-1- DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA SERTIFIKASI CARA DISTRIBUSI OBAT YANG BAIK

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1799/MENKES/PER/XII/2010 TENTANG INDUSTRI FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA. BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN. Pembuatan Obat. Penerapan. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia

BERITA NEGARA. No.1104, 2013 BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN. Pedoman. Prekursor Farmasi. Obat. Pengelolaan.

BERITA NEGARA. BPOM. Registrasi Obat. Kriteria dan Tata Laksana. Perubahan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TAHUN 2011 TENTANG PENGAWASAN PEMASUKAN OBAT IMPOR

2017, No Indonesia Nomor 5062); 3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1010/MENKES/PER/XI/2008 TENTANG REGISTRASI OBAT

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

2016, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Ne

2016, No Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42,

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Undang Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 139, Tambahan Lembaran Neg

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Industri Farmasi. Perizinan. Penyelenggaraan.

2017, No e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf d, perlu menetapkan Peraturan Kepala Badan Pe

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 949/MENKES/PER/VI/2000 TENTANG REGISTRASI OBAT JADI MENTERI KESEHATAN,

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2017 TENTANG KRITERIA DAN TATA LAKSANA REGISTRASI OBAT

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2011, No Tentang Registrasi Obat dan Pasal 36 ayat (4) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika perlu menetapkan Peraturan Kepal

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TAHUN 2011 TENTANG PENGAWASAN PEMASUKAN BAHAN OBAT

RANCANGAN, 19 DESEMBER 2016 PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2016 TENTANG

2017, No Negara Republik Indonesia Nomor 4843); 3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tah

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1191/MENKES/PER/VIII/2010 TAHUN 2010 TENTANG PENYALURAN ALAT KESEHATAN

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN HK TENTANG PEMASUKAN OBAT JALUR KHUSUS KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR HK TAHUN 2011 TENTANG KRITERIA DAN TATA LAKSANA REGISTRASI OBAT

2017, No Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 99, Tambahan Lembaran Negara

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1191/MENKES/PER/VIII/2010 TENTANG PENYALURAN ALAT KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

2 Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkot

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2016 TENTANG PENGAWASAN SUPLEMEN KESEHATAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIAHUK NOMOR 1799/MENKES/PER/XII/2010 TENTANG INDUSTRI FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1190/MENKES/PER/VIII/2010 TENTANG IZIN EDAR ALAT KESEHATAN DAN PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2018 TENTANG KRITERIA DAN/ATAU PERSYARATAN DALAM IMPLEMENTASI PEMANFAATAN FASILITAS

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

MASUKAN KAMI TERIMA PALING LAMBAT TANGGAL 18 OKTOBER 2017

2016, No Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 242, Tam

BPOM. Uji Klinik. Persetujuan. Tata Laksana. Pencabutan.

No. 1071, 2014 BPOM. Pangan. Olahan yang Baik. Cara Produksi. Sertifikasi. Tata Cara.

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

2016, No Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4279); 2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintaha

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1189/MENKES/PER/VIII/2010 TENTANG PRODUKSI ALAT KESEHATAN DAN PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42

2017, No Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 3. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2009 tentang Pos (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : HK TENTANG KRITERIA DAN TATA LAKSANA REGISTRASI OBAT

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

2017, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

2017, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Le

2016, No Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Kementerian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 20

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No Tunjangan Kinerja Pegawai di Lingkungan Badan Kepegawaian Negara; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sip

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TAHUN 2011 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 11, Tamb

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

2016, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Ne

2017, No Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3687); 3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 200

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TAHUN 2011

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi dan Pengelolaan Perguruan Tinggi (Lembaran Negara

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2016 TENTANG PENARIKAN DAN PEMUSNAHAN KOSMETIKA

2017, No Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 216, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5584); 4. Undang-Undang Nomor 23 Tah

2016, No Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2015 tentang Kementerian Agama (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 168); 4. Pera

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 141/PMK.03/2016 TENTANG

2017, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6,

2016, No atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan

2017, No Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebagaimana telah beberapa kali diub

2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5491); 2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang K

