Respon Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merril) berdasarkan dan Phonska Muh. Surya Pakaya 1, Wawan Pembengo 2, Fauzan Zakaria 2 1 Mahasiswa Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo 2 Staf Pengajar Program Studi Agroteknlogi Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jarak tanam, pemupukan dan interaksi antara keduanya terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai. Penelitian ini dilaksanakan mulai April 2013 sampai dengan Juni 2013. Bertempat di lahan perkebunan masyarakat di Desa Timbuolo Timur Kecamatan Botupingge Kabupaten Bone Bolango. Peralatan yang digunakan adalah cangkul untuk mengolah dan mencampur tanah, meteran untuk mengukur luas lahan dan panjang/tinggi tanaman, gembor untuk menyiram tanaman, timbangan, alat tulis, kertas label. Bahan penelitian yang digunakan adalah benih tanaman kedelai, pupuk phonska, marshal. Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial yang terdiri atas 2 faktor dimana faktor pertama adalah jarak tanam yaitu 40 x 25 cm dan 40 x 40 cm serta faktor kedua adalah pemupukan yaitu tanpa perlakuan (kontrol), 200 kg ha -1, dan 300 kg ha -1. Parameter pengamatan meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah polong, dan berat 100 biji. Jarak tanam tidak berpengaruh pada tinggi tanaman, jumlah daun pada 2, 4, 5, 6, 7, dan 8 MST, jumlah polong, dan berat 100 biji. Jarak tanam berpengaruh pada jumlah daun 3 MST. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jarak tanam 40 x 25 cm nyata lebih tinggi dibandingkan jarak tanam 40 x 40 cm. berpengaruh pada tinggi tanaman dan jumlah daun pada 6, 7, dan 8 MST, jumlah polong, dan berat 100 biji. phonska berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai. Dosis 300 kg ha -1 memberikan hasil terbaik, tetapi lebih efisien untuk menggunakan dosis 200 kg ha -1 pada tanaman kedelai. Interaksi antara jarak tanam dan pemupukan tidak memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai. Kata kunci: Jarak tanam, pemupukan, phonska, pertumbuhan, hasil, kedelai PENDAHULUAN Tanaman kedelai merupakan salah satu jenis tanaman polong-polongan (golongan Leguminoceae) dan tanaman pangan. Kebutuhan kedelai terus meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk, peningkatan kesadaran masyarakat akan kecukupan gizi dan perkembangan industri pakan ternak. Berdasarkan laporan dari BPS (2012), produksi dari tanaman kedelai tahun 2009 mengalami 3013 ton, kemudian tahun 2010 mengalami penurunan sebesar 2125 ton dan selanjutnya tahun 2011 hanya mengalami pengingkatan sebesar 31 ton. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman kedelai produksinya tidak konsisten dari tahun ke tahun. Salah satu usaha untuk meningkatkan produksi kedelai adalah dengan pengaturan jarak tanam dan pemupukan.
