Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Dalam Meminum Obat Anti Riyan Mulfianda 1*, Nuri Nazaria 1, Maulizar Juana 1 1 rogram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Abulyatama, Aceh Besar, 23372, Indonesia *Email : ryanmulfianda@yahoo.co.id 1 Abstract: bulk treatment is a strategy to break the chain of transmission of filariasis with a mass-drug approach to all residents in the filariasis endemic area, simultaneously simultaneously in no more than two months, each year for at least five consecutive years. Based on data from the 2L Field District Health Office Aceh Besar in 2015 from 23 sub-districts under the administrative area of Aceh Besar District, Aceh rovince, filariasis cases were found in 14 sub-districts and 9 sub-districts not found filariasis cases. From the observation of the author for three days in Kuta Baro District the most severe filariasis cases occurred in Leupung Mesjid village, as many as 1 person filariasis patients have died and 1 person experienced enlargement on his feet, while in other villages in Kuta Baro District have not experienced cases such as in Leupung Mesjid village. The purpose of this research is to know factors related to people's behavior in taking anti-filariasis drugs in Gampong Leupung Mesjid Kuta Baro Sub-district, Aceh Besar Regency in 2016. This research is descriptive correlational. The study was conducted from December to January 2017 using a questionnaire. Based on the research results obtained as follows; (1) the existence of factors related to the behavior of the community in taking anti-filariasis drugs with p-value 0.035, (2) the emotional relationship with the society behavior in taking anti-filariasis drugs with p-value 0.006, (3) the perception relationship with behavior of people in taking anti filariasis drug with p-value 0,009, and (4) existence of motivation correlation with behavior of society in taking anti filariasis medicine with p-value 0,010. Keywords: behavior factors, drugs anti filariasis Abstrak: engobatan massal filariasis adalah strategi memutus rantai penularan filariasis dengan pendekatan pengobatan massal terhadap semua penduduk di daerah endemis filariasis, secara serentak bersamaan dalam waktu tidak lebih dari dua bulan, setiap tahun selama minimal lima tahun berturutturut.berdasarkan data dari Bidang 2L Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Besar pada tahun 2015 dari 23 kecamatan yang berada di bawah wilayah administrasi Kabupaten Aceh Besar rovinsi Aceh kasus filariasisditemukandi14kecamatan dan 9 kecamatan tidak ditemukan kasus filariasis. Dari pengamatan penulis selama tiga hari di Kecamatan Kuta Baro kasus filariasis yang paling parah terjadi di Desa Leupung Mesjid, sebanyak 1 orang penderita filariasis telah meninggal dunia dan 1 orang mengalami pembesaran pada kakinya, sedangkan di desa lain yang terdapat di Kecamatan Kuta Baro belum mengalami kasus seperti di Desa Leupung Mesjid.Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku masyarakat dalam meminum obat anti filariasis di Gampong Leupung Mesjid Tahun 2016.enelitian ini bersifat deskriptif korelasional. enelitian dilakukan pada bulan Desember s/d Januari 2017 dengan menggunakan kuesioner. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh sebagai berikut; (1) adanya faktorfaktor yang berhubungan dengan perilaku masyarakat dalam meminum obat anti filariasis dengan p- value 0,035, (2) adanya hubungan emosi dengan perilaku masyarakat dalam meminum obat anti filariasis dengan p-value 0,006, (3) adanya hubungan persepsi dengan perilaku masyarakat dalam meminum obat anti filariasis dengan p-value 0,009, dan (4) adanya hubungan motivasi dengan perilaku masyarakat dalam meminum obat anti filariasis dengan p-value 0,010. Kata Kunci: Faktor-Faktor erilaku, Meminum Obat Anti Volume 2, No. 1, April 2018 181
