Hilda Yanuaria Moi, Dyah Gita Rambu Kareri, Andreas Fernandez

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. insulin dependent diabetes melitus atau adult onset diabetes merupakan

BAB I PENDAHULUAN. utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. World Health. Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah

BAB I PENDAHULUAN. penyakit gula. DM memang tidak dapat didefinisikan secara tepat, DM lebih

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

Hubungan Kadar Gula Darah dengan Glukosuria pada Pasien Diabetes Mellitus di RSUD Al-Ihsan Periode Januari Desember 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Diabetes Mellitus (DM) atau kencing manis merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. menduduki rangking ke 4 jumlah penyandang Diabetes Melitus terbanyak

BAB I PENDAHULUAN. lama diketahui bahwa terdapat tiga faktor yang dapat mempengaruhi

*Korespondensi Penulis, Telp: , ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat PTM mengalami peningkatan dari 42% menjadi 60%. 1

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Nidya A. Rinto; Sunarto; Ika Fidianingsih. Abstrak. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut American Diabetes Association / ADA (2011) DM adalah suatu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian observasional.dan menggunakan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KEPATUHAN PERAWATAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Diabetes Melitus atau kencing manis, seringkali dinamakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

HUBUNGAN PERILAKU PASIEN DALAM PERAWATAN DIABETES MELITUS DENGAN ULKUS DIABETIKUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RUANG RINDU A1 DAN A2 RSUP H

BAB I PENDAHULUAN. mellitus dan hanya 5% dari jumlah tersebut menderita diabetes mellitus tipe 1

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

Pengetahuan dan Kepatuhan Kontrol Gula Darah Sebagai Pencegahan Ulkus Diabetikum

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. Semarang Jawa Tengah. Data diambil dari hasil rekam medik dan waktu

BAB I PENDAHULUAN. insulin, atau kedua-duanya. Diagnosis DM umumnya dikaitkan dengan adanya gejala

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut badan organisasi dunia World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. mampu menggunakan insulin yang dihasilkan oleh pankreas (Word Health

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah peningkatan jumlah kasus diabetes melitus (Meetoo & Allen,

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan umat manusia pada abad ke 21. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. II di berbagai penjuru dunia dan menurut WHO (World Health atau sekitar 2,38%. Menurut data Non-Communicable pada MDGs

BAB I PENDAHULUAN. (glukosa) akibat kekurangan atau resistensi insulin (Bustan, 2007). World

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF)

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN DM TIPE II DI RSU PANCARAN KASIH Junita C. Timisela*, Budi T. Ratag*, Angela F.C.

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan pengetahuan keluarga yang baik dapat menurunkan angka prevalensi

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM).

BAB 1 PENDAHULUAN. Premier Jatinegara, Sukono Djojoatmodjo menyatakan masalah stroke

BAB 1 : PENDAHULUAN. dikendalikan atau dicegah (diperlambat). Diabetes mellitus adalah penyakit metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2010). Menurut

BAB II. METODE PENELITIAN

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menyerang penduduk di dunia. Saat ini prevalensi DM di dunia diperkirakan

DIABETES MELITUS (TIPE 2) PADA USIA PRODUKTIF DAN FAKTOR-FAKTOR RESIKO YANG MEMPENGARUHINYA (STUDI KASUS DI RSUD Dr. SOEROTO KABUPATEN NGAWI)

BAB II METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN UKDW. masyarakat. Menurut hasil laporan dari International Diabetes Federation (IDF),

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

Kata Kunci : Pendidikan, Pekerjaan, Riwayat Keluarga Menderita Diabetes, Aktifitas Fisik dan Kejadian Diabetes Mellitus tipe 2

KARAKTERISTIK FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN INSIDENSI DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MAYANG DAN LEDOKOMBO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kenaikan jumlah lansia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang


PENGARUH PENDAMPINGAN TERHADAP KEPATUHAN DIET PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI WILAYAH PUSKESMAS BANYUANYAR SURAKARTA

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif merupakan transisi epidemiologis dari era penyakit

BAB I PENDAHULUAN. jumlah pengidap diabetes diatas umur 20 tahun berjumlah 150 juta orang dan. membengkak menjadi 300 juta orang (Suyono, 2014).

