BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
Analisis tingkat kesehatan lembaga unit pengelola kegiatan( studi kasus. pada UPK PNPM Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen ) Oleh : Wawan Apriyanto

BAB I PENDAHULUAN. pada umumnya juga belum optimal. Kerelawan sosial dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. dari dunia usaha nasional yang mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kerja bagi angkatan kerja di perdesaan. Permasalahan kemiskinan yang cukup

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial yang amat serius. Kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Di Indonesia

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 alinea IV terdapat salah satu tujuan negara

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Kemiskinan menjadi salah satu alasan rendahnya Indeks Pembangunan

Kata Kunci: Pemberdayaan, Masyarakat Miskin, PNPM Mandiri Pedesaan.

I. PENDAHULUAN. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MP)

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menjadi suatu fokus perhatian bagi pemerintah Indonesia. Masalah kemiskinan ini

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dan penyediaan kesempatan kerja bagi masyarakat miskin. memberdayakan masyarakat (BAPPENAS, Evaluasi PNPM 2013: 27).

BAB I PENDAHULUAN. tidak terpisahkan serta memberikan kontribusi terhadap pembangunan daerah dan

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pembangunan nasional pada usaha proaktif untuk meningkatkan peran

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN. beruntung (disadvabtaged groups), seperti orang miskin, orang dengan kecacatan,

BAB I PENDAHULUAN. Program Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus (P2DTK)

BAB I PENDAHULUAN. Badan Pusat Statistik. Data Penduduk Indonesia Per Maret Diakses 14 Februari 2011

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, dengan kata lain telah mengakar luas dalam sistem sosial

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha untuk menciptakan kemakmuran dan

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

I. PENDAHULUAN. kemiskinan struktural, dan kesenjangan antar wilayah. Jumlah penduduk. akan menjadi faktor penyebab kemiskinan (Direktorat Jenderal

BAB I PENDAHULUAN. pun manusia dan bangsa di dunia ini yang tidak membutuhkan kehidupan yang sedang

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan sturktural dan kemiskinan kesenjangan antar wilayah. Persoalan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. sehingga harus disembuhkan atau paling tidak dikurangi. Kemiskinan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhannya sesuai dengan kehidupan yang layak. Kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah memajukan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2015 dan sejalan dengan target pencapaian MDGs (Millennium Development

BAB IV IMPLEMENTASI SPP (SIMPAN PINJAM KELOMPOK PEREMPUAN) DAN PENGARUHNYA TERHADAP PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. Program Penanggulangan Kemiskinan dilaksanakan sejak tahun 1999 sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilaksanakan di daerah bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Perdesaan (PNPM-MP) salah satunya ditandai dengan diberlakukannya UU No. 6

BAB I PENDAHULUAN. serangkaian aktivitas yang direncanakan untuk memajukan kondisi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menanggapi segala hal masyarakat semakin kritis untuk menuntut

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sekretariat PNPM MP Kecamatan Ranomeeto, maka adapun hasil penelitian. yang didapatkan dapat digambarkan sebagai berikut:

IMPLEMENTASI PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM-MP) DI DESA SONOWANGI KECAMATAN AMPELGADING KABUPATEN MALANG

I. PENDAHULUAN. secara terus menerus untuk mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara, yaitu

I. PENDAHULUAN. Didalam kehidupan ekonomi pada umumnya, manusia senantiasa berusaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kebijakan pembangunan di Indonesia dalam menanggulangi

BAB I PENDAHULUAN. dasar lingkungan yang memadai dengan kualitas perumahan dan permukiman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permasalahan kemiskinan yang cukup kompleks membutuhkan

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap pembangunan di suatu daerah seyogyanya perlu dan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu program percepatan penanggulangan kemiskinan unggulan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan cita-cita bangsa yakni terciptanya

BAB I PENDAHULUAN. kepada pemberdayaan dan partisipasi. Sebelumnya telah dilalui begitu banyak

BAB I PENDAHULUAN Sekilas Tentang UPK Sauyunan Kecamatan Bojongsoang

Peningkatan Kualitas dan Peran Perempuan, serta Kesetaraan Gender

I. PENDAHULUAN. upaya dan kegiatan aktifitas ekonomi masyarakat tersebut. Untuk mencapai kondisi

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu upaya untuk mewujutkan cita-cita bangsa yakni terciptanya

BAB 12. PENANGGULANGAN KEMISKINAN KELUARGA DI INDONESIA. Oleh: Herien Puspitawati Tin Herawati

BAB I PENDAHULUAN. cukup. Sumber daya manusia yang masih di bawah standar juga melatar belakangi. kualitas sumber daya manusia yang ada di Indonesia.