PERMENKES No.949 Th 2000

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 27 TAHUN 2017 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

-1- Masukan kami terima paling lambat tanggal 2 Agustus 2018 melalui email: 1. subdit_bbo@yahoo.com 2. prodisobat@yahoo.com RANCANGAN 18 JULI 2018 PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR... TAHUN 2018 TENTANG TATA LAKSANA PENILAIAN PEMENUHAN PERSYARATAN CARA PEMBUATAN OBAT YANG BAIK TERHADAP FASILITAS PEMBUATAN OBAT IMPOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN Menimbang : a. bahwa untuk melindungi masyarakat dari peredaran obat impor yang tidak memenuhi persyaratan keamanan, khasiat, dan mutu perlu dilakukan evaluasi melalui registrasi obat impor sebelum diedarkan; b. bahwa dalam rangka registrasi obat impor sebagaimana dimaksud dalam huruf a, untuk memastikan pemenuhan persyaratan Cara Pembuatan Obat yang Baik Industri Farmasi produsen obat impor perlu dilakukan penilaian terhadap fasilitas pembuatan obat impor; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan tentang Tata Laksana Penilaian Pemenuhan Persyaratan Cara Pembuatan Obat yang Baik pada Fasilitas Pembuatan Obat Impor; Mengingat : 1. Ordonansi Obat Keras (Sterkwerkende Geneesmiddelen Ordonnantie, Staatsblad 1949:419);Undang-Undang

-2- Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor138, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3781); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2017 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Badan Pengawas Obat dan Makanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 198, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6116); 4. Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2017 tentang Badan Pengawas Obat dan Makanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 180); 5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1010/MENKES/PER/XI/2008 tentang Registrasi Obat sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1120/Menkes/PER/XII/2008; 6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1799/MENKES/PER/XII/2010 tentang Industri Farmasi (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 721) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 16 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1799/MENKES/PER/XII/2010 tentang Industri Farmasi (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 442); 7. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.03.1.33.12.12.8195 Tahun 2012 tentang Penerapan Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 122);

-3-8. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 24 Tahun 2017 tentang Kriteria dan Tata Laksana Registrasi Obat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1692); 9. Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 26 Tahun 2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1745); 10. Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 29 Tahun 2017 tentang Pengawasan Pemasukan Bahan Obat dan Makanan ke Dalam Wilayah Indonesia (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1842); 11. Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 30 Tahun 2017 tentang Pengawasan Pemasukan Obat dan Makanan ke Dalam Wilayah Indonesia (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1843); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN TENTANG TATA LAKSANA PENILAIAN PEMENUHAN PERSYARATAN CARA PEMBUATAN OBAT YANG BAIK TERHADAP FASILITAS PEMBUATAN OBAT IMPOR. BAB 1 KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Badan iniyang dimaksud dengan: 1. Obat adalah obat jadi termasuk Produk Biologi, yang merupakan bahan atau paduan bahan digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan dan peningkatan kesehatan, dan kontrasepsi untuk manusia. 2. Obat Impor adalah Obat yang dibuat oleh Produsen dalam bentuk Produk Jadi atau Produk Ruahan dalam kemasan primer yang akan diedarkan di Indonesia.