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PASIEN DM DENGAN KEPATUHAN DALAM MENJALANI DIET KHUSUS DI RS STELLA MARIS MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. penyakit Diabetes Melitus yang dapat disingkat dengan DM.Menurut American Diabetes


Tedy Candra Lesmana. Susi Damayanti

HUBUNGAN KARAKTERISKTIK PASIEN DENGAN TINGKAT KEPATUHAN DALAM MENJALANI TERAPI DIABETES MELITUS DI PUSKESMAS TEMBUKU 1 KABUPATEN BANGLI BALI 2015

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 6. Distribusi subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (lebih dari 60 tahun) diperkirakan mengalami peningkatan pada tahun 2000 hingga

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan 63% penyebab kematian di seluruh dunia dengan membunuh 36 juta jiwa

BAB I PENDAHULUAN. secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkan sehingga dapat

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian Ilmu Penyakit Dalam.

HUBUNGAN KADAR GULA DARAH DENGAN KECEMASAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO Tahun 2013, diperkirakan 347 juta orang di dunia menderita

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik komparatif dengan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin dan kerja dari insulin tidak optimal (WHO, 2006).

DAFTAR ISI. i ii iii iv v vi. viii. x x xi xii xiii

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

KARAKTERISTIK FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN INSIDENSI DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MAYANG DAN LEDOKOMBO

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA DOKTER KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 1, hal ini disebabkan karena banyaknya faktor resiko terkait dengan DM

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun terus meningkat, data terakhir dari World Health Organization (WHO)

BAB III METODE PENELITIAN. cross sectional. Dalam penelitian cross sectional peneliti melakukan

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas PTM semakin meningkat baik di negara maju maupun

Truly Dian Anggraini, Ervin Awanda I Akademi Farmasi Nasional Surakarta Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Statistik (2013), angka harapan hidup perempuan Indonesia dalam rentang

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu anestesi dan terapi intensif.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. hidup yaitu penyakit Diabetes Melitus. Diabetes Melitus (DM) merupakan

BAB 1 : PENDAHULUAN. perubahan. Masalah kesehatan utama masyarakat telah bergeser dari penyakit infeksi ke

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA LAMANYA MENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II DENGAN KUALITAS HIDUP PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II DI RSUD PROF.DR.W.Z JOHANNES KUPANG ABSTRAK Hilda Yanuaria Moi, Dyah Gita Rambu Kareri, Andreas Fernandez Diabetes Melitus merupakan penyakit yang menyertai seumur hidup sehingga sangat mempengaruhi kualitas hidup penderita. Beberapa penelitian menyatakan bahwa hidup dengan diabetes mempunyai pengaruh negatif terhadap kualitas hidup penderita dengan atau tanpa komplikasi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara lamanya menderita diabetes melitus tipe II dengan kualitas hidup penderita diabetes melitus tipe II di RSUD Prof.Dr.W.Z Johannes Kupang. Penelitian ini bersifat analitik observasional dengan menggunakan desain cross sectional. Sampel berjumlah 48 orang penderita diabetes melitus tipe II yang berobat rawat jalan di Poli Penyakit Dalam RSUD Prof.Dr.W.Z Johannes. Penilaian lama menderita DM tipe II dilakukan dengan mewawancarai subjek penelitian dan data rekam medik, sedangkan kualitas hidup dinilai dengan menggunakan kuesioner Diabetes Quality of Life (DQOL). Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji Chi Square dengan tingkat kemaknaan sebesar 5% (α=0,05). Dari 48 sampel yang diteliti, didapatkan proporsi terbanyak lama menderita DM tipe 2 adalah kelompok tidak berisiko berjumlah 32 orang, sedangkan kelompok berisiko berjumlah 16 orang. Sebagian besar sampel memiliki kualitas hidup yang baik. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara lama menderita diabetes mellitus tipe II dengan kualitas hidup penderita diabetes melitus tipe II (p=0,293). Kata Kunci: Lama Menderita Diabetes Melitus Tipe II, Kualitas Hidup, Penderita Diabetes Melitus Tipe II Diabetes melitus (DM) adalah salah satu penyakit kronik yang terjadi pada jutaan orang di dunia. Diabetes Melitus merupakan kumpulan penyakit metabolik yang ditandai dengan adanya peningkatan kadar glukosa dalam darah (hiperglikemia) yang diakibatkan karena kelainan dalam sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya. 1 DM menjadi penyakit umum di masyarakat yang terus menunjukan peningkatan prevalensi, khususnya DM tipe II yang meliputi lebih dari 90% dari semua populasi DM, sehingga menjadi beban kesehatan masyarakat yang meluas dan membawa banyak kematian. 2 Data World Health Organization (WHO) tahun 2010 menunjukkan jumlah penderita DM di dunia sekitar 171 juta dan diprediksikan akan meningkat dua kali menjadi 366 juta jiwa pada tahun 2030. Tahun 2012, diperkirakan 1,5 juta kematian disebabkan langsung oleh DM. Di Asia Tenggara terdapat 46 juta pada tahun 2000 diperkirakan meningkat menjadi hingga 119 juta jiwa pada tahun 2030. Indonesia merupakan negara dengan jumlah penderita DM ke 4 terbanyak di dunia setelah Cina, India dan Amerika Serikat. WHO memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. 3 Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan adanya peningkatan kejadian DM dari 1,1% pada tahun 2007 dan menjadi 2,1% pada tahun 2013. Prevalensi DM yang terdiagnosis dokter atau dengan gejala tertinggi terdapat di Sulawesi Tengah (3,7%), Sulawesi Utara (3,6%), Sulawesi Selatan (3,4%) dan Nusa Universitas 202 Nusa Cendana Universitas Nusa Cendana 202

