BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA. proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. sepasang suami istri namun juga keinginan setiap anak di dunia ini, tidak seorang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Kelekatan Orangtua Tunggal Dengan Konsep Diri Remaja Di Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. untuk kebahagiaan dirinya dan memikirkan wali untuk anaknya jika kelak

BAB I PENDAHULUAN. ikatan yang bernama keluarga. Manusia lahir dalam suatu keluarga,

LAMPIRAN I GUIDANCE INTERVIEW Pertanyaan-pertanyaan : I. Latar Belakang Subjek a. Latar Belakang Keluarga 1. Bagaimana anda menggambarkan sosok ayah

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merasa senang, lebih bebas, lebih terbuka dalam menanyakan sesuatu jika berkomunikasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemudian dilanjutkan ke tahapan selanjutnya. Salah satu tahapan individu

BAB I PENDAHULUAN. Didalam kehidupan sehari-hari, kita banyak menjumpai keluarga yang tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. Sepanjang sejarah kehidupan manusia, pernikahan merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah yang sering terjadi pada masa remaja yaitu kasus pengeroyokan

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kasus perceraian di Indonesia saat ini bukanlah menjadi suatu hal yang asing

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mutia Ramadanti Nur,2013

BAB I PENDAHULUAN. melainkan juga mengikat janji dihadapan Tuhan Yang Maha Esa untuk hidup

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. ini adalah bagian dari jenjang atau hierarki kebutuhan hidup dari Abraham Maslow, yang

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS CINTA DAN KETERBUKAAN DIRI DENGAN KOMITMEN PERKAWINAN PADA PASANGAN SUAMI ISTRI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia dalam perkembangan hidupnya akan mengalami banyak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Subjek berasal dari keluarga tidak harmonis, sejak kecil subjek berada dalam

SM, 2015 PROFIL PENERIMAAN DIRI PADA REMAJA YANG TINGGAL DENGAN ORANG TUA TUNGGAL BESERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHINYA

SUSI RACHMAWATI F

PEDOMAN WAWANCARA. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penyesuaian dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan lingkungan pertama dan terpenting bagi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ibu memiliki lebih banyak peranan dan kesempatan dalam. mengembangkan anak-anaknya, karena lebih banyak waktu yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KOMUNIKASI SUAMI ISTRI DENGAN KECENDERUNGAN BERSELINGKUH PADA ISTRI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbicara tentang siswa sangat menarik karena siswa berada dalam kategori

BAB I PENDAHULUAN. individu. Interaksi yang utama dan paling sering terjadi adalah interaksi

KOMUNIKASI ADAPTASI KELUARGA DALAM REMARRIAGE SUMMARY SKRIPSI. Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Strata 1.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial, remaja akan selalu mengadakan kontak denganorang lain.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dimulai dari lahir, masa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melalui tahap intimacy vs isolation. Pada tahap ini, individu berusaha untuk

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keluarga yang harmonis. Dalam berumah tangga setiap pasang terkadang

PENYESUAIAN DIRI REMAJA PUTRI YANG MENIKAH DI USIA MUDA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Perkawinan. Definisi lain menurut Wahyuningsih (2013) berdasarkan teori Fowers dan

BAB I PENDAHULUAN. akan dibutuhkan anak dalam menghadapi kehidupan sehari-hari. Keluarga

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal, merupakan periode selanjutnya dari masa remaja. Sama

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA REMAJA. Naskah Publikasi. Diajukan kepada Fakultas Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki biaya menikah, baik mahar, nafkah maupun kesiapan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebuah keluarga dapat menjadi tidak utuh, baik diakibatkan karena

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain,

MODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri)

BAB I PENDAHULUAN. satunya ditentukan oleh komunikasi interpersonal suami istri tersebut. Melalui

BAB I PENDAHULUAN. (Papalia, 2009). Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 1 pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah masa dewasa muda. Pada masa ini ditandai dengan telah tiba saat bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Purwadarminta (dalam Walgito, 2004, h. 11) menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. matang baik secara mental maupun secara finansial. mulai booming di kalangan anak muda perkotaan. Hal ini terjadi di

Hubungan antara Persepsi Anak Terhadap Perhatian Orang Tua dan Intensitas Komunikasi Interpersonal dengan Kepercayaan Diri pada Remaja Difabel

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara

COPING REMAJA AKHIR TERHADAP PERILAKU SELINGKUH AYAH

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. beradaptasi di tengah kehidupan masyarakat yang lebih luas.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. istri adalah salah satu tugas perkembangan pada tahap dewasa madya, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup tanpa keberadaan dan

A. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. belajar di sekolah. Hal ini sesuai pendapat Ahmadi (2005) yang menyebutkan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. pemberian rangsangan pendidikan lebih lanjut (Depdiknas, 2011). Pendidikan

Secara kodrat manusia sebagai makhluk yang tidak dapat hidup tanpa orang lain, saling

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini

MENJADI ORANGTUA TERBAIK UNTUK ANAK DENGAN METODE PENGASUHAN YANG TEPAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling berinteraksi. Melalui interaksi ini manusia dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan

HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN SEKSUAL DENGAN KEPUASAN PERNIKAHAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Hampir semua penduduk di dunia ini hidup dalam unit-unit keluarga. Setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diri dan lingkungan sekitarnya. Cara pandang individu dalam memandang dirinya

8. Sebutkan permasalahan apa saja yang biasa muncul dalam kehidupan perkawinan Anda?...

BAB I PENDAHULUAN. penyesuaian diri di lingkungan sosialnya. Seorang individu akan selalu berusaha

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. hakekat itu, manusia selalu berusaha untuk selalu memenuhi kebutuhannya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peristiwa merosotnya moral di kalangan remaja, akhir-akhir ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia pada dasarnya mempunyai kodrat, yaitu memiliki hasrat untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Pentingnya kehidupan keluarga yang sehat atau harmonis bagi remaja

KONFLIK INTERPERSONAL ANTAR ANGGOTA KELUARGA BESAR

I. PENDAHULUAN. Perkawinan didefinisikan sebagai suatu ikatan hubungan yang diakui secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. di dalamnya terdapat komitmen dan bertujuan untuk membina rumahtangga serta

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari proses interaksi sosial. Soerjono Soekanto (1986) mengutip

KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan pada saat individu mengalami kesulitan (Orford, 1992). Dukungan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan

BAB I PENDAHULUAN. pada meningkatnya hubungan antara anak dengan teman-temannya. Jalinan

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah individu yang menempuh perkuliahan di Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Havighurst (1972) kemandirian atau autonomy merupakan sikap

PERBEDAAN PENYESUAIAN SOSIAL PASCA PERCERAIAN ANTARA WANITA BEKERJA DAN WANITA TIDAK BEKERJA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Keluarga merupakan suatu hal yang penting bagi perkembangan emosi bagi para anggotanya (terutama anak), kebahagiaan ini diperoleh apabila keluarga dapat memerankan fungsinya dengan sangat baik dan terdapat keluarga yang lengkap yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Namun dalam kehidupan sehari-hari, kita banyak menjumpai keluarga yang tidak lengkap, ada yang dengan pengasuhan tunggal yang terdiri dari orang tua tunggal dan anak, dan ada pula keluarga campuran yang terdiri dari anak, orang tua kandung dan orang tua tiri. Dalam keluarga yang tidak memiliki salah satu dari orang tua kandungnya, yang disebabkan oleh kematian ataupun masalah keluarga lainnya, pasti akan mengalami perbedaan dengan keluarga yang masih memiliki orang tua utuh (lengkap). Keluarga yang telah mengalami kehilangan salah satu orang tua mereka akan sangat kehilangan apalagi bila yang telah hilang itu adalah seorang ibu akan mengalami kesulitan dalam mengurus rumah tangga, terutama dalam kasus mendidik anak dalam keluarga, mereka sangat membutuhkan seorang ibu pengganti yang bisa menyayangi sekaligus mendisiplinkan mereka. Anak-anak biasanya tidak senang ketika orang tua kandung mereka menikah lagi, sehingga mereka tidak senang menyambut orang tua tiri baru. Perilaku mereka sering kali memberi tekanan pada pengantin baru (Rice, 2008). Tapi terkadang anak sangat sulit untuk menerima orang baru dalam kehidupan mereka apalagi bila mempunyai anak yang sudah remaja. Terkadang kehadiran ibu baru sebagai pengganti sosok ibu kandung belum dapat diterima oleh anak-anak. Dalam kondisi memiliki anggota keluarga baru akan menyebabkan keadaan yang berbeda-beda pada individu, terlebih ketika memiliki orang tua baru yang menggantikan salah satu orang tua kandung kita. Menurut Freeman dalam Santrock (2003) remaja yang mengikuti pernikahan kembali dari orang tuanya akan dilanda masalah perilaku. Hal ini disebabkan oleh tugas 1

