Nomor : 02/ForBALI/I/2018 Lamp : - Perihal : Surat Terbuka atas Isu penolakan Reklamasi Teluk Benoa dari Para Kandidat Pilgub Bali 2018. FORUM RAKYAT BALI TOLAK REKLAMASI TELUK BENOA Jl. Sedap Malam No. 234, Kesiman, Denpasar Bali Twitter : @forbali13, Facebook: Bali Tolak Reklamasi, Email : info@forbali.org, Website : http://www.forbali.org/ Denpasar, 14 Januari 2018 Kepada Yth : 1. Pasangan Bakal Calon Gubernur dan Bakal Calon Wakil Gubernur Bali (Dr. Ir. Wayan Koster, M.M. & DR. Ir. Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati, M.Si dan I.B. Rai Dharmawijaya Mantra, S.E., M.Si. & Drs. I Ketut Sudikerta) 2. Partai Pengusung Kedua Pasangan Bakal Calon Gubernur dan Bakal Calon Wakil Gubernur Bali (PDIP, PAN, HANURA, PKPI dan Partai Demokrat, Partai Golkar, Partai Gerindra, Partai Nasdem, PKS, PBB, Partai Perindo) di tempat Salam BTR, Perjuangan rakyat Bali dalam upaya menyelamatkan Teluk Benoa dari upaya reklamasi oleh rezim property termasuk upaya meminta Presiden Joko Widodo agar membatalkan Perpres Nomor 51 Tahun 2014 yang menjadi payung hukum atas rencana tersebut telah memasuki tahun ke 5. Selama ini, perjuangan tersebut seolah-olah luput dari perhatian penguasa baik eksekutif maupun legislatif namun selalu mengemuka tajam dalam setiap perhelatan kontestasi politik baik dalam pilkada, pileg maupun pilpres. Dalam catatan ForBALI, isu penolakan reklamasi Teluk Benoa selalu menjadi isu krusial dalam ajang politik elektoral seperti saat Pileg dan pilpres 2014, Pilwakot Denpasar maupun Pilkada Kabupaten Badung 2015 (semua kandidat menyatakan menolak reklamasi Teluk Benoa) dan kini jelang ajang pilgub Bali 2018, isu tersebut kembali menyeruak tajam. Dalam pandangan ForBALI, isu penolakan reklamasi Teluk Benoa adalah keniscayaan politik. Salah satu yang menjadi alat pijak kami adalah berdasarkan survey persepsi publik yang pernah kami lakukan beberapa tahun lalu, logika publik telah menyatakan bahwa reklamasi Teluk Benoa adalah proyek yang buruk bagi Bali. Oleh karenanya dapat dinyatakan, Halaman 1 dari 7
penolakan reklamasi Teluk Benoa telah menjadi isu bersama (common issue) sebagian besar masyarakat Bali sehingga menjadi salah satu tolak ukur bagi masyarakat saat memilih pemimpinnya. Dengan demikian, keberpihakan para kandidat pimpinan daerah atas penolakan reklamasi Teluk Benoa sangat krusial dalam peningkatan elektabilitas masingmasing kandidat. Pada ajang pilgub Bali kali ini, kedua kandidat, baik pasangan KBS -ACE (Dr. Ir. Wayan Koster, M.M. & DR. Ir. Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati, M.Si) maupun Pasangan Mantra-Kertha (I.B. Rai Dharmawijaya Mantra, S.E., M.Si. & Drs. I Ketut Sudikerta) dengan caranya masing-masing, menyuarakan penolakan reklamasi Teluk Benoa. Dalam pengamatan ForBALI, di beberapa pidato politiknya, dalam berbagai acara termasuk juga wawancara media, I Wayan Koster (KBS) pada pokoknya menyatakan bahwa yang bersangkutan menolak rencana reklamasi karena tidak sesuai dengan adat budaya Bali. Hal yang kurang lebih sama dilakukan oleh pasangan Mantra-Kertha. Bahkan dalam deklarasi pencalonannya jelang pendaftaran ke KPUD Bali, partai pengusungnya yang tergabung dalam Koalisi Rakyat Bali (Partai Demokrat, Partai Golkar, Partai Gerindra, Partai Nasdem, PKS, PBB dan Partai Perindo) menandatangani Pakta Intergritas yang pada pokoknya di point satu menyatakan: "mendukung hasil kajian Universitas Udayana, Bhisama Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) dan aspirasi masyarakat yang menyatakan MENOLAK PERENCANAAN PEMBANGUNAN REKLAMASI TELUK