Tenggara Timur 3,3%. 4 Data rekam medik di RSUD Prof. Dr. W.Z. Johannes Kupang tahun 2014 menunjukan bahwa terdapat 7457 kasus DM yang tidak bergantung insulin dan 4496 kasus merupakan kasus baru, sedangkan pada tahun 2013 terdapat 7956 kasus DM tidak bergantung insulin dengan 7833 diantaranya merupakan kasus baru. Diabetes Melitus merupakan penyakit yang akan diderita seumur hidup sehingga sangat mempengaruhi kualitas hidup penderita. 5 Definisi kualitas hidup menurut WHO adalah persepsi individu terhadap posisi dalam kehidupan dan konteks budaya serta sistem nilai dimana seseorang hidup dan dalam hubungannya dengan tujuan individu, harapan, standar dan perhatian. Kualitas hidup penderita DM merupakan perasaan puas dan bahagia akan hidup secara umum khususnya dengan penyakit diabetes melitus. 6 Faktor- faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup pada penderita DM tipe II antara lain usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status sosial ekonomi, lama menderita atau durasi dan komplikasi penderita DM. 7 Lamanya menderita diabetes melitus menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas hidup karena berpengaruh terhadap keyakinan penderita dalam pengobatan. Semakin lama seseorang menderita diabetes melitus maka akan semakin lebih berisiko untuk mengalami komplikasi, sehingga memberikan efek penurunan kualitas hidup secara signifikan terhadap angka kesakitan dan kematian. Hal tersebut dapat mempengaruhi usia harapan hidup penderita diabetes melitus. 6 Penelitian Dwi Wahyu Ningtyas dkk (2013) menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara lama menderita diabetes melitus dengan kualitas hidup penderita diabetes melitus tipe II. Penderita DM tipe II yang menderita penyakit 11 tahun memiliki risiko 4 kali plebih besar memperoleh kualitas hidup yang lebih rendah (tidak puas) daripada yang menderita 10 tahun. Penelitian tersebut sejalan dengan penilitian Kalda et al (2008) dan Reid et al (2009) yang menunjukan bahwa lama menderita DM berhubungan secara signifikan dengan kualitas hidup penderita yang pada umumnya lebih rendah pada durasi diabetes yang panjang. Tingkat kecemasan pada durasi penyakit yang panjang dapat berakibat terhadap penurunan kualitas hidup penderita DM tipe II. 8 Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wu et al (2006) dan Yusra (2011) yang melaporkan bahwa penderita yang telah menderita DM > 10 tahun memiliki efikasi diri yang baik dibandingkan penderita yang menderita DM 10 tahun. Hal ini disebabkan karena penderita telah berpengalaman mengelola penyakitnya dan memiliki kontrol diri yang baik sehingga lamanya menderita DM menjadikan kualitas hidup penderita DM menjadi lebih baik. 6 Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Prof.Dr.W.Z.Johannes Kupang adalah rumah sakit tipe B non pendidikan milik Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Jumlah kunjungan penderita rawat jalan untuk kasus DM di rumah sakit ini cukup tinggi. 9 Penelitian yang berkaitan dengan kualitas hidup pada penderita DM tipe II di RSUD Prof.Dr.W.Z.Johannes belum pernah dilakukan. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian analitikal observasional dengan pendekatan cross sectional. 10,11 Penelitian ini dilakukan pada penderita DM tipe II berusia 30 65 tahun di Poli Penyakit Dalam RSUD Prof.Dr.W.Z Johannes Kupang pada bulan Januari 2016. Jumlah sampel sebanyak 48 orang diambil dengan metode consecutive sampling setelah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Penilaian lama menderita DM tipe II dilakukan dengan mewawancarai Universitas Nusa Cendana 203

