BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upaya untuk memperbaiki kesehatan ibu, bayi (0-1 tahun), balita (0-5 tahun) serta anak (1-5 tahun) telah menjadi prioritas utama pemerintah. Hal ini selaras dengan tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) sebagai kelanjutan program pembangunan Millenium Development Goals (MDG s), konsep program MDG s berakhir pada tahun 2015 dan belum mencapai target. Ada 17 tujuan dan 196 target spesifik dari SDGs diantaranya adalah mengakhiri segala bentuk kemiskinan di semua negara manapun, mengakhiri segala bentuk kelaparan, mencapai ketahanan pangan, dan meningkatkan gizi dan mendorong pertanian secara berkelanjutan serta menjamin adanya kehidupan yang sehat, serta mendorong kesejahteraan untuk semua orang di dunia pada semua usia. SDGs mulai tahun 2016 hingga tahun 2030, merupakan komitmen bersama masyarakat Internasional yang bertujuan untuk pembangunan yang berkelanjutan. Salah satu tujuannya yaitu meningkatkan kesehatan ibu melalui penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dengan kelahiran yang ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih (SDGs, 2015). AKI merupakan salah satu indikator utama derajat kesehatan suatu negara. AKI juga mengindikasikan kemampuan dan kualitas pelayanan kesehatan, kapasitas pelayanan kesehatan, kualitas pendidikan, dan pengetahuan masyarakat, kualitas kesehatan lingkungan, sosial budaya serta hambatan dalam memperoleh akses terhadap pelayanan kesehatan. Mortalitas dan morbiditas ibu hamil, bersalin dan masa nifas merupakan masalah besar di negara berkembang (Depkes, 2007).
AKI atau Maternal Mortality Rate yaitu kematian perempuan hamil atau kematian dalam 42 hari setelah berakhirnya kehamilan tanpa mempertimbangkan umur dan jenis kehamilan sebagai komplikasi persalinan atau nifas dengan penyebab terkait atau diperberat oleh kehamilan dan manajemen kehamilan, tetapi bukan karena kecelakaan (WHO, 2012). Di Indonesia kualitas kesehatan ibu hamil dan melahirkan masih belum baik dengan indikator AKI dan AKB yang masih tinggi. Adapun penyebab kematian ibu di Indonesia sangat kompleks dibagi menjadi 3 penyebab yaitu langsung, tidak langsung dan mendasar. Penyebab langsung diantaranya disebabkan karena perdarahan 42%, eklampsia 13%, komplikasi abortus 11%, infeksi 10%, dan persalinan lama 9%. Sedangkan penyebab kematian bayi merupakan akibat masalah pada neonatal seperti asfiksia, bayi baru lahir dengan berat badan rendah (BBLR), serta infeksi neonatus. Penyebab tidak langsung kematian ibu dan bayi adalah masalah gizi buruk dan gizi kurang. Tingginya angka kematian tersebut merupakan cerminan dari kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak yang masih harus diperbaiki (Depkes RI, 2012). Berbagai upaya telah dilakukan untuk menurunkan kematian ibu, bayi baru lahir (neonatus), bayi dan anak balita, antara lain melalui penempatan bidan di desa, pemberdayaan keluarga, masyarakat dan program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K), serta penyediaan fasilitas kesehatan pelayanan Obstetri Neonatal Essensial Dasar (PONED) di Puskesmas perawatan dan pelayanan Obstetri Neonatal Essensial Komprehensif (PONEK) di Rumah Sakit. Upaya terobosan yang paling mutakhir adalah Program Jaminan Persalinan (Jampersal) yang digulirkan sejak 2011. Melalui program ini, pada tahun 2012
