BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan

dokumen-dokumen yang mirip
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI DENGAN METODE FIELD TRIP PADA SISWA KELAS VB SD NEGERI GEMOLONG 1 TAHUN AJARAN 2009/2010

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Selain itu bahasa Indonesia juga

BAB I PENDAHULUAN. Banyak pekerjaan yang menuntut seseorang terampil menulis, misalnya

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, baik dalam kehidupan pendidikan maupun masyarakat. Keterampilan menulis perlu diperhatikan karena merupakan salah satu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi. dikonsentrasikan secara penuh agar mendapat hasil yang benar-benar

TITIK ARIYANI HALIMAH A

BAB I PENDAHULUAN. mampu menjadi mampu dan dari keadaan tidak memiliki keterampilan. pada peserta didik yang memiliki manfaat sesuai dengan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sebagai alat komunikasi yang paling utama. Bahasa dibagi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Menulis atau mengarang adalah kegiatan berbahasa yang menggunakan tulisan sebagai

BAB I. daya manusia yang berkualitas dan tangguh. Pendidikan dasar mempunyai. tujuan memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk

PENERAPAN METODE FIELD TRIP UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI PADA SISWA KELAS X-1 SMA NEGERI 1 NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang mempunyai hubungan dengan proses berpikir serta keterampilan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berbahasa (Indonesia) merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh

BAB I PENDAHULUAN. E. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa Indonesia adalah pembelajaran yang lebih menekankan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) mempunyai

SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan keterampilan yang harus dikuasai setiap orang melalui proses yang cukup

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan keterampilan yang harus dikuasai setiap orang melalui proses

I. PENDAHULUAN. dapat dipisahkan antara satu sama lain. Keempat komponen itu ialah keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia. Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan pendidikan selalu muncul bersamaan dengan. berkembang dan meningkatnya kemampuan siswa, situasi dan kondisi

BAB I PENDAHULUAN. mendukung, saling mengisi, dan saling melengkapi. Ketika seseorang ingin

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan baik, seseorang perlu belajar cara berbahasa yang baik

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia mencakup empat jenis keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. dalam menimba berbagai ilmu. Banyak ilmu dan keterampilan diperoleh

I. PENDAHULUAN. keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Menulis merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pelajaran Bahasa Indonesia memiliki empat aspek keterampilan, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1).

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-I Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah

I. PENDAHULUAN. secara kreatif dapat memikirkan sesuatu yang baru. berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan hendaknya berupa kata-kata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah.

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatnya kemampuan siswa, kondisi lingkungan yang ada di. dan proaktif dalam melaksanakan tugas pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. oleh siswa kelas X. Hal ini sesuai dengan kurikulum yang saat ini berlaku di

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN TEKNIK REKA CERITA GAMBAR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGDOWO KLATEN TAHUN AJARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Iva Sucianti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Kejuruan (SMK). Posisi SMK menurut UU Sistem Pendidikan. SMK yang berkarakter, terampil, dan cerdas.

BAB I PENDAHULUAN. dan jenjang pendidikan, mulai dari taman kanak-kanak sampai Perguruan Tinggi

I. PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa terdiri atas empat komponen penting yaitu keterampilan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan keterampilan berbahasa yang diajarkan dalam pengajaran bahasa

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menulis seperti membuat ikhtisar, menulis puisi, mencatat pelajaran, menulis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Keempat keterampilan tersebut saling berhubungan, tidak boleh dipisahpisahkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menulis merupakan keterampilan berbahasa yang bersifat aktif,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dikuasai dan dipahami oleh guru, yaitu kemampuan menggunakan berbagai

Aas Asiah Instansi : Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP Siliwangi Bandung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. kejuruan yang berada di Salatiga. Sekolah ini memiliki 33 orang guru dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan pendidikan selalu muncul bersamaan dengan. berkembang dan meningkatkanya kemampuan siswa, situasi dan kondisi

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

BAB I PENDAHULUAN. negara, pembinaan bahasa Indonesia menjadi hal yang sangat penting.