subjek penelitian dan data rekam medik sedangkan kualitas hidup penderita DM tipe II dinilai dengan menggunakan kuesioner Diabetes Quality of Life (DQOL). Analisis data terdiri atas analisis univariat dan bivariat. Analisis bivariat menggunakan uji statistik Chi square. 12 HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan selama 1 bulan di poli Penyakit Dalam RSUD Prof.Dr.W.Z. Johannes Kupang. RSUD Prof. Dr.W.Z Johannes Kupang merupakan rumah sakit tipe B non pendidikan dan pusat rujukan di Nusa Tenggara Timur (NTT) yang terletak di Jl. Moch. Hatta No.19, Kelurahan Oetete, Kecamatan Oebobo, Kupang, NTT. Subyek penelitian dalam penelitian ini berjumlah 48 orang yang diambil menggunakan teknik consecutive sampling. Semua pasien DM tipe II yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi penelitian diminta kesediaan untuk menjadi sampel penelitian, diwawancarai oleh peneliti dan memberikan ijin penelusuran rekam medik milik subjek yang bersangkutan. Karakteristik subyek penelitian menurut jenis kelamin, usia, pendidikan, sosial ekonomi dan komplikasi dapat disajikan pada tabel 1. Tabel 1. Karakteristik Subyek Penelitian Lama Menderita DM No Karakteristik Tidak Berisiko Berisiko (n) (%) P 1. Usia 0,019* < 40 tahun 1 0 1 2,1 40-49 tahun 4 1 5 10,4 50-59 tahun 16 4 20 41,7 60-69 tahun 11 11 22 45,8 2. Jenis Kelamin 0,537 # Laki-laki 15 6 21 43,8 Perempuan 17 10 27 56,2 3. Pendidikan 0,240 # Tinggi 25 15 40 83,3 Rendah 7 1 8 16,7 4. Sosial Ekonomi 0,527 # Tinggi 19 11 Rendah 13 5 30 62,5 18 37,5 5. Komplikasi 1,000 # Tidak Komplikasi 8 4 Komplikasi 24 12 12 25 36 75 Keterangan : *p<0.05, Uji Somer, # Chi square Sumber : Data Primer, 2016 204 Universitas Nusa Cendana Universitas Nusa Cendana 204