-4-3. Pendaftar adalah industri farmasi dalam negeri yang telah mendapatkan izin industri farmasi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan, yang mengajukan permohonan registrasi obat impor. 4. Produsen adalah industri farmasi luar negeri yang melakukan sebagian atau keseluruhan kegiatan pembuatan obat impor. 5. Fasilitas Pembuatan adalah fasilitas yang digunakan dalam serangkaian kegiatan untuk menghasilkan suatu obat impor, meliputi produksi dan pengawasan mutu, mulai dari pengadaan bahan awal dan bahan pengemas, proses pengolahan, pengemasan sampai obat jadi untuk didistribusi. 6. Registrasi adalah prosedur pendaftaran dan evaluasi obat untuk mendapatkan persetujuan. 7. Industri Farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan obat. 8. Dokumen Pra Inspeksi adalah dokumen mutu milik Produsen yang wajib diserahkan oleh Pendaftar dalam rangka Desktop Inspection atau sebelum pelaksanaan inspeksi fasilitas pembuatan obat impor. 9. Desktop Inspection adalah penilaian terhadap implementasi dan pemenuhan persyaratan CPOB fasilitas pembuatan obat impor yang dilakukan melalui evaluasi Dokumen Pra Inspeksi. 10. Dokumen Induk Industri Farmasi, yang selanjutnya disingkat DIIF, adalah dokumen yang berisi informasi spesifik tentang kebijakan manajemen mutu dan aktivitas produksi dan/atau pengawasan mutu dari kegiatan pembuatan obat, bahan obat, yang dilaksanakan pada lokasi tersebut dan kegiatan terkait pada bangunan di sekitarnya. 11. Corrective Action and Preventive Action, yang selanjutnya disingkat CAPA, adalah dokumen hasil inspeksi yang

-5- disampaikan Pendaftar dalam rangka tindak lanjut hasil Inspeksi. 12. Cara Pembuatan Obat yang Baik, yang selanjutnya disingkat CPOB, adalah cara pembuatan obat yang bertujuan untuk memastikan agar mutu obat yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan dan tujuan penggunaannya. 13. Inspeksi adalah pemeriksaan secara menyeluruh atau sebagian terhadap pemenuhan persyaratan CPOB fasilitas pembuatan obat impor. 14. Izin Edar adalah bentuk persetujuan registrasi obat untuk dapat diedarkan di wilayah Indonesia. 15. Hari adalah hari kerja. 16. Kepala Badan adalah Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan. BAB II TATA LAKSANA PENILAIAN PEMENUHAN PERSYARATAN CPOB TERHADAP FASILITAS PEMBUATAN OBAT IMPOR Bagian Kesatu Umum Pasal 2 (1) Registrasi Obat Impor dilakukan oleh Pendaftar yang memperoleh persetujuan tertulis dari Produsen. (2) Kriteria dan tata laksana Registrasi Obat Impor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (3) Fasilitas pembuatan Obat Impor yang diregistrasikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memenuhi persyaratan CPOB. (4) Pemenuhan persyaratan CPOB terhadap fasilitas pembuatan obat impor merupakan bagian dari proses registrasi obat impor dan menjadi tanggung jawab Pendaftar.

-6- Pasal 3 (1) Penilaian pemenuhan persyaratan CPOB terhadap fasilitas pembuatan Obat Impor sebagaimana dimaksud dalampasal 2 ayat (4) harus dilakukan sebelum Obat Impor mendapatkan persetujuan Izin Edar. (2) Penilaian pemenuhan persyaratan CPOB terhadap fasilitas pembuatan obat impor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. Penilaian Dokumen Registrasi Obat Impor terkait Pemenuhan Persyaratan CPOB; b. Desktop Inspection; c. Inspeksi Fasilitas Pembuatan Obat Impor; dan/atau d. Evaluasi CAPA Hasil Inspeksi Fasilitas Pembuatan Obat Impor. Bagian Kedua Penilaian Dokumen Registrasi Obat Impor terkait Pemenuhan Persyaratan CPOB Paragraf Pertama Persyaratan Pasal 4 Permohonan penilaian dokumen registrasi obat impor terkait Pemenuhan persyaratan CPOB hanya dapat dilakukan oleh Pendaftar yang telah mengajukan registrasi Obat Impor untuk mendapatkan Izin Edar. Paragraf Kedua Tata Cara Pasal 5 (1) Permohonan penilaian dokumen registrasi obat impor terkait pemenuhan persyaratan CPOB disampaikan kepada Kepala Badan cq Direktorat Pengawasan Produksi Obat, Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor.