BAB I PENDAHULUAN. salah satu dari empat keterampilan berbahasa (skills). Dalam keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. Peserta didik memerlukan suatu sistem pendidikan yang memberikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

TEKS WAWANCARA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN MENULIS NARASI DENGAN PENDEKATAN QUANTUM LEARNING

PETRUS MOHAMMAD WAHYUDI SDN Ringinsari I Kandat Kediri

Jurnal Dialog: Volume III, Maret 2016 ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional. Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting bagi manusia. Melalui

BAB I PENDAHULUAN. emosional siswa dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua

Nuria Ulpa Rambe

I. PENDAHULUAN. semakin modern, diharapkan dapat meningkatkan aktivitas serta kreativitas

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS PARAGRAF INDUKTIF MENGGUNAKAN METODE KONTEKSTUAL. ( DESKRIPTIF PADA Siswa Kelas X SMA Darmayanti

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab 1 ini tentang pendahuluan yang terdiri dari beberapa sub bab,

BAB I PENDAHULUAN. empat aspek, yakni mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Dalam

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN ARGUMENTASI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL MUIHAMMAD BAKRI

BAB I PENDAHULUAN. untuk bertahan pada keadaan yang selalu berubah. menjadi kader-kader pembangun bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. sekolah. Dalam kegiatan ini, seorang penulis harus terampil memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. dengan melakukan perbaikan di sana sini, mulai dari kurikulum, sarana dan

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif. pendidikan (UUSPN No. 20 TH. 2003, Bab I pasal 1:2).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF NARATIF DENGAN TEKNIK PENIRUAN MODEL PADA SISWA KELAS X TKJ 1 SMK NEGERI 1 BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DISCUSSION TEXT BERDASARKAN KONSEP THE GENRE BASED APPROACH PADA SISWA KELAS XII IPA 3 SMA NEGERI 1 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara melakukan perbaikan proses belajar mengajar. Berbagai konsep

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikhlasiah As ar, 2016

BAB I PENDAHULUAN. sehingga pembelajaran dapat berlangsung dengan mengoptimalkan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyimak (listening skills), keterampilan berbicara (speaking skill), keterampilan

PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN NARASI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS VI

belajar, belajar seraya bermain, dengan demikian anak akan memiliki kesempatan untuk bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan dan

Berdasarkan Kurikulum 2013 Pembelajaran Bahasa Indonesia bermula. pada pengembangan kompetensi dalam ranah sikap (KI-1 dan KI-2), pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. bantu memecahkan masalah dalam berbagai bidang ilmu. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran di sekolah hendaknya dapat memberikan manfaat bagi

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Dengan pendidikan manusia dapat mengembangkan potensi-potensi yang ada pada dirinya. Untuk itu pendidikan harus berlangsung secara terus menerus agar potensi yang dimiliki dapat terus berkembang dan bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain. Pendidikan dapat berlangsung secara formal maupun non formal. Pendidikan formal dilakukan pada setiap jenjang pendidikan, mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Pendidikan di Sekolah Dasar (SD) memiliki peran yang sangat penting bagi peserta didik karena pendidikan di sekolah dasar bertujuan memberikan bekal kemampuan dasar, pengetahuan, dan keterampilan dasar pada peserta didik yang memiliki manfaat sesuai dengan tingkat perkembangannya serta mempersiapkan mereka untuk mengikuti pendidikan di sekolah yang lebih tinggi tingkatannya. Untuk itu, kualitas pendidikan khususnya pendidikan di sekolah dasar harus selalu ditingkatkan. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan sekolah dasar adalah dengan peningkatan mutu proses pembelajaran maupun peningkatan kompetensi guru dalam mendidik. Peningkatan mutu proses pembelajaran dapat ditempuh dengan mengembangkan mata pelajaran yang 1

ada dan upaya peningkatan kompetensi guru dalam mendidik dapat ditempuh dengan peningkatan kualitas guru dalam proses pembelajaran dengan menggunakan berbagai metode pembelajaran sehingga siswa mudah dalam menyerap materi yang disampaikan oleh guru. SD Negeri II Seren adalah SD yang menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan (KTSP) dalam penerapan pembelajarannya. Pada siswa kelas V SD Negeri II Seren, mata pelajaran yang diajarkan bermacam-macam salah satunya adalah mata pelajaran Bahasa Indonesia. Saleh Abbas (2006:17) standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia adalah program untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa Indonesia, serta menghargai manusia dan nilai-nilai kemanusiaan. Sabarti Akhadiah (1991:10) mengungkapkan bahwa pengajaran Bahasa Indonesia bertujuan untuk mengembangkan kemampuan menggunakan Bahasa Indonesia dalam segala fungsinya, yaitu sebagai sarana komunikasi, sarana berfikir atau bernalar, sarana persatuan, dan sarana kebudayaan. Keterampilan berbahasa mencakup empat aspek yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis (Y. Slamet, 2008: 57). Kegiatan berbicara dan mendengarkan (menyimak) merupakan komunikasi secara langsung sedangkan kegiatan menulis dan membaca merupakan komunikasi tidak langsung. Mendengar dan membaca merupakan penguasaan pasif sedangkan berbicara dan menulis merupakan penguasaan aktif. Keberhasilan dalam proses pembelajaran di 2

