BAB I PENDAHULUAN. terhadap kegiatan perekonomian di Indonesia. Dengan mulai banyak berdirinya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. (riba), serta larangan untuk berinvestasi pada usaha usaha berkategori terlarang

BAB I PENDAHULUAN. utamanya menghimpun dana dari masyarakat melalui simpanan giro, tabungan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan yang cukup pesat dan memberikan pengaruh yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. juga sebagai perantara (financial intermediary) bagi mereka yang memiliki dana

BAB I PENDAHULUAN. dengan metode pendekatan syariah Islam yang dapat menjadi alternatif bagi masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan di Indonesia semakin diramaikan dengan berdirinya bank-bank

BAB I PENDAHULUAN. Ekonomi syariah dalam beberapa tahun belakangan ini mengalami. perkembangan yang signifikan terutama di bidang perbankan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perekonomian pasti ada hubungannya dengan dunia keuangan dan

BAB I PENDAHULAN. dikatakan sebagai jantung perekonomian negara. Kegiatan ekonomi suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting. Menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang membutuhkan dana (defisit unit). Bank syariah secara resmi

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan prinsip Islam, yaitu aturan perjanjian (akad) antara bank dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. prinsip bagi hasil dan risiko (profit and loss sharing). Sebagai bagian dari sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. perbankan, karena perbankan memegang peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan bank sebagai mitra dalam mengembangkan usahanya.

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Bank dalam pasal 1 ayat (2) UU No. 10 tahun 1998 tentang perubahan UU

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari waktu ke waktu. Diawali dengan berdirinya bank syariah di

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh UU No.10 tahun 1998 dan undang-undang terbaru mengenai perbankan

I. PENDAHULUAN. Unit Usaha Syariah (UUS)

BAB I PENDAHULUAN. pencapaian stabilitas sistem keuangan, sehingga diperlukan perbankan yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. pengelolaan aset yang dilakukan oleh bank bersangkutan (Frianto, 2012:71).

BAB I PENDAHULUAN. lembaga intermediasi keuangan (financial intermediary institution), yakni

BAB I PENDAHULUAN. Bank dalam menjalankan usahanya menghimpun dana dari masyarakat dan

hidup rakyat (Anshori:2009:226). Mengingat semakin berkembangnya zaman

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bank yang sehat dan dapat beroperasi secara optimal. syariah atau bank yang beroperasi berdasarkan prinsip bagi hasil, sebenarnya

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bunga baik tabungan, deposito, pinjaman, dll.

BAB I PENDAHULUAN. dana, menyalurkan dana dan memberikan jasa bank lainnya. Perbankan juga

BAB I PENDAHULUAN. di dalam perekonomian suatu Negara sebagai perantara lembaga keuangan. Bank dalam pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian. dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank,

BAB I PENDAHULUAN. adalah department of store, yang merupakan organisasi jasa atau pelayanan

BAB 1 PENDAHULUAN. hidupnya. Untuk melakukan kegiatan bisnis tersebut para pelaku usaha

BAB I PENDAHULUAN. Islam tapi bahkan juga di negara-negara barat. Hal ini terbukti. Inggris (Ismal, 2012). Menurut Antonio (2001), bank syariah muncul

BAB I PENDAHULUAN. suatu badan usaha atau institusi yang kekayaannya terutama dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. perantara jasa keuangan (financial intermediary), memiliki tugas pokok yaitu

BAB I PENDAHULUAN. untuk menggerakkan roda perekonomian suatu negara, seperti dalam hal penciptaan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai perantara (financial intermediary) bagi mereka yang memiliki dana yang

BAB I PENDAHULUAN. terutama untuk membiayai investasi perusahaan. 1 Di Indonesia terdapat dua jenis

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia No. 21 tahun 2008 tentang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syari ah atau Bank Islam yang secara umum pengertian Bank Islam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non. membutuhkan kajian teori sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. lembaga yang menghimpun dana (Funding) dari masyarakat yang. kembali kepada masyarakat yang kekurangan dana (Deficit unit) untuk

BAB I PENDAHULUAN. /atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak.