pemerintah menjamin pembiayaan persalinan sekitar 2,5 juta ibu hamil agar mereka mendapatkan layanan persalinan oleh tenaga kesehatan dan bayi yang dilahirkan sampai dengan masa neonatal di fasilitas kesehatan. Program dengan Slogan ibu selamat, bayi lahir sehat diharapkan memberikan konstribusi besar dalam upaya percepatan penurunan angka kematian ibu dan bayi baru lahir. Segala upaya telah dilakukan untuk menurunkan angka kematian ibu, akan tetapi tren penurunan AKI berlangsung lambat. Hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI, 2012), AKI sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup (KH), angka tersebut mengalami kenaikan dibandingkan dengan hasil SDKI pada tahun 2007 sebesar 228 per 100.000 KH, masih jauh dari target MDG s sebesar 102 per 100.000 KH (Kemenkes RI, 2013). AKI di Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 berdasarkan laporan dari Kabupaten sebesar 116,34/100.000 KH, mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan AKI pada tahun 2011 sebesar 116,01 per 100.000 KH (Profil Kesehatan Jawa Tengah, 2012). Jumlah AKI di Kabupaten Tegal pada tahun 2015, sebesar 33 kasus, hal ini mengalami penurunan jika dibandingkan pada tahun 2013 sejumlah 51 kasus dan tahun 2014 sejumlah 47 kasus. Oleh karena tingginya AKI tersebut, maka dibutuhkan suatu sistem dalam mempercepat penurunan AKI (Dinas kesehatan Kabupaten Tegal, 2015). Kabupaten Tegal masih menduduki peringkat 5 besar dalam tingginya AKI dibanding dengan Kabupaten atau Kota lainnya di Provinsi Jawa Tengah. Adapun penyebab AKI tersebut dikarenakan anemia sebanyak 2 jiwa (6%), eklamsi 3 jiwa (18%), perdarahan 8 jiwa (24%), kekurangan energi kronis 1 jiwa (3%) dan penyebab lain yaitu penyakit jantung sebanyak 19 jiwa (57%).
Sedangkan AKB tahun 2014 sebesar 266 kasus, mengalami penurunan pada tahun 2015 dengan rincian kasus BBLR 83 jiwa (31%), asfiksia 55 jiwa (21%), sepsis 2 jiwa (0,7%), kelainan konginetal 11 jiwa (4,1%), ISPA 2 jiwa (0,7%), Pneumonia 7 jiwa (2,6%), diare 8 jiwa (3%), saluran cerna 2 jiwa (0,7%), kelainan syaraf 7 jiwa (2,6%), dan dari penyebab lain sejumlah 79 kasus (30%). Kesadaran masyarakat merupakan salah satu kendala masih tingginya AKI di Kabupaten Tegal. Adapun program yang dilaksanakan saat ini untuk penurunan AKI adalah Program Expanding Maternal And Neonatal Survival (EMAS). Program EMAS merupakan kerjasama antara Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) dengan United States Agency Development (USAID) untuk membantu Indonesia dalam menurunkan AKI. Program ini dilaksanakan di 30 Kabupaten dari 6 Provinsi di Indonesia yang mempunyai AKI tertinggi yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, Sumatera Utara, dan Sulawesi Selatan. Melalui program EMAS ini diharapkan AKI dapat diturunkan sebanyak 25% melalui perbaikan penatalaksanaan kasus gawat daruratan obstetrik. Adapun tujuan program EMAS adalah meningkatkan kualitas pelayanan gawat darurat di Rumah Sakit (RS) dan Puskesmas serta memperkuat sistem rujukan dari Puskesmas ke Rumah Sakit agar lebih efisien dan efektif (EMAS, 2012). Upaya yang akan dilaksanakan adalah pertama dengan peningkatan kualitas pelayanan emergensi obstetrik dan neonatal dengan cara memastikan intervensi medis prioritas yang mempunyai dampak besar pada penurunan dan tata kelola klinis (clinical governance) yang dilaksanakan di RS dan Puskesmas. Upaya lain program EMAS ini adalah upaya kedua yang dilakukan dalam memperkuat sistem
