HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEJADIAN INSOMNIA PADA LANJUT USIA DI PUSKESMAS ABIANSEMAL II, BADUNG Desak Made Suci Nirmala 1, Cokorda Bagus Jaya Lesmana 2 1 Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2 Bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Udayana ABSTRAK Lanjut usia merupakan usia yang telah dicapai oleh seseorang lebih dari 60 tahun. Gangguan mental umum yang sering terjadi pada lansia sekitar 154 juta orang di seluruh dunia mengalaminya adalah depresi yang ditandai dengan suasana hati tertekan, kehilangan minat atau kesenangan, perasaan bersalah, gangguan makan atau tidur, serta berkurangnya energi. Depresi pada lansia sebagai faktor emosional dapat menyebabkan gangguan tidur pada lansia salah satunya adalah insomnia sekitar 22% kasus. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara tingkat depresi dengan kejadian insomnia pada lanjut usia di Puskesmas Abiansemal II, Badung. Desain pada penelitian ini menggunakan cross-sectional dengan variabel independen (tingkat depresi) dan variabel dependen (kejadian insomnia). Pengambilan sampel menggunakan systematic random sampling dengan jumlah sampel 93 responden. Penelitian ini berlokasi di posyandu lansia Banjar Bindu dan Sedang. Instrumen penelitian ini menggunakan Geriatric Depression Scale-15 (GDS-15) untuk menilai tingkat depresi dan Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) untuk menilai kejadian insomnia. Penelitian ini menggunakan uji Chi-Square didapatkan data Likelihood Ratio X 2 adalah 7,930 dan p value < 0,05. Kesimpulan pada penelitian ini bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat depresi dengan kejadian insomnia pada lanjut usia di Puskesmas Abiansemal II, Badung. Kata kunci: depresi, insomnia, lanjut usia, GDS, PSQI vii
THE RELATIONSHIP BETWEEN THE LEVELS OF DEPRESSION WITH INSOMNIA IN ELDERLY IN COMMUNITY HEALTH CENTER II ABIANSEMAL, BADUNG Desak Made Suci Nirmala 1, Cokorda Bagus Jaya Lesmana 2 1 Medical Department Faculty of Medicine Udayana University 2 Psychiatric Department Faculty of Medicine Udayana University ABSTRACT Elderly is an age achieved by someone when reaching over 60 years old. Common mental disorder often occurred in the elderly, that is experienced by an estimated 154 million people around the world is a depression characterized by depressing mood, loss of interest or pleasure, feelings of guilt, eating disorders or sleep, and reduced energy. Depression in the elderly as emotional factors can cause sleep disturbances in elderly. Insomnia is an example which is about 22% of cases. The purpose of this study is to determine the relationship between the level of depression and the incidence of insomnia in the elderly in Community Health Center II Abiansemal, Badung. Designs in this study use cross-sectional and independent variables (levels of depression) and the dependent variable (occurrence of insomnia). The sampling uses systematic random sampling with a sample of 93 respondents. This research is located at Banjar Bindu Posyandu and Sedang. The research instruments use Geriatric Depression Scale-15 (GDS-15) to assess the level of depression and the Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) to assess the incidence of insomnia. This research use Chi-Square test data which obtain Likelihood Ratio X 2 of 7.930 and p value < 0.05. This research concludes that there is a significant relationship between the levels of depression with the occurrence of insomnia in the elderly in Community Health Center II Abiansemal, Badung. Keywords: depression, insomnia, elderly, GDS, PSQI viii
DAFTAR ISI Halaman SAMPUL LUAR... i SAMPUL DALAM... ii PERSETUJUAN PEMBIMBING.... iii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iv KATA PENGANTAR... v PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... vi ABSTRAK... vii ABSTRACT... viii RINGKASAN... ix SUMMARY... x DAFTAR ISI... xi DAFTAR TABEL... xiv DAFTAR GAMBAR... xv DAFTAR SINGKATAN... xvi DAFTAR SIMBOL... xvii DAFTAR LAMPIRAN... xviii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 5 1.3 Tujuan Penelitian... 5 1.4 Manfaat Penelitian... 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA... 7 2.1 Lanjut Usia... 7 2.1.1 Definisi Lanjut Usia... 7 2.1.2 Batasan Lanjut Usia... 8 2.1.3 Masalah-masalah Lanjut Usia... 8 2.2 Depresi... 14 xi