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus unit)

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan syariah di Indonesia pertama didirikan tahun 1992 meskipun

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan prinsip bagi hasil dan menghindari unsur-unsur spekulatif yang

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini sistem perbankan di Indonesia terbagi menjadi 2 (dua) yaitu sistem

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang penting dalam perekonomian di Indonesia. Aktifitas Bank adalah

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang kelebihan dana (surplus unit) dalam bentuk simpanan giro, tabungan,

BAB II LANDASAN TEORI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kembali dana tersebut kepada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Gambaran Umum Perkembangan Perbankan Syariah

BAB I PENDAHULUAN. antara pihak-pihak yang memiliki dana dengan pihak-pihak yang memerlukan. manajemen bank perlu memperhatikan kinerja bank.

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan bisnis modern di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan perbankan syariah di Indonesia telah muncul pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. semakin dibutuhkan oleh seluruh lapisan masyarakat (Kasmir, 2003:27).

BAB 1 PENDAHULUAN. Bank pada hakikatnya merupakan lembaga perantara (intermediary) yaitu. menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Bank Syariah pertama kali didirikan pada tahun 1992 adalah Bank. Amanah Rabbaniah. Walaupun perkembangannya agak terlambat bila

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sistem keuangan dunia. perkembangan perekonomian dunia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bank merupakan salahsatu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai

pengiriman uang. Piter dan Suseno (2003) menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Melemahnya nilai tukar rupiah yang terus berubah-ubah menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tentang Perubahan atas Undang Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang

BAB I PENDAHULUAN. lembaga intermediasi keuangan (Financial intermediary institution),yakni. rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dan menyalurkan dana kepada masyarakat yang membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Outlook Perbankan Syariah 2011

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. popular bukan hanya di negara-negara Islam tapi bahkan juga di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. Keseimbangan antara idealisme usaha dan nilai-nilai rohani inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. pada kegiatan ekonomi baik di negara maju maupun negara berkembang. Negara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga kepercayaan yang berfungsi sebagai lembaga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat; kedua, penyaluran dana (financing) merupakan kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kegiatan perekonomian suatu negara tidak lepas dari transaksi keuangan.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat. Di Indonesia sendiri perbankan syariah menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat khususnya bagi umat islam. Rasa terpercaya, amanah dan aman serta

BAB I PENDAHULUAN. No.7 Tahun 1992 Bank Syariah berdiri ditengah-tengah krisis ekonomi yang

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 1992, perbankan Indonesia menjadi maju dengan munculnya

BAB V KESIMPULAN. 5.1 Simpulan

BAB 1 PENDAHULUAN. bunga yang sangat tinggi. Hingga saat ini, sistem pengkreditan bank sudah merata

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat dan stabil. Sistem keuangan negara Indonesia sendiri terdiri dari tiga

BAB I PENDAHULUAN. ukur kemajuan negara yang bersangkutan. Oleh karena itu bank dapat. berupa Bank Umum Syariah, Unit Usaha Syariah, maupun Badan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh fungsi utama bank sebagai lembaga yang dapat. pembangunan nasional mengakibatkan perlu adanya pembinaan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dari dunia perbankan. Jika dihubungkan dengan pendanaan, hampir semua

BAB I PENDAHULUAN. mana didasarkan pada Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 sebagai landasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perbankan syariah pada dasarnya merupakan pengembangan dari konsep

2016 PENGARUH PEMBIAYAAN MUDHARABAH BERMASALAH DAN PEMBIAYAAN MUSYARAKAH BERMASALAH TERHADAP TINGKAT PROFITABILITAS BANK UMUM SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. 7 tahun 1992 tentang Perbankan, yang secara eksplisit menetapkan bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

BAB I PENDAHULUAN. manufaktur dan jasa. Sedangkan sektor moneter ditumpukan pada sektor