Kesehatan yang dinamis, baik secara fisik, mental, spiritual, dan sosial di mana masyarakat hidup produktif secara sosial dan ekonomis. enyebab status kesehatan yang buruk pada masyarakat, yaitu karena kemiskinan, pengucilan di bidang sosial, dan kebijakan serta pengendalian lingkungan yang buruk. Kondisi lingkungan yang buruk, sanitasi, dan kebersihan rumah tangga yang buruk, kurangnya persedian air bersih, dan terdapatnya sampah yang padat di lingkungan dapat menyebabkan banyak penyakit salah satunya filariasis. disebabkan oleh infeksi parasit nematode yang tersebar di Indonesia. 1 Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam rangka eliminasi filariasis adalah dengan cara memutuskan mata rantai penularannya. emutusan mata rantai penularan dapat dilakukan dengan pengobatan massal dan pengendalian nyamuk sebagai vektor filariasis. erlu dukungan masyarakat untuk memperoleh hasil yang optimal dan menjangkau seluruh masyarakat di daerah endemis. Umumnya ditemukan di daerah perkotaan dengan kondisi ideal untuk perkembangan nyamuk. ada daerah tropis dan subtropis kejadiannya terus meningkat disebabkan perkembangan kota yang cepat dan tidak terencana, yang mencetak berbagai sisi perkembangbiakan nyamuk vektor. Kontribusi yang diberikan oleh lingkungan hidup sangat penting dan sulit untuk dianalisis. 2 Memutuskan rantai penularan dengan pemberian obat massal pencegahan filariasis di daerah endemis serta mencegah dan membatasi kecacatan akibat filariasis. Berdasarkan data dari WHO menunjukkan bahwa filariasis telah menginfeksi 120 juta penduduk di 83 negara di seluruh dunia, terutama negara-negara di daerah tropis dan beberapa daerah subtropis. Regional South East Asia (SEAR) terdapat 3 jenis parasit filariasis, yaitu wuchereria bancrofti, brugia malayi, dan brugia timori yang terdapat di 9 negara, yaitu Banglades, India, Indonesia, Maldive, Myanmar, Nepal, Sri Langka,Thailand, dan Timor Leste. enanggulangan filariasis dilaksanakan diberbagai wilayah dengan menerapkan manajemen lingkungan, pengendalian vektor, menyembuhkan atau merawat penderita, memberikan obat terhadap orang-orang sehat dan yang terinfeksi cacing filaria, dan sebagai sumber penularan filariasis serta pemberian obat pencegahan secara massal. 3 rovinsi Aceh termasuk dalam provinsiyang ditemukan kasus filariasis. Jumlah kasus yang dilaporkan dari tahun 2008 sampai tahun 2013 mengalami peningkatan kasus filariasis. Secara kumulatif, jumlah kasus filariasis pada tahun 2013 sebanyak 349 penderita yang tersebar di 23 kabupaten. Kasus filariasis ditemukan sejak tahun 2003 dan pada tahun 2005 dengan mulai dilakukan Survei Darah Jari (SDJ) sebagai langkah awal dalam upaya eliminasi filariasis di rovinsi Aceh. Berdasarkan data dari Bidang 2L Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Besar pada tahun 2015 dari 23 kecamatan yang berada di bawah wilayah administrasi Kabupaten Aceh Besar rovinsi Acehkasus filariasis ditemukan di 14 kecamatan dan 9 kecamatan Kasus tidak ditemukan. 4 Volume 2, No. 1, April 2018 182
METODE ENELITIAN Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelatif yang bertujuan mengungkapkan hubungan antar dua variabel dalam waktu yang sama. enelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku masyarakat dalam meminum obat anti filariasis di Gampong Leupung Mesjid Kecamatan Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar Tahun 2017 opulasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakatgampong Leupung Mesjid Kecamatan Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar sebanyak 268 orang yang berusia antara 2 tahun sampai lansia (data diambil pada tanggal 04 Agustus 2016). Sampel dalam penelitian ini 79 responden di mana kriterianya bersedia menjadi responden, remaja, dan lansia dengan menggunakan teknik purposive sampling. HASIL ENELITIAN Berdasarkan engumpulan data penelitian dilakukan dari tanggal 28 Desember 2017 sampai dengan 10 Januari 2018 pada masyarakatgampongleupung Mesjid Kecamatan Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar sebanyak 79 responden. Sampel diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran angket yang berisikan kuesioner dengan 41 item pernyataan dalam bentuk skala Likert. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh data yaitu: Tabel 1 Distribusi Frekuensi Data Demografi Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan erilakumasyarakat dalam Meminum Obat Anti di GampongLeupung Mesjid No Jenis Kategori F % 1. Umur < 20 17 21,52 Responden Tahun 20-35 39 49,37 Tahun > 35 tahun 23 29,11 2. endidikan Terakhir 3. ekerjaan Responden Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa mayoritas umur masyarakat, yaitu 20 tahun sampai 35 tahun sebanyak 39 orang (49,37%), tingkat pendidikan masyarakat yang paling umum, yaitu pendidikan menengah ada 42 orang (53,16%), dan mayoritas masyarakat, yaitu bekerja berjumlah 60 responden (75,95%). Tidak 9 11,39 sekolah Dasar 15 18,99 Menengah 42 53,16 Tinggi 13 16,45 Tidak 19 24,05 bekerja Bekerja 60 75,95 Tabel 2 Distribusi Frekuensi Faktor-faktor dalam Meminum Obat Anti di Gampong Leupung Mesjid No Faktor-faktorerilaku Masyarakat dalam F % Meminum Obat Anti 1. 59 74,68 2. Kurang baik 20 25,32 Volume 2, No. 1, April 2018 183
Berdasarkan Tabel 2 menunjukan bahwa faktor-faktor perilaku masyarakat dalam meminum obat anti filariasis di Gampong Leupung Mesjid Tahun 2016 berada pada kategori baik, yaitu sebanyak 59 responden (74,68%). berada pada kategori positif, yaitu sebanyak 42 responden (53,16%). Tabel 5 Distribusi Frekuensi Motivasi di GampongLeupung Mesjid Kecamatan Kuta BaroKabupaten Aceh Besar Tabel 3 Distribusi Frekuensi Emosi Masyarakat dalam Meminum Obat Anti di GampongLeupung Mesjid Kecamatan Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar N o Berdasarkan Tabel 3 menunjukan bahwa emosi masyarakat dalam meminum obat anti filariasis di Gampong Leupung Mesjid Kecamatan Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar Tahun 2016 berada pada kategori kurang baik, yaitu sebanyak 47 responden (59,49%). Tabel 4 Distribusi Frekuensi ersepsi di Gampong Leupung Mesjid Tahun 2017 Emosi Masyarakat dalam Meminum Obat Anti F % 1. 32 40,51 2. Kurang baik 47 59,49 No ersepsi Masyarakat dalam Meminum Obat F % Anti 1. ositif 42 53,16 2. Negatif 37 46,84 Berdasarkan Tabel 4 menunjukan bahwa persepsi masyarakat dalam meminum obat anti filariasis di Gampong Leupung Mesjid Kecamatan Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar Tahun 2016 No Motivasi Masyarakat dalam Meminum Obat Anti F % 1. Tinggi 43 54,43 2. Rendah 36 45,57 Berdasarkan Tabel 5 menunjukan bahwa motivasi masyarakat dalam meminum obat anti filariasis di Gampong Leupung Mesjid Kecamatan Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar Tahun 2016 berada pada kategori tinggi, yaitu sebanyak 43 responden (54,43%). Tabel 6 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan dalam Meminum Obat Anti di Gampong Leupung Mesjid Kecamatan Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar Faktorfaktor yang Berhubu ngan dengan erilaku dalam Meminum Obat Anti Total Kurang f % f % f % 31 52,5 28 47,5 59 100 Kurang baik 13 65,0 7 35,0 20 100 Total 44 55,7 35 44,3 79 100 value 0,035 Berdasarkan Tabel 6 di atas diketahui 59 responden memiliki faktor-faktor yang baik dalam berhubungan dengan perilaku masyarakat dalam meminum obat anti filariasis, 31diantaranya meminum obat anti filariasis. Sedangkan 20 Volume 2, No. 1, April 2018 184
responden memiliki faktor-faktor yang kurang baik dalam berhubungan dengan perilaku masyarakat dalam meminum obat anti filariasis, 7 diantaranya = 0,035. Ini berarti bahwa p-value tersebut <α = 0,05.Bahwa dapat dikatakan adanya faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku masyarakat dalam meminum obat anti filariasis di Gampong Leupung Mesjid Kecamatan Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar. Tabel 7 Hubungan Emosi dengan erilaku di Gampong Leupung Mesjid Emosi Masyara kat Minum Obat Filariasi s dalam Meminum Obat Anti Kurang Berdasarkan Tabel 7 di atas diketahui 32 responden memiliki emosi yang baik dalam meminum obat anti filariasis, 21 diantaranya meminum obat anti filariasis. Sedangkan 47responden memiliki emosi yang kurang baik dalam meminum obat anti filariasis, 29 diantaranya Total F % f % F % 11 34,4 21 65,6 32 100 Kurang 18 38,3 29 61,7 47 100 baik Total 29 36,7 50 63,3 