LAMPIRAN. Panduan Pertanyaan dalam Wawancara Mendalam. Nama :... Peran di PNPM-MPd :...

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Demikian juga halnya dengan kemiskinan, dimana kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kemiskinan yang dihadapi negara yang berkembang memang sangat

BAB I PENDAHULUAN. yang saling berkaitan, diantaranya, tingkat pendidikan, tingkat kesehatan

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

I. PENDAHULUAN. pola kegiatan usaha pertanian, pola keterkaitan ekonomi desa-kota, sektor

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena kemiskinan perdesaan bukan merupakan suatu gejala yang baru.

I. PENDAHULUAN. kehidupan bangsa.kesejahteraan umum dapat dicapai jika masalah. kemiskinan dapat ditanggulangi, ketidakmampuan masyarakat dalam

NOMOR : TANGGAL : TENTANG : RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA BOGOR TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. masih memandang mereka sebagai subordinat laki-laki. Salah satu bentuk

Model Pengembangan Ekonomi Kerakyatan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang, sebagai negara berkembang

Panduan Wawancara. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan utama dalam upaya pengentasan kemiskinan di Indonesia saat ini

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh program pembangunan nasional ( Propenas ) yakni di

BAB I PENDAHULUAN. upaya untuk dapat mewujudkan cita-cita bangsa yakni terciptanya kesejahteraan

Perempuan dan Industri Rumahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditetapkan sebelumnya tercapai. Hal ini sesuai dengan pendapat para ahli.

RINGKASAN HASIL SEMINAR MAMPU. 11 Mei 2016

A. Latar Belakang. C. Tujuan Pembangunan KSM

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan kemiskinan di Indonesia sudah sangat mendesak untuk ditangani,

Bab 5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Kemiskinan yang semakin meningkat akhir-akhir ini dapat

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan kemiskinan yang cukup kompleks membutuhkan. intervensi semua pihak secara bersama dan terkoordinasi.

Sulit menciptakan keadilan dan kesetaraan gender jika negara terus menerus memproduksi kebijakan yang bias gender. Genderisasi kebijakan publik telah

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. terbukti PBB telah menetapkan Millenium Development Goals (MDGs). Salah

Pembatasan Pengertian Perencanaan Partisipatif

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketidakmampuan secara ekonomi dalam memenuhi standar hidup rata rata

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dari situasi sebelumnya. Otonomi Daerah yang juga dapat dimaknai

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi oleh semua negara khususnya negara-negara yang sedang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia telah merdeka hampir mencapai 69 tahun, tetapi masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Dalam rangka meningkatkan penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja, pemerintah meluncurkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri, sejak tahun 2007. PNPM Mandiri merupakan wujud kerangka kebijakan yang menjadi dasar dan acuan pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat (Tim Penyusun Pedoman Umum 2007; 14). Pelaksanaan program ini dilandaskan pada pencapaian indikator-indikator yang terukur sesuai dengan harapan pencapaian Millennium Development Goals (MDGs). Salah satu indikator tujuan pembangunan milenium (MDGs) adalah meletakkan perempuan sebagai prioritas dalam proses dan pencapaian hasil-hasil pembangunan (Rozaki, 2012; 199). Ini berarti bahwa setiap usaha penanggulangan kemiskinan yang dilakukan oleh PNPM Mandiri, adalah memberikan prioritas bagi perempuan dalam mengakses hasil-hasil pembangunan. Atas dasar itu, PNPM Mandiri kemudian menempatkan salah satu tujuan khususnya yakni meningkatnya partisipasi seluruh masyarakat, khususnya masyarakat miskin, kelompok perempuan, komunitas adat terpencil, dan kelompok masyarakat lainnya yang belum dilibatkan secara optimal dalam proses pembangunan. Memperkokoh partisipasi dan akses bagi perempuan adalah dengan memperkuat representasi kaum perempuan dalam peran kepartaian, kepemimpinan pemerintahan, dan sosial kemasyarakatan lainnya (Saward: 2008, Widianto: 2011; dalam Rozaki, 2012; 200). Dengan cara ini maka akses kaum perempuan dalam mempengaruhi kebijakan publik, akses terhadap hasilhasil pembangunan juga semakin berdaya. Akan tetapi, dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Zulhaeni (2011) tentang Partisipasi Perempuan Dalam Forum Warga, ternyata faktor penghambat partisipasi perempuan adalah karena kurang adanya kemauan, kemampuan dan kesempatan bagi perempuan yang disebabkan antara lain oleh adanya pembagian kerja menurut gender yang telah terinternalisasi dalam diri perempuan dan laki-laki, dan kemudian menimbulkan pembakuan peran dan dominasi peran laki-laki. Terlihat jelas bahwa, ketimpangan dalam perspektif gender yang melekat dalam tatanan sosial kemasyarakatan yang formal masih menempatkan relasi yang senjang antara kaum perempuan dan laki-laki. Perempuan masih mereduksi dan direduksi karakter keperempuannya oleh peran domistifikasi kultural dalam