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. Dunia perbankan Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini telah. mengalami perkembangan yang cukup pesat, ini dibuktikan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Triandaru dan Totok Budi Santoso, 2009). Perkembangan Perbankan Syariah Indonesia (LPPSI) Bank Indonesia tahun

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan ekonomi islam saat ini memberikan pengaruh yang besar terhadap kegiatan perekonomian di Indonesia. Dengan mulai banyak berdirinya lembaga keuangan islam dapat dijadikan sebagai prospek pertumbuhan ekonomi islam tersebut. Ekonomi islam merupakan ilmu yang multidimensi/interdisiplin, komprehensif, dan saling terintegrasi, meliputi ilmu islam yang bersumber dari Alquran dan sunah, dan juga ilmu rasional (hasil pemikiran dan pengalaman manusia), dengan ilmu ini manusia dapat mengatasi masalah-masalah keterbatasan sumber daya untuk mencapai falah (kebahagiaan)(riva i dan Buchari, 2013:91). Eksistensi perbankan syariah di Indonesia merupakan salah satu wujud atas berkembangya ekonomi islam tersebut. Meskipun bukan negara islam, Indonesia merupakan negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia dengan jumlah penduduk beragama islam sebanyak 88 persen, kristen 5 persen, katolik 3 persen, hindu 2 persen, budha 1 persen, dan lainnya 1 persen. Semakin majunya sistem keuangan dan perbankan serta semakin meningkatnya kesejahteraan, kebutuhan masyarakat, khususnya Muslim, menyebabkan besarnya kebutuhan terhadap layanan jasa perbankan yang sesuai dengan prinsip syariah (Ascarya, 2013:203). Konsep perbankan syariah di Indonesia muncul pada tahun 1992 yang ditandai dengan berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) dan sekaligus menjadi bank umum syariah pertama di Indonesia. Pada awal pendiriannya, kemunculan bank syariah di Indonesia belum mendapatkan perhatian yang 1

optimal khususnya oleh masyarakat karena rendahnya pengetahuan dan wawasan atas konsep perbankan syariah di Indonesia dan pada masa itulah perbankan syariah mengalami kesulitan untuk tumbuh dengan baik. Seteleh disahkannya Undang-Undang No.10 tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-Undang No.7 tahun 1992 tentang perbankan, yang mengizinkan bank konvensional untuk membuka unit usaha syariah atau mengkonversikan dirinya menjadi bank syariah dan ternyata hal ini menjadi pendorong pertumbuhan perbankan syariah nasional. Pada tahun 2008, muncul landasan hukum yang komprehensif mengenai perbankan syariah di Indonesia yaitu disahkannya Undang-Undang No. 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah. Di dalam Undang-Undang No.21 tahun 2008 pengertian perbankan syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank syariah dan unit usaha syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Sedangkan, pengertian bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah (BUS) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). Bank syariah merupakan lembaga keuangan yang berfungsi memperlancar mekanisme ekonomi sektor rill melalui aktivitas kegiatan usaha (investasi, jual beli, atau yang lainnya) berdasarkan prinsip syariah, yaitu aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan nilai-nilai syariah yang bersifat makro dan mikro (Ascarya, 2013:30). Secara umum bank syariah dikenal sebagai bank dengan pola bagi hasil (profit sharing) yang merupakan salah satu sistem dalam operasionalnya. Adapun 2