Pengaturan dari jarak tanam kedelai akan sangat menentukasn hasil dari kedelai. Menurut Murrinie (2010), penentuan jarak tanam tergantung pada daya tumbuh benih, kesuburan tanah, musim, dan varietas yang ditanam. Benih yang daya tumbuhnya agak rendah, perlu ditanam dengan jarak tanam yang lebih rapat. Pada tanah yng subur, jarak tanam yang agak renggang lebih menguntungkan. Varietas yang banyak bercabang, jarak tanam yang lebih renggang menyebabkan hasil lebih baik. Pada tanah yan tandus atau varietas yang batangnya tidak bercabang lebih sesuai ditanam dengan jarak tanam agak rapat. Pertanaman pada musim kemarau yang diperkirakan kekurangan air, perlu ditanam pada jarak tanam lebih rapat. Hasil penelitian dari Ali (2004) menunjukkan bahwa jarak tanam secara umum memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman kacang tanah dan berpengaruh nyata terhadap peubah produksi. Peningkatan hasil kedelai yang tinggi diperlukan unsur hara dan mineral yang dalam jumlah cukup atau seimbang dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Kedelai membutuhkan dan menyerap hara makro atau N, P, dan K dalam jumlah besar karena kedelai juga merupakan tanaman semusim. Unsur hara makro yang banyak dibutuhkan oleh tanaman sering megalami kekurangan dimana unsur N mengalami pencucian dan penguapan, K mengalami leaching (pencucian) serta P yang banyak terangkut bersama-sama tanaman saat panen. Salah satu jenis pupuk yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan hara-hara tersebut sekaligus adalah pupuk phonska. Phonska merupakan pupuk majemuk yang mengandung N 15%, P 15% dan K 15%. Berdasarkan uraian diatas dirasakan perlu dilakukan penelitian mengenai respon pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai (Glycine max (L.) Meriil) berdasarkan jarak tanam dan pemupukan phonska. BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan mulai April 2013 sampai dengan Juni 2013. Bertempat di lahan perkebunan masyarakat di Desa Timbuolo Timur Kecamatan Botupingge Kabupaten Bone Bolango. Peralatan yang digunakan adalah cangkul untuk mengolah dan mencampur tanah, meteran untuk mengukur luas lahan dan panjang/tinggi tanaman, gembor untuk menyiram tanaman, timbangan, alat tulis, kertas label. Bahan penelitian yang digunakan adalah benih tanaman kedelai, pupuk phonska, marshal. Penelitian ini terdiri atas dua faktor yaitu jarak tanam (J) dan dosis pupuk majemuk phonska (P). Faktor pertama perlakuan jarak ranam yaitu J 1 dengan jarak tanam 40 cm x 25 cm dan J 2 jarak tanam 40 cm x 40 cm. Faktor kedua pemupukan phonska terdiri atas P 0 =0 kg/ha (kontrol), P 1 =200 kg ha -1, dan P 2 =300 kg ha -1. Terdapat 6 kombinasi dengan ulangan tiga kali sehinga terdapar 18 unit satuan percobaan. Prosedur penelitian dimulai dengan penyiapan lahan yaitu pembersihan lahan, pembajakan lahan, dan ploting lahan. Penanaman dilakukan dengan cara tugal sebanyak 2 biji per lubang dengan menambahkan marshal. dilakukan sekali pada saat tanam dan tiga minggu setelah tanam, dengan dosis 0,6 g/tanaman dan 1,6 g/tanaman. Pupuk diberikan dengan cara alur dengan jarak 5 cm dari barisan tanaman. Pemeliharaan dilakukan dengan pemupukan, penyiangan, dan penyulaman. Penyiangan membersihkan lahan dari gulma yang tumbuh di areal tanaman budidaya. Penyulaman dilakukan dengan mengganti tanaman yang tidak tumbuh saat awal penanaman. Panen dilakukan pada minggu