2.2.1 Definisi Depresi... 14 2.2.2 Etiologi Depresi... 14 2.2.3 Tanda dan Gejala Depresi... 16 2.2.5 Episode Tingkat Depresi... 17 2.2.6 Diagnosis Depresi... 19 2.3 Insomnia... 20 2.3.1 Definisi Insomnia... 20 2.3.2 Klasifikasi Insomnia... 20 2.3.3 Faktor yang Mempengaruhi Insomnia... 21 BAB III KERANGKA BERFIKIR, KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN... 25 3.1 Kerangka Berpikir... 25 3.2 Kerangka Konsep... 26 3.3 Hipotesis Penelitian... 27 BAB IV METODE PENELITIAN... 28 4.1 Jenis dan Rancangan Penelitian... 28 4.2 Populasi dan Sampel Penelitian... 28 4.2.1 Variabilitas Populasi... 28 4.2.2 Kriteria Sampel... 29 4.2.3 Cara Pengambilan Sampel... 30 4.2.4 Besar Sampel... 30 4.3 Variabel Penelitian... 31 4.3.1 Klasifikasi Variabel... 31 4.3.2 Definisi Operasional Variabel... 31 4.4 Instrumen Penelitian... 33 4.5 Lokasi dan Waktu Penelitian... 35 4.5.1 Lokasi Penelitian... 35 4.5.2 Waktu Penelitian... 35 4.6 Prosedur Pengambilan atau Pengumpulan Data... 36 4.7 Pengolahan dan Analisis Data... 37 xii
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil... 39 5.1.1 Karakteristik Sosio Demografi Responden Penelitian... 39 5.2 Pembahasan... 41 5.2.1 Karakteristik Responden Penelitian... 41 5.2.2 Hubungan antara Tingkat Depresi dengan Kejadian Insomnia... 43 5.3 Keterbatasan Penelitian... 47 BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan... 48 6.2 Saran... 48 DAFTAR PUSTAKA... 49 LAMPIRAN xiii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menua atau keadaan menjadi tua merupakan proses alamiah yang dialami oleh setiap makhluk hidup dalam kehidupan. Penuaan adalah proses yang berhubungan dengan bertambahnya usia. Manusia mengalami perubahan sesuai dengan bertambahnya usia manusia tersebut. Penuaan pada manusia didefinisikan sebagai morfologi dan perubahan fungsional sehingga dapat menyebabkan proses berkelanjutan kerusakan organik yang irreversible (Silva dkk, 2012). Penuaan merupakan serangkaian proses yang dimulai dengan kehidupan dan terus berlanjut sepanjang siklus hidup, berakhir dengan kematian (Prachecth dkk, 2013). Adapun hal yang mempengaruhi yaitu faktor keturunan, faktor lingkungan, usia, diet, jenis pekerjaan, gaya hidup dan semua sesuai dengan konteks sosial yang masingmasing individu miliki (Silva dkk, 2012). Lanjut usia (lansia) merupakan tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia. Menurut UU No. 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 menyebutkan bahwa lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Dewi, 2014). Klasifikasi lansia menurut World Health Organization (WHO) membagi menjadi usia pertengahan (middle age) 45-59 tahun, lanjut usia (elderly) 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) 75-89 tahun, usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun (Nugroho, 2008). 1
2 Menurut WHO, pada tahun 2015 dan 2050 proporsi lansia di dunia diperkirakan menjadi dua kali lipat dari sekitar 12% menjadi 22% dengan peningkatan dari 900 miliar menjadi 2 triliun orang di atas usia 60 tahun (WHO, 2015). Populasi lansia di Indonesia diperkirakan meningkat lebih tinggi daripada populasi lansia di wilayah Asia dan global setelah tahun 2050. Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2013 dalam Dewi (2014), jumlah lansia di Indonesia mencapai 20,04 juta orang atau sekitar 8,05% dari seluruh penduduk Indonesia. Menurut jenis kelamin, jumlah lansia perempuan yaitu 10,67 juta orang (8,61% dari seluruh penduduk perempuan), lebih banyak daripada lansia laki-laki yang sebesar 9,38 juta orang (7,49% dari seluruh penduduk laki-laki). Menurut Badan Pusat Statistik (2010) dalam Yasa (2014), menyatakan Bali pada tahun 2010 penduduk lansia mencapai 380.117 orang sedangkan Kabupaten Badung pada tahun 2010 jumlah lansianya mencapai 40.589 orang serta diprediksikan pada tahun 2020 akan meningkat hingga mencapai 47.000 orang lansia. Meningkatnya jumlah lansia yang ada diikuti meningkatnya juga risiko penyakit yang disebabkan karena adanya faktor degeneratif, penyakit atau gangguan umum yang sering terjadi pada lansia. Menurut The National Old People s Welfare Council di Inggris penyakit atau gangguan umum pada lansia terdapat 12 macam yaitu depresi mental, gangguan pendengaran, bronkitis kronis, gangguan pada tungkai atau sikap berjalan, gangguan pada koksa atau sendi panggul, anemia, demensia, gangguan penglihatan, ansietas atau kecemasan, dekompesasi kordis, diabetes militus, oestelomalasia, hipotiroidisme dan gangguan defekasi (Nugroho, 2008).