perspektif patriarki. Untuk itu, dibutuhkan perencanaan yang bersifat partisipatif dengan melibatkan perempuan. Perencanaan dalam pembangunan seringkali mengalami kegagalan, menurut Kertasasmita (1997), salah satu penyebab kegagalan perencanaan adalah karena perencanaan tidak memberikan kesempatan berkembangnya kapasitas serta potensi masyarakat secara penuh. Untuk itu, dibutuhkan sebuah sistem partisipatif yang memberi ruang bagi masyarakat untuk ikut menentukan prioritas kebutuhan yang mendasar bagi kesejahteraan hidup mereka. Namun perencanaan partisipatif tidak mudah dilakukan karena berbagai hambatan, salah satu hambatan partisipasi adalah karena masyarakat tidak memiliki kemampuan dan kekuasaan. Hal ini diakibatkan oleh strategi penyusunan atau perencanaan program yang cenderung sektoral, sehingga hasilnya belum menyentuh akar permasalahan penyebab kemiskinan yang salah satunya bermuara pada masalah ketimpangan gender (Puspitawati, dkk, 2007). Menurut Puspitawati, dkk (2007:6), pembangunan ekonomi nasional selama ini masih belum mampu meningkatkan kesejahteraan rakyat secara luas. Indikator utamanya adalah tingginya ketimpangan dan kemiskinan. Ketimpangan gender yang masih terjadi di Indonesia diantaranya disebabkan karena pasar kerja, adanya akses perempuan terhadap kesempatan yang mendatangkan pendapatan lebih rendah daripada akses lelaki. Perempuan lebih kecil kemungkinannya untuk bekerja, dan sebaliknya lebih besar kemungkinannya untuk tidak dipekerjakan. Perempuan cenderung mendapatkan upah lebih kecil daripada lelaki, (Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, (2013; 18-20).

Perbandingan Indeks Ketimpangan Gender Di Negara-Negara ASEAN Rasio Perempuan Dalam Parlemen Sumber : Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak 2013 Salah satu dari kebijakan pengentasan kemiskinan yang dilakukan oleh pemerintah adalah Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM-M) yang diluncurkan pada tahun 2007. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri merupakan scaling up (pengembangan yang lebih luas) dari program-program penanggulangan kemiskinan pada eraera sebelumnya. PNPM Mandiri digagas untuk menjadi payung (koordinasi) dari puluhan program penanggulangan kemiskinan dari berbagai departemen yang ada, khususnya yang menggunakan konsep pemberdayaan masyarakat (community development) sebagai pendekatan operasionalnya (Masril, 2011). Dalam Pedoman Umum PNPM Mandiri tahun 2007 terdapat dua program pemberdayaan masyarakat, yakni: 1) Program Pengembangan Kecamatan (PPK), dan 2) Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP). Mulai tahun 2008 PNPM Mandiri diperluas dengan mencakup Program Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus (P2DTK) untuk penanganan daerah tertinggal, pasca bencana dan konflik; Program Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW); dan Program Infrastruktur Perdesaan (PIP) untuk mempercepat pengembangan infrastruktur wilayah dan perdesaan. Dengan demikian, pengintegrasian berbagai program pemberdayaan masyarakat memerlukan beberapa target dan indikator yang perlu dicapai selama kurun waktu pelaksanaan program (Royat, 2008:8).