ke-12 setelah tanam, yaitu pada saat tanaman telah berumur 84 hari. Parameter yang diamati dengan tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah polong, dan berat 100 biji. Data hasil penelitiaan ini dianalisis dengan sidik ragam. Selanjutnya untuk menguji hipotesis dilakukan dengan menggunakan Uji F. Jika F hitung berbeda nyata maka dilakukan Uji Lanjut BNT 5 %. HASIL DAN PEMBAHASAN Tinggi Tanaman Hasil analisis sidaik ragam menunjukkan bahwa jarak tanam dan interaksi antara keduanya tidak memberikan pengaruh yang nyata dan perlakuan pemupukan berpengaruh nyata pada 6, 7, dan 8 MST seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1. Jarak tanam yang tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman kedelai diduga karena perbedaan ruang tumbuh pada jarak tanam tersebut belum mampu memberikan respon atau menekan pertumbuhan tinggi tanaman sehingga jarak tanam memberikan respon yang sama. Hal ini sejalan dengan penelitian Naibaho (2006) yang melaporkan hasil penelitiannya bahwa perbedaan yang tidak nyata menunjukkan bahwa tanaman kedelai mempunyai respon yang sama terhadap jarak tanam pada tinggi tanaman. Kualitas cahaya yang diperoleh tanaman yang menyebabkan persaingan antar tanaman maupun di dalam tubuh tanaman itu sendiri. Tabel 1. Rekapitulasi Tinggi Tanaman Tinggi Tanaman (cm) 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST 40 x 25 cm 16,44 tn 23,81 tn 27,89 tn 29,35 tn 42,58 tn 49,28 tn 52,38 tn 40 x 40 cm 16,46 23,79 27,24 29,14 41,35 47,57 50,51 BNT 5% - - - - - - 0 (Kontrol) 15,77 tn 22,22 tn 25,15 tn 27,08 tn 37,51a 42,37a 45,86a 200 kg ha -1 16,11 23,76 27,39 27,96 40,73ab 46,87ab 49,20ab 300 kg ha -1 17,46 25,42 30,14 32,69 47,65b 56,03 59,28b BNT 5% - - - - 7,90 9,38 9,66 berpengaruh nyata pada tinggi tanaman di mana dosis 300 kg ha -1 berbeda nyata dengan tanpa perlakuan atau kontrol tetapi tidak berbeda nyata dengan dosis 200 kg ha -1. Tinggi tanaman yang dipengaruhi oleh pemupukan phonska pada 6, 7, dan 8 MST diduga karena rendahnya kandungan N seperti yang tercantum pada Lampiran 1 dimana fungsi N dapat meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman sehingga dosis 300 kg ha -1 memberikan hasil tertinggi. Menurut Santoso et al. (2012), pemupukan NPK majemuk merupakan unsur hara pada tanaman yang efisien dibanding dengan pemupukan tunggal. Jumlah Daun jarak tanam 40 x 25 cm memberikan hasil rata-rata jumlah daun tertinggi 3 MST dibandingkan dengan jarak tanam 40 x 40 cm (Tabel 2). Jarak tanam yang berpengaruh pada jumlah daun hanya 3 MST diduga karena kompetisi
antar tanaman yang belum terlalu besar sehingga tanaman bisa memberikan respon yang berbeda terhadap jarak tanam yang berbeda. Murrinie (2010) menyatakan bahwa kompetisi intraspesifik lebih tinggi pengaruhnya dibanding kompetisi interspesifik. jarak tanam yang tidak berpengaruh nyata pada 2, 4 sampai 8 MST. Moss dan Mack (1979) dalam Naibaho (2006) pendapatnya bahwa kerapatan tanaman tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun tiap tanaman. Tabel 2. Rekapitulasi Jumlah Daun Jumlah Daun (Helai) 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST 40 x 25 cm 3,67 tn 5,02a 6,29 tn 9,31 tn 12,16 tn 19,20 tn 20,67 tn 40 x 40 cm 3,47 4,53b 5,93 8,44 11,93 18,76 20,04 BNT 5% - 0,46 - - - - 0 (Kontrol) 3,60 tn 4,63 tn 6,00 tn 8,50 tn 