3 Depresi merupakan salah satu gangguan mental yang terbukti sering terjadi pada lansia dengan prevalensi yang besar dipengaruhi oleh peningkatan populasi pada lansia. Depresi menurut WHO merupakan suatu gangguan mental umum yang ditandai dengan mood tertekan, kehilangan kesenangan atau minat, perasaan bersalah atau harga diri rendah, gangguan makan atau tidur, kurang energi dan konsentrasi yang rendah (Irawan, 2013). Menurut WHO, depresi menjadi masalah kesehatan lansia yang serius dan diperkirakan bahwa 154 juta orang di seluruh dunia mengalaminya (Sudoyo, 2009). Pada tahun 2020 depresi akan menduduki peringkat teratas penyakit yang dialami lansia di Negara berkembang termasuk Indonesia. Gejala dan tanda depresi merupakan hal yang umum di kalangan pasien lansia. Beberapa faktor biologis, fisik, psikologis, dan sosiologis cenderung menyebabkan lansia menjadi depresi. Adanya depresi pada lansia sebagai salah satu faktor emosional yang dapat menyebabkan gangguan tidur (Nugroho, 2008). Lansia yang mengalami depresi dan cemas, pola tidurnya berbeda dengan pola tidur lansia yang tidak mengalami depresi. Depresi terjadi gangguan pada setiap stadium siklus tidur. Efisiensi tidurnya buruk, tidur gelombang pendek menurun, latensi rapid eye movement (REM) juga turun, serta peningkatan aktivitas REM. Sekitar 40% penderita lansia depresi mengalami gangguan tidur. Salah satu gangguan tidur yang terjadi pada lansia yang mengalami depresi adalah insomnia (Raharja, 2013). Insomnia adalah salah satu keluhan kesehatan yang paling umum, dengan sekitar 10%-15% dari populasi umum menderita secara teratur dan sekitar 25%-35% mengalami insomnia sementara atau sesekali (Lopes dkk,
4 2012). Prevalensi insomnia di Indonesia pada kelompok lansia 60 tahun ditemukan 7% kasus yang mengeluh mengenai masalah tidur. Hal yang sama ditemukan pada 22% kasus pada kelompok usia 70 tahun (Nugroho, 2008). Insomnia dapat disebabkan oleh penyebab psikososial, gangguan medis komorbid, penyalahgunaan alkohol atau zat lain. Hubungan antara insomnia dan psikososial serta kondisi medis lainnya terdapat timbal balik dimana setiap kondisi dapat menyebabkan, mempertahankan, dan bahkan memperburuk lainnya (Lopes dkk, 2012). Berdasarkan Badan Pusat Statistik Provinsi Bali (2013), Kabupaten Badung merupakan kabupaten yang memiliki jumlah penduduk tertinggi di Bali sebanyak 1.472.800 orang. Abiansemal merupakan salah satu kecamatan yang terletak di bagian tengah kabupaten Badung memiliki jumlah penduduk 75.525 orang. Abiansemal terdiri dari tiga puskesmas yaitu Puskesmas Abiansemal I, Abiansemal II, dan Abiansemal III. Puskesmas Abiansemal II merupakan puskesmas yang memiliki posyandu lansia pada masing-masing banjar terdiri dari 10 banjar yaitu banjar sibang, banjar puseh, banjar sedang, banjar sigaran, banjar tingas, banjar bindu, banjar lambing, banjar samu, banjar undagi dan banjar umahanyar. Berdasarkan data di Puskesmas Abiansemal II, jumlah penduduk lansia pada 10 banjar tersebut adalah 1249 orang. Pada enam program pokok kerja puskesmas masalah depresi pada lansia tidak termasuk di dalamnya sehingga tidak mendapatkan perhatian yang khusus. Selain itu kurangnya kemampuan tenaga kesehatan dalam menangani gangguan depresi sehingga banyak kasus depresi pada lansia yang tidak dikenali (underdiagnosed) dan tidak diobati (undertreated) yang juga dapat
5 dilihat dari laporan bulanan posyandu lansia dimana kasus depresi tidak masuk dalam 10 besar penyakit yang dijumpai pada lansia. Mengingat banyaknya populasi lansia di Puskesmas Abiansemal II dan penelitian yang sejenis belum banyak dilakukan maka penulis melakukan suatu penelitian untuk mengetahui hubungan antara tingkat depresi dengan kejadian insomnia pada lanjut usia di Puskesmas Abiansemal II, Badung. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah tersebut di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: Bagaimanakah hubungan antara tingkat depresi dengan kejadian insomnia pada lanjut usia di Puskesmas Abiansemal II, Badung? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tingkat depresi dengan kejadian insomnia pada lanjut usia di Puskesmas Abiansemal II, Badung. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teori Proposal penelitian ini dapat menjadi bahan literatur mengenai gangguan depresi dan insomnia pada lanjut usia.
6 1.4.2 Manfaat Praktis Untuk dapat meningkatkan pelayanan gangguan depresi dan insomnia pada lanjut usia.