I. PENDAHULUAN. dikonsumsi dalam jangka panjang (Sunaryanti, 2012). penghasil senyawa fenolik yang dapat dimanfaatkan sebagai antioksidan, anti-

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Bentuk jeruk purut bulat dengan tonjolan-tonjolan, permukaan kulitnya kasar

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki ribuan jenis tumbuhan

HASIL. (%) Kulit Petai 6.36 n-heksana 0,33 ± 0,06 Etil Asetat 0,32 ± 0,03 Etanol 70% 12,13 ± 0,06

I. PENDAHULUAN. maupun tujuan lain atau yang dikenal dengan istilah back to nature. Bahan

I. PENDAHULUAN. maupun yang berasal dari alam (Karadi dkk., 2011). dibandingkan obat modern (Hastari, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

bahan-bahan alami (Nascimento dkk., 2000).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah bakteri. Penyakit karena bakteri sering terjadi di lingkungan sekitar, salah

SKRIPSI. AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN NAMNAM (Cynometra cauliflora L.) TERHADAP Staphylococcus epidermidis DAN Pseudomonas aeruginosa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kadar Air Ekstraksi dan Rendemen Hasil Ekstraksi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. (1965). Hasil determinasi tanaman. Determinasi dari suatu tanaman bertujuan untuk mengetahui kebenaran

dan jarang ditemukan di Indonesia (RISTEK, 2007).

AKTIVITAS ANTIBAKTERI DAN ANTIOKSIDAN EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat)

I. PENDAHULUAN. antara lain: disebabkan oleh penyakit infeksi (28,1 %), penyakit vaskuler

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya dengan tumbuhan berkhasiat, sehingga banyak dimanfaatkan dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

mampu menghambat pertumbuhan bakteri.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah kesehatan. Hal ini cukup menguntungkan karena bahan

Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. baik bagi masyarakat yang tinggal di perkotaan maupun pedesaan. Tanaman obat

I. PENDAHULUAN. (Setiyawati, 2003; Kuntorini, 2005; dan Kasrina, 2014). esensial dengan senyawa utama berupa sabinene, terpinen-4-ol, γ-terpinene,

I. PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5)

AKTIVITAS ANTIBAKTERI DAN BIOAUTOGRAFI FRAKSI METANOL-AIR EKSTRAK ETANOL KULIT BUAH KAKAO

I. PENDAHULUAN. lalapan karena memiliki cita rasa yang khas. Daun muda pohpohan memiliki

Lampiran 2. Tumbuhan dan daun ketepeng. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. penyakit menemui kesulitan akibat terjadinya resistensi mikrobia terhadap antibiotik

Uji Saponin Uji Triterpenoid dan Steroid Uji Tanin Analisis Statistik Uji Minyak Atsiri Penentuan Konsentrasi Hambat Tumbuh Minimum (KHTM)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

I. PENDAHULUAN. diramu sendiri dan memiliki efek samping merugikan yang lebih kecil

BAB I PENDAHULUAN. memiliki efek herbal adalah daun, biji, dan daging buahnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

pertumbuhan dengan Escherichia coli dan Staphylococcus aureus yang tampak pada Rf = 0, 67 dengan konsentrasi mulai 3% untuk Escherichia coli dan 2%

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air

AKTIVITAS ANTIBAKTERI KOMBINASI EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH MERAH

menghasilkan minyak atsiri adalah bunga cengkeh yang mengandung eugenol (80-90%), eugenol asetat (2-27%), β- kariofilen (5-12%), metil salisilat,

BAB I PENDAHULUAN. Rongga mulut manusia tidak terlepas dari berbagai macam bakteri, diantaranya

3. METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mikroorganisme dapat menyebabkan infeksi terhadap manusia. Infeksi

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan keanekaragaman hayati dengan bermacam jenis spesies

AKTIVITAS ANTIBAKTERI DAN BIOAUTOGRAFI FRAKSI POLAR EKSTRAK ETANOL DAUN SIRSAK

BAB I PENDAHULUAN. Candida yang dapat menyebabkan infeksi kulit dan selaput lendir. C. albicans