10,67a 16,27a 17,53a 200 kg ha -1 3,40 4,73 6,03 8,77 12,17ab 18,37ab 19,63ab 300 kg ha -1 3,70 4,97 6,30 9,37 13,30b 22,30b 23,90b BNT 5% - - - - 1,63 2,99 2,73 Berdasarkan Tabel 2, jumlah daun yang dipengaruhi oleh pemupukan menjukkan bahwa pemupukan dengan dosis 300 kg ha -1 berbeda nyata dengan tanpa perlakuan (kontrol) tetapi tidak berbeda nyata dengan dosis 200 kg ha -1. Hal ini diduga karena rendahnya unsur N yang berperan dalam pertumbuhan vegetatif dari tanaman, maka pupuk NPK yang diberikan langsung terserap oleh tanaman sehingga meningkatn jumlah daun kedelai. Menurut Leiwakabessy dan Sutardi (1998) dalam Naibaho (2006), pemberian nitrogen dalam jumlah banyak akan menyebabkan pertumbuhan vegetatif yang lebat dan warna daun menjadi tua. Jumlah Polong Jumlah polong tidak dipengaruhi oleh jarak tanam dan interaksi antara jarak tanam dan pemupukan dan hanya dipengaruhi oleh pemupukan. Naibaho (2006) dalam penelitiannya melaporkan bahwa jarak tanam tidak berpengaruh nyata diduga karena ada persaingan dalam pengambilan xat hara, air, dan sinar matahari. Berdasarkan Tabel 3, walaupun secara statistik jarak tanam tidak berpengaruh pada jumlah polong, namun hasil jumlah polong tertinggi yaitu pada jarak tanam 40 x 40 cm. Hal ini diduga karena besarnya ruang tumbuh yang diperoleh oleh tanaman sehingga kompetisi tidak terlalu besar dalam pengambilan nutrisi maupun cahaya dan polong yang terbentuk semakin banyak. Menurut Ali (2004), jarak tanam yang semakin rapat akan menurunkan jumlah polong bernas tanaman. Lebih lanjut Trustinah (1993) dalam Ali (2004) menambahkan apabila persaingan ini berlanjut dalam waktu yang lama maka hal ini dapat meningkatkan jumlah biji yang keriput dan menurunkan jumlah polong bernas.
Tabel 3. Rekapitulasi Jumlah Polong Jumlah Polong (Buah) 40 x 25 cm 23,07 tn 40 x 40 cm 25,31 BNT 5% 0 (Kontrol) 16,27a 200 kg ha -1 22,27ab 300 kg ha -1 34,03b BNT 5% 10,43 Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa jumlah polong tidak dipengaruhi oleh jarak tanam dan interaksi antara jarak tanam dan pemupukan tetapi dipengaruhi oleh pemupukan. dengan dosis 300 kg ha -1 nyata lebih tinggi (34,03 buah) dibandingkan tanpa perlakuan (kontrol) (16,27 buah) tetapi tidak berbeda nyata dengan dosis 200 kga ha -1 (22,27 buah). Hal ini diduga karena penyerapan hara terutama unsur P yang berperan dalam meningkatkan produksi tersedia dan dapat diserap oleh tanaman. Menurut Haryanto (1985), jumlah polong tiap tanaman dipengaruhi oleh dosis pupuk fosfor yang diberikan. Banyaknya polong yang terbentuk pada tanaman kedelai tanpa dipupuk fosor lebih rendah daripada tanaman yang dipupuk fosfor. Berat 100 Biji Hasil rata-rata berdasarkan uji BNT 5% disajikan pada Tabel 4. Tabel 4 menunjukkan bahwa berat 100 biji tidak dipengaruhi oleh jatak tanam diduga karena persaingan intraspesifik yang terjadi sehingga jarak tanam meberikan respon yang sama. Walaupun secara statistik tidak memberikan pengaruh namun hasil tertinggi yang diperoleh yaitu pada jarak tanam 40 x 40 cm (25,31 g) dibandingkan dengan jarak tanam 40 x 25 cm (15,98 g). Menurut Trustinah (1993) dalam Ali (2004), jarak tanam yang rapat menyebabkan terjadinya persaingan untuk mendapatkan air sehingga terjadi akumulasi bahan kering yang maksimum. Eprim (2006) menambahkan dengan jarak tanam yang renggang kedelai mampu mendapatkan cahaya secara optimal sehingga proses mendapatkan cahaya secara optimal sehingga proses fotosintesis dan pengisian asimilat ke polong tidak terganggu. Tabel 4. Rekapitulasi Berat 100 Biji Berat 100 Biji (g) 40 x 25 cm 15,98 tn 40 x 40 cm 17,91 BNT 5% 0 (Kontrol) 29,73a 200 kg ha -1 33,67ab 300 kg ha -1 38,27b BNT 5% 2,96