sekolah banyak ditentukan oleh kemampuan menulisnya. Oleh karena itu, pembelajaran menulis memiliki kedudukan yang tinggi dibanding keterampilan berbahasa lainnya. Menurut Syafi e dalam Y. Slamet (2008: 169) keterampilan menulis harus dikuasai oleh anak sedini mungkin dalam kehidupannya di sekolah. Menulis merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam seluruh proses pembelajaran yang dialami siswa selama menuntut ilmu di sekolah. Aktivitas menulis merupakan salah satu manifestasi kemampuan (dan keterampilan) berbahasa paling akhir yang dikuasai pembelajar bahasa setelah mendengarkan, membaca dan berbicara (Nurgiyantoro, 2001: 296). Dalam buku yang sama juga dijelaskan apabila dibandingkan dengan keterampilan berbahasa yang lain, keterampilan menulis lebih sulit dikuasai oleh pembelajar bahasa karena keterampilan menulis menghendaki penguasaan berbagai aspek lain di luar bahasa untuk menghasilkan paragraf atau wacana yang runtut atau padu. Nurgiyantoro (2001: 273) mengungkapkan bahwa menulis adalah aktivitas mengungkapkan gagasan melalui media bahasa. St.Y. Slamet (2008: 103-104) mengemukakan bahwa menulis karangan dapat disajikan dalam lima bentuk/ ragam wacana yaitu: wacana deskripsi, narasi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi. Karangan deskripsi merupakan salah satu jenis komunikasi tertulis yang menggambarkan atau melukiskan suatu objek secara detail atau mendalam sesuai dengan keadaan yang sebenar-benarnya tentang objek yang dilukiskan tersebut. Segala sesuatu yang didengar, dicium, dilihat,dan dirasa melalui alat-alat sensori, yang selanjutnya 3

dengan media kata-kata, hal tersebut dilukiskan agar dapat dihayati oleh orang lain. Tujuan karangan ini adalah tercapainya penghayatan yang agak imajinatif terhadap sesuatu sehingga pendengar atau pembaca merasakan seolah-olah ia sendiri yang mengalami dan mengetahui secara langsung. Oleh karena itu, untuk menulis deskripsi erat kaitannya dengan pengetahuan yang dimilki oleh siswa dan kondisi lingkungan belajar yang kondusif. Melalui keterampilan menulis/mengarang deskripsi, siswa dapat mengembangkan kreativitas dan dapat mempergunakan bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi. Akan tetapi, tidak semua orang mampu melaksanakan tugas menulis deskripsi dengan baik, termasuk pada siswa SD. Berdasarkan observasi yang telah peneliti lakukan, disimpulkan bahwa bagi siswa kelas V SD Negeri II Seren pelajaran Bahasa Indonesia sangat membosankan khususnya pada pokok bahasan menulis karangan deskripsi. Siswa tidak aktif dalam menulis karangan deskripsi sehingga hasil belajar siswa tidak memuaskan. Hal ini juga disebabkan guru menggunakan metode pembelajaran ceramah dan peran guru masih sangat dominan. Pembelajaran dengan metode ceramah di kelas V dilakukan guru dengan menjelaskan materi menulis deskripsi dan siswa mendengarkan penjelasan guru, setelah itu siswa menulis deskripsi dengan tema yang telah ditentukan oleh guru. Obyek yang ditentukan oleh guru tidak sesuai dengan kehidupan sehari-hari siswa, sehingga siswa kurang dapat mendeskripsikan obyek yang telah ditentukan. Hal-hal tersebut menyebabkan siswa merasa jenuh terhadap pokok bahasan yang diajarkan oleh guru, yaitu menulis karangan deskripsi. Jika 4