produk-produk bank syariah dalam menjalankan operasionanya terdiri dari produk pendanaan, produk pembiayaan, produk jasa perbankan dan sosial (Qadhrul Hasan). Pada produk-produk pendanaan bank syariah mempunyai empat jenis dan prinsip yang berbeda yaitu terdiri dari Giro (wadi ah, Qard), Tabungan (Wadi ah, Qard, atau Mudharabah), Deposito/Investasi (Mudharabah), dan Obligasi/Sukuk (Mudharabah, Ijarah dll)(ascarya, 2013:113). Pada dasarnya peran bank syariah dalam kehidupan masyarakat disuatu sisi (pasiva atau liability) mendorong dan mengajak untuk ikut aktif berinvestasi melalui berbagai produknya, sedangkan disuatu sisi lain (sisi aktiva atau aset) bank syariah aktif untuk melakukan investasi di masyarakat. Dengan itu maka bisa tercapainya kesejahteraan dan keseimbangan pada sektor rill yang selama ini sebagian besar dan investasi hanya tersalurkan pada sektor moneter saja sehingga berdampak pada ketidakseimbang antara sektor riil dan sektor moneter. Deposito merupakan produk bank syariah yang sifatnya investasi dengan menggunakan prinsip mudharabah. Adapun dana yang terkumpul ini bersumber dari dana masyarakat dengan menggunakan mekanisme pola bagi hasil (profit sharing) didalam operasionalnya dimana bank bertindak sebagai pengelola dana (mudharib) dan masyarakat bertindak sebagai pemilik dana (shahibul maal). Dengan adanya pola bagi hasil tersebut dapat terhindar dari praktik operasional dengan sistem bunga karena mengingat bahwa bunga dipersamakan dengan riba yang dinyatakan haram apabila dipakai dalam kegiatan ekonomi segaimana telah dijelaskan dalam Alquran yaitu Dan aku halalkan bagimu jual beli, dan aku haramkan bagimu riba... (Al-Baqarah [2]:275). Didalam Hadist juga telah dijelaskan bahwa Allah melaknat pemakan riba, pemberinya, penulisnya dan kedua saksinya.. (HR. Muslim dari Jabir). 3

Kondisi deposito mudharabah pada bank syariah di Indonesia menunjukan adanya peningkatan setiap tahun dan merupakan sumber dana dengan volume terbanyak dibandingkan dengan simpanan lainnya seperti Giro dan tabungan. Hal ini terjadi karena tingkat bagi hasil (profit sharing level) terhadap deposito mudharabah lebih tinggi apabila dibandingkan dengan yang lainnya. Dengan itu masyarakat lebih cenderung untuk menginvestasikan dananya kedalam bentuk deposito mudharabah dengan tujuan agar mendapatkan return (tingkat pengembalian) yang lebih besar. Berikut ini adalah tabel mengenai kondisi dana yang terhimpun oleh bank syariah berdasarkan produk pendanaannya pada periode 2010-2014. Tabel 1.1 Perkembangan Deposito Mudharabah Bank Syariah di Indonesia pada periode 2010-2014 (dalam Miliar Rupiah) 2010 2011 2012 2013 2014 Giro wadiah 9.056 12.006 17.708 18.523 18.649 Tabungan 22.908 32.602 45.072 57.200 63.581 Deposito Mudharabah 44.072 70.806 84.732 107.812 135.629 Total 76.036 115.415 147.512 183.534 217.858 Sumber : Statistik Perbank Syariah, Bank Indonesia. 2015 Berdasarkan data diatas menggambarkan bahwa deposito mudharabah merupakan produk pendanaan terbesar dibandingkan produk pendanaan lainnya. Pada tahun 2010 jumlah deposito mudharabah sebesar 44.072 dan meningkat pada tahun 2011 sebesar 70.806, sementara pada tahun 2012 jumlah deposito mudharabah berada diatas tahun 2011 yaitu sebesar 84.732 dan meningkat pada 4