BAB I PENDAHULUAN. banyak 2-3 kali lipat dibandingkan dengan negara maju (Simadibrata &

I. PENDAHULUAN. penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi, karena memiliki protein yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

SKRIPSI. Disusun oleh: YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. pada infeksi yang disebabkan oleh bakteri seperti mycobacterium, staphylococcus,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. serta pemulihan kesehatan. Hal ini disebabkan karena tanaman banyak

BAB I PENDAHULUAN. Dari catatan sejarah dapat diketahui bahwa fitoterapi atau terapi menggunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. pada wanita seperti kanker, tumor, mastitis, penyakit fibrokistik terus meningkat,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PROFIL FITOKIMIA DAN UJI ANTIBAKTERI BIJI MANGGA ARUM MANIS (Mangifera indica. Linn)

BAB I PENDAHULUAN. Pemanfaatan tanaman herbal sebagai alternatif pengganti obat masih sebagian

minyak mimba pada konsentrasi 32% untuk bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli, 16% untuk bakteri Salmonella typhi dan 12,5% terhadap

5. Media Mekanisme kerja antimikroba Pengukuran aktivitas antibiotik Ekstraksi Kromatografi Lapis Tipis

BAB 1 PENDAHULUAN. positif yang hampir semua strainnya bersifat patogen dan merupakan bagian dari

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara penghasil tanaman obat yang potensial dengan keanekaragaman hayati yang

I. PENDAHULUAN II. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. endemik di Indonesia (Indriani dan Suminarsih, 1997). Tumbuhan-tumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak zaman nenek moyang sampai sekarang, masyarakat banyak

Jurnal Analis Laboratorium Medik, 30/11 (2016), 12-18

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini pemanfaatan obat yang berasal dari tumbuh-tumbuhan berkembang dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Nikaragua. Bersama pelayar-pelayar bangsa Portugis di abad ke 16, tanaman ini

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. lumut. Tumbuhan lumut merupakan sekelompok tumbuhan non vascular yang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. jika menembus permukaan kulit ke aliran darah (Otto, 2009). S. epidermidis

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, dilaksanakan

Prosiding Farmasi ISSN:

ISOLASI DAN KARAKTERISASI GOLONGAN SENYAWA FENOLIK DARI KULIT BATANG TAMPOI (Baccaurea macrocarpa) DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Metabolit sekunder Alkaloid Terpenoid Steroid Fenolik Flavonoid Saponin

BAB I PENDAHULUAN. tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam penanggulangan masalah

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan pengobatan tradisional sebagai alternatif lain pengobatan. Hal ini

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare merupakan penyebab yang banyak menimbulkan kesakitan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Aktivitas antimikroba pada ekstrak sambiloto terhadap pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. dunia setelah Brazil, memiliki tumbuhan tropis dan biota laut yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Propolis adalah campuran dari sejumlah lilin lebah dan resin yang

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel dan pembanding yang digunakan sama seperti pada uji aktivitas antibakteri metode hitungan cawan.

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki ribuan jenis tumbuhan yang sebagian besar dapat digunakan sebagai obat tradisional. Hal ini menandakan adanya kesadaran masyarakat untuk kembali ke alam dalam rangka mencapai kesehatan yang optimal dan untuk mengatasi berbagai penyakit secara alami (Kusuma, 1993). Obat tradisional yang berasal dari tumbuhan dan bahan bahan alami murni, memiliki efek samping, tingkat bahaya dan resiko yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan obat kimia bila dikonsumsi dalam jangka panjang (Sunaryanti, 2012). Salah satu tanaman obat yang dapat digunakan sebagai obat tradisional adalah tanaman namnam. Namnam atau kopi anjing adalah nama sejenis pohon berbuah dari suku polong-polongan (Leguminosae atau Fabaceae). Tanaman ini merupakan satu di antara jenis tanaman asli Indonesia. Selain itu, tanaman ini juga tumbuh di Asia Tenggara dan India (Verheij dan Coronel, 1997). Namnam yang merupakan tanaman famili Leguminosae dilaporkan sebagai penghasil senyawa fenolik yang dapat dimanfaatkan sebagai antioksidan, anti- HIV, antibakteri, antifungal, dan antihepatotoksik (Kristanti dkk, 2006). Kandungan kimia dari daun namnam antara lain alkaloid, tanin, saponin, dan flavonoid (Aziz dkk., 2013). Tanin memiliki aktivitas antibakteri dengan cara mengerutkan dinding atau membran sel sehingga mengganggu permeabilitas sel dan mengakibatkan pertumbuhannya terhambat atau bahkan mati (Ajizah, 2004). Saponin akan merusak membran sitoplasma dan 1