siswa sudah merasa jenuh, maka proses pembelajaran tidak akan berjalan dengan baik dan hasil belajar siswa tidak akan meningkat. Seharusnya, siswa perlu menyadari bahwa menulis karangan deskripsi masih akan dipelajari pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Pembelajaran menulis karangan deskripsi pada siswa Sekolah Dasar kelas V sebenarnya bukanlah hal yang sulit. Menurut Syamsuddin, dkk (2007: 81) paragraf deskripsi bertujuan menggambarkan suatu benda, tempat, keadaan, atau peristiwa tertentu dengan kata-kata. Misalnya menggambarkan objek berupa benda atau orang, digambarkan seolah-olah merasakan, menikmati, atau merasa menjadi bagiannya. Semuanya digambarkan dengan terperinci. Berdasarkan wawancara dan observasi yang peneliti lakukan kepada guru kelas V SD Negeri II Seren, dapat disimpulkan bahwa siswa kelas V SD Negeri II Seren mengalami kesulitan karena siswa tidak melihat secara langsung obyek yang akan digambarkan. Guru pernah mencoba menggunakan pendekatan lain dalam pembelajaran yaitu dengan ceramah bervariasi, namun hasil belajar siswa dalam menulis karangan deskripsi masih belum meningkat. Selain melakukan wawancara dan observasi, peneliti juga melakukan tes awal. Tes awal dilakukan untuk mengukur kemampuan siswa dalam menulis deskripsi. Tes awal dilakukan dengan cara siswa diminta untuk menulis deskripsi. Dari hasil tes awal didapatkan data sebanyak 16 siswa (55,56 %) masuk kategori tidak terampil, 13 siswa (38,89%) masuk kategori kurang terampil, 5 siswa (5,56%) masuk kategori terampil dan tidak ada siswa yang masuk kategori sangat terampil. 5

Hal di atas menjelaskan bahwa keterampilan menulis peserta didik kelas V SD Negeri II Seren perlu ditingkatkan. Sebab, bila tidak ditingkatkan maka para peserta didik akan mengalami kesulitan dalam hal menulis karangan. Untuk meningkatkannya diperlukan suatu perbaikan berupa metode/pendekatan mengajar yang efektif. Pada hakikatnya, kesulitan menulis tersebut berkaitan dengan apa yang harus ditulis dan bagaimana cara menuangkannya dalam bentuk tulisan. Penggunaan metode ceramah yang dominan dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi kurang sesuai karena menulis karangan deskripsi berkaitan dengan apa yang diamati dan apa yang dirasakan siswa dalam kehidupan sehari-hari yang bersifat kontekstual. Pengalaman sehari-hari sangat penting dalam menulis karangan deskripsi. Siswa dapat mengembangkan kemampuan dalam menulis karangan deskripsi jika apa yang di tulis sesuai dengan pengalaman sehari-hari siswa. Untuk itu diperlukan sebuah pendekatan yang mampu menghubungkan antara kehidupan sehai-hari siswa dengan materi pelajaran. Dalam pembelajaran menulis deskripsi, guru dapat menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning. Pendekatan ini menghubungkan pengetahuan awal siswa dengan materi pelajaran serta menghubungkan dunia nyata dengan materi pelajaran. Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan pendekatan pembelajaran yang holistik dan bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi ajar dengan mengaitkannya terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari 6

(konteks pribadi, sosial dan kultural), sehingga siswa memiliki pengetahuan/ ketrampilan yang dinamis dan fleksibel untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif pemahamannya (http://bandono.web.id/2008/03/07/menyusun-modelpembelajaran- contextual- teaching- and- learning- ctl. php). Hal ini sesuai untuk pembelajaran menulis deskripsi karena dengan menghubungkan materi pelajaran dengan dunia nyata akan memudahkan siswa untuk melukiskan suatu obyek secara detail sesuai dengan keadaan yang sebenar-benarnya tentang obyek yang dilukiskan tersebut. Dengan menghubungkan dengan dunia nyata akan memudahkan siswa untuk menuangkan ide-ide ke dalam tulisan. Menurut Johnson (Sugiyanto, 2009: 14) Contextual Teaching Learning (CTL) adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks kehidupan pribadi, sosial dan budaya mereka. Dalam belajaran kontekstual, siswa melihat makna di dalam materi yang dipelajari dengan cara menghubungkan subyek-subyek akademin dengan konteks kehidupan keseharian mereka. Hal ini berarti bahwa materi pelajaran harus sesuai dengan kehidupan keseharian mereka dengan harapan pembelajaran akan lebih bermakna dan mendorong siswa menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, dalam Contextual Teaching Learning (CTL) pembelajaran merupakan proses pengkaitan pengetahuan yang sudah ada, artinya apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang 7