2 perkembangan mereka sebagai seorang remaja, maka akan lebih sulit bagi mereka menerima orang tua baru tersebut. Dengan latar belakang perpisahan anak dengan ibu kandungnya juga akan mempengaruhi kemampuan anak dalam menerima sosok wanita pengganti ibunya. Misalnya ketika perpisahan diakibatkan perceraian maka besar kemungkinan anak masih mengharapkan bersatunya kembali orang tua kandungnya, jika demikian maka sosok ibu tiri bisa dianggap sebagai pengganggu bagi anak untuk menyatukan kedua orang tua kandung mereka, untuk itu wajar bahwa kemampuan anak untuk menerima pengganti sosok ibu kandungnya memang berbeda-beda ada yang mudah untuk menerimanya tapi ada juga yang sulit untuk menerimanya. Dikatakan oleh Claxton-Oldfield dan Butler dalam Rice (2008) bahwa dongeng dan cerita rakyat membuat stereotipe ibu tiri jahat, mitos tersebut bisa menjadi sulit saat ibu tiri datang. Sehingga muncul persepsi bahwa perlakuan dan pengasuhan ibu tiri kepada anak biologis (anak kandung) akan berbeda bila dibandingkan dengan anak Non-Biologis (anak tiri). Anggapan-anggapan dari masyarakat mengenai ibu tiri, membuat sosok ibu tiri menjadi sosok yang menakutkan bagi setiap anak. Sosok ibu tiri dipandang sebagai sosok yang jahat, kejam, suka menyiksa, dan hanya sayang pada ayahnya saja. Meskipun pada kenyataan tidak semua ibu tiri memiliki sikap demikian, namun di kehidupan kita cukup banyak tragedi-tragedi yang menguatkan segala pemikiran masyarakat tentang kejamnya sosok ibu tiri itu. Hal tersebut makin memperburuk hubungan antara anak tiri dengan orang tua tirinya. Anggapan-anggapan tersebut bermunculan karena banyaknya kasus ketidak harmonisan hubungan komunikasi antara anak dengan ibu tirinya. Konflik yang biasa terjadi antara ibu dan anak tirinya terkadang bisa menjadi prahara dalam kebahagiaan keluarga. Konflik tersebut berawal dari sebuah perselisihan yang kecil, jika tidak diatasi dengan cermat dan bijak konflik ini bisa terus membesar dan membesar hingga akhirnya mengancam hubungan ibu dan anak tirinya dan akan berimbas pada keluarga. Berdasarkan penelitian Puspita (2010) tentang Memahami Proses Penetrasi Sosial untuk Membangun Intimate Relationship antara Anak dengan

3 Orangtua Tiri, disimpulkan bahwa penerimaan yang baik dari anak terhadap orangtua tiri mempermudah orangtua tiri dalam berkomunikasi dengan anak. Proses komunikasi yang lancar antara anak dengan orangtua tiri menumbuhkan kedekatan hubungan diantara kedua belah pihak sehingga meminimalisir ketidaknyamanan. Sebaliknya penerimaan yang kurang baik dari anak membuat proses komunikasi terhambat sehingga menciptakan jarak antara anak dengan orangtua tiri dan membuat hubungan interpersonal mereka kurang harmonis dan hanya berhenti pada tahap orientasi. Komunikasi adalah salah satu kunci harmonis orang tua-muda hubungan. Mengingat komunikasi yang terbatas antara orang tua dan remaja, serta fakta bahwa orang tua dan remaja sering memiliki persepsi yang berbeda dari acara yang sama bahkan empati, orang tua yang peduli seringkali tidak menyadari tekanan yang anak remaja mereka alami. Komunikasi dengan orang tua memburuk sampai batas tertentu selama masa remaja. Remaja telah melaporkan bahwa mereka menghabiskan lebih sedikit waktu berinteraksi dengan orang tua mereka dibandingkan dengan ketika mereka masih muda. Mereka mengungkapkan informasi sedikit untuk orang tua mereka dan komunikasi dengan orang tua sering sulit (Rice, 2008). Hubungan anak dengan orangan tua tiri yang cenderung memiliki jarak dan lebih konflik dikarenakan komunikasi yang jarang terjadi antara ibu dengan anak tiri, akibatnya kesalahpahaman mulai muncul, adanya prasangka, perasaan diabaikan, cemburu dan dikhianati bisa muncul. Komunikasi dalam keluarga sangat penting dilakukan bagi orang tua terhadap anaknya baik anak kandung ataupun atau anak tiri agar tidak terjadi kesenjangan yang dapat mengakibatkan keretakan hubungan antara orang tua dengan anak. Pada orangtua kandung, kedalaman emosi dibangun sejak anak masih di kandungan, sehingga terjalinlah ikatan yang erat. Sedangkan hubungan orangtua tiri dan anak tiri menjadi lemah karena kurangnya hubungan emosional dan singkatnya kebersamaan baru muncul saat orangtua tiri masuk ke dalam keluarga. Hal itu menambah sulit hubungan orangtua tiri dengan anak tiri dan bahkan membuat hubungan yang tidak baik dan lebih banyak konflik.