2 membunuh sel (Assani, 1994). Flavonoid akan menyebabkan terjadinya kerusakan permeabilitas dinding bakteri sebagai hasil interaksi antara flavonoid dengan DNA bakteri (Sabir, 2005). Menurut Nurfadilah (2013), bakteri yang menyebabkan infeksi pada luka pada jaringan kulit, mukosa mulut, saluran kemih, saluran nafas, jerawat, luka bakar dan infeksi nosokomial adalah Pseudomonas aeruginosa yang merupakan bakteri Gram negatif dan Staphylococcus epidermidis yang merupakan bakteri Gram positif. Bakteri yang berada di tubuh manusia dapat menyebabkan infeksi dan menimbulkan gejala yang berbeda. Pada sebagian besar kasus infeksi, penggunaan antibiotik sangat diperlukan tetapi apabila pemakaiannya berlebihan akan menyebabkan bakteri menjadi resisten. Oleh karena itu, kita memerlukan alternatif untuk mengatasi masalah penggunaan antibiotik yang berlebihan, salah satunya adalah dengan menggunakan obat tradisional yang memiliki efek samping lebih kecil dan harga yang lebih terjangkau (Kusuma,1993). B. Keaslian Penelitian Pada penelitian yang dilakukan oleh Hidayati (2015), metode yang digunakan adalah maserasi pada simplisia daun namnam dengan pelarut n- heksana, etil asetat dan etanol. Hasil uji aktivitas antibakteri masing-masing crude extract n-heksana, etil asetat, dan etanol menunjukkan bahwa crude extract etil asetat merupakan crude extract yang paling potensial sebagai antibakteri dengan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) untuk Escherichia coli ATCC 35218 dan Shigella flexneri ATCC 12022 adalah 40 mg/ml. Crude

3 extract etil asetat daun namnam dipisahkan menjadi fraksi-fraksi yang lebih sederhana dengan Kromatografi Kolom Vakum (KKV). Pemisahan dengan KKV menghasilkan 21 fraksi. Hasil uji aktivitas antibakteri dengan metode difusi agar menunjukkan bahwa fraksi 8, 9, dan 10 aktif sebagai antibakteri. Fraksi 9 merupakan fraksi yang paling potensial sebagai antibakteri dengan nilai Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) untuk Escherichia coli ATCC 35218 dan Shigella flexneri ATCC 12022 adalah 10 mg/ml. Skrining fitokimia menunjukkan adanya golongan senyawa fenolik, alkaloid dan steroid pada fraksi 9. Hasil analisis GC-MS menunjukkan komponen utama yang terdapat dalam fraksi 9 adalah n-hexadecanoic acid, 9- octadecanoic acid, dan benzo [b] cyclopropa (1m) fluorenone (Hidayati, 2015). Penelitian yang dilakukan oleh Sukandar dan Amelia (2013) untuk mengetahui senyawa yang memiliki aktivitas antioksidan dan antibakteri dalam ekstrak etanol buah namnam (C. cauliflora L.) menggunakan instrumen GC-MS. Hasil analisis GC-MS menunjukkan adanya senyawa 5- hiroksimetilfurfural sebagai komponen utama dalam ekstrak etanol buah namnam. Ekstrak etanol buah namnam memiliki aktivitas antioksidan dengan nilai IC50 sebesar 328,29 ppm dan memiliki aktivitas antibakteri terhadap E. coli dan S. aureus dengan zona hambat masing-masing 16 mm pada konsentrasi 20 %. Penelitian yang dilakukan oleh Handoko (2013) bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun sala (Cynometra ramiflora