Tabel 1 menjelaskan bahwa sebagian besar penderita DM tipe II yang menjadi sampel dalam penelitian adalah kelompok berjenis kelamin perempuan dengan jumlah 27 orang (56,2%) sedangkan yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 21 orang (43,8%). Kelompok usia sampel terbanyak dalam penelitian ini adalah kelompok usia 60-69 tahun sebanyak 22 orang (45,8%), sedangkan kelompok usia paling sedikit yaitu usia < 40 tahun berjumlah 1 orang (2,1%). Berdasarkan tabel di atas sebagian besar penderita DM tipe II dalam penelitian ini masuk dalam kelompok penderita berpendidikan tinggi yaitu sebanyak 40 orang (83,3%) sedangkan yang berpendidikan rendah berjumlah 8 orang (16,7%). Berdasarkan tabel di atas sebagian besar penderita DM tipe II yang menjadi sampel dalam penelitian ini tergolong dalam kelompok sosial ekonomi tinggi dengan jumlah 30 orang (62,5%), sedangkan kelompok sosial ekonomi rendah berjumlah 18 orang (37,5%). Berdasarkan tabel di atas, penderita DM tipe II yang tidak mengalami komplikasi didapatkan 12 orang (25%), sedangkan penderita DM tipe II yang mengalami komplikasi berjumlah 36 orang (75%). Berdasarkan tabel 4.1, didapatkan pula bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan antara jenis kelamin, pendidikan, sosial ekonomi dan komplikasi antara kelompok berisiko dan tidak berisiko (p>0,05). ANALISIS UNIVARIAT Tabel 2 Lamanya Menderita DM Tipe II Lama menderita (n) (%) DM tipe II Tidak berisiko 32 66,7 Berisiko 16 33,3 Total 48 100 Berdasarkan tabel 2 didapatkan proporsi terbanyak lama menderita DM tipe II adalah kelompok tidak berisiko ( 10 tahun) berjumlah 32 orang (66,7%), sedangkan kelompok berisiko (> 10 tahun) berjumlah 16 orang (33,3%) Tabel 3 Kualitas Hidup Penderita DM Tipe II Kualitas Hidup (n) (%) Baik 37 77,1 Buruk 11 22,9 Total 48 100 Berdasarkan tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa subyek penelitian yang memiliki kualitas hidup baik berjumlah 37 orang (77,1%) sedangkan kualitas hidup buruk berjumlah 11 orang (22,9%). Dengan demikian, variabelvariabel tersebut tidak akan menjadi variabel perancu dalam penelitian ini. Namun terdapat perbedaan signifikan pada faktor usia antara kelompok berisiko dan tidak berisiko (p= 0,019). Hal ini menunjukan bahwa usia dapat menjadi perancu hasil uji hubungan antara lamanya menderita DM tipe II dengan kualitas hidup penderita DM tipe II. Universitas Nusa Cendana 205

ANALISIS BIVARIAT Tabel 4 Tabulasi Silang Antara Lamanya Menderita DM Tipe II dengan Kualitas Hidup Kualitas Hidup Persentase Lama Menderita Baik Buruk Frekuensi (n) (%) DM Tipe II Tidak Berisiko 23 9 32 66,7 Berisiko 14 2 16 33,3 Total 37 11 48 100,0 Keterangan : # = Uji Chi Square p 0,293 # Berdasarkan tabel tabulasi silang di atas dapat dilihat bahwa kualitas hidup baik yang diperoleh kelompok tidak berisiko sebanyak 23 orang, sedangkan kelompok berisiko sebanyak 14 orang. Kualitas hidup buruk yang diperoleh kelompok tidak berisiko berjumlah 9 orang, sedangkan kelompok berisiko sebanyak 2 orang. Tabel 4 juga menunjukan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara lama menderita DM dengan kualitas hidup pada penelitian ini. Hasil penelitian yang diperoleh ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Wu et al (2006) dan Yusra (2011) melaporkan bahwa tidak terdapat hubungan antara lamanya menderita DM tipe II dengan kualitas hidup penderita DM tipe II (p value = 0,085). Penderita yang telah menderita DM > 10 tahun memiliki efikasi diri yang baik dibandingkan penderita yang menderita DM 10 tahun. Hal ini disebabkan karena penderita telah memiliki pengalaman mengelola penyakitnya dan memiliki kontrol diri yang baik sehingga lamanya menderita DM menjadikan kualitas hidup penderita DM menjadi lebih baik. 6 Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Dwi Wahyu Ningtyas dkk (2013) yang menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara lama menderita diabetes melitus dengan kualitas hidup penderita diabetes melitus tipe II (p = 0,048, OR 3,8). Penderita DM tipe II yang menderita penyakit 11 tahun memiliki risiko 4 kali lebih besar memperoleh kualitas hidup yang lebih rendah (tidak puas) daripada yang menderita 10 tahun. Tingkat kecemasan pada durasi penyakit yang panjang dapat berakibat terhadap penurunan kualitas hidup pasien DM tipe II Tidak adanya hubungan antara lamanya menderita DM tipe II dengan kualitas hidup penderita DM tipe II dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain peneliti kesulitan dalam menentukan onset pertama kali didiagnosis menderita penyakit DM tipe II pada subjek penelitian sehingga antara data yang diperoleh dengan kenyataan yang sebenarnya memiliki perbedaan. Sebagian besar pasien akan datang mencari pertolongan dari tenaga medis apabila penyakit mereka sudah berat atau sudah menimbulkan gejala yang terasa mengganggu, sehingga kemungkinan keterlambatan pemeriksaan diri ataupun penegakan diagnosis dapat menyebabkan data yang diperoleh kurang valid. Faktor usia juga menjadi faktor perancu dalam penelitian ini. Berdasarkan tabel 1, kelompok usia >50 tahun sebagian besar tergolong kelompok tidak berisiko mengalami penurunan kualitas hidup. Hal ini disebabkan karena individu yang dewasa mengekspresikan kesejahteraan yang lebih tinggi dari pada usia muda. Subyek penelitian yang berusia tua menemukan adanya kontribusi faktor usia terhadap kualitas hidup subjektif individu yang disebabkan karena individu masa usia Universitas 206 Nusa Cendana Universitas Nusa Cendana 206