4 Penyesuaian sosial merupakan salah satu aspek penting dalam perkembangan kehidupan sosial anak. Hal tersebut didukung oleh Hurlock (1995) yang menyatakan pentingnya penyesuaian sosial pada anak. Pertama, pola perilaku dan sikap yang dibentuk pada awal masa kehidupan cenderung menetap. Anak yang berhasil melakukan penyesuaian sosial di awal masa sekolah, akan mempunyai kemungkinan yang jauh lebih besar untuk dapat melakukan penyesuaian sosial dengan baik ketika duduk di bangku sekolah menengah dan perguruan tinggi, dibandingkan dengan anak yang tidak berhasil melakukan penyesuaian sosial dengan baik pada awal masa sekolah. Alasan kedua, jenis penyesuaian sosial yang dilakukan anak-anak akan meninggakan ciri pada konsep diri mereka yang juga meningkatkan ketetapan pola penyesuaian sosial yang dilakukan. Penyesuaian sosial dapat diartikan sebagai kemampuan individu untuk bereaksi secara sehat dan efektif terhadap hubungan, situasi, dan kenyataan sosial yang ada sehingga dapat mencapai kehidupan sosial yang menyenangkan dan memuaskan (Schneiders, 1964). Anak yang dapat melakukan penyesuaian sosial secara baik akan memiliki dasar untuk meraih keberhasilan pada masa dewasa. Keberhasilan anak untuk dapat menyesuaikan diri dengan teman-teman sebayanya merupakan salah satu tugas perkembangan yang harus dilakukan (Hurlock, 1995). Anak yang mampu melakukan penyesuaian sosial yang baik dapat terlihat dari beberapa aspek, pertama adalah penyesuaian di rumah. Keluarga merupakan dasar bagi penyesuaian selanjutnya, dimana penyesuaian yang buruk di rumah akan diikuti dengan penyesuaian yang buruk disekolah dan masyarakat. Aspek kedua adalah penyesuaian di sekolah dimana sekolah merupakan tempat anak berinteraksi dengan teman dan guru. Aspek ketiga adalah penyesuaian di masyarakat. Kehidupan sosial di masyarakat lebih kompleks dibandingkan di rumah dan sekolah (Schneiders, 1964). Penelitian Azizah (2007) mengemukakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kepercayaan diri dengan penyesuaian sosial pada remaja di kelas II SMP Muhammadiyah 1 Malang. Hasil tersebut dibuktikan dengan nilai rxy = 0,467; sig = 0,000 < 0,05. Dengan kata lain semakin tinggi kepercayaan

5 diri remaja maka semakin mudah pula remaja melakukan penyesuaian sosial terhadap lingkungan sosial disekitar mereka. Lebih lanjut menurut penelitian Jean (2010) tentang akademik dan penyesuaian sosial mahasiswa perguruan tinggi angkatan pertama didapatkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara akademik dan penyesuaian sosial mahasiswa perguruan tinggi angkatan pertama. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa masalah indeks prestasi akademik yang dihadapi mahasiswa angkatan pertama tidak ada hubungan yang berarti dengan penyesuaian sosialnya. Penyesuaian sosial akan terasa lebih penting, manakala individu dihadapkan pada kesenjangan-kesenjangan yang timbul dalam hubungan dengan orang lain. Betapapun kesenjangan-kesenjangan itu dirasakan sebagai hal yang menghambat, akan tetapi sebagai makhluk sosial, kebutuhan individu akan pergaulan, penerimaan, dan pengakuan orang lain atas dirinya tidak dapat dielakan sehingga dalam situasi tersebut, penyesuaian sosial akan menjadi wujud kemampuan yang dapat mengurangi atau mengatasi kesenjangan-kesenjangan tersebut. Untuk dapat melakukan penyesuaian sosial yang baik, maka komunikasi interpersonal mempunyai peranan yang sangat penting. Erat kaitannya hubungan komunikasi interpersonal dengan penyesuaian sosial yaitu dimana komunikasi antar komunikator dengan komunikan terjadi jika komunikasinya positif atau negatif, berhasil atau tidaknya. Komunikasi yang positif cenderung menimbulkan perasaan yakin terhadap kemampuan diri, percaya diri dan harga diri, sehingga akan membuat individu bersifat terbuka mudah dalam melakukan relasi sosial. Komunikasi yang negatif cenderung akan menimbulkan perasaan tidak mampu dan penolakan terhadap diri sendiri sehingga akan menyulitkan individu dalam relasi sosialnya. Interaksi dalam komunikasi akan lebih efektif apabila setiap orang yang terlibat dapat berperan aktif, dapat mengutarakan pikirannya, dan menanggapi pendapat orang lain secara spontan. Penelitian Keshavarzi (2010) menunjukkan bahwa antara keterampilan komunikasi interpersonal memiliki hubungan yang signifikan dengan komitmen organisasi. Berdasarkan hasil penelitian menggunakan korelasi Person,