79 100 value 0,006 = 0,006.Ini berarti bahwa p-value tersebut <α = 0,05. Bahwa dapat dikatakan adanya hubungan emosi dengan perilaku masyarakat dalam meminum obat anti filariasis di Gampong Leupung Mesjid Kecamatan Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar. Tabel 8 Hubungan ersepsi dengan erilaku di Gampong Leupung Mesjid ersepsi Masyarak at Minum Obat dalam Meminum Obat Anti Total Kurang f % f % F % ositif 25 59,5 17 40,5 42 100 Negatif 22 59,5 15 40,5 37 100 Total 47 59,5 31 40,5 79 100 Value 0,009 Berdasarkan Tabel 8 di atas diketahui 42 responden memiliki persepsi yang positif dalam meminum obat anti filariasis, 25 diantaranya meminum obat anti filariasis. Sedangkan 37 responden memiliki persepsi yang negatif dalam meminum obat anti filariasis, 15 diantaranya = 0,009.Ini berarti bahwa p-value tersebut <α = 0,05. Bahwa dapat dikatakan adanya hubungan persepsi dengan perilaku masyarakat dalam meminum obat anti filariasis di GampongLeupung Mesjid Kecamatan Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar. Volume 2, No. 1, April 2018 185
Tabel 9 Hubungan Motivasi dengan erilaku di Gampong Leupung Mesjid Motivasi Masyarakat Minum Obat dalam Meminum Obat Anti Kurang Total f % f % f % Tinggi 28 65,1 15 34,9 43 100 Rendah 19 52,8 17 47,2 36 100 Total 47 59,5 32 40,5 79 100 Value 0,010 Berdasarkan Tabel 9 di atas diketahui 43 responden memiliki motivasi yang tinggi dalam meminum obat anti filariasis, 28 diantaranya meminum obat anti filariasis.sedangkan 36 responden memilikimotivasi yang rendah dalam meminum obat anti filariasis, 17 diantaranya =0,010.Ini berarti bahwa p-value tersebut <α = 0,05.Bahwa dapat dikatakan adanya hubungan motivasi dengan perilaku masyarakat dalam meminumobat anti filariasis di GampongLeupung Mesjid Kecamatan Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar. EMBAHASAN Menurut pandangan Lubis, mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang dapat dibagi menjadi lima faktor, yaitu emosi, persepsi, motivasi, belajar, dan intelegensi secara umum. erilaku sebuah pengalaman dan proses interaksi dengan lingkungan yang di bentuk dalam suatu pengetahuan, sikap, dan tindakan. 5 Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya hubungan yang signifikan (p-value 0.001) terhadap kepatuhan masyarakat untuk minum obat. Kepatuhan minum obat tidak berdiri sendiri, kondisi ini terkait erat dengan dukungan Sumber Daya Manusia (SDM) baik petugas kesehatan, kader, lintas sektor dan gencarnya promosi melalui berbagai media promosi tentunya. Menurut asumsi peneliti perilaku seseorang untuk meminum obat dapat dipengaruhi oleh emosiyang terjadi terhadap perilaku seseorang dikarenakan semakin tinggi tingkat kecerdasan emosi seseorang semakin bisa individu mengatasi permasalahannya. Hal ini dipengaruhi oleh persepsi seseorang dalam menanggapi minum obat dikarenakan pandangan baik dan buruk itu sangat mempengaruhi kehidupan seseorang baik dalam hal meminum obat dan hal yang lainnya. Motivasi untuk tidak tertular penyakit menyebabkan dorongan dalam diri seseorang untuk meminum obat supaya tidak tertular. erilaku tersebut dapat diperoleh seseorang dengan kematangan kepribadian seseorang serta dipengaruhi oleh faktor ekonomi. Hal ini juga didukung oleh data demografi yang banyak tentang umur 20-35 tahun yakni sebesar 49,37% dan rentan umur ini sudah memasuki dewasa muda, sehingga emosinya lebih stabil dan terkontrol. DAFTAR USTAKA 1. Kunoli, Firdaus J. 2012. Asuhan Keperawatan enyakit Tropis. Trans Info Media. Jakarta. Volume 2, No. 1, April 2018 186
2. Morse, Stephen A, dkk. 2008. Mikrobiologi Kedokteran. Editor Edisi Bahasa Indonesia. erpustakaan Nasional; Katalog dalam Terbitan (KDT). Jakarta. 3. Kemenkes RI. 2014. eraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 94 Tahun 2014 tentang enanggulangan. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. 4. Data rimer. Dinas Kesehatan Aceh Besar. 2015 5. Lubis, Namora Lumongga dan Herri Zan ieter. 2012. engantar sikologi dalam Keperawatan. Kencana renada Media Group. Jakarta. Volume 2, No. 1, April 2018 187