-7- (2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilengkapi dengan dokumen berupa: a. Bukti pengajuan registrasi; dan b. Dokumen registrasi obat impor terkait pemenuhan persyaratan CPOB dari Produsen. (3) Dokumen registrasi obat impor terkait pemenuhan persyaratan CPOB dari Produsen sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b meliputi: a. Izin industri farmasidari otoritas negara setempat; b. Sertifikat CPOB yang masih berlaku atau dokumen lain yang setara yang dikeluarkan oleh otoritas pengawas Obat setempat dan/atau otoritas pengawas Obat negara lain; c. Laporan hasil inspeksi terakhir dan perubahan terkait fasilitas produksi produk yang didaftarkan paling lama 2 (dua) tahun yang dikeluarkan oleh otoritas pengawas Obat setempat dan/atau otoritas pengawas Obat negara lain; dan d. DIIF terkini. (4) Terhadap dokumen registrasi obat impor terkait pemenuhan persyaratan CPOB yang lengkap sebagaimana dimaksud padaayat (3)dilakukan evaluasi. Paragraf Ketiga Keputusan Pasal 6 (1) Keputusan terhadap hasil evaluasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 ayat (4) berupa pernyataan bahwa: a. fasilitas pembuatan Obat Impor memenuhi persyaratan CPOB; b. diperlukan Desktop Inspection; c. diperlukan inspeksi fasilitas pembuatan Obat Impor; atau d. fasilitas pembuatan Obat Impor tidak memenuhi persyaratan CPOB.

-8- (2) Keputusan terhadap hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada Pendaftar dalam jangka waktu paling lama 15 (lima belas) Hari sejak dokumen diterima secara lengkap. Bagian Ketiga Desktop Inspection Paragraf Pertama Persyaratan Pasal 7 Permohonan Desktop Inspection hanya dapat diajukan oleh Pendaftar yang telah mendapatkan hasil evaluasi berupa pernyataan perlu dilakukan Desktop Inspection sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf b. Paragraf Kedua Tata Cara Pasal 8 (1) Permohonan Desktop Inspection sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 disampaikan kepada Kepala Badan cq Direktorat Pengawasan Produksi Obat, Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor. (2) Permohonan Desktop Inspection sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan paling lama 80 (delapan puluh) Hari setelah hasil evaluasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat (1) huruf b diterbitkan. (3) Permohonan Desktop Inspection sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilengkapi dengan Dokumen Pra Inspeksi dalam bentuk elektronik. (4) Jenis Dokumen Pra Inspeksi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Badan ini.

-9- (5) Dokumen Pra Inspeksi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus menggunakan bahasa Indonesia dan/atau bahasa Inggris. (6) Dokumen Pra Inspeksi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) merupakan dokumen rahasia yang dipergunakan terbatas hanya untuk keperluan evaluasi dan pengawasan oleh petugas yang berwenang. (7) Dalam hal Pendaftar tidak dapat memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), terhadap fasilitas pembuatan Obat Impor akan dilakukan inspeksi. (8) Terhadap permohonan Desktop Inspection yang telah dinyatakan lengkap, dilakukan Desktop Inspection. Paragraf Ketiga Keputusan Pasal 9 (1) Keputusan terhadap hasil Desktop Inspection sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (8) berupa pernyataan bahwa: a. fasilitas pembuatan Obat Impor memenuhi persyaratan CPOB; b. diperlukan inspeksi fasilitas pembuatan Obat Impor; atau c. fasilitas pembuatan Obat Impor tidak memenuhi persyaratan CPOB. (2) Keputusan terhadap hasil Desktop Inspection sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada Pendaftar dalam jangka waktu paling lama 20 (dua puluh) Hari sejak permohonan Desktop Inspection diterima secara lengkap.

-10- Bagian Keempat Inspeksi Fasilitas Pembuatan Obat Impor Paragraf Pertama Persyaratan Pasal 10 Permohonan Inspeksi Fasilitas Pembuatan Obat Impor hanya dapat diajukan oleh Pendaftar yang telah mendapatkan: a. hasil evaluasi berupa pernyataan bahwa diperlukan Inspeksi fasilitas pembuatan Obat Impor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf c; b. Pemberitahuan behwa Pendaftar tidak dapat memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2); atau c. hasil Desktop Inspection berupa pernyataan bahwa diperlukan Inspeksi fasilitas pembuatan Obat Impor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf b. Paragraf Kedua Tata Cara Pasal 11 (1) Permohonan Inspeksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 disampaikan kepada Kepala Badan cq Direktorat Pengawasan Produksi Obat, Narkotika, Psikotropika dan Prekursor (2) Permohonan Inspeksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa surat undangan pelaksanaan inspeksi dari Produsen yang disampaikan dalam jangka waktu paling lama:

-11- a. 80 (delapan puluh) Hari setelah diterbitkannya hasil evaluasi berupa pernyataan bahwa diperlukan Inspeksi fasilitas pembuatan Obat Impor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf c; atau b. 30 (tiga puluh) Hari setelah pemberitahuan bahwa Pendaftar tidak dapat memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2); atau c. 10 (sepuluh) Hari setelah diterbitkannya hasil Desktop Inspection berupa pernyataan bahwa diperlukan Inspeksi fasilitas pembuatan Obat Impor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf b. (3) Dalam hal Permohonan inspeksi diajukan berdasarkan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf a dan huruf b, Pendaftar harus melengkapi Dokumen Pra Inspeksi dalam bentuk elektronik. (4) Jenis Dokumen Pra Inspeksi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Badan ini. (5) Dalam hal Pendaftar tidak dapat memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), terhadap fasilitas pembuatan Obat Impor dinyatakan tidak memenuhi persyaratan. (6) Inspeksi dilaksanakan paling lama dalam jangka waktu 60 (enam puluh) Hari sejak Permohonan Inspeksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1). (7) Perhitungan jangka waktu penilaian pemenuhan persyaratan CPOB terhadap fasilitas pembuatan obat Impor dihentikan (clock off) sejak permohonan Inspeksi diterima sampai dengan waktu pelaksanaan Inspeksi sesuai dengan undangan. Pasal 12 Inspeksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf c, Pasal 8 ayat (2) dan Pasal 9 ayat (1) huruf b dapat

-12- dilakukan terhadap seluruh fasilitas yang terlibat dalam tiap tahapan proses pembuatan Obat Impor. Pasal 13 (1) Inspeksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 dilakukan oleh Tim Inspeksi Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2) Jumlah anggota Tim Inspeksi Badan Pengawas Obat dan Makanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit 2 (dua) orang dan paling banyak 4 (empat) orang. (3) Pelaksanaan Inspeksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam jangka waktu paling lama: a. 3 (tiga) Hari untuk produk non steril; dan b. 4 (empat) Hari untuk produk steril. (4) Tim Inspeksi Badan Pengawas Obat dan Makanan harus didampingi oleh bagian Pemastian Mutu dari Pendaftar selama pelaksanaan Inspeksi. Paragraf Ketiga Keputusan Pasal 14 (1) Keputusan terhadap hasil inspeksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 berisi pernyataaan berupa: a. Fasilitas pembuatan Obat Impor dinyatakan memenuhi persyaratan CPOB; b. permintaan CAPA; atau c. fasilitas pembuatan Obat Impor dinyatakan tidak memenuhi persyaratan CPOB tanpa permintaan CAPA. (2) Kepala Badan menerbitkan keputusan hasil Inspeksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam jangka waktu paling lama 22 (dua puluh dua) Hari sejak dilakukan Inspeksi.

-13- Bagian Kelima Evaluasi CAPA Hasil Inspeksi Fasilitas Pembuatan Obat Impor Paragraf Pertama Persyaratan Pasal 15 Permohonan Evaluasi CAPA Hasil Inspeksi Fasilitas Pembuatan Obat Impor hanya dapat diajukan oleh Pendaftar yang telah mendapatkan keputusan hasil Inspeksi berupa permintaan CAPA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) huruf b. Paragraf Kedua Tata Cara Pasal 16 (1) Pendaftar wajib menyampaikan permohonan evaluasi CAPA kepada Kepala Badan cq Direktur Pengawasan Produksi Obat, Narkotika, Psikotropika dan Prekursor. (2) Permohonan evaluasi CAPA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilengkapi dengan dokumen CAPA dari produsen. (3) Permohonan evaluasi CAPA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan dalam jangka waktu paling lama 80 (delapan puluh) Hari setelah diterbitkannya keputusan hasil inspeksi berupa permintaan CAPA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 Ayat (1) huruf b. (4) Dokumen CAPA sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus menggunakan bahasa Indonesia dan/atau bahasa Inggris. (5) Dokumen CAPA sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus disampaikan dalam bentuk elektronik.