BENOA." Terhadap pernyataan para kandidat dan partai politik yang mengusungnya, ada beberapa catatan penting yang patut Kami sampaikan, sebagai berikut; Pertama, terhadap pasangan calon Gubernur maupun Wakil Gubernur; a) Pasangan KBS-ACE; dalam kurun waktu 5 tahun ke belakang, Saudara I Wayan Koster, baik dalam kapasitas sebagai anggota DPR RI maupun Ketua DPD PDIP Bali, sama sekali tidak menunjukan perhatian dan keberpihakannya terhadap perjuangan penolakan reklamasi Teluk Benoa, baik dalam upaya membatalkan proyek reklamasi Teluk Benoa maupun dalam upaya mendorong pembatalan Perpres Nomor 51 Tahun 2014. Yang bersangkutan cenderung mengabaikan perjuangan tersebut bahkan pernah di media massa menyebutkan bahwa reklamasi Teluk Benoa bukan lagi urusan PDIP. Sedangkan pasangannya, Saudara Tjok. Ace, cukup berkontribusi dalam penolakan reklamasi Teluk Benoa melalui organisasi PHRI Bali. Halaman 2 dari 7
b) Pasangan Mantra-Kertha; dalam kapasitas selaku Walikota Denpasar, Saudara Rai Mantra, tercatat pernah menolak memberikan rekomendasi bagi pemberian ijin lokasi oleh pemerintah pusat kepada PT. TWBI. Namun demikian, tidak ada langkah-langkah lebih lanjut dalam upaya mengawal penolakan reklamasi Teluk Benoa serta tidak ada upaya untuk adanya pembatalan Perpres Nomor 51 Tahun 2014 kepada Presiden Joko Widodo. Pasangan Beliau, I Ketut Sudikerta, baik dalam kapasitasnya selaku, Wakil Gubernur Bali maupun selaku Ketua Partai Golkar Propinsi Bali, sama sekali tidak memberi perhatian dan dukungan kepada aspirasi rakyat dalam upaya pembatalan reklamasi Teluk Benoa serta upaya pembatalan Perpres Nomor 51 Tahun 2014. Sepanjang menjabat sebagai Wakil Gubernur Bali periode 2013-2018, tidak sekalipun yang bersangkutan pernah menemui Kami yang rata-rata melakukan unjuk rasa di depan Kantor Gubernur Bali kecuali setelah masuk Pilgub 2018. Kedua, terhadap Partai Politik Pengusung para kandidat Pilgub 2018, dapat kami sampaikan sebagai berikut; a) Partai Politik pendukung Paket KBS-ACE (PDIP, PAN, HANURA, PKPI); Secara kelembagaan, tidak terdapat tindakan politik yang serius dalam menyerap aspirasi rakyat dan memperjuangan upaya penolakan reklamasi Teluk Benoa serta upaya agar Perpres Nomor 51 Tahun 2014 dibatalkan oleh Presiden Joko Widodo. Dalam catatan Kami, dari partai politik pengusung paket KBS-ACE hanya Partai PDIP Bali sebagai partai terbesar di Bali tercatat pernah melakukan penolakan reklamasi Teluk Benoa pada tahun 2013 melalui Fraksi PDIP di DPRD Propinsi Bali. Namun setelahnya PDIP sama sekali tidak lagi memperjuangkan sikapnya tersebut bahkan cenderung mengabaikan aspirasi masyarakat bahkan terlihat membiarkan seluruh proses terjadi, termasuk tidak ada upaya secara politik untuk mendesak Presiden Joko Widodo membatalkan Perpres Nomor 51 Tahun 2014. Ironisnya sampai surat ini dibuatpun, partai politik pengusung paket ini tidak bersikap dan tidak melakukan tindakan politik untuk membatalkan proyek reklamasi Teluk Benoa dan upaya pembatalan Perpres Nomor 51 Tahun 2014 oleh Presiden Joko Widodo. b) Partai Politik pendukung Paket Mantra-Kertha (Partai Demokrat, Partai Golkar, Partai Gerindra, Partai Nasdem, PKS, PBB, Partai Perindo); dalam catatan Kami, secara kelembagaan, Partai Pengusung Paket Mantra-Kertha ini dalam Halaman 3 dari 7