6 diperoleh hasil 0,304 (p value = 0,011) yang menunjukkan terdapat hubungan positif dan signifikan antara kedua variabel. Tingkat korelasi antara kedua variabel keterampilan komunikasi interpersonal dan komitmen organisasi menunjukkan bahwa hubungan kedua variabel tersebut tidak terlalu kuat dikarenakan adanya faktor lain yang mempengaruhi komitmen organisasi yang lebih memenuhi kebutuhan awal. Menurut Keshavarzi (2010), keterampilan komunikasi interpersonal yang efektif sangat penting untuk interaksi sosial, dan untuk membangun dan memelihara semua hubungan. Keterampilan komunikasi yang buruk dapat menyebabkan kerusakan suatu hubungan sehingga mempengaruhi produktivitas, kepuasan, kinerja, moral, kepercayaan, rasa hormat, percaya diri, dan bahkan kesehatan fisik. Keterampilan komunikasi interpersonal pada anak ini menjadi sangat penting karena dalam bergaul dengan teman sebayanya anak seringkali dihadapkan dengan hal-hal yang membuatnya harus mampu menyatakan pendapat pribadinya tanpa disertai emosi, marah atau sikap kasar, bahkan anak harus bisa mencoba menetralisasi keadaan apabila terjadi suatu konflik. Komunikasi dalam keluarga membawa keputusan tentang kemampuan seorang anak dalam melakukan interaksi sosial dengan lingkungannya. Hal ini merupakan satu alasan penting mengapa komunikasi interpersonal penting dalam keluarga, khususnya antara anak dengan ibu tiri. Komunikasi interpersonal adalah kunci untuk setiap hubungan orang tuaa dan anak. Sehingga dalam hal ini komunikasi interpersonal sangat diperlukan dalam keluarga antara anak dan ibu tiri untuk membangun keluarga yang harmonis. Komunikasi interpersonal sangat penting dalam memelihara dan menumbuhkan hubungan yang harmonis antara ibu tiri dengan anak-anaknya. Komunikasi memiliki peran yang penting dalam menyatukan setiap pandangan dalam anggota keluarga yang berbeda, khususnya bagi anak kepada ibu tirinya, karena ibu akan membantu suami dalam mendidik anak. Karena dalam sebuah keluarga diperlukan hubungan antar personal yang dilandasi keterbukaan dan komunikasi untuk memperlancar proses penyesuaian sosial seorang anak.

7 Berangkat dari masalah dan sumber informasi yang telah dipaparkan diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian secara lebih mendalam tentang hubungan antara komunikasi interpersonal anak yang diasuh ibu tiri dengan penyesuaian sosial. B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah terdapat hubungan antara komunikasi interpersonal anak yang diasuh ibu tiri dengan penyesuaian sosial? C. TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan rumusan masalah diatas maka diharapkan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara komunikasi interpersonal anak yang diasuh ibu tiri dengan penyesuaian sosial. D. MANFAAT PENELITIAN Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini antara lain: 1. Secara Teoritis : Dapat memberikan tambahan referensi bagi psikologi perkembangan terkait dengan bagaimana interaksi sosial anak yang diasuh ibu tiri. 2. Secara Praktis : Memberikan manfaat bagi anak tiri dalam mengatasi komunikasi interpersonal dan penyesuaian sosial pada keluarga, ibu tirinya, dan lingkungannya. Dan diharapkan juga dapat memberikan pengetahuan bagi keluarga termasuk ibu tiri agar dapat menciptakan hubungan yang harmonis antara sesama anggota keluarga.