-14- (6) Dokumen CAPA sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Badan ini. (7) Terhadap permohonan evaluasi CAPA, dilakukan evaluasi CAPA. Paragraf Ketiga Keputusan Pasal 17 (1) Keputusan terhadap hasil evaluasi dokumen CAPA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (7) berupa pernyataan bahwa: a. Fasilitas pembuatan Obat Impor memenuhi persyaratan CPOB; b. diperlukan perbaikan dokumen CAPA; atau c. fasilitas pembuatan Obat Impor tidak memenuhi persyaratan CPOB. (2) Kepala Badan menyampaikan keputusan hasil evaluasi dokumen CAPA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) Hari sejak permohonan evaluasi CAPA diterima. Pasal 18 (1) Dalam hal hasil evaluasi dokumen CAPA berupa pernyataan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) huruf b, Pendaftar harus menyampaikan perbaikan dokumen CAPA dari produsen dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) Hari sejak surat permintaan perbaikan CAPA diterbitkan. (2) Kepala Badan menyampaikan pemberitahuan hasil evaluasi perbaikan dokumen CAPA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) Hari sejak dokumen perbaikan CAPA diterima.

-15- (3) Pemberitahuan hasil evaluasi perbaikan dokumen CAPA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (7) berupa pernyataan bahwa: a. Fasilitas pembuatan Obat Impor memenuhi persyaratan CPOB; atau b. diperlukan perbaikan dokumen CAPA kembali. c. fasilitas pembuatan Obat Impor tidak memenuhi persyaratan CPOB. Pasal 19 Fasilitas pembuatan Obat dinyatakan tidak memenuhi persyaratan CPOB apabila: a. Produsen tidak dapat memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (3) atau Pasal 18 ayat (1); atau b. Produsen telah menyampaikan 2 (dua) kali perbaikan dokumen CAPA dan belum memenuhi persyaratan CPOB. Bagian Keenam Penilaian Kembali Pemenuhan Persyaratan CPOB Selama Beredar Pasal 20 (1) Dalam hal keputusan berupa pernyataan Fasilitas Pembuatan Obat Impor dinyatakan memenuhi persyaratan CPOB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a, Pasal 9 ayat (1) huruf a, Pasal 14 ayat (1) huruf a, dan Pasal 18 ayat (1) huruf a, terhadap produsen obat impor yang beredar dapat dilakukan penilaian kembali melalui inspeksi Fasilitas Pembuatan Obat Impor. (2) Penilaian kembali sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan pertimbangan sebagai berikut: a. surveilans berdasarkan kajian risiko; dan/atau b. adanya dugaan kasus mutu, keamanan dan khasiat Obat Impor.

-16- (3) Inspeksi Fasilitas Pembuatan Obat Impor sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 sampai dengan Pasal 19. (4) Dalam hal hasil Inspeksi Fasilitas Pembuatan Obat Impor selama beredar sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berupa permintaan CAPA terhadap temuan kritikal, Pendaftar harus menyampaikan dokumen CAPA dari Produsen kepada Kepala Badan dalam jangka waktu paling lama 22 (dua puluh dua) Hari sejak keputusan hasil Inspeksi diterbitkan. Bagian ketujuh Tanggung Jawab Pendaftar Pasal 21 (1) Pendaftar bertanggung jawab terhadap kelengkapan, kebenaran, dan keabsahan dokumen yang diserahkan pada saat pengajuan permohonanpenilaian pemenuhan persyaratan CPOB, desktop inspection, inspeksi fasilitas pembuatan obat impor, dan evaluasi CAPA hasil inspeksi. (2) Tanggung jawab Pendaftar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dinyatakan secara tertulis dalam surat pernyataan sesuai dengan format tercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Badan ini. BAB V BIAYA Pasal 22 (1) Terhadap permohonan Desktop Inspection sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, permohonan Inspeksi Fasilitas Pembuatan Obat Impor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 dan permohonan Evaluasi CAPA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 dikenai biaya sebagai penerimaan negara