PNPM Mandiri ini adalah program diharapkan dapat memperbaiki program-program terdahulu yang pada umumnya berupa pemberian permodalan dan pembangunan infrastruktur yang padat karya dan cenderung pada pelaku ekonomi secara umum saja. Sebagai hasil dari strategi penyusunan program yang cenderung sektoral tersebut, maka hasilnya ternyata masih belum menyentuh akar permasalahan penyebab kemiskinan yang salah satunya bermuara ke masalah kesenjangan gender. Masalah rendahnya produktivitas perempuan dalam pengembangan ekonomi keluarga sama sekali belum disentuh secara mendetil dan berkesinambungan. Untuk merealisasikan program yang dapat menyentuh permasalahan kesenjangan gender serta memberikan penekanan pada pengembangan ekonomi keluarga, maka diperlukan suatu strategi tertentu yang memerlukan pemetaan tentang perkembangan gender dan cara yang arif dalam mensosialisasikan pada masyarakat (Puspitawati dkk, 2007:2). Dalam konteks seperti itu, maka PNPM Mandiri memprioritaskan kegiatannya pada tiga bidang utama, yakni 1). Bidang infrastruktur desa; 2). Pengelolaan yang dana bergulir bagi kelompok, khususnya kelompok perempuan; dan 3). Kegiatan pendidikan dan kesehatan bagi masyarakat di wilayah perdesaan. Berdasarkan tiga prioritas bidang kegiatan tersebut, maka yang menjadi fokus penelitian adalah kegiatan pengelolaan dana bergulir bagi kelompok perempuan yang disebut juga dengan Simpan Pinjam Perempuan (SPP). Tujuan dari program SPP adalah mendorong terjadinya pemberdayaan pada kaum perempuan. Hal ini juga sejalan dengan tujuan khusus dari PNPM Mandiri Perdesaan yaitu meningkatkan partisipasi seluruh masyarakat khususnya masyarakat miskin atau kelompok perempuan dalam pengambilan keputusan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan pelestarian pembangunan. Untuk mencapai pemberdayaan tersebut, maka diperlukan partisipasi perempuan dalam berbagai tahapan tersebut. Partisipasi perempuan merupakan bagian integral dari partisipasi masyarakat, sebab perempuan juga mempunyai hak dan kewajiban yang sama sebagai subjek pembangunan (Masril, 2011). Dengan demikian, program pemberdayaan perlu diupayakan dengan tujuan perubahan persepsi dan perilaku masyarakat, agar memunculkan kesadaran masyarakat bahwa pengentasan kemiskinan tidak hanya merupakan tanggungjawab pemerintah, melainkan merupakan tanggung jawab bersama baik pemerintah maupun masyarakat, dengan demikian harus ada kerja sama antara masyarakat dengan pemerintah sehingga tujuan dari program pemerintah untuk

mensejahterakan masyarakat dapat tercipta, dan mewujudkan cita-cita nasional, yaitu menciptakan masyarakat yang adil dan makmur (Sukidjo, 2009:155-157). Sementara itu menurut Munandar (1983:47) terdapat banyak faktor yang mempengaruhi perempuan berpartisipasi dalam pemenuhan ekonomi keluarga, yakni: a). Untuk menambah penghasilan keluarga. b). Untuk ekonomi, tidak tergantung kepada suami; c). Untuk menghindari rasa kebosanan dan mengisi waktu kosong; d). Karena ketidakpuasan dalam perkawinan; e). Karena mempunyai minat dan keahlian tertentu yang ingin dimanfaatkan; f). Untuk memperoleh status; dan g). Untuk mengembangkan diri. Dalam kaitan dengan Simpan Pinjam Perempuan (SPP), faktor-faktor tersebut juga merupakan pemicu bagi perempuan untuk turut memainkan peran dalam menunjang ekonomi keluarga. Simpan Pinjam Perempuan (SPP) memberi ruang bagi munculnya kaum perempuan mengekspresikan diri dalam ranah publik. Penelitian Adriano Ridi (2011) menunjukan bahwa hingga tahun 2010, setidaknya ada 362.277 kegiatan yang memanfaatkan dana bergulir PNPM Mandiri dengan total alokasi BLM sebesar Rp. 3.577.617.563.597. Dana ini disalurkan ke 4.505 UPK yang mengelola dana bergulir di 30 Provinsi dan memberi pinjaman pada 362.277 kelompok SPP. Sedikitnya menjangkau 1.158.781 orang, termasuk kelompok Usaha Ekonomi Produktif (UEP) dengan realisasi pengembalian 94 persen. Kinerja pengelolaan dana bergulir pada UPK juga menunjukkan pertumbuhan modal yang signifikan. Modal produktif SPP yang dibukukan oleh UPK secara nasional pada tahun 2010 sebesar Rp. 4.005.520.808.762,- dan ratarata presentase pertumbuhan modal produktif pinjaman adalah 37 persen. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa, partisipasi perempuan secara umum dalam program PNPM Mandiri Perdesaan diperhitungkan dari segi pada sektor ekonomi yang berlandaskan kompetensi talenta perempuan sebagai sumberdaya manusia yang juga berkualitas, yang ikut serta atau berpartisipasi dalam pemenuhan ekonomi keluarga, perlu diperhitungkan (Ridi. 2011). Pasca bergulirnya reformasi, desa Winumuru, kecamatan Paberiwai, kabupaten Sumba Timur merupakan salah satu desa pemekaran di kabupaten Sumba Timur pada tahun 2003 dari desa Karipi. Berdasarkan pengamatan awal penulis, sebagian besar rumah tangga masyarakat desa Winumuru memiliki perekonomian dalam taraf rendah (miskin). Selain itu, dalam perspektif budaya, belum ada pengakuan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan, sehingga perempuan tidak diberi kesempatan bekerja di luar rumah tangga. Penerapan program SPP di desa Winumuru telah digulirkan sejak 2010. Menurut penuturan Kepala Desa Winumuru,