tahun 2013 sebesar 107.812, dan sampai saat ini di tahun 2014 jumlah deposito mudharabah berada pada 135.629. Eksistensi terhadap produk deposito deposito mudharabah tersebut terus menerus tumbuh dan berkembang secara baik. Hal ini tumbuh karena minat masyarakat atas produk tersebut semakin bertambah. Yang menjadi dasar acuan atas minat masyarakat untuk berinvestasi pada produk tersebut tidak luput dari tingkat bagi hasilnya. Semakin tinggi tingkat bagi hasil yang ditetapkan semakin banyak pula jumlah deposito mudharabah. Dengan itu bank syariah terus berupaya untuk mendesain tingkat bagi hasilnya sesuai minat masyarakat dan kondisi pasar. Berikut ini adalah perkembangan tingkat bagi hasil deposito mudharabah bank syariah di indonesia periode 2010-2014. Tabel 1.2 Perkembangan Tingkat bagi hasil deposito mudharabah bank syariah di Indonesia periode 2010-2014 2010 2011 2012 2013 2014 Deposito 01 bulan 6,90 7,14 6,06 6,60 7,80 Deposito 03 bulan 6,68 7,71 6,17 5,06 8,10 Deposito 06 bulan 7,15 8,95 6,76 5,25 7,34 Deposito 12 bulan 7,32 6,30 6,27 4,79 7,18 Total 28,05 30,01 25.26 21,67 30,42 Sumber : Statistik Perbank Syariah, Bank Indonesia. 2015 Berdasarkan data di atas menggambarkan bahwa tingkat bagi hasil pada bank syariah di indonesia setiap tahunnya berfluktuatif berdasarkan dengan jangka waktu pengendapan di bank. Secara keseluruhan pada tahun 2010-2011 tingkat bagi deposito mudharabah menunjukkan peningkatan sebesar 28,05% menjadi 30,01%, pada tahun 2011-2012 tingkat bagi hasil menunjukan penurunan sebesar 5

30,01% menjadi 25,26%, pada tahun 2012-2013 tingkat bagi hasil menunjukan penurunan kembali sebesar 25,26% menjadi 21,67% hal ini terjadi dapat dipengaruhi oleh adanya perlambatan pertumbuhan ekonomi yang salah satunya dari kenaikan inflasi pada tahun 2013. Dengan adanya kejadian tersebut menyebabkan profitabilitas pada perbankan syariah di indonesia mengalami perlambatan pertumbuhan, kemudian diikuti dengan Return On Asset (ROA) yang mengalami penurunan dan maka dari itu tingkat bagi hasil pada DPK menjadi menurun, akan tetapi hal ini bisa diatasi pada desember 2013. Pada tahun 2014 tingkat bagi hasilpun kembali meningkat sebesar 21,67% menjadi 30,42%. Hal ini terjadi karena cadangan devisa meningkat dan inflasi menjadi menurun. Dalam penentuan tingkat bagi hasil tersebut, ada beberapa faktor yang menjadi pengaruh atas besar kecilnya dalam menentukan tingkat bagi hasil salah satunya adalah berdasarkan profitabilitas bank. Didalam penelitian Isna dan Sunaryo (2012) bahwa Semakin besar pendapatan bank maka semakin besar pula tingkat bagi hasil yang diberikan, sebaliknya apabila profitabilitas bank kecil maka semakin kecil pula tingkat bagi hasil yang diberikan. Pendapatan suatu bank dapat dilihat dengan seberapa jauh tingkat kesehatan bank tersebut karena kondisi bank dapat menjadi tolak ukur suatu bank memperoleh profitabilitasnya. Salah satu alat ukur yang utama digunakan untuk menentukan kondisi suatu bank dikenal dengan nama analisis CAMELS. Analisis ini terdiri dari capital, assets, management, earnings, liquidity, dan sensitivity (Kasmir, 2012:48). Rasio rentabilitas (earnings) merupakan bagian dari analisisi CAMELS yang dapat dijadikan sebagai penilaian dalam mengukur Profitabilitas bank. Rasio rentabilitas adalah suatu alat untuk mengukur kemampuan bank dalam menghasilkan laba dengan membandingkan laba dengan aktiva atau modal dalam 6