-17- bukan pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (2) Biaya permohonan Inspeksi Fasilitas Pembuatan Obat Impor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak termasuk biaya transportasi dan akomodasi pelaksanaan inspeksi. (3) Biaya transportasi dan akomodasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibebankan kepada Pendaftar sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (4) Komponen dan besaran pembayaran biaya transportasi dan akomodasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam Lampiran IV yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Badan ini. (5) Biaya transportasi dan akomodasi dibayarkan langsung oleh Pendaftar kepada pihak penyedia jasa transportasi dan akomodasi. (6) Pendaftar dilarang memberikan biaya transportasi dan akomodasi kepada Tim Inspeksi Badan Pengawas Obat dan Makanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1). BAB VI SANKSI ADMINISTRATIF Pasal 24 Pelanggaran terhadap ketentuan Peraturan Badan ini dikenai sanksi administratif berupa: a. peringatan tertulis; b. pembatalan Inspeksi; dan/atau c. pembatalan hasil Inspeksi/ evaluasi. BAB VII KETENTUAN PENUTUP Pasal 25 Peraturan Badan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

-18- Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Badan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN, PENNY K.LUKITO Diundangkan di Jakarta pada tanggal DIREKTUR JENDERAL PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, WIDODO EKATJAHJANA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2018 NOMOR xxx

-19- LAMPIRAN I PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DANMAKANAN NOMOR TAHUN 2018 TENTANG TATA LAKSANA PENILAIAN PEMENUHAN PERSYARATAN CARA PEMBUATAN OBAT YANG BAIK TERHADAP FASILITAS PEMBUATAN OBAT IMPOR DOKUMEN PRA INSPEKSI Dokumen Pra Inspeksi yang disampaikan adalah dokumen terkini, yang terdiri antara lain atas dokumen sebagai berikut: No 1 2 3 4 5 6 Jenis Dokumen Pengkajian Mutu Produkyang didaftarkan 2 tahun terakhir Rencana Induk Validasi dan realiasi RIV tahun terakhir Protokol dan Summary Report Validasi Pengisian Media 1 tahun terakhir Analisis Tren Pemantauan Lingkungan dan Hasil Pengujian Air 1 tahun terakhir Protap Pelulusan Produk Akhir Riwayat penarikan kembali, sanksi dan cacat mutu 3 tahun terakhir Produk Non steril Bentuk Sediaan Produk steril Produk steril dengan dengan sterilisasi sterilisasi akhir secara aseptis - - KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN, PENNY K. LUKITO

-20- LAMPIRAN II PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR TAHUN 2018 TENTANG TATA LAKSANA PENILAIAN PEMENUHAN PERSYARATAN CARAPEMBUATAN OBAT YANG BAIK TERHADAP FASILITAS PEMBUATAN OBAT IMPOR MATRIKS CAPA* Nama Industri Farmasi :... Alamat :... Ruang Lingkup Inspeksi :... Tanggal Inspeksi :... No. Temuan 1 Persyaratan 2 Kondisi saat ini 3 Analisis Kesenjang Analisis Akar CAPA 6 Waktu Penyelesaia Penanggung jawab 8 Bukti Perbaikan 9 an 4 Masalah 5 n Status 7 Keterangan: 1. Diisi temuan sesuai dengan Laporan Inspeksi. 2. Diisi persyaratan CPOB dan persyaratan lain termasuk persyaratan internal misal kebijakan mutu perusahaan, prosedur tetap.