program SPP yang sudah berjalan, belum berhasil secara maksimal. Kepala Desa menuturkan hal ini dipengaruhi oleh, Pertama, jumlah pinjaman yang kecil bagi kelompok SPP. Kedua, pinjaman modal tidak dimaksimalkan menjadi usaha di rumah tangga yang berdampak pada pengembalian angsuran yang macet. Ketiga, faktor pengawasan terhadap kelompok penerima pinjaman, dari PNPM maupun aparatur desa yang belum berjalan maksimal. Gambaran ini memperlihatkan bahwa hambatan prosedural dan substansi dari pelaksanaan SPP adalah merupakan persoalan aparatur desa, PNPM Mandiri, serta kelompok SPP penerima bantuan permodalan. Tentunya hal ini juga mempengaruhi idealisasi program PNPM Mandiri yang berusaha menuntaskan kemisikinan, terutama pada aspek pemberdayaan dan partisipasi perempuan yang belum berjalan dengan baik di desa Winumuru. Berdasarkan uraian di atas, menarik untuk diteliti lebih lanjut mengenai partisipasi masyarakat, khususnya partisipasi perempuan dalam program Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPP) di desa Winumuru. Sehingga penelitian ini akan memfokuskan pada partisipasi perempuan dalam program SPP, di desa Winumuru, kecamatan Paberiwai, kabupaten Sumba Timur. 1.2.Rumusan Masalah Rumusan masalah yang ingin diteliti dalam penelitian ini adalah bagaimanakah partisipasi perempuan dalam kegiatan Simpan Pinjam Perempuan (SPP)? Sedangkan persoalan penelitian ini yakni : 1. Bagaimana partisipasi perempuan pada kegiatan Simpan Pinjam Perempuan (SPP), Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (SPP- PNPM) di desa Winumuru? 2. Faktor-faktor internal dan eksternal mana sajakah yang berhubungan erat dengan tingkat partisipasi perempuan dalam kegiatan Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPP) di Desa Winumuru? 1.3.Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah dan pertanyaan penelitian di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Mendiskripsikan bentuk partisipasi perempuan pada kegiatan Simpan Pinjam Perempuan (SPP) dalam program PNPM Mandiri Pedesaan di Desa Winumuru. 2. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi perempuan pada kegiatan Simpan Pinjam Perempuan (SPP), PNPM Mandiri Pedesaan di Desa Winumuru. 1.4.Manfaat Penelitian Sebagai sebuah karya ilmiah, maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik teoritis maupun praktis. a. Manfaat teoritis, penelitian ini diharapkan memperkaya teori partisipasi khususnya partisipasi perempuan dalam program PNPM Mandiri. b. Manfaat praktis, sebagai salah satu bentuk rekomendasi bagi pemerintah daerah Kabupaten Sumba Timur tepatnya pada Kecamatan Paberiwai di Desa Winumuru dalam memberikan informasi yang utuh bagi pelaksanaan program-program pemberdayaan masyarakat dalam meningkatkan kesejahterakan masyarakat dan perhatiannya terhadap kaum perempuan yang terlibat pada program pemberdayaan masyarakat. 1.5.Batasan Masalah Pada pelaksanaan penulisan Tugas Akhir ini dibatasi pada : a. Studi partisipasi kaum perempuan dalam Program PNPM-SPP hanya untuk Desa Winumuru, Kecamatan Paberiwai, Kabupaten Sumba Timur saja. b. Studi terpusat pada penelitian pelaksanaan kegiatan Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPP) yang merupakan salah satu Program PNPM Mandiri. c. Informasi dan data yang disajikan dalam penelitian ini dibatasi untuk periode 2012-2013