yang direncanakan pihak perencana. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian yang dilakukan antara lain : 1. Bagi ahli peneliti, mengetahui uraian pekerjaan tahap perencanaan sumur dalam, yakni meliputi desain gambar dan RAB konstruksi. 2. Bagi instansi pembangunan, sebagai informasi potensi airtanah dan perencanaan pembuatan sumur dalam untuk konstruksi yang dapat dimanfaatkan dengan layak. 3. Bagi penyedia jasa pelaksanaan/kontraktor, sebagai penawaran suatu pengajuan perencanaan konstruksi sumur dalam dengan cara merancang desain gambar secara lengkap dan perkiraan biaya pengeluaran dari pekerjaan pendahuluan sampai penyelesaian konstruksi sumur. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian 1.5.1 Lingkup Lokasi Penelitian Lokasi penelitian berada pada RW 16, Kelurahan Padangsari, Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang. Peta lokasi penelitian terdapat pada Gambar 1.1 seperti berikut : 4

Gambar 1.1 Peta lokasi penelitian 5

1.5.2 Batasan Masalah Batasan masalah dalam penelitian ini antara lain : 1. Seperti pada Gambar 1.1, lokasi penelitian terletak di Kelurahan Padangsari, Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang dan rencana pembuatan sumur berada di RW 16. 2. Penelitian dilakukan dengan cara pendekatan kondisi geologi yang tersingkap di lapangan, hidrogeologi yang berdasarkan dari data kedalaman sumur sekitar daerah penelitian, serta kondisi bawah permukaan berdasarkan penyelidikan Geolistrik konfigurasi Schlumberger di lapangan. 3. Perencanaan pembuatan sumur dalam pada penelitian ini hanya mencakup pengumpulan data lapangan Geolistrik, analisa data lapangan, gambar desain konstruksi sumur dalam dan perlengkapannya, serta perhitungan perkiraan akhir RAB yang rinciannya terdiri dari analisa Harga Satuan Pekerjaan, perhitungan volume, daftar Harga Bahan dan Upah. 4. Perencanaan yang diajukan merupakan hasil kriteria/spesifikasi 2 Rencana Sumur, yang difokuskan pada perlengkapan peralatan konstruksi pembuatan sumur dalam, atas pemilihan/penentuan dari hasil perbandingan penilaian kekuatan (strength), kelemahan (weakness), peluang/keuntungan (opportunities) dan ancaman (threats) perlengkapan konstruksi yang dikenal dengan istilah SWOT, berdasarkan jenis material yang digunakan, sehingga dapat diketahui Rencana Sumur yang layak dari segi produktivitas dan harga pembuatan sumur dalam. 5. Peneliti tidak melakukan analisa studi kelayakan atau operasional pelaksanaan proyek sumur dalam seperti yang terdapat pada ilmu Ekonomi Teknik mengenai teknis pemeliharaan, perbaikan, serta perencanaan keuangan yang mencakup analisa keuntungan proyek pembuatan sumur dari kegiatan investasi/penanaman modal maupun kegiatan yang berhubungan dengan usaha komersil. 6

1.6 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan di daerah penelitian maupun yang berkaitan dengan kajian penelitian : 1. Thanden, dkk (1996), melakukan pemetaan dan menghasilkan Peta Geologi Regional Lembar Magelang-Semarang skala 1:100.000. 2. Said dan Sukrisno (1988), melakukan pemetaan dan menghasilkan Peta Hidrogeologi Kota Semarang skala 1:250.000. 3. Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional (2001), melakukan pemetaan dan menghasilkan Peta Rupa Bumi Indonesia, Lembar Jatingaleh Kota Semarang skala 1:25.000. 4. Destiasari (2010), melakukan penelitian mengenai perencanaan konstruksi sumur dalam di Kelurahan Nongkosawit, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang, antara lain pembuatan gambar rencana sumur dalam yang lengkap dengan peralatan konstruksinya dan menentukan RAB. 5. Wanda (2015), melakukan penelitian mengenai penyelidikan Geolistrik, kemampuan sumur dalam memproduksi airtanah, uji kelulusan akuifer dan analisis kimia contoh air dari hasil pemompaan di lokasi Kampus Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang. Pada penelitian kali ini akan lebih membahas mengenai perbandingan 2 Rencana Sumur Dalam dan 2 RAB berdasarkan spesifikasi jenis material alat/bahan yang berbeda menggunakan metode penyelidikan Geolistrik sehingga diperoleh rekomendasi/saran untuk bahan pertimbangan manajemen suatu proyek. 1.7 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan pada penelitian ini terdiri dari 5 Bab, dengan perincian sebagai berikut : 1. BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini memaparkan tentang latar belakang, rumusan masalah, maksud dan tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup 7

penelitian, penelitian terdahulu, sistematika penulisan dan kerangka pikir penelitian. 2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini memaparkan tentang kondisi umum daerah penelitian, Geologi Regional daerah penelitian, Hidrologi daerah penelitian, penjelasan metode Geolistrik tahanan jenis dan penjelasan perencanaan proyek konstruksi prasarana air bersih sumur dalam. 3. BAB III METODOLOGI Bab ini memaparkan tentang metode penelitian, alat bahan yang digunakan, tahapan penelitian dan diagram alir penelitian. 4. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini memaparkan tentang hasil penyelidikan lapangan dan pembahasan berdasarkan data lapangan, tahap perencanaan konstruksi sumur dalam serta perhitungan biaya akhir. 5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini memaparkan tentang kesimpulan hasil penelitian, rekomendasi/saran yang berhubungan dengan penelitian untuk bahan diskusi dan penawaran kepada pihak pemilik maupun penyedia jasa. 8