-21-3. Diisi uraian ketersediaan prosedur/dokumen (dokumen inti dan dokumen pendukung). 4. Diisi kekurangan dibandingkan antara persyaratan dan kondisi saat ini. 5. Diisi penyebab dari kekurangan yang ada di kolom Analisis Kesenjangan. 6. CAPA perlu dijelaskan secara terperinci langkah-langkah tindakan perbaikan (CA) dan tindakan pencegahan (PA). Jika tidak ada tindakan pencegahan, jelaskan justifikasinya. 7. Bila dalam proses, batas waktu penyelesaian diisi dengan batas waktu yang rasional dan diisi untuk tiap langkah.status diisi dengan sudah selesai atau dalam proses. 8. Diisi personil yang bertanggung jawab atas implementasi CAPA yang dilakukan. 9. Diisi dengan nomor dokumen yang merupakan bukti perbaikan, termasuk dokumen terkait pengendalian perubahan, bila perbaikan memerlukan pengendalian perubahan. Bukti perbaikan harus dilampirkan. KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN, PENNY K. LUKITO

-22- LAMPIRAN III PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR TAHUN 2018 TENTANG TATA LAKSANA PENILAIAN PEMENUHAN PERSYARATAN CARA PEMBUATAN OBAT YANG BAIK TERHADAP FASILITAS PEMBUATAN OBAT IMPOR SURAT PERNYATAAN PENDAFTAR Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama :... Jabatan : Penanggung Jawab Pemastian Mutu Nomor telepon :... Alamat e-mail :... menyatakan bahwa semua informasi dalam dokumen registrasi obat impor/dokumen pra-inspeksi/dokumen CAPA* dalam rangka registasi obat impor sebagai berikut: Nama obat :... Zat aktif :... Bentuk Sediaan :... Jenis dan besar kemasan :... Pendaftar :... Produsen :... Alamat produsen :... adalah lengkap dan benar. Saya menyatakan bahwa saya telah memeriksa dan bertanggung jawab atas: 1. Kelengkapan dokumen yang diserahkan 2. Kebenaran semua informasi yang tercantum dalam dokumen 3. Kebenaran dan keabsahan dokumen yang dilampirkan * coret salah satu

-23- Apabila pernyataan yang diberikan tidak sesuai dengan yang sebenarnya, maka kami bersedia proses registrasi obat impor tersebut dibatalkan...., tanggal... Penanggung Jawab Pemastian Mutu Materai ttd (Nama jelas) KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN, PENNY K. LUKITO

-24- LAMPIRAN IV PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR TAHUN 2018 TENTANG TATA LAKSANA PENILAIAN PEMENUHAN PERSYARATAN CARA PEMBUATAN OBAT YANG BAIK TERHADAP FASILITAS PEMBUATAN OBAT IMPOR KOMPONEN DAN BESARAN BIAYA TRANSPORTASI DAN AKOMODASI DALAM RANGKA INSPEKSI SARANA PRODUKSI OBAT IMPOR 1. Transportasi Hal-hal yang perlu diperhatikan terkait transportasi: a. Besaran biaya tiket pesawat pulang-pergi, asuransi perjalanan, taksi dari tempat kedudukan ke bandara (pp), dan taksi dari bandara ke tempat tujuan (pp) mengacu pada Standar Biaya Masukan tahun berjalan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan; b. Penerbangan yang digunakan memiliki jarak tempuh terdekat tanpa transitdan diutamakan menggunakan maskapai penerbangan milik negarakecuali tidak terdapat pilihan penerbangan lain; c. Kelas penerbangan yang digunakan adalah kelas ekonomi dan/atau disesuaikan dengan Standar Biaya Masukan tahun berjalan. 2. Akomodasi a. Komponen biaya akomodasi meliputi makan, transpor lokal, dan penginapan. b. Total besaran biaya akomodasimengacu pada besaran biaya uang harian perjalanan dinas luar negeri sebagaimana tercantum dalam Standar Biaya Masukan tahun berjalan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan. c. Penginapan yang diberikan adalah bintang 4 (empat).

-25- d. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah lokasi penginapan relatif dekat dengan lokasi Produsen. Pendaftar agar menyampaikan estimasi waktu perjalanan dari penginapan menuju Produsen. KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN, PENNY K. LUKITO