rujukan yang efisien dan efektif mulai dari fasilitas pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas sampai RS rujukan di tingkat Kabupaten/Kota. Upaya yang ketiga adalah dilibatkannya masyarakat dalam menjamin akuntabilitas dan kualitas fasilitas kesehatan. Program ini juga akan mengembangkan mekanisme umpan balik dari masyarakat ke Pemerintah Daerah dengan menggunakan teknologi informasi seperti media sosial dan SMS gateway, dan memperkuat forum masyarakat agar dapat menuntut pelayanan yang lebih efektif dan efisien melalui maklumat pelayanan (service charter yang merupakan upaya yang keempat (Kemenkes RI, 2012). Program EMAS berlangsung selama 5 tahun dengan prinsip kerja mengatasi tantangan yang ada, membangun kepemilikan, dan memperkuat kapasitas lokal secara berkesinambungan, sinergis, dan terintegrasi dari Tingkat Pusat, Provinsi, sampai Kabupaten dalam rangka menurunkan kematian ibu dan bayi baru lahir secara berkelanjutan. Kabupaten Tegal menjadi salah satu penerima Program EMAS karena Kabupaten tersebut memiliki populasi yang padat dan AKI yang tinggi. Diharapkan dengan adanya Program EMAS, Kabupaten Tegal dapat menunjukkan komitmen dan usaha serta konsisten dalam menurunkan AKI dan AKB, yang disertai dengan peningkatan fasilitas kesehatan ibu dan bayi (EMAS, 2012). Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti di Puskesmas Pgerbarang yang menjalankan Program EMAS, kekurangan tenaga bidan dan alat transportasi merupakan salah satu hal yang menjadi kendala dalam pelaksanaan Program EMAS. Dengan tingginya AKI di Kabupaten Tegal, dilaksanakan Program EMAS di Kabupaten Tegal, yang salah satu tujuannya adalah untuk meningkatkan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dari uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang efektivitas Program EMAS pada pelayanan kesehatan ibu dan bayi terhadap penurunan AKI di Kabupaten Tegal. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan : 1. Bagaimanakah latar belakang penerapan program EMAS di Kabupaten Tegal? 2. Bagaimanakah pelaksanaan Program EMAS di Kabupaten Tegal? 3. Bagaimanakah aspek pendukung dalam pelaksanaan Program EMAS di Kabupaten Tegal? 4. Bagaimanakah aspek penghambat dalam pelaksanaan Program EMAS di Kabupaten Tegal? 5. Bagaimanakah hasil Program EMAS di Kabupaten Tegal? 6. Bagaimanakah efektivitas Program EMAS terhadap penurunan AKI di Kabupaten Tegal? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian meliputi tujuan umum dan tujuan khusus. 1. Tujuan Umum Untuk menganalisis efektivitas Program EMAS terhadap penurunan AKI di tingkat pelayanan Puskesmas di KabupatenTegal di tinjau dari segi latar belakang, pelaksanaan, aspek pendukung, aspek penghambat serta hasil dari program EMAS
2. Tujuan Khusus a) Untuk menganalisis latar belakang penerapan Program EMAS b) Untuk menganalisis pelaksanaan Program EMAS c) Untuk menganalisis aspek pendukung dalam pelaksanaan Program EMAS d) Untuk menganalisis aspek penghambat dalam pelaksanaan Program EMAS e) Untuk menganalisis hasil Program EMAS f) Untuk menganalisis efektivitas Program EMAS di Kabupaten Tegal D. Manfaat Penelitian 1. Teoritis : a. Mengembangkan khasanah ilmu pengetahuan khususnya Program EMAS pada PONED terhadap penurunan AKI di Kabupaten Tegal b. Dapat memperluas wawasan dan sekaligus memperoleh pengetahuan empirik mengenai Program EMAS 2. Praktis : a. Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan rujukan bagi upaya peningkatan pelayanan khususnya ibu hamil, bersalin dan nifas serta dapat meningkatkan pelayanan dasar kebidanan di Puskesmas b. Dapat digunakan sebagai masukan oleh tenaga kesehatan khususnya di Puskesmas dalam memberikan pelayanan kebidanan c. Dapat memberikan informasi tentang efektivitas Program EMAS dalam rangka menurunkan AKI dan AKB
3. Metodologi : Melalui metode kualitatif akan ditemukan teori baru dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak terhadap penurunan AKI. Dengan demikian penelitian ini akan menambah pengalaman aplikasi peneliti kualitatif.