pandangan kami juga tidak pernah serius melakukan upaya penolakan reklamasi Teluk Benoa, -terutama Partai Politik yang memiliki Fraksi di legislatif khususnya di DPRD Propinsi Bali-, yang terlihat justru sebaliknya. Terlebih lagi Partai Demokrat, Ketua Umumnya saat ini, Saudara Susilo Bambang Yudhoyono adalah orang yang menerbitkan Perpres Nomor 51 Tahun 2014 saat menjabat Presiden RI pada 30 Mei 2014. Peraturan hukum yang menjadi landasan hukum bagi pelaksanaan reklamasi Teluk Benoa karena mencoret Teluk Benoa sebagai kawasan konservasi perairan dan memperbolehkan kegiatan reklamasi paling tidak 700 hektar di Teluk Benoa. Rezim SBY pula yang menerbitkan Ijin lokasi bagi PT. TWBI melalui Menteri Kelautan dan Perikanan, Saudara Sharif Cicip Sutarjo. Hal-hal tersebut adalah sebagian catatan yang kami utarakan dalam surat ini untuk merefleksikan sikap dan keberpihakan para kandidat beserta Partai Politik Pengusungnya. Bahwa sikap penolakan atas reklamasi Teluk Benoa yang dikumandangkan oleh para kandidat pilgub Bali 2018 dengan berbagai motifnya tetap kami apresiasi. Namun demikian, keseriusan dalam melakukan perjuangan penolakan reklamasi Teluk benoa dan pembatalan Perpres Nomor 51 Tahun 2014 sebagai payung hukumnya wajib pula diuji agar pernyataan tersebut tidak hanya menjadi retorika politik semata atau komoditas politik guna tujuan menaikan elektabilitas semata, namun merupakan pernyataan politik yang serius guna menjaga tanah Bali dari eksploitasi. Selama ini, banyak sekali bantahan-bantahan yang muncul dari Partai politik maupun politisi jika Kami tuntut untuk bersikap menolak reklamasi Teluk Benoa serta kami tuntut untuk memperjuangkan upaya pembatalan Perpres Nomor 51 Tahun 2014, mulai dari pernyataan reklamasi Teluk Benoa adalah kewenangan pusat., Pembatalan Perpres Nomor 51 Tahun 2014 adalah kewenangan Presiden bukan kewenangan pejabat eksekutif maupun legislatif di daerah., DPRD Bali akan menolak reklamasi jika Perpres Nomor 51 Tahun 2014 dicabut Presiden. Dan masih banyak lagi pernyataan lainnya yang menurut kami itu adalah bagian dari upaya ngeles dari desakan untuk memperjuangan tuntutan yang kami aspirasikan. Oleh karenanya, agar tidak berlarut-larut perlu Kami tegaskan dalam surat ini bahwasanya jika ada kemauan politik yang serius maka sangat memungkinkan para kandidat dengan kapasitasnya masing-masing, terutama I Wayan Koster sebagai anggota DPR RI, I.B. Rai Halaman 4 dari 7
Dharmawijaya Mantra sebagai Walikota dan I Ketut Sudikerta sebagai Wakil Gubernur Bali untuk menyampaikan surat kepada Presiden Joko Widodo agar menolak rencana reklamasi Teluk Benoa serta membatalkan Perpres Nomor 51 Tahun 2014 sebelum memasuki masa cuti. sedangkan Saudara Tjok Oka Artha Ardhana dapat menyampaikan sikapnya secara lebih tegas dalam organisasi PHRI. Dalam kapasitas I Wayan Koster selaku Ketua DPD PDIP Propinsi Bali dan Ketut Sudikerta selaku Ketua DPD Partai Golkar Propinsi Bali dapat memerintahkan agar fraksi-fraksinya baik di DPRD Bali maupun di DPRD Kabupaten Kota se- Bali untuk menggelar rapat paripurna khusus untuk mengeluarkan keputusan politik menolak rencana reklamasi Teluk Benoa dan meminta Presiden RI, Bapak Joko Widodo agar membatalkan Perpres Nomor 51 Tahun 2014. Sekaligus meminta agar Gubernur Bali menolak reklamasi Teluk Benoa dan bersurat kepada Presiden RI, Bapak Joko Widodo agar supaya Perpres Nomor 51 Tahun 2014 dibatalkan. Mengingat dalam konteks Pilgub rekomendasi yang dikeluarkan bagi pencalonan Gubernur dan Wakil Gubernur berasal dari DPP Partai Politik pengusung kandidat, maka hal lain yang dapat dilakukan oleh I Wayan Koster selaku Ketua DPD PDIP Bali dan I Ketut Sudikerta selaku Ketua Partai Golkar Propinsi Bali adalah bersurat kepada ketua umum DPP partainya masing-masing, meminta agar Partainya secara nasional mengeluarkan sikap politik menolak