pemupukan yang berpengaruh nyata terhadap berat 100 biji seperti yang disajikan pada Tabel 4 di atas menunjukkan bahwa dosis 300 kg ha -1 nyata lebih tinggi (38,27 g) dibandingkan tanpa perlakuan (kontrol) (29,73 g) tetapi tidak berbeda nyata dengan dosis 200 kg ha -1. Hal ini diduga karena banyaknya polong yang dihasilkan sehingga menghasilkan biji yang lebih banyak, di mana dalam hal ini pupuk yang diberikan pada tanaman kedelai cukup atau terserap oleh tanaman sehingga berat yag dihasilkan juga meningkat. Haryanto (1985) menjelaskan fosor dapat meningkatkan jumlah bunga yang terbentuk dan bobot kering biji kedelai. Selanjutnya Raintung (2010) menambahkan produksi yang tinggi diduga karena tanaman mampu memanfaatkan P dan K yang tersedia dalam tanah. KESIMPULAN 1. Jarak tanam tidak berpengaruh pada tinggi tanaman, jumlah daun 2, 4, 5, 6, 7, dan 8 MST, jumlah polong, dan berat 100 biji. Jarak tanam berpengaruh pada jumlah daun 3 MST. Jarak tanam 40 x 25 cm nyata lebih tinggi dibandingkan jarak tanam 40 x 40 cm. 2. phonska berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai. Dosis 300 kg ha -1 memberikan hasil terbaik, tetapi lebih efisien untuk menggunakan dosis 200 kg ha -1 pada tanaman kedelai. 3. Interaksi antara jarak tanam dan pemupukan tidak memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai. DAFTAR PUSTAKA Ali, A. H. H. J. A. G. 2004. Pengaruh dan Pemberian Berbagai Dosis Kotoran Ayam terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Varietas Gajah. Skripsi. Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor Badan Pusat Statistik. 2012. Gorontalo dalam Angka. BPS. Provinsi Gorontalo Eprim, Y. S. 2006. Periode Kritis Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) terhadap Kompetisi Gulma pada Beberapa Di Lahan Alangalang (Imperata cylindrica (L.) Beauv.). Skripsi. Program Studi Agronomi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Haryanto. 1985. Pengaruh Fosfor pada Tiga Metoda Pengolahan Tanah terhadap Hasil dan Komponen Hasil Tanaman Kedelai (Glycine max (L) Merr.). Laporan Karya Ilmiah. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Insititut Pertanian Bogor Murrinie. 2010. Analisis Pertumbuhan Tanaman Kacang Tanah dan Pergeseran Komposisi Gulma pada Frekuensi Penyiangandan yang Berbeda.
http://eprints.umk.ac.id/118/1/analisis_pertumbuhan_tanaman _KACANG_TANAH.pdf [18 Februari 2013] Naibaho, K. 2006. Pengaruh dan N Lewat Daun terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kedelai (Glycine max (L.) Merril) pada Budidaya Jenuh Air. Skripsi. Program Studi Agronomi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Raintung, J. 2010. Pengaruh Pemberian Fosfor dan Kalium terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kedelai (Glycine max (L.) Merril) Varietas 91-005. Tesis. Program Pasca Sarjana. Universitas Samratulangi. Manado. Santoso, B, U. S. Budi, dan E. Nurnasari. 2012. Pengaruh dan Dosis Pupuk NPK Majemuk terhadap Petumbuhan, Produksi, dan Analisis Usaha Tani Rosela Merah. Jurnal Littri 18 (1): 17-23