sudah dipelajari dengan demikian pengetahuan yang akan diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh yang memiliki keterkaitan satu sama lain. Menulis deskripsi adalah ragam wacana yang melukiskan/menggambarkan sesuatu berdasarkan kesan-kesan dari pengamatan, pengalaman, dan perasaan penulisnya. Sesuai dengan hakikat Contextual Teaching Learning (CTL) yaitu adanya keterkaitan / hubungan antara materi yang dipelajari dengan kehidupan sehari-hari siswa. Dalam menulis deskripsi siswa dituntut untuk merekonstruksi pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki untuk dituangkan dalam tulisan. Siswa akan lebih senang dan mudah menulis deskripsi jika obyek deskripsi sudah mereka ketahui dan ada dalam kehidupan keseharian mereka. Sebagai contoh, siswa yang tinggal di daerah pantai diminta untuk menulis deskripsi. Siswa tersebut akan lebih mudah menulis deskripsi tentang pantai daripada menulis deskripsi tentang pegunungan. Hal tersebut dapat terjadi karena lingkungan pantai ada dalam kehidupan keseharian siswa. Pengetahuan dan pengalaman yang mereka miliki adalah tentang daerah pantai. Berdasarkan hal tersebut maka penggunaan pendekatan Contextual Teaching Learning (CTL) dalam menulis deskripsi sangat diperlukan dalam rangka membantu siswa memahami materi pelajaran dan menghadirkan pembelajaran bermakna bagi siswa. Dalam menulis deskripsi dengan menggunakan pendekatan contextual teaching and learning siswa diberikan kebebasan untuk menentukan obyek yang akan dideskripsikan sesuai dengan kehidupan nyata yang dialami siswa. Dengan menggunakan pendekatan contextual teaching and learning yang 8

dipelajari siswa sesuai dengan kehidupan mereka sehari-hari, mengalami sendiri, menemukan sendiri dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru dengan pengetahuan awal siswa sehingga pembelajaran akan lebih bermakna. Pembelajaran yang bermakna akan berdampak positif pada peningkatan hasil belajar siswa. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis mengidentifikasi adanya masalah yang dialami dalam pembelajaran menulis deskripsi yaitu: 1. Peserta didik mengalami kesulitan dalam Pelajaran Bahasa Indonesia pada keterampilan menulis karangan deskripsi. 2. Hasil belajar menulis karangan deskripsi siswa kelas V SD Negeri II Seren kurang memuaskan. 3. Siswa kurang aktif dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi. 4. Peran guru dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi masih dominan. C. Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah diatas, permasalahan pada penelitian ini dibatasi pada kesulitan yang dialami peserta didik dalam menulis karangan deskripsi. 9

D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat disimpulkan bahwa rumusan masalah pada penelitian ini adalah : Bagaimana pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan keterampilan menulis karangan deskripsi siswa kelas V SD Negeri II Seren, Purworejo? E. Tujuan Penelitian Tujuan dilaksanakan penelitian ini adalah : Untuk meningkatkan keterampilan menulis karangan deskripsi siswa kelas V SD Negeri II Seren melalui pendekatan Contextual Teaching and Learning. F. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian dapat dilihat dari dua aspek, yaitu secara teoritis dan secara praktis. 1. Manfaat secara Praktis a. Bagi Siswa Dapat meningkatkan keterampilan menulis yang dimiliki siswa karena siswa aktif mengikuti pelajaran. b. Bagi Guru 10

Menambah pengetahuan, wawasan, dan pengalaman tentang bagaimana meningkatkan keterampilan menulis siswa melalui pendekatan Contextual Teaching and Learning. c. Bagi Peneliti Menambah pengetahuan dan wawasan tentang pendekatan Contextual Teaching and Learning dalam pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya menulis. d. Bagi Sekolah Dapat dijadikan sebagai bahan acuan terhadap putusan penggunaan pendekatan pembelajaran yang tepat dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia khususnya menulis. G. Definisi Operasional Variabel Beberapa definisi operasional yang dijelaskan sesuai variable dalam penelitian adalah sebagai berikut : 1. Pendekatan Contextual Teaching and Learning adalah pendekatan pembelajaran dimana guru mengkaitkan antara materi pembelajaran dengan kehidupan nyata siswa. Melalui pendekatan ini siswa mengalami, menemukan dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan siswa sehingga pembelajan akan lebih bermakna. 2. Keterampilan menulis karangan deskripsi adalah kemampuan seseorang dalam melukiskan dan mengungkapkan gagasan pikirannya sesuai dengan 11

objek tertentu sesuai dengan keadaan yang sebenarnya seperti yang penulis rasakan. 12