reklamasi Teluk Benoa dan meminta pembatalan Perpres Nomor 51 Tahun 2014 kepada Presiden RI, Bapak Joko Widodo. Selanjutnya ketua umum DPP PDIP dan Ketua Umum DPP Partai Golkar agar memerintahkan Fraksi-Fraksi di DPR RI melakukan upaya-upaya politik untuk tujuan menghentikan reklamasi Teluk Benoa dan meminta pembatalan Perpres Nomor 51 Tahun 2014. Hal yang sama berlaku pula bagi seluruh fraksi-fraksinya pada DPRD Bali dan seluruh DPRD Kabupaten/kota di Bali. Demikian juga Partai Politik pengusung Paket KBS ACE dan Mantra-Kertha di luar PDIP dan Partai Golkar. Seyogyanya melakukan hal yang sama yakni meminta secara tertulis agar DPP Partainya masing-masing mengeluarkan sikap penolakan reklamasi Teluk Benoa dan tuntutan agar Perpres Nomor 51 Tahun 2014 dibatalkan oleh Presiden RI, Bapak Joko Widodo selanjutnya keputusan masing-masing DPP partai tersebut wajib diperjuangkan di berbagai level kekuasaan, baik di DPR RI, DPRD Bali serta di DPRD Kabupaten/Kota se-bali. Terlebih lagi Partai politik yang berani menyatakan sikapnya untuk menolak rencana reklamasi Teluk Benoa dalam bentuk Pakta Integritas. Jika benar-benar hendak menepati pakta integritas tersebut maka tunjukkan dan buktikan mulai dari sekarang dan tidak perlu menunggu terpilihnya Gubernur Bali hasil kontestasi pilgub Bali 2018. Halaman 5 dari 7
Dalam pandangan ForBALI hal itu tidak berlebihan mengingat perjuangan rakyat Bali sudah berlangsung 5 tahun dan selama itu aspirasi penolakan reklamasi Teluk Benoa dan tuntutan pembatalan Perpres Nomor 51 Tahun 2014 diabaikan dan tidak diperjuangkan partai politik dan para pejabat politik di Bali dan Nasional. Kami tidak perlu menunggu pembuktian dari janji dan komitmen para kandidat untuk menolak reklamasi Teluk Benoa setelah terpilih nanti, sebab saat inipun semua hal itu dapat dilakukan dengan gampang jika ada kesungguhan hati. Pandangan kami ini adalah upaya kami untuk menghindari masyarakat Bali yang menolak reklamasi menjadi korban janji politik dan menghindari isu perjuangan penolakan reklamasi Teluk Benoa hanya sebagai komoditas politik yang semata-mata untuk menaikkan elektabilitas. Berdasarkan hal tersebut di atas maka ForBALI (Forum Rakyat Bali Tolak Reklamasi Teluk Benoa) menuntut Para kandidat Pilgub 2018 melakukan hal-hal sebagai berikut: 1. Sebelum memasuki masa cuti dari jabatan politik karena terlibat kontestasi Pilgub Bali 2018, I Wayan Koster sebagai anggota DPR RI, I.B. Rai Dharmawijaya Mantra sebagai Walikota dan I Ketut Sudikerta sebagai Wakil Gubernur Bali agar menyampaikan surat kepada Presiden Joko Widodo supaya menolak rencana reklamasi Teluk Benoa yang diajukan oleh PT. TWBI serta membatalkan Perpres Nomor 51 Tahun 2014. 2. Dalam kapasitas I Wayan Koster selaku Ketua DPD PDIP Provinsi Bali dan Ketut Sudikerta Selaku Ketua DPD Partai Golkar Provinsi Bali agar: a. Bersurat kepada ketua umum DPP partainya masing-masing, meminta agar Partainya mengeluarkan sikap politik menolak reklamasi Teluk Benoa dan meminta pembatalan Perpres Nomor 51 Tahun 2014 kepada Presiden RI, Bapak Joko Widodo. Selanjutnya ketua umum DPP PDIP dan Ketua Umum DPP Partai Golkar agar memerintahkan Fraksi-Fraksi di DPR RI melakukan upaya-upaya politik untuk tujuan menghentikan reklamasi Teluk Benoa dan meminta pembatalan Perpres Nomor 51 Tahun 2014. Hal yang sama berlaku pula bagi seluruh fraksi-fraksinya pada DPRD Bali dan seluruh DPRD Kabupaten/kota di Bali. b. Memerintahkan fraksi-fraksinya baik di DPRD Bali maupun di DPRD Kabupaten Kota se-bali untuk menggelar rapat paripurna khusus untuk Halaman 6 dari 7