periode tertentu. Menurut Kasmir (2012:301) Penilaian didasarkan rentabilitas suatu bank yang dilihat kemampuan suatu bank dalam menciptakan laba. Penilaian dalam unsur ini didasarkan kepada dua macam, yaitu Rasio laba terhadap total aset (Return On Assets) dan Rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO). Return On Asset (ROA) merupakan rasio profitabilitas yang menunjukan kemampuan perusahaan dengan menggunakan seluruh aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan laba setelah pajak (Sudana, 2011:22). Sedangkan Biaya Operasional per Pendapatan Operasional (BOPO) adalah perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional dalam mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya (Rivai dan Arifin, 2010:866). Berikut ini adalah tabel mengenai kondisi Return On asset (ROA) dan Biaya Operasional per Pendapatan Operasional (BOPO) Bank syariah di Indonesia pada periode 2010-2014. Tabel 1.3 Perkembangan ROA dan BOPO Bank Syariah (BUS dan UUS) di Indonesia pada periode 2010-2014 (Percent) Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 ROA 1,67 1,79 2,14 2,00 0,80 BOPO 80,54 78,41 74,97 78,21 79,27 Sumber : Statistik Perbankan Syariah, Bank Indonesia. 2015 Pada tabel 1.2 menggambarkan perkembanngan Return On Asset (ROA) dan Biaya Operasional per Pendapatan Operasional (BOPO) mengalami fluktuasi pada tahun 2010-2014. Pada tahun 2010 Return On Asset (ROA) meningkat pada tahun 2011 sebesar 1,79% yang sebelumnya sebesar 1,67% dan kembali 7

meningkat pada tahun 2012 sebesar 2,14% yang sebelumnya sebesar 1,79%, kemudian pada tahun 2013 mengalami penurunan sebesar 2,00% dari 2.14% tahun lalu, sedangkan pada tahun 2014 Return On Asset (ROA) menunjukan penurunan kembali sebesar 0,80% dari 2013 sebesar 2,00%. Pada tahun 2010 Biaya Operasional per Pendapatan Operasional (BOPO) menurun pada tahun 2011 sebesar 78,41% yang sebelumnya sebesar 80,54% dan kembali menurun pada tahun 2012 sebesar 74,97% yang sebelumnya sebesar 78,41%, kemudian pada tahun 2013 mengalami peningkatan sebesar 78,21% dari 74,97% tahun lalu, sedangkan pada tahun 2014 Biaya Operasional per Pendapatan Operasional (BOPO) menunjukan peningkatan kembali sebesar 79,27% dari 2013 sebesar 78.21%. Berdasarkan uraian tersebut diatas bahwa Return On Asset (ROA) dan Biaya Operasional per Pendapatan Operasional (BOPO) bertolak belakang. Apabila Return On Asset (ROA) meningkat maka Biaya Operasional per Pendapatan Operasional (BOPO) menurun, sebaliknya jika Return On Asset (ROA) menurun maka Biaya Operasional per Pendapatan Operasional (BOPO) meningkat. Semakin meningkatnya Return On Asset (ROA) maka dapat dinyatakan baik kondisi bank tersebut dan semakin menurunya Return On Asset (ROA) maka dapat dinyatakan buruk kondisi bank tersebut. Sedangkan apabila Biaya Operasional per Pendapatan Operasional (BOPO) meningkat maka dapat dinyatakan kondisi bank tersebut kurang baik dan apabila Biaya Operasional per Pendapatan Operasional (BOPO) menurun maka kondisi bank tersebut dapat dinyatakan efektif dalam mengalokasikan biayanya. PT. Bank BRI Syariah merupakan salah satu Bank Umum Syariah (BUS) yang berdiri di Indonesia. Sebagai lembaga perbankan Bank BRI Syariah menjalankan fungsinya sebagai financing intermediary yaitu menghimpun dana 8