4 L.) terhadap Staphylococcus epidermidis, Pseudomonas aeruginosa, dan Klebsiella pneumoniae serta bioautografinya. Daun sala diekstraksi menggunakan metode maserasi dengan etanol 96 %. Uji aktivitas antibakteri dilakukan dengan metode disk difusi (Kirby Bauer). Seri konsentrasi yang digunakan dalam pengujian terhadap ketiga bakteri adalah 40, 60, 80 dan 100 %. Uji Kromatografi Lapis Tipis (KLT) menggunakan fase diam silika gel GF 254 dan fase gerak n-heksan : etil asetat (7:3) v/v. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun sala menghasilkan zona hambat terbesar pada konsentrasi 10 mg/l terhadap Staphylococcus epidermidis menghasilkan rata-rata zona hambat 11,43 mm 2, terhadap Pseudomonas aeruginosa menghasilkan rata-rata zona hambat 10 mm 2, dan pada Klebsiella pneumoniae menghasilkan rata-rata zona hambat 10,11 mm 2. Hasil KLT menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun sala diduga mengandung senyawa fenol. Bioautografi kontak yang dilakukan menunjukkan bahwa senyawa yang memiliki aktivitas sebagai antibakteri adalah fenol. Penelitian yang dilakukan oleh Yuningsih (2007) mengenai aktivitas antibakteri dan Konsentrasi Hambat Tumbuh Minimum (KHTM) dari ekstrak daun jawer kotok terhadap bakteri Gram positif (Staphylococcus aureus dan Bacillus subtilis) dan bakteri Gram negatif (Escherchia coli dan Pseudomonas aeruginosa), serta penentuan senyawa metabolit pada jawer kotok. Filtrat daun muda dan tua diuji aktivitas antibakterinya.

5 Daun jawer kotok tua secara umum memiliki aktivitas antibakteri yang lebih besar. Daun jawer kotok tua diekstraksi menggunakan tiga pelarut, yaitu heksana, air, dan aseton. Ekstrak daun jawer kotok diuji aktivitas antibakterinya. Ekstrak aseton memiliki zona hambat paling besar terhadap bakteri uji. Ampisilin 0,4 mg/ml yang digunakan sebagai kontrol positif. Uji kualitatif fitokimia ekstrak aseton menunjukkan hasil positif untuk uji senyawa alkaloid dan steroid (Yuningsih, 2007). Zona hambat yang dihasilkan memiliki korelasi positif dengan konsentrasi ekstrak daun jawer kotok. Konsentrasi Hambat Tumbuh Minimum ekstrak daun jawer kotok terhadap bakteri B. subtilis, S. aureus, E. coli, dan P. aeruginosa adalah 0,1 mg/ml dengan zona hambat berturut-turut adalah 6,64, 6,50, 6,80 dan 6,61 mm 2. Zona hambat ampisilin 0,4 mg/ml terhadap B. subtilis, S. aureus, E. coli, dan P. aeruginosa masing-masing sebesar 26,20, 25,60, 24,77, dan 25,52 mm 2 (Yuningsih, 2007). C. Masalah penelitian 1. Apakah ekstrak etil asetat daun namnam dapat menghambat pertumbuhan Pseudomonas aeruginosa dan Staphyococcus epidermidis? 2. Berapakah konsentrasi terbaik yang dapat menghambat pertumbuhan Pseudomonas aeruginosa dan Staphyococcus epidermidis? 3. Berapakah konsentrasi hambat minimum yang dihasilkan dari ekstrak daun namnam?

6 D. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui kemampuan ekstrak daun namnam dalam menghambat Staphylococcus epidermidis dan Pseudomonas aeruginosa. 2. Mengetahui konsentrasi ekstrak etil asetat daun namnam yang paling efektif dalam menghambat pertumbuhan Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus epidermidis. 3. Mengetahui konsentrasi hambat minimum (KHM) dari ekstrak daun namnam terhadap Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus epidermidis. E. Manfaat Penelitian Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan bagi masyarakat umum dan komunitas ilmiah. Secara aplikatif, penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran bahwa tanaman namnam (Cynometra cauliflora L.) memiliki potensi antibakteri yang mampu menghambat pertumbuhan Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus epidermidis yang sering menyebabkan infeksi pada luka yang terjadi pada tubuh manusia.