tua sudah melewati masa untuk melakukan perubahan dalam hidupnya sehingga mereka cenderung mengevaluasi hidupnya dengan lebih positif dibandingkan saat masa mudanya. KESIMPULAN 1. Sebagian besar penderita DM tipe II termasuk dalam kelompok umur 60-69 tahun 45,8%, berjenis kelamin perempuan 56,2%, memiliki latar belakang pendidikan yang tinggi 83,3%, dan sosial ekonomi yang tinggi 30 0rang 62,5% serta telah mengalami komplikasi 75%. 2. Distribusi jumlah penderita DM tipe II menurut lamanya menderita DM yaitu kelompok tidak beresiko ( 10 tahun ) berjumlah 32 orang (66,7%), sedangkan kelompok berisiko (> 10 tahun) berjumlah 16 orang (33,3%). 3. Penderita DM tipe II baik kelompok berisiko maupun tidak berisiko sebagian besar memiliki kualitas hidup yang baik. 4. Tidak terdapat hubungan antara lamanya menderita DM tipe II dengan kualitas Hidup penderita DM tipe II. DAFTAR PUSTAKA 1. American Diabetes Association. Diabetes type 2. 2011. 2. Adikusuma W. Evaluasi Kualitas Hidup Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Bantul. 2013;3. 3. Organisation WH. Fact sheet. 2015. p. 1. 4. RI BPDKKK. Riset Kesehatan Dasar 2013. RISKESDAS 2013. 2013;362. 5. Masfufah VH. Pengetahuan, Kadar Glukosa Darah dan Kualitas Hidup Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Rawat Jalan di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Makassar. 2014;4. 6. Yusra A. Hubungan Antara Dukungan Keluarga dan Kualitas Hidup Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta. Universitas Indonesia; 2011. 7. Utami DT. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Hidup Pasien Diabetes Melitus dengan Ulkus Diabetikum. 2014;5. 8. Ningtyas DW, Ningtyas DW, Prasetyowati I, Masyarakat FK, Jember U, Hidup K. Pasuruan ( Analyze Quality of Life in Patients With Type II Diabetes Mellitus at Public Hospital of. 2013;4. 9. RSU Prof Dr Wz Johanes (Kupang) - Informasi Rumah Sakit dan Dokter. 10. Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Sagung Seto; 2011. 11. Dahlan MS. langkah-langkah Membuat Proposal Penelitian Bidang Kedokteran dan Kesehatan. 2nd ed. Riefmanto, Hariyanto B, editors. Jakarta: Sagung Seto; 2012. 84 p. 12. Dahlan MS. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. 5th ed. Suslia A, editor. Jakarta: Penerbit Salemba Medika; 2013. 130 p. Universitas Nusa Cendana 207