masyarakat kedalam bentuk simpanan dan investasi dan menyalurkannya kembali kedalam bentuk pembiayaan. Berikut ini adalah kondisi Return On Asset (ROA), Biaya Operasional per Pendapatan Operasional (BOPO) dan Tingkat bagi hasil (nisbah) Deposito Mudharabah pada Bank BRI Syariah periode tahun 2010-2014. Tabel 1.4 Perkembangan ROA, BOPO dan Tingkat bagi hasil Deposito Mudharabah pada Bank BRI Syariah periode 2010-2014 (Percent) Tingkat Bagi Hasil Deposito Tahun ROA BOPO Mudharabah (03 bulan) 2010 0,35 98,77 8,00 2011 0,20 99,56 8,27 2012 1,19 86,63 7,04 2013 1,15 95,24 6,95 2014 0,08 99,14 9,36 Sumber : Laporan Keuangan Publikasi, Bank BRI Syariah. (Data diolah, 2015) Berdasarkan data diatas, ROA pada tahun 2010-2011 menunjukkan penurunan sebesar 0,35 % menjadi 0,20 % tidak searah dengan tingkat bagi hasil deposito mudharabah yang mengalami peningkatan sebesar 8,00 % menjadi 8,27%. ROA pada tahun 2011-2012 menujukkan peningkatan sebesar 0.20 % menjadi 1,19 % tidak searah dengan tingkat bagi hasil deposito mudharabah yang mengalami penurunan sebesar 8,72 % menjadi 7,04 %. ROA pada tahun 2012-2013 menunjukkan penurunan sebesar 1.19% menjadi 1,15% searah dengan tingkat bagi hasil deposito mudharabah yang mengalami penurunan sebesar 7,04 % menjadi 6,95 %. ROA pada tahun 2013-2014 mengalami penurunan sebesar 9

1,15 % menjadi 0,08 % tidak searah dengan tingkat bagi hasil deposito mudharabah yang mengalami peningkatan sebesar 6,95% menjadi 9,36%. BOPO pada tahun 2010-2011 menujukkan peningkatan sebesar 98,77% menjadi 99,56% searah dengan tingkat bagi hasil deposito mudharabah yang mengalami peningkatan sebesar 8,00% menjadi 8,27%. BOPO pada tahun 2011-2012 menujukkan penurunan sebesar 99,56% menjadi 86,63% searah dengan tingkat bagi hasil deposito mudharabah yang mengalami penurunan sebesar 8,72% menjadi 7,04%. BOPO pada tahun 2012-2013 menunjukkan peningkatan sebesar 86,63% menjadi 95,24% tidak searah dengan tingkat bagi hasil deposito mudharabah yang mengalami penurunan sebesar 7,04% menjadi 6,95%. BOPO pada tahun 2013-2014 mengalami peningkatan sebesar 95,24% menjadi 99,14% searah dengan tingkat bagi hasil deposito mudharabah yang mengalami peningkatan sebesar 6,95% menjadi 9,36%. Penelitian mengenai Return on asset (ROA) menunjukkan hasil yang sama, penelitian Kunti dan Andryani (2012) menunjukan hasil bahwa ROA berpengaruh terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah. Sedangkan menurut penelitian Juwariyah (2008) menunjukan ROA berpengaruh terhadap tingkat bagi hasil depostio mudharabah. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kunti dan Andryani (2012) menunjukan hasil bahwa BOPO berpengaruh negarif terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah. Sedangkan hasil penelitian Juwariyah (2008) menunjukan BOPO berpengaruh terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah. 10

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut penulis bermaksud untuk melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Return On Asset (ROA) dan Biaya Operasional per Pendapatan Operasional (BOPO) Terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah Pada Bank BRI Syariah Periode 2010-2014. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka penulis mengidentifikasi pokok pembahasan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana perkembangan Return On Asset (ROA) dan Biaya Operasional per Pendapatan Operasional (BOPO) pada PT. Bank BRI Syariah pada periode 2010-2014? 2. Bagaimana Perkembagan Tingkat bagi hasil deposito Mudharabah pada PT. Bank BRI Syariah Periode tahun 2010-2014? 3. Bagaimana pengaruh Return On Asset (ROA) dan Biaya Operasional per Pendapatan Operasional (BOPO) Terhadap Tingkat bagi hasil deposito Mudharabah baik secara simultan maupun secara parsial pada PT. Bank BRI Syariah Periode tahun 2010 2014? 1.3 Maksud dan Tujuan Maksud dari penelitian ini dilakukan oleh penulis yaitu untuk mengetahui apakah Return On Asset dapat mempengaruhi Tingkat bagi hasil deposito Mudharabah dan Apakah Biaya Operasional per Pendapatan Operasional (BOPO) dapat mempengaruhi Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah. Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut ; 11

1. Untuk mengetahui bagaimana kondisi Return On Asset (ROA) dan Biaya Operasional per Pendapatan Operasional (BOPO) yang diperoleh oleh Bank BRI selama periode 2010-2014. 2. Untuk mengetahui bagaimana kondisi Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah yang diperoleh Bank BRI pada periode 2010-2014. 3. Untuk mengetahui pengaruh Return On Asset (ROA) dan Biaya Operasional per Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap Tingkat bagi hasil Deposito Mudharabah baik secara simultan maupun secara parsial pada PT. Bank BRI Periode tahun 2010-2014. 1.4 Kegunaan Penelitian Berdasarkan data yang telah dianalisis, penulis berharap hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi dua aspek yaitu aspek teoritis dan aspek praktis. 1.4.1 Kegunaan Pengemban Ilmu Penelitian ini dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan dan wawasan di bidang manajemen perbankan khususnya mengenai ROA, BOPO dan Tingkat bagi hasil deposito Mudharabah. 1.4.2 Kegunaan Operasional 1. Manfaat bagi penulis Untuk menambah pengetahuan terutama yang berkaitan dengan pengaruh ROA dan BOPO terhadap Tingkat bagi hasil deposito Mudharabah. Untuk mempraktekkan teori yang telah diberikan di kelas dengan prakteknya dalam dunia kerja. 12

2. Manfaat bagi akademis Sebagai sumber referensi kepustakaan yang berguna bagi peneliti yang ingin membahas atau mengkaji penelitian ROA dan BOPO terhadap Tingkat bagi hasil deposito Mudharabah, khususnya mahasiswa STIE EKUITAS. Sebagai bahan kepustakaan yang dapat digunakan oleh peneliti lainya yang akan mengkaji tentang pengaruh Return On Asset dan Biaya Operasional per Pendapatan Operasional terhadap Tingkat bagi hasil deposito Mudharabah khusunya mahasiswa STIE EKUITAS. 3. Manfaat bagi objek penelitian Penulis mengharapkan penelitian yang dilakukan dapat bermanfaat bagi instansi terkait khususnya Bank BRI Syariah sebagai bahan masukan dalam mengelola Return On Asset yang diperoleh oleh bank BRI Syariah pada setiap tahun. Penulis mengharapkan penelitian yang dilakukan dapat bermanfaat bagi instansi terkait khususnya Bank BRI Syariah sebagai bahan masukan dalam mengelola Biaya Operasional per Pendapatan Operasional yang diperoleh oleh Bank BRI Syariah. Penulis mengharapkan penelitian yang dilakukan dapat bermanfaat bagi instansi terkait khususnya Bank BRI Syariah sebagai bahan masukan dalam mempertahankan kualitas tingkat bagi hasil yang diperoleh disetiap tahunnya. 4. Manfaat bagi masyarakat umum 13

Dapat menambah wawasan dan mengembangkan pengetahuan mengenai ROA, BOPO dan Tingkat bagi hasil deposito Mudharabah. Memberikan ilmu yang baru bagi masyarakat mengenai Return On Asset, Biaya Operasional per Pendapatan Operasional dan Tingkat bagi hasil deposito Mudharabah. 1.5 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Objek Penelitian ini dilakukan pada Bank BRI Syariah. Sedangkan waktu penelitian terhitung dari Februari 2015 sampai dengan bulan Juni 2015. Dalam penelitian tersebut penulis melakukan pengumpulan informasi yang diperlukan melalui http://www.brisyariah.co.id/?q=laporan-keuangan, (www.ojk.go.id) dan (www.bi.go.id). 14